Anda di halaman 1dari 13

KONFLIK KOMUNIKASI ATAS MAHASISWA BERBEDA SUKU

Kayyisha Yasmine Fakhirah


Novalia Agung W. Ardhoyo, ST. M.I.Kom
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
*email korespondensi : kayyishafakhirah@gmail.com

ABSTRAK – Sebelum membahas konflik yang terjadi antara Tri yang berasal
dari suku Jawa dan Linda yang berasal dari Minang, kita wajib mengetahui
pengertian dari antropologi itu tersebut. Menurut Koentjaraningrat antropologi
adalah ilmu yang memperhatikan lima buah masalah mengenai makhluk hidup,
yaitu masalah pada perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, masalah
pada sejarah terjadinya aneka bentuk makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-
ciri tubuhnya, masalah pada sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran
berbagai macam bahasa di seluruh dunia, masalah persebaran dan terjadinya
keanekaragaman kebudayaan manusia di seluruh dunia, masalah pada dasar-dasar
dan keanekaragaman kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-
masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru bumi pada zaman
sekarang ini. Tujuan saya membuat riset ini adalah untuk mengetahui penyebab
terjadinya konflik budaya antara kedua suku tersebut, serta tujuan saya
mengangkat topik ini karena saya berharap dengan mengangkat topik ini pada
riset saya, saya dapat membantu memberikan ilmu atau pembelajaran tentang
etnosentrisme kepada yang lainnya. Untuk metode yang saya gunakan dalam riset
ini berupa wawancara dan observasi. Saya mengobservasi pertikaian yang terjadi
antara Tri dan Linda serta memberikan beberapa pertanyaan kepada mereka. Dari
konflik tersebut tentunya saya dapat melihat penyebab konflik tersebut terjadi,
serta bagaimana langkah agar konflik tersebut dapat terselesaikan.

Kata kunci : Komunikasi, Budaya, Konflik antar budaya

PENDAHULUAN

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah


pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Kata komunikasi berasal dari bahasa
latin, communicatus, artinya berbagi atau menjadi milik bersama - mengacu pada
upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

KOMUNIKASI MENURUT PARA AHLI

Dikutip dari Husen M. (2022), ilmuwan politik Amerika Serikat sekaligus


pencetus teori komunikasi, Harold Lasswell, berpendapat bahwa komunikasi
adalah suatu proses menjelaskan siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada
siapa (who says what in which channel to whom and with what effect). Sementara
itu, menurut webster New Collogiate Dictionary, komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-
tanda atau tingkah laku.

Beberapa ahli lainnya turut berpendapat terkait definisi komunikasi:

 Bernard Berelson 2.55dan Gary A. Steiner

Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan


sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar,
figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang
biasanya disebut komunikasi.

 Theodore M. Newcomb

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi


terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

 Carl I. Hovland

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)


menyampaikan rangsangan (biasanya lambang- lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate).

 Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk memengaruhi perilaku
penerima.

 Everett M. Roger

Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.

 Raymond S. Ross

Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan


mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu
pendengar membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksud komunikator.

Dengan begitu, komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemindahan


pesan dari komunikator kepada penerima/ komunikan secara langsung atau
melalui saluran dalam rangka mengubah atau memengaruhi perilakunya. Budaya
adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Dikutip dari Husen Mulachela (2022), dari segi bahasa, budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Colerejuga bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture terkadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

BUDAYA MENURUT PARA AHLI

Dikutip dari E.B Taylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan


kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat
istiadat, serta kesanggupan dan kebisaan lain yang dipelajari manusia sebagai
anggota masyarakat. Selain E.B Taylor, beberapa ahli lain turut menyatakan buah
pikirannya terkait definisi budaya, di antaranya:

 Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi

Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

 Parsudi Suparian

Menurut Parsudi, budaya adalah pengetahuaan manuia yang dimanfaatkan


untuk mengetahui dan memahami pengalaman dan lingkungan yang
mereka alami.

 Linton

Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan


yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu
anggota masyarakat tertentu.

Budaya memengaruhi banyak aspek kehidupan, di antaranya agama, adat


istiadat, politik, bahasa, pakaian, bangunan, hingga karya seni. Jadi, kebudayaan
merupakan sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

Dikutip dari Lewis A. Coser (1956) konflik adalah perjuangan atas nilai-
nilai dan atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang langka
dengan tujuan menetralkan lawan atau menghilangkan saingan. Sedangkan,
pengertian lain dari konflik yang dikutip dari K. Kartono dan D. Gulo (1987),
konflik adalah proses sosial yang bersifat antagonistik dikarenakan
ketidaksepakatan dalam suatu pendapat, emosi, dan tindakan dengan orang lain.

Konflik dapat terjadi karena berbagai macam hal. Salah satu pemicu hal
yang menyebabkan terjadinya konflik yaitu miskomunikasi. Dikutip dari Shirley
Candrawardhani (2022), miskomunikasi adalah kesalahan memaknai informasi
yang diberikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Selain itu,
miskomunikasi juga bisa dilihat sebagai kegagalan dalam berkomunikasi dengan
baik. Pada akhirnya, timbul kesalahan persepsi dari sisi lawan bicara, sehingga
kesepahaman gagal terwujud.

Dikutip dari Mawardi R. A. (2022), antropologi adalah ilmu yang


mempelajari manusia. Secara etimologi, antropologi adalah berasal dari bahasa
Yunani, “anthropos” yang artinya manusia atau orang dan “logos” yang artinya
ilmu atau nalar. Menurut Koentjaraningrat merupakan antropolog pertama di
Indonesia. Ia mendirikan jurusan antropologi di berbagai universitas. Antropologi
menurut Koentjaraningrat adalah ilmu yang memperhatikan lima buah masalah
mengenai makhluk hidup, yaitu masalah pada perkembangan manusia sebagai
makhluk biologis, masalah pada sejarah terjadinya aneka bentuk makhluk
manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, masalah pada sejarah asal,
perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia,
masalah persebaran dan terjadinya keanekaragaman kebudayaan manusia di
seluruh dunia, masalah pada dasar-dasar dan keanekaragaman kebudayaan
manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku bangsa yang tersebar
di seluruh penjuru bumi pada zaman sekarang ini.

RUANG LINGKUP KAJIAN ANTROPOLOGI

1. Antropologi fisik (Physical Anthropology)

Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak


perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (spesies). Melalui aktivitas analisis yang mendalam terhadap
fosil-fosil dan pengamatan pada primata-primata yang pernah hidup.
2. Antropologi Budaya (Cultural Anthropology)

Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan manusia


ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Kemudian, antropologi budaya ini
dibagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.

Dari kelima penjelasan diatas, maka akan saya uraikan contoh konflik yang
terkait.

Konflik ini terjadi pada hari Senin pada tanggal 27 Februari 2023, antara
mahasiswa Moestopo yang berasal dari Jawa dan Minang. Konflik ini terjadi di
area kampus sekitar siang hari pukul 12.00 WIB sebelum waktu pembelajaran
dimulai. Konflik ini bermulai ketika kedua mahasiswa itu saling bergurau. Linda
mahasiswa yang berasal dari Minang saat itu tengah bersendagurau dengan Tri,
seorang mahasiswa dari Jawa. Awalnya mereka hanya bersendagurau seperti
biasa, namun tiba- tiba secara sengaja Tri mengejek bahwa menurutnya orang
Minang itu pelit, padahal Tri mengetahui bahwa Linda berasal dari Minang.

Linda yang mendengar perkataan Tri pun tidak terima. Ia merasa, Tri tidak
bersikap toleransi terhadap sukunya. Menurut Linda, Tri telah bersikap
etnosentrisme, yaitu membangga- banggakan suku miliknya dan merasa suku
yang ia miliki paling baik dari suku yang lain. Akibat dari gurauan tersebut,
timbul lah konflik antara mereka berdua. Konflik ini terjadi dikarenakan adanya
perbedaan suku antara satu dengan yang lainnya, yaitu Linda yang berasal dari
Minang dan Tri yang berasal dari Jawa. Kemudian, langkah untuk menyelesaikan
konflik ini adalah dengan cara belajar untuk menghargai satu sama lain, tidak
membeda- bedakan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya, tidak
membangga- banggakan suku sendiri atau merasa suku yang dimiliki lebih baik
dari suku yang lain (etnosentrisme), serta bersikap toleransi.

Alasan mengapa saya mengangkat topik tersebut karena masih banyak


orang yang bersikap etnosentrisme. Mereka merasa bangga akan kebudayaan yang
mereka miliki, namun disertai dengan sikap meremehkan masyarakat yang
memiliki kebudayaan berbeda dengan mereka. Tentunya jika sikap ini masih terus
berlangsung akan membawa dampak negatif berupa konflik antar suku,
disintegrasi, serta menghambat proses asimilasi dengan budaya yang lainnya.

Kemudian tujuan saya membuat riset ini adalah untuk mengetahui


penyebab terjadinya konflik budaya antara kedua suku tersebut, serta tujuan saya
mengangkat topik ini karena saya berharap dengan mengangkat topik ini pada
riset saya, saya dapat membantu memberikan ilmu atau pembelajaran tentang
etnosentrisme kepada yang lainnya. Sehingga dengan adanya pembelajaran atau
riset ini, orang- orang dapat belajar untuk menghargai satu sama lain. Maka
dengan itu, konflik ini tidak dapat terjadi.

Konflik, miskomunikasi serta antropologi tentunya saling berhubungan,


karena salah satu pemicu terjadinya konflik adalah adanya miskomunikasi dengan
pihak yang satu dengan yang lain. Pihak yang satu dengan yang lain ini tentunya
adalah subjek antropologi yaitu manusia atau agar lebih mudah dipahami, yang
melakukan konflik tersebut adalah manusia. Dengan adanya miskomunikasi
antara pihak satu dengan yang lain tentunya dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Seperti yang dikutip dari Shirley Candrawardhani (2022), dengan adanya
miskomunikasi tentunya akan menimbulkan kesalahan memaknai informasi yang
diberikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Maka dari itu, ketiga hal
tersebut pastinya saling berkaitan satu sama lain.

METODOLOGI

Sebelum melakukan penelitian, tentunya ada beberapa metode yang perlu


dilakukan. Salah satu metode yang dilakukan adalah wawancara. Dikutip dari Siti
Nur A. (2022) Wawancara adalah aktivitas tanya jawab antara dua orang atau
lebih yang tujuannya untuk menggali informasi dari narasumber. Sedangkan
menurut penjelasan di Kamus Besar Bahasa Indonesia, wawancara adalah tanya
jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatkan tentang suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui
radio, atau televisi. Setelah membahas mengenai metode wawancara, metode lain
yang selanjutnya akan dibahas adalah observasi.
Dikutip dari Rika Pangesti (2021), Observasi adalah proses pemerolehan
data informasi dari tangan pertama, dengan cara melakukan pengamatan.
Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian
dari observasi sendiri menurut para ahli dalam arti sempit merupakan proses
penelitian mengamati situasi dan kondisi, seperti yang dikutip oleh Sugiyono
(2018).

Berdasarkan riset yang telah saya lakukan mengenai topik etnosentrisme,


saya memiliki dua informan. Informan pertama bernama Tri (nama samaran)
dengan usia 18 tahun serta gender yang dimiliki adalah perempuan. Informan
kedua bernama Linda (nama samaran) dengan usia 19 tahun serta gender yang
dimiliki adalah perempuan. Dari riset ini, jenis metode yang saya gunakan adalah
metode penelitian kualitatif. Kemudian metode penelitian kulitatif ini terbagi
menjadi dua, yaitu wawancara serta observasi. Dari metode wawancara tersebut,
saya memberikan beberapa pertanyaan kepada informan.

Pertanyaan tersebut akan saya lampirkan seperti berikut :

a. Kenapa konflik tersebut dapat terjadi?


b. Apa dampak yang terjadi akibat dari konflik tersebut?
c. Bagaimana Langkah dalam mengatasi konflik tersebut?

Kemudian, untuk metode penelitian yang saya gunakan selanjutnya adalah


metode penelitian observasi. Dalam melakukan metode penelitian ini, saya
mengamati konflik yang terjadi antara kedua informan tersebut yaitu Tri dan
Linda. Saya dengan kedua informan tersebut berada pada kelas yang sama, maka
dari itu saya dapat dengan mudah mengamati apakah konflik tersebut terus
berlanjut atau telah usai. Namun, sayangnya konflik etnosentrisme yang terjadi
antara keduanya tidak juga berakhir. Dikarenakan Tri dan Linda bersikeras dan
merasa bahwa masing- masing dari budaya yang mereka miliki lebih baik. Maka
dari itu, walaupun hari ini konflik itu usai, konflik tersebut akan terulang lagi pada
esok hari.
ANALISIS PEMBAHASAN
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menangani konflik
yang terjadi akibat perbedaan suku ini. Langkah tersebut seperti saling
menghargai satu sama lain, bersikap toleransi dengan adanya perbedaan antara
satu sama lain, dan juga tidak merasa budaya yang kita miliki lebih baik dari
budaya lain (etnosentrisme). Seperti contohnya Tri, mahasiswa yang berasal dari
Jawa menghargai adat istiadat milik Linda yang berasal dari Minang. Begitu pun
sebaliknya, Linda yang berasal dari Minang juga menghargai adat istiadat Jawa
yang dimiliki oleh Tri.
Kemudian, langkah lain agar konflik tersebut dapat tidak terjadi adalah
dengan memberikan pelajaran kepada anak sedari dini. Seperti mengajarkan anak
untuk hidup saling menghormati akan perbedaan. Dengan mengajarkan anak
untuk saling memahami akan perbedaan, tentunya anak dapat bersikap dengan
baik dan toleran. Lalu, langkah lain yang dapat kita lakukan adalah dengan
menengahi konflik yang terjadi akibat perbedaan tersebut, serta memberikan
teguran dan nasihat kepada mereka.
Berdasarkan dari konflik perbedaan budaya yang terjadi antara Linda dan
Tri, konflik tersebut berhubungan dengan teori komunikasi yang dicetuskan oleh
Harold Laswell. Dalam teori ini, Laswell mengartikan komunikasi adalah suatu
proses menjelaskan siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa (who,
says what, in which channel, to whom and with what effect). Dari teori Laswell
tersebut, dijelaskan bahwa “who” diartikan sebagai “siapa?” atau dapat kita
artikan sebagai komunikator (orang tersebut berbicara kepada siapa). Kemudian,
“says what” diartikan sebagai “berbicara apa?” atau dapat kita artikan sebagai apa
yang dibicarakan oleh komunikator. Lalu, “in which channel” diartikan sebagai
dengan media apa pesan tersebut disampaikan. Selanjutnya, “to whom?” diartikan
sebagai “kepada siapa pesan tersebut ditujukan?”, yang tentunya pesan tersebut
ditujukan kepada komunikan. Terakhir adalah “with what effect?” diartikan
sebagai dampak apa yang terjadi atau ditimbulkan dari pesan tersebut.
Dari teori tersebut, akan saya jelaskan mengapa teori komunikasi Laswell
dapat berhubungan dengan konflik tersebut. Dapat kita lihat “who?” yang
dimaksud atau komunikator dalam konflik ini adalah Tri, mahasiswi yang berasal
dari Jawa. Kemudian “says what?” dalam konflik ini adalah ketika Tri
mengatakan bahwa “Orang Minang itu pelit” kepada Linda yang berstatus sebagai
mahasiswi yang berasal dari Sumatera Barat atau Minang. Lalu, pada “in which
channel” atau media yang digunakan Tri untuk menyampaikan pesan tersebut
kepada Linda adalah secara langsung atau tatap muka. Selanjutnya, pada “to
whom” atau pesan tersebut ditujukan untuk siapa. Tentunya pesan tersebut
ditujukan kepada Linda. Terakhir adalah “with what effect” atau dampak yang
dihasilkan setelah pesan tersebut diterima. Dampak yang dihasilkan setelah pesan
Tri diterima oleh Linda adalah munculnya konflik akibat perbedaan budaya.
Teori lain yang berhubungan dengan konflik tersebut adalah teori
struktural-fungsional. Asumsi dasar Teori struktural-fungsional terletak pada
konsep tatanan sosial. Teori ini berasumsi bahwa masyarakat itu statis atau malah
seimbang, dengan masing-masing elemen masyarakat berperan dalam menjaga
stabilitas itu (Ida Bagus wirawan, 2012). Secara makro, teori ini mengkaji
perilaku manusia dalam konteks organisasi (masyarakat) dan bagaimana perilaku
tersebut mempengaruhi keadaan keseimbangan organisasi atau masyarakat. Teori
fungsi struktural telah mempengaruhi perkembangan teori sosiologi hingga saat
ini (Pip Jones, 2009a). Pusat pertumbuhan teori sosial itu sendiri ada di Amerika
Serikat (Peter Burke, 1992). Negara ini juga menjadi tempat runtuhnya teori
struktural-fungsional itu sendiri, yang populer antara tahun 1930-an dan 1960-an.
Teori struktural-fungsional terdapat pada karya Emile Durkheim (Mustafa
Emirbayer, 2008). Berdasarkan pada asumsi utama teori ini adalah asumsi bahwa
masyarakat adalah organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang, saling
bergantung agar organisme ini dapat bertahan hidup. Dapat diartikan manusia
sebagai makhluk sosial saling membutuhkan satu sama lain untuk saling bertahan
hidup. Tentunya sebagai makhluk sosial yang ingin bertahan hidup, masyarakat
tidak dapat membeda- bedakan satu sama lain. Tidak membeda- bedakan suku
maupun ras yang mereka miliki.
Dengan pendekatan fungsional-struktural ini, sosiolog mengharapkan
adanya tatanan sosial dalam masyarakat. Alasan mengapa teori ini dapat
berhungan dengan permasalahan atau konflik diatas karena dari teori tersebut kita
melihat bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi keadaan keseimbangan
kelompok atau masyarakat atau dampak apa yang dihasilkan dari konflik tersebut.
Dapat kita artikan, dengan adanya konflik ini pastinya akan memicu
keseimbangan yang terjadi di masyarakat. Contoh dampak dari konflik tersebut
adalah kerenggangan yang terjadi antar budaya, namun dampak yang terjadi dapat
lebih parah. Dampak tersebut berupa perpecahan atau peperangan yang terjadi
antar budaya.
Oleh sebab itu, pentingnya tatanan sosial untuk menghindari konflik
tersebut dapat terjadi. Dengan adanya tatanan sosial, tentunya kehidupan pada
masyarakat dapat berjalan dengan baik dan disiplin. Namun, jika konflik itu terus
berlanjut tanpa ada penyelesaian, tentunya konflik tersebut berujung membawa
perpecahan atau peperangan antara kedua budaya tersebut. Seperti yang kita lihat
pada konflik antara Tri dan Linda, awal mula konflik tersebut hanya dilakukan
oleh dua orang yaitu Tri dan Linda. Tri mahasiswa yang berasal dari Jawa itu
mengatakan bahwa “orang Minang itu pelit” kepada Linda yang berstatus sebagai
mahasiswa yang berasal dari Sumatera barat atau Minang.
Linda yang tidak terima pun marah kepada ucapan Tri, hal inilah yang
penyebab konflik tersebut terjadi. Namun apabila konflik budaya yang terjadi
antara Tri dan Linda tersebut terus berlanjut dan tersebar dari mulut ke mulut.
Pada akhirnya konflik tersebut akan meluas hingga kelompok atau masyarakat.
Maka dari itu, pentingnya tatanan sosial dalam masyarakat untuk menghindari
konflik tersebut dapat terjadi.

KESIMPULAN

Antara komunikasi, budaya, dan antropologi tentunya saling berkaitan satu


sama lain. Seperti dijelaskan bahwa komunikasi sebagai proses interaksi yang
terjadi antara manusia dengan manusia lainnya. Kemudian budaya yang dapat
diartikan sebagai kebiasaan atau suatu tindakan yang sering dilakukan, dan
antropologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai manusia pada masyarakat
suku bangsa itu sendiri. Dari ketiga hal tersebut, dapat diartikan manusia atau
subjek antropogi tersebut memiliki kebudayaan atau suatu tindakan yang sering
dilakukan yaitu komunikasi. Kemudian, konflik dan miskomunikasi juga saling
berkaitan antara satu sama lain. Miskomunikasi yang dapat kita artikan sebagai
kesalahan dalam mengartikan atau memaknai informasi, oleh sebab itu dengan
adanya miskomunikasi dapat memicu terjadinya konflik antara satu sama lain.

Dari riset ini, konflik tersebut terjadi karena adanya perbedaan budaya satu
sama lain. Riset ini juga menjelaskan langkah- langkah atau upaya dalam
menyelesaikan konflik yang terjadi antara pihak yang satu dengan yang lainnya.
Kemudian, menjelaskan tujuan dari riset ini, yaitu mengetahui penyebab
terjadinya konflik budaya antara kedua suku tersebut, serta tujuan mengangkat
topik ini adalah dapat membantu memberikan ilmu atau pembelajaran tentang
etnosentrisme kepada khalayak. Sehingga dengan adanya pembelajaran atau riset
ini, orang- orang dapat belajar untuk menghargai satu sama lain. Maka dengan itu,
konflik ini tidak dapat terjadi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2021). Pengertian Observasi Menurut Para Ahli, Ciri-Ciri, Jenis, dan
Tujuannya. Liputan6.
Aeni, S. . (2022). Wawancara adalah Salah Satu Upaya Mencari Informasi, Ini
Penjelasannya. Katadata.
Candrawardhani, S. (2022). Apa Itu Miskomunikasi? Ini Penyebab, Dampak, dan
Cara Mengatasinya. Kitalulus.
Mawardi, R. A. (2022). Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli dan Ruang
Lingkupnya. Detikedu. https://detik.com
Mulachela, H. (2022a). Budaya Adalah Cara Hidup, Begini Penjelasannya.
Katadata.
Mulachela, H. (2022b). Komunikasi Adalah: Definisi, Unsur, dan Tujuannya.
Katadata.
Nugroho, A. C. (2021). Teori Utama Sosiologi Komunikasi (Fungsionalisme
Struktural, Teori Konflik, Interaksi Simbolik). Jurnal Kominfo.
Pangesti, R. (2021). Apa yang Dimaksud Observasi? Ini Tujuan, Manfaat, dan
Jenis- jenisnya. Detik.
Tysara, L. (2021). Pengertian Antropologi adalah Ilmu Tentang Manusia, Ini
Menurut Para Ahli dan Konsepnya. Liputan6.
Utami, S. N. (2023). Pengertian Konflik Menurut Para Ahli. Kompas.

Anda mungkin juga menyukai