Anda di halaman 1dari 15

BAB I

A. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Definisi kebudayaan banyak disebutkan oleh para ahli. Misalnya seperti yang
disebutkan oleh Linton (dalam Sukidin, 2005) dalam bukunya yang berjudul “The Cultural
Background of Personality.” Kebudayaan merupakan gabungan tingkah laku yang sudah
dipelajari dari hasil tingkah laku yang sebelumnya dan unsur-unsur pembentukannya
didukung bahkan diteruskan oleh masyarakat tertentu. Definisi lain juga disebutkan oleh
salah satu tokoh yang bernama Koentjaraningrat (2002) bahwa kebudayaan jika ditinjau dari
ilmu antropologi merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dan dipelajari terus menerus dalam kehidupan masyarakat.
Mempelajari unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kebudayaan adalah hal yang
cukup penting terutama untuk memahami unsur kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia
memiliki unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur unsur kebudayaan tersebut dianggap
universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut
Koentjaraningrat terdapat 7 buah unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Bahasa
Secara umum bahasa merupakan wujud budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau saling berinteraksi baik secara lisan, tulisan maupun
isyarat, sehingga bahasa menjadi alat perantara utama bagi manusia untuk
meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan.
2. Sistem pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam
dan sifat-sifat peralatan yang dipakai
3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
Dalam sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi sebuah keakraban
atau perkumpulan antar masyarakat
4. Sistem peralatan hidup dan Teknologi
Dalam peralatan hidup dan teknologi yang dimaksud teknologi sendiri dalam
unsur Ini adalah jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota

1|Page
masyarakat yang meliputi cara mereka bertindak, cara mereka membuat senjata, alat
transportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda material
5. Sistem mata pencaharian hidup
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha manusia untuk
mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan seperti berburu dan mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan dan lain sebagainya.
6. Sistem religi
Pada sistem religi meliputi sebuah sistem kepercayaan, sistem nilai dan
pandangan hidup, dan upacara keagamaan.
7. Kesenian
Secara sederhana diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan
bentuk yang beranekaragam. Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari
penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda
atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan.
Beberapa tokoh antropolog juga megutarakan pendapatnya tentang unsur-unsur yang
terdapat dalam kebudayaan, Bronislaw Malinowski menngatakan ada 4 unsur pokok dalam
kebudayaan yang meliputi:
1. Sistem norma sosial memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat- alat dan lembaga atau petugas- petugas untuk pendidikan
4. Organisasi kekuatan politik
Sementara itu Melville J. Herkovits mengajukan unsur-unsur kebudayaan yang
terangkum dalam empat unsur:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem Ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Kluckhon (dalam Universal Categories of Cultur) menyebutkan bahwa kebudayaan
yang ada pada seluruh bangsa di dunia dibagi menjadi sistem kebudayaan sederhana yang

2|Page
terdiri atas masyarakat sederhana atau masyarakat pedesaan dan sistem kebudayaan yang
bersifat kompleks yang terdiri dari masyarakat perkotaan.

B. BAHASA DAN KOMUNIKASI


1. BAHASA
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun,
keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran
suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan
tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi
perkembangan bahasa sering terjadi.
Selain mempelajari mengenai asal usul suatu bahasa tertentu ditinjau dari kerangka
bahasa dunia, dalam antropologi linguistik juga dipelajari masalah dialek atau logat bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi antara berbagai masyarakat yang tinggal di satu
rumpun atau satu daerah seperti Jawa. Dalam bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa halus seperti
bahasa Jawa dialek Solo dan Yogyakarta, sedangkan dialek bahasa Jawa yang dianggap kasar
seperti dialek bahasa Jawa Timur. Perbedaan bahasa menurut lapisan sosial dalam
masyarakat disebut tingkat sosial bahasa atau social levels of speech.

3|Page
2. KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan aspek mendasar yang manusia pelajari pada umumnya. Lewat
komunikasi manusia menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan serta
mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang
mempengaruhinya. Pada umumnya perilaku komunikasi merupakan interaksi dua arah,
dimana seseorang terlibat didalamnya berusaha menciptakan dan menyampaikan informasi
kepada penerima. Perilaku komunikasi dikategorikan sebagai perilaku yang terjadi dalam
berkomunikasi verbal maupun nonverbal, yaitu bagaimana perilaku (sumber dan penerima)
mengola dan mentransfer suatu pesan. Menurut Stewart sebagaimana dikutip leh Suranto Aw
berpendapat bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu
kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai adat,
kebiasaan. Sedangkan komunikasi antarbudaya merajuk pada suatu fenomena komunikasi
dimana para pesertanya masing-masing memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat
dalam suatu kontak antara satu dengan yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Ada beberapa istilah yang sering disepadankan dengan istilah komunikasi
antarbudaya, diantaranya adalah komunikasi antar etnik, komunikasi antar ras, komunikasi
lintas budaya, dan komunikasi internasional.
1) Komunikasi Antar Etnik
Kelompok etnik merupakan sekumpulan orang yang memiliki ciri kebudayaan
yang relatif sama sehingga kebudayaan itu menjadi panutan para anggota
kelompoknya. Pengertian etnik sepadan dengan kelompok agama, suku bangsa,
organisasi sosial, dan politik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi
antarpribadi atau komunikasi kelompok yang terjadi di antara kelompok-
kelompok agama (antara orang Protestan dengan orang Katholik), suku (antara
Flores dan Rote), ras (antara Tionghoa dan Arab), dan golongan (antara pemilik
kekuasaan dan yang dikuasai) dapat dikategorikan pula sebagai komunikasi antar
etnik.
2) Komunikasi Antar Ras
Ras adalah aspek genetikal yang terlihat sebagai ciri khas dari sekelompok orang,
umumnya aspek genetikal itu dikaitkan dengan ciri fisik/tubuh, warna kulit, warna
rambut, dll.

4|Page
3) Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya lebih menekankan perbandingan pola-pola komunikasi
antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada
awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya
sehingga dia lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang
mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu.
4) Komunikasi Internasional
Dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang
mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan
berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain
dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas.

a. Hakikat Komunikasi Antar Budaya


Menurut Devito, ada dua hakikat komunikasi antarbudaya, yaitu:

1) Enkulturasi
Mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Bagaimana mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur
ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orangtua, kelompok
teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-
guru utama di bidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
2) Akulturasi
Mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau
pemaparan langsung dengan kultur lain.

Menurut Kim, penerimaan kultur baru bergantung pada sejumlah faktor. Imigran
yang datang dari kultur yang mirip dengan kultur tuan rumah akan terakulturasi lebih
mudah. Demikian pula, mereka yang lebih muda dan lebih terdidik lebih cepat
terakulturasi daripada mereka yang lebih tua dan kurang berpendidikan.

5|Page
b. Tujuan Dari Komunikasi Antarbudaya
Tujuan dari komunikasi antarbudaya menurut Suranto Aw adalah untuk
mengantarkan kepada suatu kompetensi pengetahuan bahwa perbedaan latar belakang
sosial budaya dapat mengakibatkan kurang efektifnya proses komunikasi. Tidak
hanya menekankan bagaimana orang yang saling berbeda latar belakang sosial
budaya dalam berbicara, tetapi bagaimana mereka bertindak antarorang dan
bagaimana mereka mengikuti aturan-aturan terselubung yang mengatur perilaku
anggota masyarakat yang memiliki aturan nilai sosial dan budaya saling beda.

c. Unsur-unsur Komunikasi Antar Budaya


Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, unsur-unsur komunikasi
antarbudaya terdiri dari 3 unsur, yaitu:

1) Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang dilakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi
adalah cara mengubah energi-energi fisik lingkungan menjadi pengalaman yang
bermakna. Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan
budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian. Terdapat tiga
unsur sosio budaya yang mempunyai pengaruh besar dan langsung atas makna-makna
yang dibangun dalam persepsi. Unsur-unsur tersebut adalah sistem-sistem
kepercayaan (belief), nilai (value), sikap (attitude); pandangan dunia (world view),
dan organisasi sosial (social organization). Ketiga unsur utama ini mempengaruhi
persepsi dan makna yang dibangun dalam persepsi, unsur-unsur tersebut
mempengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subyektif.

2) Proses-proses verbal
Proses-proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana berbicara dengan orang lain
namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-
kata yang digunakan. Proses-proses ini (bahasa verbal dan pola-pola berpikir) secara
vital berhubungan dengan persepsi dan pemberian serta pernyataan makna. Bahasa

6|Page
verbal secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang
terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar, yang
digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam suatu komunikasi
geografis atau budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk
menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang
untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir. Pola-
pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam
budaya itu berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana
setiap orang merespon individu-individu dari suatu budaya lain.

3) Proses-proses nonverbal

Proses-proses verbal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan,
namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses-proses nonverbal. Proses-
proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antarbudaya, terdapat tiga aspek
pembahasan: perilaku nonverbal yang berfungsi sebagai bentuk bahasa diam, konsep
waktu, dan penggunaan dan pengaturan ruang. Perilaku nonverbal sebagai suatu
komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa.
Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai
bagian pengalaman budaya. Karena kebanyakan komunikasi nonverbal berlandaskan
budaya, apa yang dilambangkannya seringkali merupakan hal yang telah budaya
sebarkan kepada anggota-anggotanya. Lambang-lambang nonverbal dan respons-
respons yang ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari
pengalaman budaya, apa yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang
lambang tersebut. Budaya mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman
itu, dan oleh karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan bagaimana
mengirim, menerima dan merespons lambang-lambang nonverbal tersebut.

Konsep waktu suatu budaya merupakan filsafatnya tentang masa lalu, masa
sekarang, masa depan, dan pentingnya waktu itu. Waktu merupakan komponen
budaya yang penting. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya

7|Page
yang satu dengan budaya yang lainnya, dan perbedaan-perbedaan tersebut
mempengaruhi komunikasi.

Penggunaan ruang merupakan cara orang menggunakan ruang sebagai bagian


dalam komunikasi antarpersonal disebut proksemik (proxemics). Proksemik tidak
hanya meliputi jarak antara orang-orang yang terlibat dalam percakapan, tetapi
juga orientasi fisik mereka. Orientasi fisik juga dipengaruhi oleh budaya, dan
turut menentukan hubungan sosial.

d. Prinsip-prinsip Komunikasi Antar Budaya


Devito mengemukakan beberapa prinsip di dalam komunikasi antarbudaya, yaitu:
1) Relativitas bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling
banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an
dan di sepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa
mempengaruhi proses kognitif. Karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-
beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal
untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga
akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. Bahasa
yang manusia gunakan membantu menstrukturkan apa yang dilihat dan
bagaimana melihatnya. Sebagai akibatnya, orang yang menggunakan bahasa yang
berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula.
2) Bahasa sebagai cermin budaya
Semakin besar perbedaan budaya, semakin besar perbedaan komunikasi baik
dalam bahasa maupun dalam isyarat nonverbal. Semakin besar perbedaan
antarbudaya, semakin sulit komunikasi dilakukan.
3) Mengurangi ketidakpastian
Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besarlah ketidakpastian dan
ambiguitas dalam komunikasi. Semua hubungan mengandung ketidakpastian.
Banyak dari komunikasi berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga dapat
lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain.
Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih

8|Page
banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk
berkomunikasi secara lebih bermakna.

4) Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya


Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besar kesadaran diri para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat komunikasi yang dilakukan
lebih waspada. Ini mencegah untuk tidak mengatakan hal-hal Dengan semakin
baik komunikator dan komunikan saling mengenal, perasaan terlalu berhati-hati
akan hilang dan menjadi lebih percaya diri dan spontan. Hal ini akan menambah
kepuasan dalam berkomunikasi.
5) Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara
berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih
akrab. Walaupun menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai
orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi
antarbudaya. Menghindari kecenderungan alamiah untuk menilai orang lain
secara tergesa-gesa dan permanen. Penilaian yang dilakukan secara dini biasanya
didasarkan pada informasi yang sangat terbatas. Prasangka dan bias bila
dipadukan dengan ketidakpastian yang tinggi pasti akan menghasilkan penilaian
yang nantinya perlu diperbaiki.
6) Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya seperti dalam semua komunikasi, komunikator
berusaha memaksimalkan hasil interaksi dan berusaha memperoleh keuntungan
sebesarbesarnya dengan biaya minimum.yang mungkin terasa tidak peka atau
tidak patut. Negatifnya, ini membuat komunikasi yang dilakukan terlalu berhati-
hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

e. Hambatan-hambatan Komunikasi Antar Budaya


Beberapa hambatan komunikasi antarbudaya menurut Devito:
1) Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda

9|Page
Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Bila
mengabaikan perbedaan akan terjebak dalam stereotip. Asumsi yang terjadi
bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini
kelompok bangsa atau ras) adalah sama. Setiap kultur terdapat banyak subkultur
yang jauh berbeda satu sama lain dan berbeda pula dari kultur mayoritasnya.
Sering kali juga manusia beranggapan bahwa pada dasarnya manusia itu sama.
2) Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti)
Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang yang
menggunakan kata-kata itu. Diperlukan kepekaan terhadap prinsip ini dalam
komunikasi antarbudaya.
3) Melanggar adat kebiasaan kultural
Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut.
4) Menilai perbedaan secara negatif
Meskipun terdapat perbedaan diantara kultur-kultur, tetap tidak boleh menilai
perbedaan ini sebagai hal yang negatif.
5) Kejutan budaya
Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena
berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri.
Kejutan budaya itu normal. Kebanyakan orang mengalaminya bila memasuki
kultur yang baru dan berbeda.

C. KONSEP KOMUNITAS
a. Pengertian komunitas
Komunitas secara harfiah berasal dari Bahasa latin communitas yang berati
“Kesamaan” komunitas juga diturunkan dari kata Communis yang berarti sama atau
kesetaraan. Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang terdiri dari kumpulan-
kumpulan individu yang memiliki kepercayaan. sumber daya, preferensi, kebutuhan,
resiko dan sejumlah kondisi lain yang sama. Selaras dengan pendapat Soeneanorno
(2002) Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dari
berbagai dimensi kebutuhan fungsional yang sama.

10 | P a g e
b. Komunitas menurut para tokoh
1) Kertajaya Hermawan (2008), adalah sekelompok orang yang saling peduli satu
sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi
relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya
kesamaan interest atau values.
2) Loren O. Osbarn dan Martin H. Neumeyer (1984 : 59) Sekelompok orang yang
memiliki dalam wilayah geografis yang sama, memiliki pusat minat dan kegiatan
yang sama, dan memiliki kepedulian utama dalam kehidupan. Dengan demikian
suatu komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dapat dinyatakan
sebagai “masyarakat setempat”, suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, dimana kelompok itu
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi oleh perasaan kelompok serta
interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya.
3) (Wenger, 2002: 4). Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa
organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat
yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat
memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan
sejumlah kondisi lain yang serupa.
c. Komponen komunitas
Dalam komunitas ada bebrapa komponen penting di dalamnya ( meurut Crow
dan Allan) ada 2 komponen dalam komunitas :

1) Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat
dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama
secara geografis
2) Berdasarkan Minat Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena
mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku,
ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.
Sementara itu, Christensson dan Robinson (seperti dikutip oleh Fredian
Tonny, 2003:22) melihat bahwa konsep komunitas mengandung empat
komponen, yaitu:

11 | P a g e
1) people

2) place or territory

3) social interaction

4) psychological identification.

d. Pembentukan Komunitas
Dalam proses pembentukan komunitas bersifat horizontal dimana dalam
pembetukannya dilakukan oleh sekolompok individu-individu yang bersifat setara.
Sama seperti yang dikatakan (Soenarno 2002) Komunitas adalah sebuah identifikasi
dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.
Dalam suatu komunitas dapat dikatakan kepentingan bersama dalam memenuhi
kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar
belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi sebagai kekuatan pengikatnya.
Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau
wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan
mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang
dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.
(Menurut Vanina Delobelle dalam Andri Wirawan 2010) ada 4 faktor yang
mempengaruhi terbentuknya komunitas
1) Komunikasi dan keinginan berbagi : Para anggota saling menolong satu sama
lain.
2) Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu

3) Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periode

4) Influencer Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya

D. SISTEM RELIGI

Asal-mula religi, para ahli biasanya mengganggap religi sebagai sisa-sisa dari bentuk-
bentuk religi yang kuno, yang dianut seluruh umat manusia pada zaman dahulu, juga oleh orang

12 | P a g e
eropa ketika kebudayaan mereka masih berada pada tingkat yang primitif. Bahan etnografi
mengenai upacara keagamaan dari berbagai suku bangsa didunia dijadikan pedoman dalam
usaha penyusunan teori-teori tentang asal mula agama.

Prof. Dr. M. Driyarkara, S.J. mengatakan bahwa kata agama kami ganti dengan kata
religi, karena kata religi lebih luas, menganai gejala-gejala dalam lingkungan hidup dan prinsip.
Istilah religi menurut kata asalnya berarti ikatan atau pengikatan diri. Oleh sebab itu, religi tidak
hanya untuk kini atau nanti melainkan untuk selama hidup. Dalam religi manusia melihat dirinya
dalam keadaan yang membutuhkan, membutuhkan keselamatan dan membutuhkan secara
menyeluruh.Pengertian agama menurut Islam jauh berbeda dengan definisi yang diberikan oleh
para sarjana Barat seperti tersebut dalam ensiklopedi Prancis yang berkisar pada 2 definisi yang
dianggap ilmiah, antara lain sebagai berikut:

1. Agama ialah suatu jalan yang dapat membawa manusia dapat berhubungan dengan
kekuatan gaib yang tinggi.
2. Agama ialah sesuatu yang mengandung pengetahuan dan kekuasaan yang tidak pararel
dan tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan.

Namun pada dasarnya religi berasal dari kata religaredan relegare(Latin). Religare
memiliki makna ”suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguh-sungguhan dalam
melakukannya”. Sedangkan Relegare memiliki makna ”perbuatan bersama dalam ikatan saling
mengasihi”. Kedua istilah ini memiliki corak individual dan sosial dalam suatu perbuatan
religius.

Koentjaraningrat mendefinisikan religi yang memuat hal-hal tentang keyakinan, upacara


dan peralatannya, sikap dan perilaku, alam pikiran dan perasaan disamping hal-hal yang
menyangkut para penganutnya sendiri.Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu
mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-
pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi
bersama dengan tiga unsur lain, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat
yang menganut religi itu.

Koentjaraningrat(1987, 58) telah menggolongkan teori-teori tentang asas religi ke dalam


tiga golongan, yaitu:

13 | P a g e
1. Teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi pada keyakinan dalam religi.
2. Teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi pada sikap manusia terhadap alam
gaib atau hal yang gaib.
3. Teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi pada upacara religi.

Koentjaraningrat (1992, 239) menyebutkan bahwa seseorang terikat dengan sesuatu yang
disebut emosi keagamaan yang menyebabkan orang tersebut melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan religi. Perilakunya juga menjadi serba religi. Unsur-unsur dasar pembentuk
religi, yaitu:

1. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan
keagamaan.
2. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam
gaib, hidup, maut dan sebagainya.
3. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib
berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut.
4. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan
mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara keagamaannya.

Selain unsur-unsur pembentuk religi, Koentjaraningrat juga mengajukan lima komponen


sistem religi. Kelima komponen tersebut adalah emosi keagamaan, umat beragama, sistem
keyakinan, sistem ritus dan upacara keagamaan, dan peralatan ritus dan upacara. Komponen-
komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Emosi keagamaan adalah pusat dari komponen sistem religi. Emosi keagamaan yang
dirasakan oleh umat beragama, mendorong mereka untuk melakukan upacara berdasarkan sistem
ritus dan upacara keagamaan. Upacara-upacara ini juga dilakukan berdasarkan sistem keyakinan
dan juga peralatan ritus dan upacara yang mendukung terlaksananya upacara.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi Jilid I. Jakarta. PT Rineka Cipta


Wirawan A. 2010. Komunitas. Semarang. Unnes
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplg3db990f80afull.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/usur-unsur_budaya.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/4306/3/Bab%202.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/12600/20/Bab%202.pdf

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai