Anda di halaman 1dari 28

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan

1

PENDAHULUAN
1. BUDAYA
1.1 Pengertian Budaya
Budaya secara umum adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat isitadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.

1.2 Definisi Kebudayaan Menurut Ilmu Antropologi
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan
karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu
dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa
tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan yang membabi buta. Bahkan berbagai
tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersama
kelahirannya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya) juga dirombak
olehnya menjadi tindakan berkebudayaan.
1. Kebudayaan (Culture) dan Peradaban
Demikianlah budaya dan kebudayaan adalah daya dan budi yang berupa cipta,
karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Dalam istilah Antropologi-Budaya perbedaa itu ditiadakan. Kata Budaya disini
hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.
2. Sifat Superorganik dari Kebudayaan
Manusia berevolusi dalam jangka waktu kurang lebih empat juta tahun lamanya. Telah
ada bahasa sebagai alat komunikasi untuk perkembangan sistem pembagian kerja dan
interaksi antara warga kelompok. Kemampuan akal manusia untuk mengembangkan
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
2

konsep-konsep yang makin lama makin tajam, yang dapat disimpan dalam bahasa, dan
bersifat akumulatif. Ketika itu juga sudah ada alat-alat yang pertama, berupa sebatang
kayu untuk tongkat pukul, untuk segumpal batu untuk senjata lempar. Kemudian batang
kayu diperuncing olehnya sehingga selain sebagai senjata pukul, juga dapat berfungsi
sebagai senjata tusuk dan gumpal-gumpal batu yang dipertajam pada sisi belahannya
dapat juga berfungsi sebagai alat potong.
Kebudayaan berevolusi secara lambat dan baru 200.000 tahun kemudian tampak sedikit
kemajuan, bahwa kebudayaan manusia telah bertambah dengan kemamuan untuk
menguasai api dan mempergunakan energinya, serta kepandaian untuk membuat
gambar-gambar pada dinding gua, yang berarti bahwa manusia mengembangkan
kesenian, mungkin juga konsep-konsep dasar mengenai religi. 50.000 tahun setelah itu
evolusi organik tampak perbedaan beragam ras, maka dalam proses evolusi kebudayaan
telah mulai tampak alat-alat dengan teknologi rumit seperti busur panah dan bercocok
tanam.

1.3 Parameter Budaya
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya di miliki
oleh seluruh manusia, maka dengan demikian budaya merupakan faktor pemersatu. Budaya
juga merupakan pengetahuan yang dapat di komunikasikan, sifat-sifat berlaku di pelajari
yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial. Dalam hal ini setiap
kelompok budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-
tantangan hidup seperti kelahiran,pertumbuhan serta hubungan-hubungan sosial.

1.4 Fungsi Kebudayaan
Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat
bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :
a. Hidup lebih baik
b. Lebih manusiawi
c. Berperikemanusiaan
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
3

Dalam Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesia menyatakan Indonesia terdiri dari 500
etnis suku bangsa yang tinggal di lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil (Mohammad Yusuf
Melatoa). Mereka masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda dengan yang lainnya.

1.5 Komunikasi Antar Budaya
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya
menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana komunikasi berlangsung,
tetapi budaya juga turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki
untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan
pesan.
Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang melayani hubungan
antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Sebuah proses komunikasi
yang melibatkan manusia pada kemarin, kini, dan mungkin di masa yang akan datang.
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar 2 kata, tetapi 2 konsep yang tidak dapat
dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagi studi
yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (William B. Hart II, 1996).
Definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya adalah menambahkan kata
budaya kedalam pernyataan komunikasi antar 2 orang/lebih yang berbeda latar belakang
kebudayaan.
Pengertian komunikasi antar budaya membenarkan sebuah hipotesis proses komunikasi
antar budaya, bahwa semakin besar derajat perbedaan antar budaya maka semakin besar pula
kita kehilangan peluang untuk merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang
efektif. Jadi harus ada jaminan terhadap akurasi dan interpretasi pesan-pesan verbal maupun
nonverbal. Hal ini disebabkan karena ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari
kebudayaan yang berbeda, maka kita memiliki pula perbedaan dalam sejumlah hal misalnya,
derajat pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan,
suasana misteri yang tidak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat, bahkan nampak tidak
bersahabat. Disini, kebudayaan menjadi latar belakang kehidupan, akan mempengaruhi
perilaku komunikasi manusia. Oleh karena itu di saat berkomunikasi antar pribadi dengan
seseorang dalam masyarakat yang makin majemuk, maka dia merupakan orang pertama
dipengaruhi oleh kebudayaan kita.

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
4

1.6 Psikologi Lintas Kultural
Psikologi lintas kultural adalah studi kritis dan komparatif atas efek kultural terhadap
psikologi manusia. Setiap studi dalam psikologi lintas kultural mengambil kesimpulan
berdasarkan dua sampel yang merepresentasikan paling tidak dua kelompok kultural. Karena
psikologi lintas kultural adalah soal perbandingan dan melakukan perbandingan akan
membutuhkan keterampilan kritis sehingga studi ini tidak bisa di pisahkan dari pemikiran
kritis.
Psikologi lintas kultural mempelajari hubungan antara norma dan perilaku dan cara di
mana sebagian aktivitas manusia di pengaruhi oleh kekuatan sosial dan kultural yang
berbeda. Psikologi lintas kultural tidak hanya membahas tentang perbedaan dalam kelompok
kultural, tapi juga membahas hal-hal yang universal secara psikologis, yakni fenomena yang
lazim ada orang di banyak kultur atau mungkin semua kultur.

2. TRANSKULTURAL
TRANSKULTURAL berasal dari kata trans dan culture. Trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas dan penghubung. Culture berarti melalui dan budaya. Menurut
kamus besar bahasa indonesia trans berarti melintang, melintas, menembus, culture
berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kebudayaan.
Transkultural dapat diartikan sebagai :
1. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi
budaya yang lain
2. Pertemuan kedua nilai nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial
3. Transcultural merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai nilai budaya (nilai budaya yang berbeda , ras , yang
mempengaruhi pada seorang saat melakukan asuhan perawatan kepada klien / pasien).
Menurut Leininger (1991).


Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
5

3. ETNIK KALIMANTAN BARAT
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia terletak di Pulau Kalimantan dan
beribu kotakan Pontianak.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi
"Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan
sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar
sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah
pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar
kecamatan.

3.1 Suku bangsa
Menurut sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut (Afdeeling Singkawang
dan Afdeeling Pontianak, tidak termasuk afdeeling Ketapang dan afdeeling Sintang) terdiri
atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%),
suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun 1930 di seluruh Kalbar
pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%),
bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%).

3.2 Kebudayaan Melayu
Kata Melayu berasal dari layu yang berasal dari bahasa Melayu Johor: Layar, dan
melayu Minang layo, yang berarti layar. Dari kata akar kata tersebut dapat disimpulkan
bahwa, kata melayu berarti menunjukkan sebuah kerajaan yang berada di Jambi. Atau bisa
pula diartikan terkait dengan istilah layar, mengisyaratkan bahwa orang-orang melayu
merupakan sebutan bagi para pelaut, yang notabene lazim dilakukan oleh para nelayan dan
pedagang. .

A. TRADISI DALAM KEBUDAYAAN MELAYU
Ada beberapa macam tradisi dalam kebudayaan melayu di antara nya:

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
6

1. Meminang
Meminang dalam bahasa melayu sama juga dengan melamar. Acara ini dilakukan
pada hari yang telah di sepaatkan bersama. Biasanya acara meminang diungkapan
dengan berbalas pantun. Secara tradisi pihak keluarga pria membawa tepak sirih
paling sedikit 5 buah : tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat
janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
2. Tepuk tepung tawar
Ritual adat ini merupakan sebagai suatu bentuk ungkapan rasa syukut atau doa kepada
pengantin mempelai yang di lakukan oleh para sesepuh atau tokoh adat. Dengan cara
menepuk kan daun-daunan (antara lain daun setawar, sirih, ganda rusa, sijuang, dll)
yang di ikat menjadi satu yang telah di celup ke air harum serta beras kunyit., lalu di
tepukkan kepada kedua mempelai. Sesudah tradisi sesepuh melakukan tepuk tepung
tawar dengan mendapat kan bingkisan berupa bunga telur yakni berupa bung ayang
di buat dari kertas dengan sebatang lidi yang telah di sertai telur, semua bahan ini di
gunakan tentunya mempunya makna mulia.
3. Seprahan
Budaya saprahan atau makan besaprah. Saprahan dalam adat istiadat Melayu berasal
dari kata saprah yang secara harfiah berarti berhampar, yaitu budaya makan bersama
dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok yang tersiri
dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Tradisi makan saprahan memiliki makna duduk sama rendah berdiri sama tinggi ini.
Prosesi saprahan begitu kental dengan makna filosofis, intinya menekankan
pentingnya kebersamaan, keramahtamahan, kesetiakawanan sosial, serta
persaudaraan.
Para pelayan yang membawa saprahan juga memakai pakaian khusus yang seragam.
Mereka akan mengatur hidangan yang dibawa dengan urutan tertentu: pertama piring
dan tempat cuci tangan, kedua nasi, ketiga lauk paku, dan terakhir air
minum/makanan penutup. Dalam mengatur saprahan ini, tamu yang berada di ujung
tarup (biasanya undangan khusus atau mereka yang dihormati) akan diantar saprahan
lebih dahulu, begitu seterusnya hingga tamu yang paling akhir. Setelah itu barulah
pemimpin acara atau tuan rumah mempersilakan para tamu untuk makan. Setelah
acara makan saprahan selesai, biasanya pemimpin tarup (Pak Lebai) akan membaca
doa selawat sebagai tanda bahwa undangan sudah boleh pulang.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
7

Tradisi saprahan dalam suatu upacara perkawinan khas masyarakat Melayu Sambas
biasanya dibuka dengan lagu-lagu ceria, diiringi alat musik tanjidor. Tamu yang boleh
duduk di barisan atau sap paling atas hanya mereka yang sudah bergelar haji, hajah,
atau orang yang berilmu.
4. Kemponan
Kemponan tersendiri memiliki makna sakral bagi masyarakat melayu Sambas,
Kalimantan Barat. Kemponan merupakan sebuah istilah yang di pakai untuk
menggambarkan ketidaksampaiannya seseorang untuk mencicipi suatu makanan atau
minuman. Mereka percaya jika mereka terkena kemponan maka akan terkena
musibah, seperti tabrakan atau terjatuh. Maka, biasanya jika di tawari sesuatu
makanan atau minuman, namun tidak sempat untuk mengkonsumsinya maka orang
yang menawari akan menyuruh kita untuk mencicipi (mencuil) sedikit makanan atau
minuman tersebut agar terhindar dari musibah. Istilah yang sangat kerap di pakai
untuk mencicipi sedikit ini disebut japai (sambas). Percaya atau tidak tetapi hingga
kini budaya takut kemponan ini masih banyak di jalankan masyarakat melayu
Kalimantan Bara.Kepercayaan ini terbangun karena kesadaran empiris yang pernah
terjadipada orang-orang melayu. Mungkin saja ini ada yang menilai syirik, tapi bagi
mereka itu adalah bagian dari budaya yang membentuk khasanah masyarakat melayu
sambas Kalimantan Barat.
5. Saat berada di Sungai atau di Laut
Tidak boleh mencuci kuali langsung di sungai, dan membuang abu dapur ke sungai,
Mencucui kuali, atau membuang abu dapur di sungai, terutama pada saat lorang
tersebut melakukan perjalanan dengan menggunakan sampan, maka akan
menyebabkan hujan ribut, yang bisa membahayakan nyawa orang yang bersangkutan
tentunya. Jadi boleh dikatakan hal ini juga bisa menyebabkan kematian

B. Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan
Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa
Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak,
Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan
Bahasa Tionghoa sepertiTiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di masksudkan terhadap bahasa suku
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
8

Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda
di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan
merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak
Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja
terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya
saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk
(kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu
Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama
dengan bahasa Melayu Sarawak, Melayu Malaysia dan Melayu Riau.

C. Tarian Tradisional
Tari Zapin pada masyarakat Melayu kalimantan Barat, Merupakan suatu tari pergaulan
dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia
menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas
maka di sebut Zapin Kipas.

D. Alat Musik Tradisional
1. Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat
dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin,
sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan
pembayaran dalam hukum adat.
2. Sapek, merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan
masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut
Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
3. Kangkuang, merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir,
terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.

E. Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, diantaranya:
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
9

Tenun Daerah Sambas

Tenun Kapuas Hulu

Tenun banua dayak


F. Masakan dan makanan Tradisional
Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:
1. Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
10

RESEP IKAN ASAM PEDAS ATAU ASAM PADEH
Asam Pedas atau dikenal dengan sebutan Asam Padeh merupakan masakan
tradisional Minangkabau dan Melayu. Masakan ini mudah ditemui karena menjadi
salah satu andalan menu hidangan di Restoran Padang pada umumnya. Ikan yang
biasa digunakan adalah ikan tongkol, kakap, tuna, Ikan kembung, gurami, dan cumi-
cumi yang kemudian dipadukan dengan bumbu dan rempah sehingga menghasilkan
cita rasa yang enak dengan kobinasi asam dan pedasnya.
Bahan dan Bumbu :
600 gram ikan tongkol, bersihkan, potong bulat 6 bagian
2 buah asam kandis/ belimbing wuluh
1 lembar daun kunyit
2 lembar daun jeruk purut
gelas air
minyak untuk menumis
Haluskan :
6 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdm cabai giling halus, pedas sesuai selera
4 cm kunyit
2 cm lengkuas
2 cm jahe
garam secukupnya
CARA MEMBUAT IKAN ASAM PEDAS :
1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan ikan, Aduk-aduk.
Masukkan asam, daun kunyit, daun jeruk dan air.
2. Masak sampai kuah mengental dan ikan matang serta bumbu meresap. Angkat dan
sajikan.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
11



2. Masakan Bubur Pedas
Bahan:
1. 250 gram beras, cuci bersih
2. 100 gram kelapa, parut
3. 150 gram tetelan sapi
4. 5 lonjor kacang panjang, potong-potong
5. 1 ikat kangkung, potong-potong
6. 2 buah wortel, potong dadu
7. 50 gram ubi jalar, potong dadu
8. 50 gram ubi singkong, potong dadu
9. 1000 cc air


Pelengkap:
1. 100 gram kacang tanah, goreng
2. 50 gram ikan teri, goreng

Bumbu:
1. 2 lembar daun salam
2. 1 batang serai, memarkan
3. 2 cm lengkuas, memarkan
4. 3 butir bawang merah
5. 1 siung bawang putih
6. 1 buah cabai merah
7. sendok teh lada bubuk
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
12


Cara membuat:
1. Sangrai beras dan kelapa parut, angkat. Tumbuk halus, sisihkan.
2. Didihkan air, rebus tetelan hingga matang. Masukkan bumbu halus, daun salam,
serai, lengkuas. Aduk-aduk.
3. Tambahkan beras tumbuk, aduk-aduk. Aduk-aduk. Masukkan wortel, kacang
panjang, kangkung, ubi jalar. Masak hingga matang, angkat.
4. Hidangkan engan taburan kacang tanah dan ikan teri.




3.3 Kebudayaan Dayak
Dayak atau Daya (ejaan lama: Dajak atau Dyak adalah nama yang oleh penduduk
pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalamanyang mendiami Pulau Kalimantan
(Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Ada 5
suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser Menurut sensus BPS
tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga
yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan
lainnya (non Dayak dan non Banjar). Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau
bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama
kekeluargaannya.

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
13

A. Tradisi Suku Dayak
Senjata Suku Bangsa Dayak
1. Sipet / Sumpitan. Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan
berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 - 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang dengan
diameter lubang - cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan
(Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan
rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak
sumpitan.
2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan
dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
3. Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 2 meter
dengan lebar 30 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai
makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.

Rumah Adat
Arsitektur Rumah Betang di Tumbang Anoi merupakan rumah panjang hunian
komunal masyarakat suku Dayak Ot Danum di perhuluan sungai Kahayan.


Arsitektur Rumah Balai Bini di Kumai, salah satu tipe Rumah Baanjung yang
merupakan hunian keluarga inti dalam rumah sendiri-sendiri pada masyarakat pesisir
Kalimantan Tengah.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
14




Seni musik yang dikenal di daerah ini antara lain :
Chordophone
Kacapi
Rebab
I diophone
Berbagai jenis Gong
Kangkanung
Membranophone
Berbagai jenis Kendang (Gandang)
Katambung

Seni Vokal
Seni vokal yang populer di wilayah ini adalah:
Karungut
Kandan
Mansana
Kalalai Lalai
Ngendau
Natum
Dodoi
Marung

Upacara Adat
Wadian
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
15

Upacara Tiwah (upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah
meninggal)
Wara (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
Balian (upacara atau prosesi pengobatan)
Potong Pantan (upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan)
Mapalas (upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka)
Ijambe (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)

Makanan Tradisi Suku Dayak
1. Juhu Singkah / Umbut Rotan
Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu
makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak,
terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa
Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut
nang'e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju
dikenal dengan juhu singkah. Umbut rotan ini
dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu
menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda
dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut
rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut Rotan
memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis
dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.

2. Kalumpe / Karuang
Kalumpe / karuang adalah sayuran yang
dibuat dari daun singkong yang ditumbuk
halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak
Maanyan dan karuang sebutan sayur ini
dalam bahasa Dayak Ngaju. Dalam
pembuatannya, biasanya daun singkong
ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk
masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan.
Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
16

panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan
asin.

B. Tumbuhan Obat Suku Dayak Borneo Kalimantan
1. Bawang Dayak
Bawang Dayak Eleutherine palmifolia (L.) Merr
(Bawang Dayak, Bawang Hantu/Kambe) merupakan
tanaman khas Kalimantan Tengah. Bawang Dayak sudah
dipergunakan sebagai obat berbagai jenis penyakit
seperti kanker payudara, obat penurun darah tinggi
(Hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes melitus),
menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker usus dan
mencegah stroke.

2. Uru Sambelum (Cocor Bebek)
Orang Dayak menggunakan sebagai : Obat
Luka Luar, Maag/Luka Dalam, Menurunkan
Demam, Bisul atau Memar, Obat Tetes
Radang Telinga, Obat Kumur Amandel.








Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
17

3.4 Kebudayaan Bugis
Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau
Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia
tepatnya Yunan. Kata Bugis berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Masuknya orang Bugis di Kalimantan Barat bermula dari kedatangan Daeng Mataku
yang menikah dengan Ratu Malaya, salah seorang anak Pangeran Agung dari Kerajaan
Sukadana. Daeng Mataku ini pernah membantu menyerang Istana Sultan Zainuddin; pada
tahun 1710 atas suruhan Pangeran Agung, saudara kandung Zainuddin. Karena jasanya itu,
Daeng Mataku diangkat menjadi panglima. Keturunan Daeng Mataku kini tersebar di daerah
Sukadana dan sekitarnya.
Dalam hal ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara masyarakat bugis makassar
dengan masyarakat kalimantan barat. Sebagian besar tradisi tetap di jalankan sesuai ketentuan
adat yang berlaku. Meskipun banyak masyarakat bugis yang menikah dengan suku lain dan
berdomisili tetap di wilayah kalimantan barat.

A. Adat istiadat suku bugis
Dalam budaya suku bugis terdapat konsep ade atau adat dan konsep spiritualitas.
Masyarakat tradisional suku bugis mengacu pada konsep pangadereng atau adat istiadat
berupa norma yang terkait satu sama lain.
Kehidupan sehari hari masyarakat bugis sangat memperhatikan hubungan harmonis
antar sesame manusia. Hal tersebut dapat di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
mengucapkan tabe yang artinya permisi.
Ucapan ini dilakukan dengan posisi badan membugkuk setengah badan. Ucapan tabe
dilakukan saat lewat didepan orang orang yang lebih yang tua. Kemudian, mengucapkan
iye atau jawaban iya yang halus dan ramah. Selain itu diajarkan pula untuk menghargai
orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda.

B. Bahasa
Etnik Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis (Juga dikenali
sebagai Ugi). Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan
Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
18

sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara,
sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta.

C. Pantangan pantangan
Pemmali ataupun pantangan dalam masyarakat Bugis dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pemmali dalam bentuk perkataan dan pemmali dalam bentuk perbuatan.
1. Pemmali bentuk perkataan
Pemmali bentuk ini berupa tuturan atau ujaran. Biasanya berupa kata-kata yang
dilarang atau pantang untuk diucapkan. Kata-kata yang pantang untuk diucapkan
disebut kata tabu. Misalnya, menyebut kata balawo (tikus) dipercaya masyarakat akan
mengakibatkan gagal panen karena serangan hama tikus. Begitupula menyebut
kata buaja buaya dapat mengakibatkan Sang Makhluk marah sehingga akan
meminta korban manusia.
Untuk menghindari penggunaan kata-kata tabu dalam berkomunikasi, masyarakat
Bugis menggunakan eufemisme sebagai padanan kata yang lebih halus. Misalnya,
kata punna tanah penguasa tanah digunakan untuk menggantikan kata balawo,
punna uwae penguasa air digunakan untuk menggantikan kata buaja.
2. Pemmali bentuk perbuatan atau tindakan
Pemmali bentuk perbuatan atau tindakan merupakan tingkah laku yang dilarang untuk
dilakukan guna menghindari datangnya bahaya, karma atau berkurangnya rezeki.
Contohnya antara lain :
a. Pantangan bagi seorang gadis menyanyi di dapur apabila sedang memasak atau
menyiapkan makanan. Masyarakat Bugis menjadikan pantangan menyanyi pada
saat sedang memasak bagi seorang gadis. Akibat yang dapat ditimbulkan dari
pelanggaran terhadap larangan ini adalah kemungkinan sang gadis akan mendapatkan
jodoh yang sudah tua. Secara logika, tidak ada hubungan secara langsung antara
menyanyi di dapur dengan jodoh seseorang. Memasak merupakan aktivitas manusia,
sedangkan jodoh merupakan faktor nasib, takdir, dan kehendak Tuhan. Jika dimaknai
lebih lanjut, pemmali di atas sebenarnya memiliki hubungan erat dengan masalah
kesehatan. Menyanyi di dapur dapat mengakibatkan keluarnya ludah kemudian
terpercik ke makanan. Dengan demikian prilaku menyanyi pada saat memasak dapat
mendatangkan penyakit. Namun, ungkapan atau larangan yang bernilai bagi
kesehatan ini tidak dilakukan secara langsung, melainkan diungkapkan dalam bentuk
pemmali.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
19

b. Pemali meninggalkan makanan atau minuman yang sudah dihidangkan
karena biasa terkena bencana. Pemali ini memuat ajaran untuk tidak
meninggalkan makanan atau minuman yang telah dihidangkan. Meninggalkan
makanan atau minuman yang sengaja dibuatkan tanpa mencicipinya adalah
pemborosan. Makanan atau minuman yang disiapkan itu menjadi
mubazir. Makanan bagi masyarakat Bugis merupakan rezeki besar. Orang
yang meninggalkan makanan atau minuman tanpa mencicipi merupakan
wujud penolakan terhadap rezeki. Selain itu, menikmati makanan atau
minuman yang dihidangkan tuan rumah merupakan bentuk penghoramatan
seorang tamu terhadap tuan rumah. Meninggalkan makanan dapat membuat
tuan rumah tersinggung.
c. Gadis tidak boleh tidur sampai tengah hari sebab rezeki akan berlalu.
Bangun tengah hari melambangkan sikap malas. Apabila dikakukan oleh
gadis, hal ini dianggap sangat tidak baik. Jika seseorang terlambat bangun,
maka pekerjaannya akan terbengkalai sehingga rezeki yang bisa diperoleh
lewat begitu saja. Terlambat bangun bagi gadis juga dihubungkan dengan
kemungkinan mendapatkan jodoh. Karena dianggap malas, lelaki bujangan
tidak akan memilih gadis seperti ini menjadi istri. Jodoh ini merupakan salah
satu rezeki yang melayang karena terlambat bangun.

D. Kesenian
1. Seni Tari
Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika
kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran
dan kehormatan.
Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan
yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan
ketekunan perempuan-perempuan Bugis.
Tari Pajoge dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabari (waria),
namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah
punah.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
20

Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa, tari Pagalung, dan
tari Pabbatte.
2. Rumah adat suku bangsa Bugis Makassar berupa panggung yang terdiri atas 3
bagian sebagai berikut.
a. Kalle balla adalah untuk tamu, tidur,dan makan.
b. Pammakkang adalah untuk menyimpan pusaka.
c. Passiringang adalah untuk menyimpan alat pertanian.
3. Pakaian adat khas wanita Bugis Makassar adalah baju bodo. Baju bodo berupa
kain sarung yang berwarna merah hati, biru, dan hijau.
4. Alat musik
a. Kacapi (Kecapi)
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku
Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi
ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya
menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya
dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para
tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
b. Sinrili
Alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan
membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain
duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.
c. Gendang
Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan
bundar seperti rebana.
d. Suling
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu: Suling panjang (suling
lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah. Yang kedua,
suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi
dan dimainkan bersama penyanyi. Yang ketiga, suling dupa samping (musik
bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang.
Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara
penjemputan tamu.

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
21

E. Pengobatan Tradisional
1. Mengobati pusar bayi yang baru lahir agar tali pusar bayi cepat lepas, biasanya
dengan menggunakan abu bakaran kain-kain bekas. Abu bekas bakaran tersebut
ditempelkan ke pusar bayi.
2. Air penawar, air putih yang telah dibacakan doa-doa untuk diminum atau
dimandikan kepada yang menderita sakit. Hal tersebut dipercaya untuk
menghilangkan rasa sakit.
3. Untuk hidung pilek terkena angin, caranya dengan jahe yang direndam dalam
madu. Atau tumbuk meica dan anggur hingga halus, lalu sapukan pada hidung.
Atau tumbuk lengkuas hingga halus, campur air, lalu teteskan pada hidung.
4. Untuk sakit kepala, dengan cara kayu manis ditumbuk halus, camur dengan air
sedikit, lalu ditempel pada kepala yang sakit.
5. Untuk mata kabur, haluskan kayu manis dan gula bersamaan, lalu gosokkaan di
pinggir mata.
6. Untuk mulut sariawan,wijen digoreng tanpa minyak hingga matang, campur
dengan minyak kelapa, lalu sapukan pada sariawan.


3.5 Kebudayaan Tionghoa
Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cina) di Indonesia adalah salah satu etnis
di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien),
Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka
disebutTangren (Hanzi: , "orang Tang") atau lazim disebut Huaren (Hanzi Tradisional:
;Hanzi Sederhana : ) .
Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun
yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah
Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan
dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat
dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina.
Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan
Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai
Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
22

A. Daerah Konsentrasi
Populasi warga Tionghoa di Singkawang mencapai lebih dari separuh jumlah
penduduknya.
Tiochiu - Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
dan Kalimantan Barat (khususnya di Singkawang ,Pontianak dan Ketapang).

B. Bahasa
Bahasa Tionghoa (/, /, atau ; pinyin: hny, huy, atau
zhngwn) adalah bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet. Meskipun kebanyakan
orangTionghoa menganggap berbagai varian bahasa Tionghoa lisan sebagai satu bahasa,
variasi dalam bahasa-bahasa lisan tersebut sebanding dengan variasi-variasi yang ada dalam
misalkan bahasa Roman; bahasa tertulisnya juga telah berubah bentuk seiring dengan
perjalanan waktu, meski lebih lambat dibandingkan dengan bentuk lisannya, dan oleh sebab
itu mampu melebihi variasi-variasi dalam bentuk lisannya.

C. Tradisi
Tradisi Orang Tionghoa Pindah Rumah Baru
Sembahyang Rebutan
Cap Go Meh

D. PANTANGAN DI DALAM KEBUDAYAAN TIONGHOA
Saat Menstruasi di larang keramas dan minum air dingin (es)
Habis melahirkan tidak boleh keramas sampai 1 bulan
Habis melahirkan tidak boleh kena angin
Habis melahirkan harus makan nasi pakai ayam yang di masak dengan di beri sedikit
arak (minuman keras)




Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
23

E. Makanan Khas Etnis Tionghoa

Cara Membuat Bakpao Empuk | Bakpao merupakan makanan tradisional Tionghoa,
bakpao sendiri yang berisi daging. dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam,
sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau,dan
sebagainya, sesuai selera.

Resep Bakpao Cokelat Empuk Bahan:
100 gram gula pasir
1 sendok makan cokelat bubuk
100 gram tepung terigu
100 gram gula pasir
150 cc air hangat
1 sachet ragi instan
300 gram tepung terigu
1 sendok teh baking powder
2 sendok makan mentega putih
15 potong kertas ukuran 1010 cm

Cara membuat Bakpao Cokelat Empuk :
Untuk membuat isi bakpao coklat maka campurkan gula dengan bubuk cokelat dan
aduk hingga rata, kemudian sisihkan.
Campur gula pasir dan ragi instan dengan air hangat, aduk hingga gulanya larut. Lalu
tambahkan tepung terigu dan aduk rata, serta diamkan selama 15 menit.
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
24

Tambahkan tepung terigu, baking powder dan mentega putih lalu aduk dan uleni hingga
kalis dan tidak lengket di tangan.
Letakkan adonan di mangkuk besar, tutup dengan serbet. Diamkan sekitar 30 menit
sampai adonan mengembang.
Kempeskan adonan dan biarkan 15 menit lagi hingga mengembang. Kempeskan lagi
dan bagi adonan menjadi 15 bagian.
Ambil satu bagian kemudian pipihkan, isi dengan gula cokelat, dan rekatkan bagian
pinggirnya jadi satu hingga membentuk bola
Letakkan di atas kertas. Lakukan hingga semua adonan habis.
Bakpao yang sudah dibentuk dikukus selama 9 menit.


G. KESENIAN TIONGHOA
Barongsai

Pertunjukan tari singa atau barongsai yang kian marak merupakan khas budaya etnis
tionghoa, tak dapat dipungkiri bahwa kesenian barongsai sangat banyak disukai dan mampu
menarik perhatian penonton. Kesenian ini jelas berasal dari negri tiongkok yang kemudian
dibawa ke berbagai pelosok dunia oleh para imigran Tionghoa, termasuk ke nusantara pada
masa yang lampau. Namum sayang sekali informasi mengenai asal-usul, makna, maupun
legenda mengenai kesenian barongsai ini sangat minim, sehingga timbul berbagai penafsiran
atau kesimpang-siuran. Barongsai dipercaya juga merupakan makhluk Adi Kodrati yang
dapat memberi kemakmuran dan kebahagian. namun seiring perkembangan zaman yang
begitu pesat, atraksi Barongsai banyak dimodifikasi.

Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
25

H. PENGOBATAN DALAM KEBUDAYAAN TIONGHOA
Di Kota Singkawang ada yang di kenal dengan sebutan Singsang (atau Sinshe).
Istilah sinshedalam bahasa China mengandung arti tabib, guru atau ahli. Dalam
perkembangannya istilah ini identik dengan pengobatan tradisional China yang dilakukan
oleh tabib yang mendeteksi suatu penyakit, menemukan dan melakukan pengobatan terhadap
jenis penyakit tersebut. Obat-obatan China ini mengandalkan bahan-bahan alami dari
tanaman berkhasiat obat. Konon, mengkonsumsi obat alami ini juga tidak menimbulkan efek
samping asalkan diminum secara tepat.
Pengobatan semacam ini di lakukan dengan cara memijat bagian tubuh tertentu yang
ada kaitannya dengan penyakit yang di derita pasien, kemudian barulah dibuatkan ramuan
obatnya. Sedangkan di kalangan medis, mendeteksi penyakit biasanya dilakukan dengan
menggunakan beraneka peralatan modern, biasanya cenderung mahal. Namun demikian, ada
baiknya masayarakat lebih jeli dalam memilih alternative pengobatan yang telah memiliki
standardisasi.
Orang Tionghoa memiliki pepatah yang mengatakan bahwa makanan dan obat datang
dari sumber yang sama. Perhatian terhadap makanan bersifat holistik, bagaimana proporsi
keseimbangan makanan, rasa makanan, suhu, semuanya dianggap mempengaruhi kesehatan.
1. Mereka menjaga keseimbangan makanan
2. Makanlah banyak sayuran
3. Makanan harus bervariasi.
4. Hindari makanan yang telah rusak.
5. Gabungkan berbagai rasa makanan.
6. Makan secara teratur pada saat yang tepat.
7. Masalah olah raga
8. Masalah istirahat.
9. Hormat kepada orang yang lebih tua.





Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
26

PENUTUP
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat
dipaparkan pada makalah ini adalah bahwa kebudayaan di Indonesia sangat beragam.
Khususnya di Kalimatan Barat yang mempunyai suku yang beraneka ragam seperti Melayu,
Dayak, Tionghoa, Bugis.
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai
macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong
keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam
terpaan zaman.

4.2 SARAN
Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu
menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat. Adat istiadat dari suatu daerah
harus tetap di lestarikan oleh penerus bangsa. Supaya kebudayaan kita tidak di claim oleh
negara luar.











Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
27

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar I lmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi J ilid 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mulyana, Deddy. Jalaludin Rakhmat. (1993). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
B. Shiraev, Eric. David A. Levy. (2012). Cross Cultural Psycology: Critical Thinking and
Contemporary Applications (Fourth Edition Allyn and Bacon). Jakarta: Kencana
Cahyono, Heru, dkk. (2008). Konflik Kalbar dan Kalteng Tantangan Perdamaian dan
Reintegerasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aw, Suranto. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kaplan, David dan Robbert A. Manners. (2002). The Theory of Culture. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Liliweri, Alo. (2011). Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute
of Southeast Asian Studies. 15 Maret 2003.
(Inggris) The New American Encyclopaedia (1865). The New American Encyclopaedia: a
popular dictionary of general knowledge. 2. D. Appleton.
(Indonesia) Ukur, Fridolin (2000). Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan
Evanggelis sejak tahun 1835. BPK Gunung Mulia. hlm. 42. ISBN 9789799290588. ISBN
979-9290-58-9
http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf
Kebudayaan Masyarakat Kalimantan
28

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20745/E09ifa.pdf?sequence=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Singkawang
Yusriadi, Budaya Melayu di Kalimantan Barat,2005, STAIN Pontianak Press Pontianak
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan_tradisional_Tionghoa
http://efeks.multiply.com/journal?&=&show_interstitial=1&u=%2Fjournal&page_start=180
http://www.tionghoa.net/
http://themanagers.org/web/2012/02/kajian-antropologi-bisnis-etnis-tionghoa-di-indonesia/
http://www.slideshare.net/rakye-psik/keperawatan-transkultural-2
http://portalbugis.wordpress.com/about-m/manusia-bugis-rantau-budayanya/bugis-
kalimantang-barat/
http://sultanhabnoer.wordpress.com/2007/07/16/pemmali-dan-maknanya-dalam-masyarakat-
bugis/
Syarif Ibrahim Alqadri, Mesianisme dalam Masyarakat Dayak di Kalimantan, dalam
Paulus Florus, ed., op.cit., p. 19.
Mikhail Coomans, Manusia Dayak; Dulu, Sekarang, Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 1987),
p. 119.
http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/bx.html
Hukum Adat dan Istiadat Kalimantan Barat, J.U. Lontaan. 1975
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat
http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/29/tradisi-pengobatan-beraya-di-pedalaman-
kalimantan-barat-523918.html

Anda mungkin juga menyukai