Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nabila Artika Dewi M

Kelas : XI MIPA 6
Tugas : Kebudayaan suku Dayak

Kebudayaan Suku Dayak di Kalimantan

A. Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang.
Kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya itu terbentuk dari beberapa
unsur yang rumit. Diantaranya yaitu adat istiadat, bahasa, karya seni, sistem agama dan
politik. Bahasa sama halnya dengan budaya, yakni suatu bagian yang tak terpisahkan dari
manusia.

Oleh sebab itu, banyak dari sekelompok orang cenderung menganggap hal tersebut sebagai
sesuatu yang diwariskan secara genetis. Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang-
orang yang memiliki budaya berbeda dan menyesuaikan perbedaan di antara mereka,
membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.

Selain itu, Budaya merupakan suatu pola hidup secara menyeluruh. Budaya memiliki sifat
abstrak, kompleks, dan luas. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
Budaya adalah sebuah pemikiran, akal budi atau adat istiadat.

Secara tata bahasa, arti kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung mengarah
pada cara pikir manusia. Terdapat beberapa aspek budaya yang menentukan perilaku
komunikatif. Unsur sosial budaya tersebut tersebar dan mencangkup banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa, alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain tersebut tampak pada definisi budaya yang mengemukakan bahwa, Budaya
adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaan.

B. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

1. Linton
Menurut Linton, Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku. Serta pengetahuan,
menggambarkan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat maupun sekelompok anggota tertentu.

2. Effat Al-Syarqawi
Effat Al-Syarqawi mendefinisikan budaya dari pandangan agama islam, Budaya merupakan
suatu khazanah sejarah sekelompok masyarakat yang tercermin di dalam kesaksian dan
berbagai nilai yang menggariskan bahwa suatu kehidupan harus memiliki makna dan tujuan
rohani.

3. Koentjaraningrat
Budaya diartikan oleh Koentjaraningrat sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah serta mengubah semesta alam.

4. Parsudi Suparlan
Menurut Parsudi Suparlan, Budaya merupakan semua pengetahuan manusia yang
dimanfaatkan untuk mengetahui dan memahami pengalaman serta lingkungan dialaminya.

5. Andreas Eppink
Menurut Andreas Eppink, budaya mencangkup keseluruhan mengenai pengertian norma
sosial, nilai sosial, dan ilmu pengetahuan. Serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain sebagainya.

6. William H. Haviland
Menurut William H. Haviland, Budaya merupakan sebuah seperangkat peraturan dan norma
yang dimiliki bersama oleh sekelompok anggota maupun para anggota masyarakat. Apabila
dikerjakan oleh orang-orang tersebut, maka akan melahirkan suatu perilaku yang dipandang
layak atau pantas diterima oleh semua masyarakat.

7. Edward Burnett Tylor


Menurut Edward Burnett Tylor, Budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang mana
didalamnya mencangkup kepercayaan, pengetahuan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat,
dan kemampuan lainnya yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

8. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski


Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa, budaya
adalah segala sesuatu yang berada di dalam masyarakat dan ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh sekelompok anggota masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
tersebut dinamakan dengan Cultural-Determinism.

9. Kroeber dan Kluckhohn


Menurut Kroeber dan Kluckhohn, Budaya terdiri dari eksplisit, pola dan implisit. Sementara
untuk perilaku yang didapatnya tersebut, ditularkan oleh simbol yang mana ialah sebuah
prestasi khas dari sekelompok anggota

10. Herskovits
Menurut Herskovits, budaya merupakan sesuatu yang turun temurun dari generasi satu ke
generasi lainnya atau yang biasa disebut sebagai superorganic.

C. Ciri Ciri Budaya

1. Bisa Dimiliki Bersama

Budaya dibentuk dan dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu secara
bersama sama. Berarti bahwa bukan secara individual saja, namun suatu golongan
masyarakat tertentu.

Oleh karena itu, suatu kelompok masyarakat yang telah menetap cukup lama di suatu
daerah tertentu akan mempunyai ekspresi budaya khas. Hal itulah yang menjadikan budaya
satu dengan lainnya berbeda dan mempunyai karakteristik secara tersendiri.

Kepemilikan bersama budaya oleh sejumlah kelompok tertentu juga memiliki jangkauan
ruang dan waktu yang berbeda. Terdapat beberapa nilai yang perlu diikutinya mulai dari
budaya bersifat lokal hingga universal.

Setiap wilayah tersebut juga mempunyai nilai budaya yang diekspresikan secara berbeda.
Bahkan nilai budaya ini bervariasi mulai dari hukum negara, agama dan lain sebagainya.

2. Budaya Berbasis Simbol

Ciri-ciri budaya selanjutnya yakni budaya berbasis simbol. Kamu perlu tahu bahwa, budaya
juga dapat diketahui dari representasi simbol-simbol tertentu. Hal itu sebagai bentuk makna
yang terkandung dari ekspresi budaya tersebut.

Bagian penting yang ada di simbol itu yakni makna yang ada di budaya tersebut. Berarti
bahwa bukan dari simbol itu sendiri. Sehingga simbol menjadi aspek krusial ketika
berinteraksi dengan masyarakat. Serta bisa kemungkinan terjadi sebuah tindakan secara
khas.

Respon respon yang diberikan dengan simbol oleh manusia ini terdiri dari lingkungan sosial
maupun alam dan bukan respon pasif. Manusia tak hanya sekedar merespon meniru simbol
tertentu yang diwariskan, akan tetapi juga dapat mengoptimalkan dan menciptakan ulang
simbol tersebut ketika berinteraksi sosial.
3. Budaya Bersifat Adaptif

Kebudayaan tak hanya melanjutkan apa yang telah menjadi kebiasaan suatu komunitas
tertentu, akan tetapi juga perlunya memilikinya sebuah kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap berbagai situasi. Setiap kelompok tersebut mempunyai ciri-ciri budaya dengan
tingkat kemampuan yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Terdapat kelompok masyarakat yang mempunyai adaptasi budaya yang sangat tinggi, karena
nilai budaya cukup terbuka. Hal itu bisa kamu temukan dalam masyarakat yang tinggal di
perkotaan.

Sebaliknya, terdapat kelompok tertentu yang mempunyai nilai budaya cenderung tertutup
sehingga kapasitas adaptasi cukup rendah.

Salah satu contoh yang dapat kamu ketahui yakni dari beberapa kelompok adat di Indonesia.
Masyarakat tersebut masih mempertahankan keasliannya di tengah perubahan sosial yang
cukup signifikan.

Kapasitas dalam menyesuaikan diri pun berbeda pada elemen budaya yang bervariasi.
Karena, elemen budaya tertentu mempunyai nilai sakral dan cenderung memiliki
kemampuan adaptabilitas yang rendah dari elemen lainnya.
Keyakinan agama menjadi sesuatu yang dianggap sakral dan tak mempunyai banyak
perubahan. Berbeda halnya dengan cara berpakaian maupun gaya hidup yang sangat
flexible.

4. Budaya Dipelajari dan Diwariskan

Kebudayaan menjadi salah satu proses interaksi sosial yang bisa dipelajari dan diwariskan.
Lewat proses itulah penyampaian ciri-ciri budaya dari masyarakat kepada berbagai individu
dapat dilakukannya.

Contohnya saja, sosialisasi bisa dilakukan dari lingkungan keluarga melalui orang tua.
Sehingga, proses pewarisan kebudayaan tersebut mampu mencapai kelestarian budaya pada
kemapanan tertentu.

Budaya menjadi salah satu hal tak dapat ditinggalkan begitu saja, karena cirinya yakni
diwariskan dan dilestarikan. Selain itu, pada suatu kelompok budaya bisa beradaptasi sesuai
dengan kemampuan dari masyarakat itu sendiri.
Untuk melestarikan budaya tertentu, budaya memakai beberapa simbol agar bisa mencapai
kemapanan tertentu pada sebuah komunitas.
Serba-Serbi Suku Dayak di Kalimantan

Sejarah dan Asal-usul Suku Dayak

Suku Dayak sendiri memiliki sekitar 405 sub suku yang mana antar satu sub dengan sub yang
lainnya memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang tak jauh berbeda.

Pada 1987 Coomans mengungkapkan sebuah teori yang diperkuat dengan adanya dukungan
dari Inoue pada 1999, bahwa Suku Dayak merupakan keturunan imigran asal Provinsi
Yunnan di China Selatan lebih tepatnya di Sungai Mekong, Sungai Yangtse Kiang, dan Sungai
Menan.

Hal ini juga diperkuat kembali oleh pernyataan dari salah seorang tokoh Dayak Kayan yang
menjelaskan bahwa Suku Dayak merupakan ras Indo China yang awalnya bermigrasi ke
Indonesia pada abad ke 11.

Sejatinya Suku Dayak memang berasal dari Pulau Kalimantan. Namun karena terdesak oleh
kondisi, akhirnya Suku Dayak terpencar dan tersebar hingga ke wilayah Malaysia yaitu Sabah
dan Serawak.

Menurut beberapa sumber, hal ini disebabkan oleh hancurnya kerajaan Nansarunai yaitu
kerajaan dari Suku Dayak Maanyan akibat serangan dari Kerajaan Majapahit pada akhir abad
ke 13.
Buntut dari peristiwa ini yaitu, sebagian besar dari Suku Dayak menganut agama Islam dan
mereka mengganti identitasnya menjadi orang Melayu atau orang Banjar. Lalu sebagian lagi
yang tidak memeluk Islam pada akhirnya menyusuri sungai untuk dapat masuk kembali ke
pedalaman Pulau Kalimantan.

Terpencarnya masyarakat Suku Dayak telah menciptakan akulturasi baik yang disebabkan
oleh faktor budaya atau pun agama.

Hal ini pada akhirnya melahirkan etnis dan sub suku baru yang mandiri. Namun setelah
terpecah dan terpencar, saat ini Suku Dayak terbagi ke dalam enam rumpun terbesar yaitu
Apokayan, Klemantan, Ot Danum Ngaju, Murut, Punan dan Iban.

Keenam sub suku terbesar ini diketahui mendiami wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan serta provinsi lainnya.
Sementara untuk wilayah dengan Suku Dayak terbanyak adalah wilayah Kalimantan Barat.

Bahasa Suku Dayak

Dalam keseharian, masyarakat Suku Dayak berkomunikasi menggunakan Bahasa Dayak


dengan sedikit perbedaan bahasa antara satu rumpun dengan yang lainnya.

Pun demikian, seiring berjalannya waktu, penggunaan bahasa Dayak semakin berkurang
karena generasi saat ini jarang yang diajarkan mengenai bahasa ibu mereka. Sehingga
menurut Hery Budhiono dari Balai Bahasa Kalimantan Tengah, hal ini dapat membuat
Bahasa Dayak diperkirakan akan punah pada 20-30 tabun ke depan.

Agama dan Kepercayaan Suku Dayak

Suku Dayak memiliki agama asli yang disebut dengan Kaharingan. Namun pada
perkembangannya, kini kepercayaan ini mulai ditinggalkan dan masyarakat suku Dayak telah
menganut agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sementara untuk agama
mayoritas masyarakat Dayak dominan menganut agama Kristen dan Katolik lalu kemudian
disusul dengan agama Islam, Hindu dan Budha.
Pakaian Adat Suku Dayak

Pakaian adat Suku Dayak memiliki penamaan yang berbeda untuk pakaian adat laki-laki dan
perempuan. Untuk pakaian adat untuk laki-laki disebut dengan King Baba sementara untuk pakaian
adat perempuan disebut dengan King Bibinge.

Pakaian adat Suku Dayak baik untuk laki-laki ataupun perempuan sama-sama dibuat dari kulit kayu
Ampuro atau kayu Apuo yang merupakan salah satu flora endemik dari Pulau Kalimantan.

Terdapat juga aksesoris yang khas yaitu pengikat kepala serta sehelai bulu burung enggang khas
Kalimantan yang menjadi ciri khas tersendiri dari pakaian adat Suku Dayak.

Rumah Adat Suku Dayak

Rumah adat Suku Dayak adalah rumah Betang yang termasuk ke dalam jenis rumah
panggung dan biasa dibangun di sekitar hulu sungai.

Tinggi tiang penyangga rumah Betang cukup tinggi yaitu sekitar 5 meter namun tiang ini
sangat kokoh karena terbuat dari kayu ulin asli Kalimantan.

Untuk masuk ke dalam rumah, masyarakat Suku Dayak harus menggunakan tangga. Uniknya,
jumlah tangga harus berjumlah ganjil yang mana menurut kepercayaan Suku Dayak, hal ini
dilakukan agar mereka dihindarkan dari kesulitan serta dimudahkan rezekinya.

Tangga yang digunakan juga dibuat tidak permanen alias bisa dilepas dan biasanya akan
dilepas pada malam hari karena menurut kepercayaan masyarakat Dayak hal ini dapat
mencegah agar roh jahat tidak masuk ke dalam rumah.
Tradisi Suku Dayak

Suku Dayak terkenal dengan keunikan tradisi yang dimilikinya. Beberapa tradisi dari Suku
Dayak yang unik dan tetap dijaga kelestariannya hingga kini di antaranya.

1. Tradisi Tato Tradisional

Tato tradisional merupakan salah satu tradisi yang paling unik dari Suku Dayak yang hingga
kini tetap dilestarikan.

Tato pada Suku Dayak memiliki makna mendalam bagi masyarakat Dayak karena berkaitan
dengan hubungan dengan Tuhan serta perjalanan hidup yang telah dilalui.

Untuk proses pembuatannya pun masih menggunakan alat ukir atau alat mentato yang
sederhana dan dilakukan tanpa menggunakan obat bius sehingga orang yang ditato harus
menggigit kain karena menahan rasa sakit ketika sedang ditato.

2. Tradisi Kuping Panjang

Masyarakat Dayak di wilayah Kalimantan Timur khususnya perempuan memiliki tradisi


memanjangkan daun telinga mereka. Hal ini dilakukan dengan menggunakan logam sebagai
pemberat yang diletakkan pada bagian anting sehingga akan menarik daun telinga
memanjang ke bawah.

Terdapat anggapan bahwa perempuan Dayak akan lebih cantik ketika memiliki telinga yang
panjang. Untuk para perempuan dapat memanjangkan telinga hingga sepanjang dada
sementara untuk laki-laki juga diperbolehkan untuk memanjangkan telinga, namun hanya
boleh mencapai bawah dagu.

3. Tiwah

Tiwah merupakan upacara pemakaman dari Suku Dayak Ngaju yang mana pada upacara ini
sebagian tulang dari kerabat yang meninggal akan dibakar sementara itu para anggota
keluarga lainnya akan menari dan bernyanyi mengelilingi jenazah selama upacara tersebut
berlangsung.

Bukan tanpa tujuan, upacara ini dilakukan dengan tujuan agar kerabat yang telah meninggal
bisa dipermudah dalam menempuh perjalanan menuju akhirat.

4. Mantat Tu’Mate

Sama halnya dengan Tiwah, Mantat Tu’ Mate juga merupakan salah satu upacara
pemakaman dari Suku Dayak yang bertujuan untuk mengantarkan roh dari kerabat yang
telah meninggal. Mantat Tu’ Mate merupakan acara yang berisi iring-iringan musik serta tari
tradisional yang dilangsungkan selama 7 hari. Setelah upacara selesai barulah jenazah
tersebut akan dimakamkan.
BAHASA DAERAH KALIMANTAN

Bahasa Kutai Bahasa Dayak Bahasa Indonesia


ndik mau dia belai tidak mau
sembeleh ngarat sembelih
belaboh hanangui berenang
mbece membasa membaca
kira, ngira reken hitung
tetinggal belihi Ketinggalan
manceng misi mancing
dapat ulih bisa
pepal mawi pukul
ala’ nduan ambil
dipolah nampa dibikin
mpai, pai jewu besok
hirang babilem hitam
sida ewen mereka
sungut nyama mulut

Anda mungkin juga menyukai