Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBUDAYAAN SUKU SASAK


(LOMBOK)

Disusun Oleh :

1.Muhammad Amrullah Azhari (D1A022495)

2.Muhammad Alief Althaf Qur’ani (D1A022494)

3.Muhammad Nizammudin Al Afghan (D1A022503)

4.Muhammad Putra Abdianzah (D1A022505)

5.Nadya Safitra Anjani (D1A0022521)

6.Nafisa Kurniawati Ramadhani (D1A022523)

7.Nuraini (D1A022542)

8.Ochi Aprilia (D1A022547)

9.Olivia Setia Wulandari (D1A022548)

10.Rajata Hayya Wibowo (D1A022555)

Fakultas Ilmu Hukum

Universitas Negeri Mataram

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

Indonesia, sebagai sebuah bangsa, terbentuk dari aneka kultur dan struktur social yang
berbeda-beda. Berbeda dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia memiliki kultur yang tidak
homogen. Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat kurang lebih 132 suku bangsa dan bahasa
yang berlainan. Itu belum lagi sistem sosial dan budaya yang terdapat di pulau-pulau
Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan lainnya.

Indonesia merupakan sebuah ide yang dibentuk oleh para founding fathers guna
mempersatukan wilayah-wilayah nusantara ke dalam ikatan nasional yang lebih besar secara
politik. Tatkala seseorang mempelajari budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta, dapat saja
dikatakan bahwa ia tengah mempelajari budaya Indonesia. Atau, dikala seorang peneliti
mempelajari budaya pemeliharaan tanaman hutan pada Suku Kubu di Jambi, ia juga dikatakan
tengah mempelajari budaya Indonesia. Yogyakarta dan Jambi merupakan dua wilayah yang
terikat ke dalam sebuah nasional yang bernama Indonesia.

Begitu juga ketika sesorang mengkaji suku sasak di pulau Lombok, itu juga termasuk telah
mempelajari budaya Indonesia, karena Lombok merupakan salah satu pulau berpenghuni  yang
berada dalam lingkaran ribuan gugusan kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan maaklah ini difokuskan pada masyarakat dan
kebudayaan suku sasak di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.

B.     Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan beberapa rumusan masalah
yang berkenaan dengan hal tersebut, diantaranya adalah:
Ø  Dimana suku sasak itu berada?
Ø  Siapakah suku sasak itu?
Ø  Bagaimana system soial masyarakat suku sasak?
Ø  Bagaimana kebudayaan suku sasak tumbuh dan berkembang?

C.     Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini, diantaranya adalah:
·         Untuk mengetahui tempat keberadaan suku sasak.
·         Untuk mengetahui dan memahami suku sasak.
·         Untuk mengetahui dan memahami system sosial masyarakat suku sasak.
·         Untuk mengetahui dan memahai perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suku sasak

BAB 11

2
KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya

1.      Pengertian Budaya


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, pakaian, bahasa, dan seni. Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan


pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan duniamakna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu

3
adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai


sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia


sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

2.      Unsur unsur budaya

4
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1.      Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:


 Alat Alat Ekonomi.
  System Ekonomi.
  Sistem keluarga.
 Kekuasan politik.

2.      Bronislaw mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi


  Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
    organisasi ekonomi.
  alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama).
    organisasi kekuatan (politik).

3.      Komponen budaya


Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
 Kebudayaan material,
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
 Kebudayaan nonmaterial 
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

 Lembaga sosial

5
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan
dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan
menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat.           
 Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang
hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
 Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –
tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.
 Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, memiliki sifat unik dan komplek,
yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan
bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan
memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

BAB III

6
Sejarah dan Kebudayaan Suku Sasak
(Lombok)

Suku Sasak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami pulau Lombok.
Mayoritas suku Sasak beragama Islam, namun ada sebagian dari mereka yang berbeda dalam
menjalankan ibadahnya, dan mereka disebut sebagai Islam Wetu Telu. Jumlah islam Wetu Telu
hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Selain itu ada pula
sedikit warga suku Sasak yang masih menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan
nama "Sasak Boda".

Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok sejak 4.000 Sebelum Masehi. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan
para pendatang dari Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa.

A.Sejarah

Asal mula nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam
Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni Lombok
Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata
"sa'-saq" yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya
lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang
menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus. Lombo Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan
dari kakawin Nagarakretagama (Desawarnana), sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan
dan kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gubanan Mpu Prapanca. kata "lombok" dalam bahasa
7
kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi" artinya
yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak Adi berarti kejujuran adalah permata
kenyataan yang baik atau utama.

Pendapat lain Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “sah” yang
berarti “pergi” dan “shaka” yang berarti “leluhur”. Dengan begitu Goris menyimpulkan
bahwasasak memiliki arti “pergi ke tanah leluhur”. Dari pengertian inilah diduga bahwa leluhur
orang Sasak itu adalah orang Jawa. Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan
oleh orang Sasak disebut sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa,
pada perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah
melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.

B.Bahasa

Bahasa yang digunakan suku Sasak memiliki kedekatan dengan sistem aksara Jawa-Bali,
sama-sama menggunakan aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Kendati demikian, secara pelafalan, bahasa
Sasak ternyata lebih memiliki kedekatan dengan bahasa Bali. Menurut penelitian para etnologi
yang mengumpulkan hampir semua bahasa di dunia, menggolongkan bahasa Sasak kedalam
rumbun bahasa Austronesia Malayu-Polinesian, Juga ada kesamaan ciri dengan rumpun bahasa
Sunda-Sulawesi, dan Bali-Sasak.
Bahasa Sasak yang digunakan di Lombok secara dialek dan lingkup kosakatanya dapat
digolongkan kedalam beberapa bahasa sesuai dengan wilayah penuturnya seperti;

1. Mriak-Mriku (Lombok Selatan)


2. Meno-Mene dan Ngeno-Ngene (Lombok Tengah)
3. Ngeto-Ngete (Lombok Tenggara)
4. Kuto-Kute (Lombok Utara)

C.Adat

8
Salah satu adat istiadat suku Sasak yang menonjol adalah adat dalam proses perkawinan.
Perempuan yang mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu
kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau pelarian.
Dalam proses pelarian gadis tidak perlu memberitahukan kepada orang tuanya. Namun
dalam pelarian ini memiliki aturan yang perlu diikuti. Salah satu aturan dalam mencuri gadis
biasanya dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi
kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Gadis
yang dibawa lari juga tidak langsung ke rumah laki-laki tetapi harus dititip di rumah kerabat
lelaki tersebut.

Struktur dan Sistem Masyarakat

Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua tingkatan sosial
utama, yaitu

1. Golongan bangsawan yang disebut perwangsa


2. Bangsa Ama atau jajar karang sebagai golongan masyarakat kebanyakan.
Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu:
1. Perwangsa
Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga
disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan. Seorang Raden jika menjadi
penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar dan pengangkatan seorang
bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan.

2. Triwangsa
Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk para lelakinya dan
baiq untuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar karang atau masyarakat
biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat umum ini adalah loq dan untuk perempuan
adalah le.
Golongan bangsawan baik perwangsa dan triwangsa disebut sebagai permenak. Para
permenak ini biasanya menguasai sejumlah sumber daya dan juga tanah. Ketika Kerajaan Bali

9
dinasti Karangasem berkuasa di Pulau Lombok, mereka yang disebut permenak kehilangan
haknya dan hanya menduduki jabatan pembekel (pejabat pembantu kerajaan).

Masyarakat Sasak sangat menghormati golongan permenak baik berdasarkan ikatan tradisi
dan atau berdasarkan ikatan kerajaan. Di sejumlah desa, seperti wilayah Praya dan Sakra,
terdapat hak tanah perdikan (wilayah pemberian kerajaan yang bebas dari kewajiban pajak).
Setiap penduduk mempunyai kewajiban apati getih, yaitu kewajiban untuk membela wilayahnya
dan ikut serta dalam peperangan. Kepada mereka yang berjasa, Kerajaan akan memberikan
beberapa imbalan, salah satunya adalah dijadikan wilayah perdikan.

Landasan sistem sosial masyarakat dalam kehidupan suku Sasak umumnya mengikuti garis
keturunan dari pihak laki-laki (patrilineal). Akan tetapi, dalam beberapa kasus hubungan
masyarakatnnya terkesan bilateral atau parental (garis keturunan diperhitungkan dari kedua belah
pihak; ayah dan ibu).

Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini mengatur hak dan
kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini meliputi Kakek, Ayah, Paman
(saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki saudara lelaki ayah), dan anak-anak mereka.
Wiring Kadang juga mengatur tanggung jawab mereka terhadap masalah-masalah keluarga;
pernikahan, masalah warisan dan hak-kewajiban mereka. Harta warisan disebut pustaka dapat
berbentuk tanah, rumah, dan juga benda-benda lainnya yang merupakan peninggalan leluhur.
Orang-orang Bali memiliki pola kekerabatan yang hampir sama disebut purusa dengan harta
waris yang disebut pusaka.

lebih 15 centimeter. Atap itu sengaja dibiarkan menganjur ke bagian dinding dasar yang
hampir menutupi bagian dinding. Dinding terdiri dari dua bagian, bagian tengah yang menyatu
dengan atap dibuat dari bambu, bagian bawah dibuat dari campuran lumpur, dan jerami yang
permukaannya telah dipelitur halus.

Rumah digunakan terutama untuk tempat tidur dan memasak. Masyarakat Sasak jarang
menghabiskan waktu di dalam rumah sepanjang hari. Di sisi sebelah kiri dibagi untuk tempat

10
tidur anggota keluarga, juga terdapat rak di langit-langitnya untuk menyimpan pusaka dan benda
berharga. Anak laki-laki tidur di panggung bawah bagian luar; anak perempuan tidur di atas
bagian dalam panggung.

Untuk kegiatan memasak, bagian dalam rumah berisi tungku yang berada di sisi sebelah
kanan yang dilengkapi rak-rak untuk menyimpan dan mengeringkan jagung. Kayu bakar
disimpan di belakang rumah, kadang juga disimpan di bawah panggung.

D.Tradisi dan Seni

Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai budaya yang
banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Namun, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak
memiliki corak dan ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya
suku-suku lainnya di Nusantara.

Berikut beberapa jenis seni dan tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak:

 Bau Nyale
Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing (anelida) yang berkembang biak
dengan bertelur. Dalam alam kepercaan Suku Sasak, Nyale bukan sekedar binatang, beberapa
legenda dari Suku ini yang menceritakan tentang putri yang menjelma menjadi Nyale. Lainnya
menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan keberadaannya dihubungkan
dengan kesuburan dan keselamatan.
Ritual Bau Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya pada tanggal 19
atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun suku Sasak, kurang lebih
berkisar antara bulan Februari atau Maret.
 Rebo Bontong
Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan hari puncak terjadi bencana dan
atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka sesuatu yang tabu jika memulai pekerjaan tepat pada
hari Rebo Bontong. Kata Rebo dan juga Bontong kurang lebih artinya “putus” atau “pemutus”.

11
Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau penyakit.
Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu terakhir bulan Safar dalam
kalender Hijriah.
 Bebubus Batu
Dari kata “bubus”, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar beras yang dicampur berbagai
jenis tanaman, dan dari kata batu yang merujuk kepada batu tempat melaksanakan
upacara.Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada sang Kuasa.
Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu (pemangku adat) dan Kiai (ahli
agama). Masyarakat ramai-ramai mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari
hasil bumi.
 Sabuk Beleq
Sabuk Beleq Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq) bahkan panjangnya
mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya mereka yang berada di wilayah Lenek Daya
akan menggelar upacara pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Tradisi pengeluaran Sabuk
Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan
tetabuhan gendang beleq. Ritual upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud
hingga diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk. Upacara ini dilakukan untuk
mempererat ikatan persaudaraan, persatuan dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta
kasih di antara makhluk Tuhan.
 Lomba Memaos
Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang membaca di sebut pepaos. Lomba
memaos adalah lomba untuk membaca lontar yang menceritakan hikayat dari leluhur mereka.
Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi selanjutnya dapat mengetahui
kebudayaan dan sejarah masa lalu. Selain itu, Lomba ini juga dapat berfungsi sebagai regenerasi
nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada generasi penerus. Satu kelompok pepaos biasanya
terdiri dari 3-4 orang; pembaca, pejangga, dan pendukung vokal.
 Tandang Mendet
Tandang Mendet adalah tarian perang Suku Sasak. Konon Tarian ini telah ada sejak zaman
Kerajaan Selaparang. Tarian yang menggambarkan keperkasaan dan perjuangan ini dimainkan
oleh belasan orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lenggap; kelewang

12
(pedang), tameng, tombak. Tarian diiringi dengan hentakan gendang beleq serta pembacaan
syair-syair perjuangan.

 Peresean

Peresean suku sasak lombok

Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah seni bela diri yang dulu
digunakan oleh lingkungan kerajaan. Peresean awalnya adalah latihan pedang dan perisai bagi
seorang prajurit. Pada perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan rakyat untuk menguji
ketangkasan dan “keberanian”.

Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan untuk
menangkis serangan, pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah perisai (ende) yan terbuat dari
kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap pepadu memakai ikat kepala dan mengenakan kain
panjang.
Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok Timur yang akan
diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.

 Begasingan
Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga, bahkan termasuk permainan
tradisional yang tergolong tua di masyarakat Sasak. Permainan tradisional ini juga dikenal di

13
beberapa wilayah lain di Indonesia. Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk
maupun aturan permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk
menghantam gasingpengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.

Begasingan berasal dari kata gang yang artinya “lokasi”, dan dari kata sing artinya “suara”.
Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat, bisa siapa saja, bisa di mana saja.

E.Alat Musik

 Slober
Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja. Slober dibuat dari
pelepah enau dan ketika dimainkan alat musik ini biasanya didukung dengan alat musik lainnya
seperti gendang, gambus, seruling, dll. Kesenian yang masih dapat anda saksikan hingga saat ini,
sangat asyik jika dimainkan ketika malam bulan purnama.

 Gendang Beleq
Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleq merupakan pertunjukan dengan
alat perkusi gendang berukuran besar (Beleq) sebagai ensembel utamanya. Komposisi musiknya
dapat dimainkan dengan posisi duduk, berdiri, dan berjalan untuk mengarak iring-iringan.
Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika yaitu gendang laki-
laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang perempuan).

Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil. Sedangkan sebagai alat
ritmis adalah dua buah reog, 6-8 buah perembak kodeq, sebuah petuk, sebuah gong besar, sebuah
gong penyentak, sebuah gong oncer, dan dua buah lelontek. Menurut cerita, gendang beleq
dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Bila terjadi
perang gendang ini berfungsi sebagai penyemangat prajurit yang ikut berperang.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang (masyarakat) dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggarayang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari
Sumbawa. samudra indonesaia di sebelah utara dan samudra hindia disebelah seletan.
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Pemeluk agama islam yang taat, dengan

15
bahsa sasak sebagai bahasa utama dalam berkomonikasi kehidupan sehari-hari. Bermata
pencaharian sebagai petani.
Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaituGolongan
Ningrat, Golongan Pruangse, dan Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa ).
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, yang dikenal dengan
sebutan "Merarik" atau "Selarian".
Budaya Presean atau bertarung dengan rotan salah satu kekayaan budaya gumi (bumi) gogo
rancah (lombok). Berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin)
serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung disebut pepadu. Acara tarung
presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan
heroik saat itu. Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk
memohon hujan ketika kemarau panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Asmito. 1992. Sejarah kebudayaan Indonesia IKIP Semarang Press, Semarang (E-Book)

www.wikipedia.com

16

Anda mungkin juga menyukai