PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Ritual Petik Laut Masyarakat
Pesisir Muncar Banyuwangi Sebagai Wujud Kebudayaan Lokal” adalah sebagai berikut.
4. Untuk mengetahui wujud kebudayaan lokal masyarakat pesisir
5. Untuk mengetahui ritual petik laut di Muncar Banyuwangi
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah yang berjudul “Ritual Petik Laut
Masyarakat Pesisir Muncar Banyuwangi Sebagai Wujud Kebudayaan Lokal” adalah sebagai
berikut.
1. Dapat mengetahui wujud kebudayaan lokal masyarakat pesisir
2. Dapat mengetahui ritual petik laut di Muncar Banyuwangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para
anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu
masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya diantara para
anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di
temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
Bila disimak lebih seksama, definisi Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi lebih
menekankan pada aspek hasil material dan kebudayaan. Sementara Koentjaraningrat
menekankan dua aspek kebudayaan yaitu abstrak (non material) dan konkret (material. Pada
definisi Koentjaraningrat, tampak bahwa kebudayaan merupakan suatu proses hubungan
manusia dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah. Dalam proses tersebut manusia berusaha mengatasi permasalahan dan tantangan
yang ada dihadapannya.
Terlepas dari perbedaan yang ada di antara pendapat di atas. Tampak bahwa belajar
merupakan unsur penting dari pengertian kebudayaan. Seperti terlihat pula pada definisi
kebudayaan menurut Kroeber (1948). Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan realisasi
gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan, serta
perilaku yang ditimbulkannya.
Pengertian kebudayaan tersebut mengispirasi penulis untuk menyimpulkan bahwa;
akal adalah sumber budaya, apapun yang menjadi sumber pikiran, masuk dalam lingkup
kebudayaan. Karena setiap manusia berakal, maka budaya identik dengan manusia dan
sekaligus membedakannya dengan makhluk hidup lain. Dengan akal manusia mampu
berfikir, yaitu kerja organ sistem syaraf manusia yang berpusat di otak, guna memperoleh ide
atau gagasan tentang sesuatu. Dari akal itulah muncul nilai-nilai budaya yang membawa
manusia kepada ketinggian peradaban (AL-Hafizh, 2012).
Dengan demikian, budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi
dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia
terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat
setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan
satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi
atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan
lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada
kebudayaan tertentu (Al-Hafizh, 2012).
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula
sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan
akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju,
kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah
kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,
khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya,
perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilainilai budaya yang berlaku.
b. Aktivitas
Aktivitas dalam ritual petik laut ini dapat dilihat secara jelas dari rangkaian acara
yang tersusun dalam tiga hari. Aktivitas yang terjadi dalam ritual petik laut di Muncar
Banyuwangi ini merupakan perpaduan antara tradisi Osing dan agama Islam. Hal ini terlihat
dari rangkaian acara yaitu pada hari pertama merupakan pembacaan tahlil dan Yaasin. Hari
selanjutnya adalah dilakukannya khataman Al-Quran. Barulah pada hari ketiga acara puncak
dilangsungkan, yaitu pelepasan sesaji di tengah laut dengan diiringi Tari Gandrung. Tari
Gandrung inilah yang merupaka sisi tradisi Osing, sedangkan dua rangkaian acara
sebelumnya adalah bagian dari agama Islam.
Rangkaian acara di atas dapat digolongkan dalam sebuah wujud budaya yaitu
aktivitas karena di dalamnya manusia saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
c. Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Wujud kebudayaan artefak ini dalam konteks ritual
petik laut dapat dilihat dari dibuatnya sesaji yang di dalamnya terdiri dari nasi enam warna,
kepala kerbau, tiga ekor ayam, telor rebus yang jumlahnya ratusan dan dicat berwarna-warni
serta digunakan menghiasi perahu saji dengan cara ditusuk atau digantung, tiga jenis bubur
(bubur putih, bubur merah dan bubur campuran merah putih), aneka buah-buahan, berbagai
hasil pertanian, emas, sejumlah perhiasan lainnya, dan uang.
Selain itu bitek yang digunakan untuk membawa sesaji di tengah laut merupaka wujud
kebudayaan dari ritual petik laut ini karena wujudnya yang kongkrit dan nyata. Berbeda
dengan aktivitas dan gagasan yang tidak terlihat secara nyata.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
2. Wujud budaya ada tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak
3. Unsur kebudayaan meliputi bahasa, sistem mata pencaharian, sistem pengetahuan, sistem
kepercayaan, kesenian, sistem kemasyarakatan, dan sistem peralatan hidup.
4. Ritual petik laut adalah salah satu bentuk budaya lokal di Muncar Banyuwangi
5. Wujud gagasan dari ritual petik laut adalah adanya pemikiran/ide jika
6. Wujud aktivitas dari ritual petik laut adalah adanya pembacaan Yaasin, tahlil,
khataman, pelepasan sesaji, dan traian Gandrung.
7. Wujud artefak dari ritual petik laut adalah dibuatnya sesaji yang berisi berbagai barang dan
makanan, serta dibuatnya bitek.
4.2. Saran
Perlu adanya pelestarian ritual petik laut karena ritual ini merupakan salah satu bentuk
budaya lokal Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
1. Farisa, Tomi Latu. 2010. Ritual Petik Laut Dalam Arus Perubahan Sosial di Desa Kedungrejo,
Muncar, banyuwangi, Jawa Timur. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
2. Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta:
Erlangga.
3. Kluckhon, Clyde 1984. “Cermin bagi Manusia”, dalam Parsudi Suparlan (Ed.). Manusia,
Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 69-109.
4. Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
5. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya. Jakarta: Karunika.
6. Kusnadi. 2010. Kebudayaan Masyarakat Nelayan. Jember: Universitas Jember.
7. Martin, Risnowati dan Meliono, Irmayanti. 2011. Ritual Petik Laut pada Masyarakat Nelayan
Sendang Biru, Malang: Sebuah Teladaah Budaya Bahari. Jakarta: FIPB UI
8. Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
9. Wahyudin, Yudi. 2003. Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir. Bogor:
PKSPL IPB.
Sumber Internet
1. Ahira, Anne. 2013. Mengenal dan Memahami 7 Unsur Kebudayaan. http://www.anneahira.
com/7-unsur-kebudayaan.htm. [25 Maret 2013]
2. Al-Hafizh, Muslihin. 2012. Pengertian Budaya dan Kebudayaan. http://www.referensimakalah
.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html. [25 Maret 2013]
3. Jayady. 2011. Manusia dan Kebudayaan. http://jayady19.blogspot.com/2011/02/bab-1-
manusia-dan-kebudayaan_12.html. [25 Maret 2013]
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sumber Jurnal
1. Kroeber (1948) dalam Marzali, A. dalam tulisan yang berjudul “Konsep Peisan dan Kajian
Masyarakat Pedesaan Di Indonesia” diterbitkan oleh Journal Antropologi No. 54.