Anda di halaman 1dari 28

Ucapan Terimakasih

 Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk saling
bertatap hati dalam melalui wadah ebook #SayNoToPacaran ini
 Terimakasih kepada keluarga besar Agus ariwibowo dan Fidayani yang telah
memberikan dukungan dan doa untuk terus berkarya
 Terimakasih untuk sahabat pembaca buku Indahnya Menikah Tanpa Pacaran, yang
selalu nanya kapan rilis Indahnya Menikah Tanpa Pacaran 2
 Terimakasih untuk sahabat pembaca buku Makin Syar‟i Makin Cantik ,semoga
menjadi bidadari syurga dunia akhirat ya. Terimakasih juga udah mau membaca karya
sederhana kami.
 Terimakasih kepada mas yusuf dan mas heri tim syuruq media yang selalu
membersamai lahirnya karya-karya kami
 Terimakasih kepada Mas diaz dan tim hijab elmina ( www.elmina-id.com ) yang telah
memfasilitasi lahirnya karya-karya kami setiap harinya.
 Dan, yang paling SPECIAL adalah terimakasih untuk sahabat semua yang telah
berkenan untuk mendapatkan ebook #SayNoToPacaran ini. Kami selalu do‟akan
semoga karya yang sederhana ini bisa menjadi asbab kebaikan untuk kita semua.
Sebuah prolog

Salah satu impian kami sejak tahun lalu saat-saat awal menulis buku Indahnya Menikah
Tanpa Pacaran dan membangun fans pagenya adalah ingin Indahnya Menikah Tanpa
Pacaran sebagai "gaya hidup" atau sebuah kebanggaan setiap anak muda muslim masa kini.
Sebagaimana bangganya mereka terhadap aktivitas pacaran dan menjadikannya sebuah gaya
hidup.

Pacaran sudah menjadi semacam virus yang merasuk pada setiap sendi kehidupan kita, bagi
anak-anak di bawah usia (Sekolah Dasar hingga SMP) mungkin memilih pacaran karena
ingin seru-seruan aja, pengen ada yang memotivasi, pengen ada yang dengerin curhat, pengen
ada yang perhatiin dan sebagainya. Sementara ketika waktu sudah memasuki usia SMA
hingga lulus kuliah (bekerja atau nganggur) selain alasan-alasan diatas pacaran juga salah
satu jalan bagi mereka untuk menemukan jodoh yang nanti diharapkan akan menjadi
pendamping hidup.

Okelah, pacaran banyak serunya, banyak asyiknya tapi tanpa bisa dipungkiri juga sangat
banyak nggak enaknya, pengalaman dari teman-teman yang share pada kami. Mereka
mengatakan pacaran itu bikin capek, capek otak, capek perasaan dan nguras kantong,hehe.

Banyak kecewa, banyak nangis, banyak nge-galau, cemburuan dan hingga yang paling parah
jika sampai terjerumus pada perzinaan. Emang sih di awal pacaran nggak ada yang niat
sampai zina, mana ada wanita yang mau mengorbankan kehormatannya, dan tak ada juga
laki-laki yang ingin menodai orang yang (katanya) dicintainya kecuali mungkin bagi yang
otak-otaknya udah ngeres gara-gara teracuni oleh pornografi. Tapi kan, seperti kata bang napi
kemaksiatan bukan hanya karena niat namun juga karena ada kesempatan. Nah,
kesempatanlah yang membuat secara tak sengaja mereka terjerumus pada lembah
kemaksiatan ini. Makanya jauh-jauh hari Allah memberikan peringatan pada kita JANGAN
DEKATI ZINA, dan pacaran adalah salah aktivitas yang mendekatkan pelakunya pada
perzinaan.

Dan, dibulan februari ini katanya adalah "lebaran"nya orang-orang yang pacaran sebut saja
tanggal 14 Februari yang di sebut-sebut sebagai hari kasih sayang, padahal kalau dibaca
sejarah asal-muasalnya mah ngeri banget (gugling aja ya) . Namun yang kita tak mampu
menolak adalah gencarnya kampanye-kampanye tentang hari ini, memang sih alasan
utamanya bisnis. Seperti di televisi ada acara spesial yang mengangkat tema ini, mall-mall
dihias dengan beragam rupa atribut warna pink, berbagai macam promo menarik untuk
seperti coklat, bunga dan juga k*n*d*m (nah yang terakhir ini nggak tau entah apa
hubungannya dengan valentine). Tapi yang jelas katanya di hari ini masing-masing pasangan
memberikan sesuatu yang menarik untuk pasangannya sebagai satu bukti kasih sayang entah
itu coklat, bunga, dinner bareng berdua dan juga mungkin memberikan .......*sebagian text
hilang*

Tentu hal-hal diatas sangat menggelisahkan, nah dengan alasan itulah saya (Agus ariwibowo)
dan ummu ghazi ( FidaYanni ) merilis ebook SayNoToPacaran pada tanggal 14 Feb ini,
sengaja kami buat dalam bentuk ebook agar penyebarannya mudah dan bisa didapatkan oleh
siapa saja dan dibaca dimana saja (tentu selama masih terkoneksi internet untuk download
dan aplikasi PDF untuk membacanya). Harapannya ebook ini menjadi jalan kebaikan, dan
syukur-syukur kalau yang pacaran pada putus setelah baca ebook ini dan akhirnya hijrah
kejalan kebaikan. Cara sederhana dari kami sebagai bentuk kepedulian dan saling
mengingatkan untuk sahabat semua.

Ebook ini berisi beberapa tulisan-tulisan ringan seputar cinta, pacaran, bahayanya dan
berbagai tips untuk menghindarinya bagi yang belum pernah pacaran dan juga bagaimana
berhenti dari pacaran bagi yang sedang terjerumus dalam aktivitas pacaran.

Harapan kami, sahabat semua membaca ebook ini dari awal hingga akhir. Tujuannya agar
menyeluruh pemahamannya, dan jika memang ada kebaikan dalam ebook ini. Mohon dibalas
dengan mendo‟akan kami ya agar terus bisa melahirkan karya-karya terbaik untuk anak-anak
muda di negeri ini bahkan dunia. Dan, juga silakan disebar ebook ini sebanyak-banyaknya
kepada teman, sahabat, saudara atau siapapun itu selama untuk jalan kebaikan silakan.

Dan, selamat membaca, selamat menikmati, semoga bermanfaat.

Cinta sejati itu...

Mencintai dan dicintai dalam ketaatan kepada Allah

(Setelah terucap kata "sah" dalam akad nikah).


Selain itu?

Hanya nafsu belaka.

Cinta itu Anugerah atau Musibah?

Cinta itu anugerah atau musibah? Sebuah pertanyaan yang mesti kita jawab untuk memahami
serta memaknai hakikat cinta yang lebih dalam.

Mari kita melihat dunia remaja. Di dunia percintaan mereka, khususnya yang menjadikan
pacaran sebagai life style, kata cinta sering dikaitkan dengan kata musibah. Jika sedang
menyukai seseorang namanya jatuh cinta, jika sedang cinta banget sama seseorang dan
nggak mau lagi sama yang lain, maunya sama yang itu saja, disebut cinta mati. Jatuh dan
mati adalah dua kata musibah yang sama-sama nggak enak didengar dan setiap orang pasti
ingin menjauhinya.

Nah, inilah arti cinta yang dipahami oleh mereka yang berpacaran. Walaupun mereka tidak
secara langsung mengatakan bahwa cinta mereka adalah cinta musibah, kita bisa
menyaksikan ikatan cinta mereka akan menjadi musibah dan bencana, bukan hanya untuk diri
mereka sendiri melainkan juga untuk orang lain.

Punyakah teman yang pacaran? Sekarang coba kalian bertanya pada mereka yang sedang
berpacaran, banyakan enaknya apa nggak enaknya? Kalau mereka jujur, pasti akan
menjawab:

 Banyak nangisnya.
 Banyak kecewanya.
 Banyak cemburunya.
 Banyak ngambekannya.
 Banyak berantemnya.
 Banyak maksiatnya.
 Yang paling parah jika sampai “begituan”.
Bisa jadi lebih banyak lagi musibah-musibah cinta yang lainnya jika cinta itu dimaknai
dengan pacaran. Jika cinta itu dimaknai sebagai sebuah cara mengungkapkan rasa sayang
kepada lawan jenis dalam bentuk pacaran, bisa dipastikan cinta akan menuai banyak bencana
dan musibah.
Sebagai laki-laki dan wanita yang normal, mustahil rasanya jika saat berduaan, apalagi di
tempat yang sepi, syahwat mereka tidak bergelora. Sekali lagi kami sampaikan bahwa hal itu
mustahil. Jika tidak ada keinginan tersebut, patut dipertanyakan apakah dia normal atau tidak.
Jika tidak ada rasa tersebut, ia pasti tidak akan melakukan aktivitas pacaran.

Ketika cinta dipahami sebagai sebuah hubungan mesra antara dua insan muda tanpa ikatan
suci pernikahan, inilah musibah besar bagi dirinya sendiri dan bangsa ini. Yang menanggung
risiko tidak hanya dirinya sendiri tetapi juga keluarga, agama, dan bangsanya.

Berikut ini adalah data dari BKKBN yang menunjukkan sebuah musibah besar bagi bangsa
dan agama akibat salah dalam memaknai dan memahami cinta.

 Pada tahun 2010, di Jabodetabek remaja yang hilang keperawanannya mencapai


51%.
 Di kota Surabaya, remaja yang sudah hilang keperawanannya mencapai angka
54%.
 Di Medan, remaja yang sudah hilang keperawanannya mencapai 52%.
 Di kota Bandung, remaja yang sudah hilang keperawanannya mencapai 52%.
 Di Yogyakarta, yang sudah hilang keperawanannya mencapai 37%.
Sementara itu, penelitian dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia di 12 kota besar di
Indonesia pada tahun 2007 mendapatkan hasil yang lebih mencengangkan, yaitu:

 92% pelajar pernah melakukan kissing, petting, dan oral sex.


 62% pernah melakukan hubungan intim.
 22,7% siswi SMA pernah melakukan aborsi.
Yang lebih menghebohkan lagi, menurut BKKBN rata-rata usia remaja mulai berpacaran
adalah 12 tahun (sekitar kelas 5 dan 6 SD). Itu baru yang terlihat dan terdeteksi. Bagaimana
dengan yang belum terdeteksi? Bisa saja jauh lebih besar dan lebih mengerikan daripada
data-data di atas.

Musibah dan bencana yang sangat besar bagi yang tidak pernah merasa bersalah, menjadikan
pacaran dan seks bebas sebagai budaya dan gaya hidup. Jalan dengan cowok yang jelas-jelas
bukan muhrimnya, gandengan, bahkan sampai “begituan”, bagi mereka adalah kebiasaan
anak muda zaman sekarang. Kalau tidak melakukan hal seperti itu, mereka merasa
kampungan dan ketinggalan zaman. Inilah bahaya yang sebenar-benarnya bahaya, musibah
yang sebenar-benarnya musibah, yaitu ketika hati mereka telah mati dari kebenaran, telinga
mereka telah tuli dari peringatan dan ayat-ayat Allah Swt. Na‟udzubillahi min dzalik.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-Araf [7]: 179)

Setelah melihat fakta-fakta tersebut, apakah kita akan berkesimpulan bahwa cinta adalah
musibah? Ya, benar. „Cinta‟ yang dimaksudkan di atas adalah cinta yang membawa musibah,
petaka, serta bisa menghancurkan nama baik keluarga dan keturunan. Anak dari perzinaan
yang tidak tahu apa-apa pun ikut merasakan dampaknya. Mereka diledek dan dihina sebagai
anak haram.

Maka, tidak salah jika hukuman untuk mereka yang berzina adalah dirajam sampai mati bagi
yang sudah menikah, dicambuk dan diasingkan bagi yang belum menikah. Hal ini
sebagaimana difirmankan Allah Swt., dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 2 yang berbunyi,

“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali,
dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegahmu untuk menjalankan agama
(hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Wow! Benar-benar musibah dan petaka. Belum lagi kalau tingkat aborsi kita hitung
angkanya. Kami yakin kamu pun akan merinding. Jutaan calon penerus bangsa ini mati
begitu saja akibat dari ulah orangtua mereka yang tidak bertanggung jawab.

Arti cinta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suka sekali, sayang sekali. Sebuah
kata positif yang seharusnya memberikan dampak positif pula bagi kehidupan. Saat kita
mencintai sesuatu, tentu kita akan menjaga, menghargai, menghormati, serta berkorban untuk
yang kita cintai. Itulah pengertian dan makna cinta yang sebenarnya.

Lantas, bagaimana dengan cinta yang merusak sendi-sendi kehidupan, menjerumuskan


pelakunya ke lembah zina, serta membuat aib bagi diri dan keluarga? Cinta seperti itu
didasari oleh nafsu syahwat belaka. Lah, terus harus bagaimana, dong? .
Cinta adalah fitrah yang Allah Swt., anugerahkan kepada setiap manusia. Pada hakikatnya,
cinta itu menjaga, melindungi, dan menghargai. Cinta juga merupakan suatu nikmat
kehidupan yang Allah anugerahkan kepada kita. Dengan cinta ayah dan ibu, kita terlahir ke
dunia. Dengan cinta pula kita tumbuh hingga remaja dan dewasa. Cinta kepada ayah dan ibu,
cinta kepada saudara, cinta kepada agama ini, dan yang paling tinggi adalah cinta kepada
Allah Swt. Ya, itulah cinta yang membawa nilai-nilai kebaikan di muka bumi ini. Bukan
hanya cinta yang didasari nafsu kepada lawan jenis.

Lalu, bagaimana dengan aturan main tentang cinta kepada lawan jenis? Hal ini juga termasuk
anugerah dari Allah Swt.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14)

Seperti yang telah dibahas di atas, kita terlahir ke dunia karena cinta ayah dan bunda. Untuk
melanjutkan keturunan dan melahirkan generasi-generasi terbaik inilah Allah
menganugerahkan cinta kepada lawan jenis. Pertanyaan sederhananya, mungkinkah Allah
menganugerahkan sesuatu yang buruk untuk umat-Nya? Tentu sangat tidak mungkin. Segala
sesuatu yang bernama anugerah dari Allah tentu saja memiliki kebaikan.

Cinta adalah bagian dari naluri-naluri, al-ghara‟iz. Alghara‟iz adalah naluri-naluri yang tidak
bisa diindra, namun ada pada manusia dan ia menuntut pemenuhan. Ada tiga jenis naluri
yang Allah karuniakan kepada kita.

 Gharizah baqa’ yaitu naluri mempertahankan eksistensi diri, ingin diakui, ingin
dihargai, ingin dihormati, serta naluri melakukan pembelaan ketika ada ancaman.
 Gharizah nau’ yaitu naluri ingin melanjutkan keturunan. Karena naluri inilah ada
ketertarikan antara laki-laki dan perempuan, perasaan ingin melindungi perempuan
bagi laki-laki, dan keinginan untuk dilindungi laki-laki bagi perempuan.
 Gharizah tadayyun yaitu naluri takjub melihat semesta, keinginan untuk hidup
beragama, dan memiliki Tuhan.
Semua manusia memiliki ketiga naluri di atas, baik ia Islam maupun tidak. Kita bisa lihat
manusia zaman dahulu yang belum tersentuh Islam dan tidak tersentuh pendidikan, tetapi
bisa membuat bermacam-macam senjata dari batu dan kayu. Mereka juga mengerti cara
melanjutkan keturunan. Hebatnya lagi, karena naluri ingin beragama, mereka menciptakan
tuhan lewat imajinasi mereka. Ada yang tuhannya berupa pohon besar, batu besar, matahari,
dan sebagainya.

Islam sebagai agama sempurna tentu mempunyai aturan dan tuntunan tersendiri agar kita
dapat mengendalikan ketiga naluri tersebut. Yang akan kita bahas lebih serius di sini adalah
naluri ingin melanjutkan keturunan (gharizah nau‟).

Selain rasa cinta, Allah juga menganugerahkan nafsu syahwat kepada manusia. Allah tidak
pernah mengharamkan cinta dan syahwat karena dengan dua hal inilah manusia bisa
melanjutkan keturunan. Akan tetapi, Islam mengatur cinta dan syahwat melalui pernikahan
sehingga menjadi sesuatu yang menenangkan dan menenteramkan. Inilah makna cinta yang
menjadi anugerah.

Adapun cinta dan syahwat yang dilakukan tanpa aturan Islam, niscaya akan menjadi musibah
dan bencana.

Kesimpulannya, cinta bersifat netral, begitu juga dengan syahwat. Setiap manusia bebas
memilih, mau cinta yang terarah oleh Islam atau tidak, mau yang Allah ridai atau yang Allah
murkai. Allah memberi kita kebebasan memilih. Hal ini menjadi ladang amal bagi kita untuk
menghadapi ujian Allah. Allah akan melihat mana hamba-Nya yang taat dan mana hamba-
Nya yang ingkar.

Pendidikan Cinta

Mungkin subjudul ini sedikit menggelitik. Sebagai orang yang bergerak di dunia
pengembangan diri sejak tahun 2008 (tepatnya kelas 2 SMA), kami terlibat aktif dalam
kegiatan pembinaan dan mentoring terhadap adik-adik SD, SMP, dan SMA. Kami rutin
mengadakan berbagai kegiatan seperti pesantren kilat, latihan dasar kepemimpinan Islam,
serta beraneka training dan seminar motivasi. Selama proses itu, saya menemukan beraneka
rupa permasalahan remaja, tepatnya yang berusia 10-18 tahun. Di antaranya adalah sebagai
berikut.

 Kecanduan games.
 Terlibat aktivitas pacaran.
 Tawuran.
 Minuman keras (miras).
 Pornografi.
 Malas belajar.
 Narkoba.
 Merokok.
Nah, dari sekian banyak masalah remaja yang kami temukan, ada dua hal yang selalu menjadi
masalah utama di setiap generasi kita, yaitu:

PACARAN + PORNOGRAFI = SEKS BEBAS.

Dari hal inilah muncul data-data mengerikan yang kami sajikan di atas. Dalam acara-acara
pembinaan, kami sering menjadikan ini sebagai materi pokok yang ternyata menjadi materi
favorit para peserta.

Lalu, apa hubungannya dengan “pendidikan cinta”? Berdasarkan hasil pengamatan,


penelitian, serta yang kami rasakan―tentu jika tidak sepakat kamu boleh berbeda
pendapat―sistem pendidikan di Indonesia ini, dari PAUD sampai perguruan tinggi, tidak ada
yang namanya mata pelajaran atau mata kuliah “Pendidikan Cinta”. Dalam keluarga pun kita
tidak mendapatkan pendidikan cinta ini secara khusus dari orangtua yang benar-benar peduli
dengan hal ini. Bener nggak?

Dalam keluarga, topik tentang cinta terkadang menjadi tabu untuk dibicarakan. Lalu, dari
mana kita belajar tentang makna cinta? Mayoritas dari kita belajar tentang cinta ini secara
otodidak dari pergaulan. Misalnya melihat kakak kelas nembak cewek yang kebetulan teman
sekelas kita dengan memberikan seikat bunga, melihat kakak kelas bahkan teman kita yang
jalan bergandengan tangan dengan gebetannya sepulang sekolah, dan sebagainya. Nah, dari
pergaulan tersebut kita mulai menafsirkan bahwa cinta ya seperti itu dan wajib melakukan
hal-hal seperti itu juga. Lebay nggak, sih, sebenarnya? Coba kita cari jawabannya.

Guru cinta terbaik lainnya adalah tayangan-tayangan televisi seperti sinetron, FTV, acara
gosip yang menampilkan kehidupan cinta artis idola, dan acara kontak jodoh yang dikemas
dengan apik.

Sebenarnya, apa tema sinetron-sinetron tersebut? Tak lain dan tak bukan adalah CINTA,
Saudara-saudara. Lantas, siapa pemainnya? Pemainnya adalah anak remaja usia SMA. Tentu
target penontonnya pun adalah remaja usia SMP dan SMA. Yang lebih parah lagi, sinetron-
sinetron itu kerap kali ditayangkan di jam-jam yang biasanya dipakai untuk belajar. Orangtua
yang sudah keranjingan menonton TV menambah panjang daftar permasalahan. Mereka
menyuruh anak untuk belajar, tetapi mereka asyik menonton TV. Nah, bagaimana bisa?

Belum lagi band-band terkenal yang tema lagu-lagunya hampir 90% tentang cinta. Ngerinya
lagi, beberapa waktu yang lalu ada band yang personelnya bocah-bocah SD membawakan
lagu-lagu tentang cinta dan pacaran. Hadeeuuuh….

Singkat cerita, itulah gambaran “guru-guru cinta” remaja Indonesia. Dari sanalah mereka
belajar tentang cinta dan menafsirkannya sendiri sesuai pemikiran dan khayalan jiwa muda
mereka. Apa kesimpulan tentang cinta yang bisa diperoleh dari guru-guru cinta di atas?

 Cinta mesti diungkapkan karena itu tandanya lebih gentle.


 Jadian itu berarti keren.
 Pacaran punya “lebaran” yaitu hari Valentine.
 Ciuman itu bukti cinta dan bukan nafsu.
 Pelukan tandanya melindungi.
 Kasih bunga dan cokelat biar makin mesra.
 Dan sampai akhirnya “harga diri” pun bisa dikasih karena sudah terlalu cinta.
Haduuuh… tepok jidat!
Di sinetron-sinetron diajarkan bahwa “pacaran” adalah segala-galanya. Lihat saja, dalam
setiap episodenya, fase pacaran selalu panjang. Pernikahan hanya sebagai ending dan bumbu
pelengkap. Dalam setiap episode juga diperlihatkan bahwa pegangan, pelukan, dan cipika-
cipiki merupakan hal yang lumrah dan biasa, bahkan seakan-akan wajib dilakukan ketika
sedang berpacaran.

Efek dari hal tersebut di atas ternyata sangat dahsyat, yaitu membentuk suatu mindset di
kalangan generasi muda kita, termasuk “kami” sebelum hijrah. Dengan demikian,
kebanyakan orang menyimpulkan, untuk mendapatkan pendamping hidup itu harus melalui
siklus sebagai berikut.

Saling naksir  Pedekate  Nembak / dicomblangin  Jadian  Pacaran dengan


segala ritualnya seperti yang disebutkan di atas  Menikmati galau, kecewa, putus-
nyambung, cemburuan  Saling berkunjung ke rumah  Kalau ada kecocokan nikah,
kalau tidak ada kecocokan ya putus dan mengulangi fase ini dari awal lagi.
Coba lihat, tuh, betapa capeknya hati dan pikiran. Untuk mendapatkan jodoh saja melewati
fase yang begitu panjang. Berapa banyak energi yang terbuang secara percuma? Nah,
sekarang coba kita pikirkan, bagaimana jika energi itu diarahkan untuk aktivitas-aktivitas
kebaikan? Tentu banyak prestasi luar biasa yang bisa lahir dari energi tersebut.

Pacaran menguras energi, sakit hati menguras perasaan dan pikiran. Anehnya, bagi yang
sedang berpacaran hal ini dikatakan sebagai suatu “perjuangan cinta”. Halah!

Tahukah kalian bahwa dalam aturan Islam, mendapatkan jodoh itu tidak serumit siklus di
atas. Cukup dengan rumus ATM (Amati, Taaruf, dan Menikah). Di fase taaruf memang tidak
semuanya berlanjut ke fase pernikahan. Apabila di fase taaruf tidak ada kecocokan dan gagal,
maka tinggal cari lagi yang lain. Simpel, kan?

Iya, semudah itu. Kata kuncinya adalah jangan ada dulu “rasa dan cinta” di antara kita.
Kalaupun ada rasa ketertarikan, tentu tak sedalam yang berpacaran.

Sayangnya, di sistem pendidikan kita pendidikan cinta ini jarang sekali dibahas. Kalaupun
ada hanya diselipkan dalam pelajaran budi pekerti atau agama. Itu pun jika guru yang
mengajar peduli dengan pergaulan anak didiknya. Jika tidak, guru hanya akan mengajarkan
materi yang ada di dalam buku. Padahal, masalah cinta sangat penting untuk kehidupan kita
karena berkaitan erat dengan melanjutkan keturunan serta menghasilkan generasi penerus.

Apa yang sering kita dengar dan lihat akan menjadi yang sering kita pikirkan.

Apa yang sering kita pikirkan akan menjadi yang sering kita ucapkan.

Apa yang sering kita ucapkan akan menjadi tindakan dan perilaku kita.

Apa yang sering kita lakukan akan menjadi kebiasaan kita.

Kebiasaan yang terus dipupuk akan menentukan karakter kita.

Karakter yang tak pernah diubah tentu akan ikut menentukan nasib kita.

Kamu bisa menyimpulkan sendiri betapa besarnya pengaruh yang kita lihat dan dengar
terhadap kehidupan kita.
Selama ini yang sering didengar dan dilihat oleh generasi muda kita adalah sinetron-sinetron
dengan nuansa cinta dan pacaran. Lagu-lagu juga mengagungkan cinta. Dari sinilah
kebanyakan generasi muda kita belajar tentang cinta.

Kemudahan untuk mengakses informasi di dunia maya juga semakin menambah fatal
pemahaman tentang makna cinta. Yang ada, generasi muda kita semakin terlena dengan hal-
hal tersebut.

Hijrahku di Jalan CintaMu, Let’s Find Allah’s Love, Let’s Hijrah

Memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis, ingin ada yang mendengarkan keluh kesahnya,
ingin diperhatikan, ingin mengayomi dan diayomi oleh lawan jenis, serta mulai merasakan
kenyamanan dengan seseorang yang baik padanya, oleh kalangan remaja hari ini
diterjemahkan dengan dua kata yaitu “jatuh cinta”. Cinta sebenarnya adalah suatu fitrah dari
Allah Swt. Jadi, itu adalah hal normal. Setiap remaja yang sudah akil baligh pasti akan
merasakannya.

Menolak atau menghilangkan rasa yang sudah Allah karuniakan tersebut adalah sebuah
kemustahilan. Yang bisa kita lakukan adalah mengelola serta mengendalikannya.
Membingkainya dengan keimanan dan ketakwaan sehingga rasa itu akan berbuah manis pada
waktunya. Jangan sampai cinta yang timbul dari rasa itu dikendalikan oleh hawa nafsu. Kalau
sudah dikendalikan oleh hawa nafsu, tentu ujung-ujungnya akan melakukan aktivitas pacaran.

Hubungan yang terlalu cair antara laki-laki dan perempuan akan mempercepat tumbuhnya
rasa cinta itu. Meniru para artis yang cinlok (cinta lokasi), muncul istilah cinlas atau cinta
teman sekelas. Cinlas ini sering terjadi di sekolah atau kampus. Saat merasa nyaman dengan
seseorang, akhirnya apa-apa selalu ingat dia, pinjam buku sama dia, ada masalah curhat sama
dia, mau makan sama dia, mau minta nasihat atau motivasi sama dia, dan sebagainya. Yang
begini ini alasannya hanya temenan dan nggak pacaran. Namun, jika temenannya mesra, ya,
sama aja.

Memisahkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan adalah alternatif untuk saling menjaga
hati dan rasa agar tidak mudah menjalin cinta dengan seseorang karena bisa berakibat
kekecewaan yang mendalam di kemudian hari. Saat cinta sudah dipupuk dan terus
bertumbuh, akan muncul harapan kepada orang tersebut untuk menjadi pendamping
hidupnya. Ya syukur jika harapan itu benar-benar terwujud. Tapi jika hanya bertemu di
pelaminan dan itu sebagai tamu (baca: si dia nikah sama orang lain) tentu akan berbuah
kekecewaan yang sangat mendalam. Galau, susah move on, maunya sama si dia terus, dan
seakan susah melanjutkan hidup. Terkadang bunuh diri menjadi alternatif, menenggak racun
serangga karena putus cinta. Serem nggak, tuh?

Mencintai seseorang atau lawan jenis tentu sah-sah saja karena itu termasuk rasa yang
dianugerahkan Allah pada kita, bahkan wajib hukumnya jika itu pasangan sah kita. Tapi
mencintailah di dalam ketaatan kepada Allah Swt., bukan dalam bingkai yang Allah tidak
ridai. Tak ada kata cinta yang sebenar-benarnya cinta jika terucap sebelum akad nikah.
Setelah terucap kata “sah” dalam ijab kabul, saat itulah cinta dalam ketaatan dimulai, saat
itulah cinta agung bersemi. Pupuklah cinta tersebut agar tumbuh dan membangun peradaban
Islam.

Jika kita tidak disibukkan oleh hal-hal yang baik,

kita akan disibukkan oleh hal-hal yang buruk.

Jika hati dan pikiran kita tidak diisi dengan hal-hal yang baik,

hati dan pikiran kita akan terisi oleh hal-hal yang buruk.

Cara terbaik untuk menjaga hati agar tidak mudah merasakan cinta pada lawan jenis adalah
terus menyibukkan diri dengan hal-hal positif, misalnya aktif di kegiatan dakwah,
menemukan hobi dan passion serta menyalurkan energi di sana, berolahraga, menghafal Al-
Quran, memperbaiki ibadah, memperbanyak zikir, memperbanyak puasa sunah, ikut dalam
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, serta tidak mendengarkan lagu-lagu cengeng.

Kebanyakan orang yang gampang jatuh cinta adalah mereka yang memiliki banyak waktu
luang dan kadang terisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat seperti nongkrong, galau
berkepanjangan, gosip, main game, dengerin musik cengeng, dan nonton konser.

Cari guru ngaji dan ikut kelompok-kelompok pengajian atau harakah-harakah dakwah agar
selalu berkumpul dengan orang-orang saleh dan insya Allah ketularan juga kesalehannya.
Namun, di sini pun tidak menjamin akan bebas dari virus merah jambu. Bisa jadi malah lebih
berat karena tergoda oleh si kerudung merah yang anggun.

Menyegerakan menikah jika memang dirasa sudah siap, mau, dan mampu, tentu solusi jitu
untuk menjaga hati. Ketika tertarik pada lawan jenis, lihat akhlaknya terlebih dahulu. Jika
baik, tidak ada salahnya langsung datangi sang ayah. Lamar dan nikahi dia. Menikah di usia
19, 20 , atau 21 tahun dengan tujuan menjaga hati, menjaga diri, menjaga iman, dan menjaga
pandangan dari fitnah tentu jauh lebih mulia. Insya Allah, nikmat rasanya. Buktinya kami
adalah pasangan yang menikah di usia 22 tahun dan 19 tahun.Alhamdulillah

Saat ingin pacaran

“Kenapa ya saya pengen banget pacaran”

“Ya, kalau nggak pacaran nanti kita dibilang nggak laku kak”

“Pacaran, hmm, asyik aja kayaknya ada yang perhatiin, ada yang bantuin dll”

“Pengen pacaran, biar ada yang ngasih motivasi belajar”

“Pacaran, biasa aja kali kan kita udah gede”

“Pacaran tahapan penting sebelum menikah”

“Pacaran, memang sih bikin sakit hati tapi juga bikin ketagihan juga hehe”

“Iri ah, sama mereka yang tiap hari ada yang jemput atau nganterin”

Ya, itulah sebagian kecil celetukan dari sahabat-sahabat kita yang berteguh dan bersikukuh
untuk tetap pacaran. Rindu pacaran memang lucu kedengarannya ,mungkin akan muncul
pertanyaan “koq rindu sama maksiat?”.

Meski sudah bertebaran dimana-mana nasihat tentang pernikahan islami, anjuran untuk tidak
pacaran, bahaya akan pacaran dan sejenisnya. Tetap saja ada yang ingin dan mau pacaran,
tetap saja ada yang pengen pacaran, tetap saja ada yang merindukan pacaran.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].

Sudah menjadi fitrahnya manusia memiliki ketertarikan pada lawan jenis, laki-laki tertarik
pada wanita dan wanita tertarik pada laki-laki. Laki-laki ingin memiliki pendamping yang
peduli padanya, ingin membantunya, ingin memberikan apresiasi dan pengakuan padanya,
sementara wanita menginginkan ada yang setia mendengarnya, ada bisa mengerti akan
dirinya, ada yang peduli dan suka membantunya. Allah ciptakan juga kasih, sayang dan rindu
pada diantara diri mereka.

Fitrah dari Allah SWT yang Allah anugrahkan kepada setiap manusia, namun hal ini bisa
menjadi anugrah bagi kita ketika fitrah tersebut disalurkan melalui wadah yang Allah telah
persiapkan yaitu pernikahan, akan tetapi ia juga bisa menjadi musibah jika disalurkan melalui
wadah yang keliru seperti pacaran.

Ketika usia beranjak remaja, sudah ada ketertarikan kepada lawan jenis, ditambah dengan
kondisi lingkungan yang serba bebas pacaran serta juga kurangnya pendidikan tentang dari
keluarga maka pacaran menjadi suatu hal biasa bagi sebagian orang dan tak sedikit juga
malah yang menjadikan pacaran sebagai life style atau sebuah budaya. Yang bahkan malah
menjadi suatu “aib” jika tidak punya pacar.

Tidak hanya yang tidak tau sama sekali tentang bagaimana pacaran dalam islam, bahkan yang
sudah mengerti sekalipun tak sedikit masih ingin pacaran, merindukan pacaran dan pacaran
benaran. Meskipun terkadang berbagai jenis hubungan “nggak jelas” tetap mereka tak mau
akui sebagai sebuah jalinan maksiat pacaran.

Pernikahan adalah satu-satunya bentuk komitmen yang mengikat laki-laki dengan


perempuan, bukan hanya sekadar ikatan main-main sebagaimana pacaran, akan tetapi ini
adalah sebuah ikatan serius yang butuh komitemen dan tanggung jawab.

Allah tau pacaran atau sebuah hubungan tanpa ikatan antara laki-laki dengan perempuan akan
banyak sekali mudharatnya, akan banyak sekali keburukan dan dampak negative didalamnya
tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk keluarganya, lingkungannya bahkan
negaranya sekalipun.

Hingga jauh-jauh hari Allah telah mengingatkan kita “Jangan mendekati zina” . Sementara
kita semua tau kalau pacaran adalah langkah awal menuju ke arah perzinaan yang jauh lebih
besar. Kami sering menyampaikan sekecil-kecilnya maksiat pacaran adalah zina hati.

Dikala hati rindu untuk pacaran, maka menikahlah itulah sebaik-baiknya solusi, dan jika
belum mampu maka berpuasalah itu pesan nabi kepada kita semua.

Aku Ingin berzina denganmu..

“Aku mencintaimu” ucapnya padamu wahai saudariku,


tapi sadarkah dirimu pada hakikatnya ia menyampaikan “Aku ingin berzina denganmu” .

Zina hati ketika ia lebih banyak mengingat wajahmu dari pada mengingat tuhannya,
mengingat dosa-dosanya.

Zina mata ketika ia tak berkedip memandang ayunya wajahmu.

Zina tangan ketika ia mulai menggandengmu, memelukmu mungkin juga ketika ia mengecup
lembut keningmu”

Tak sedikit yang berdalih dengan “saya pacaran nggak ngapa-ngapain koq” ketika
disampaikan larangan pacaran, tak sedikit juga yang malah menuding kami berpikiran
“porno” ketika mengingatkan akan bahaya pacaran. Pacaran nggak ngapa-ngapain, pacaran
hanya sebagai jalan saling mengenal sebelum menjalani hubungan yang lebih serius yaitu
pernikahan, pacaran adalah sebuah ikhtiar dalam mendapatkan jodoh, kalau tidak pacaran
gimana bisa mengenali jodoh kita baik atau buruk sifat dan karakternya, nikah tanpa pacaran?
ah mustahil sepertinya.

Tidak hanya pemahaman kamu yang begitu, jujur kamipun memiliki pemahaman yang sama
seperti itu dulu di masa-masa sebelum hijrah. Entah bisikan apa yang merasuk dalam pikiran
sehingga kita cenderung melakukan pembenaran-pembenaran atas aktivitas maksiat pacaran
yang kita lakukan, apalagi jika lagi “hot-hot”nya jatuh cinta, lagi seru-serunya jalan
berduaan, lagi asyik-asyiknya panggilan sayang-sayangan dan cinta-cintaan yang entah itu
benaran dari hati yang tulus atau hanya sekedar ucapan pencintraan agar dapat berduaan.
Apalagi yang sampai panggilan papa-mamah, ayah-bunda, hadeeeh.

Disini kami ingin menekankan kembali menyampaikan kepada kamu semua kenapa pacaran
itu dilarang?, kenapa pacaran tidak ada dalam islam?, jawabnya hanya SATU “Pacaran itu
gerbang dari perzinaan”, sekecil-kecilnya maksiat pacaran adalah zina hati, ini pasti ada bagi
siapapun yang pacaran, zina hati adalah adanya rasa keterikatan hati antara dua lawan jenis
yang bukan mahramnya. Dari keterikan hati ini mereka saling memikirkan satu sama lain,
saling mengingat atau membayangkan satu sama lain. Keterikatan dihati inilah yang
menggerakkan fisik dan raga untuk saling bertemu, keterikatan hati inilah yang membuat
kenyamanan ketika berduaan, keterikatan hati ini jugalah yang memunculkan rasa
kepedulian, namun sayangnya keterikatan hati ini juga diiringi oleh nafsu syahwat. Karena
memang sudah fitrahnya manusia cinta pada lawan jenis adalah sebuah rasa yang Allah
anugrahkan kepada hamba-hambanya yang berlainan jenis agar hamba-hambanya menikah
dan melanjutkan keturunan.So, sudah pasti cinta kepada lawan jenis akan teriringi oleh nafsu
syahwat.

Awalnya memang cuman sms-an, besok nyoba telponan, lusa ketemuan, minggu depan jalan
bareng, coba gandengan tangan, dan sampai aktivitas-aktivitas yang terlewati tanpa disadari
padahal isinya adalah perzinaan, Naudzubillahi min zalik hingga akhirnya tak sedikit yang
terjerumus kelembah zina yang sangat Allah murkai. Kalau sudah begini yang tersisa
hanyalah penyesalan yang tak lagi berarti.
Untuk itu sedia payung sebelum hujan, jaga diri sebelum terjerumus ke lembah perzinaan,
Yakin dan peganglah selalu 2 quote berikut :

Quotes 1 :

“Pacaran tidak akan menjamin kamu mendapatkan jodoh yang baik dunia apalagi untuk
akhirat akan tetapi dengan pacaran akan pasti jaminan dosanya, Begitu juga sebaliknya
dengan tidak pacaran juga tidak akan berarti jodohmu akan susah atau tidak ketemu”

Quotes 2 :

“Jodoh itu layaknya rezeki uang atau harta bisa di jemput dengan cara yang benar (diridhoi
Allah), namun bisa juga dijemput dengan cara yang salah(tidak Allah ridhoi) setiap cara kita
menjemput ada resikonya, bebas memilih tapi tidak bebas memilih resiko yang diterima”

11 Tips Hijrah bagi yang masih PACARAN


Kamu masih pacaran? tapi sudah merasakan nggak enaknya pacaran, karena memang pacaran
isinya nggak enak semua, sepakat ya? Sudah baca tulisan-tulisan sebelumnya ? kalau sudah
tentu kamu sudah tau sedikit banyak bagaimana itu pacaran dan bagaimana islam
memandangnya. Intinya adalah pacaran itu maksiat, dan sekecil-kecilnya maksiat pacaran
adalah zina hati.

Nah, jika memang kamu hari ini masih pacaran dan kamu ingin hijrah dan meninggalkan
dunia pacaran. 11 Tips Hijrah bagi yang masih PACARAN berikut sangat cocok untukmu.

Berikut 11 Tipsnya silakan setelah dibaca silakan di PRAKTEKKAN tanpa TAPI dan
NANTI.

1. Mau Dulu, Insya Allah Akan Allah Mampukan


Kemauan yang kuat akan menumbuhkan kemampuan. Begitu juga untuk berhijrah. Kita
mesti memiliki KEMAUAN yang kuat lebih dulu. Salah satu ciri orang yang memiliki
kemauan kuat adalah tanpa menunda lagi dan tanpa tapi-tapian, tanpa entar-entaran, dan
tanpa esok-lusa.

Teringat kisah hijrah Khalifah Umar Ibn Khattab ketika membaca penggalan Surat Thaha
yang ia rebut dari tangan adiknya. Ia terpana dengan ayat-ayat Allah tersebut dan menemui
Rasulullah Muhammad saw., saat itu juga.

Jadi, tip pertama adalah memiliki kemauan yang kuat. Insya Allah, akan Allah mampukan
dan Allah bukakan jalannya. Yakin? Silakan coba!

2. Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

Dari Amirul Mukminin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiyallahuanhu, dia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda, „Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang
dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridaan) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada (keridaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.‟”

Sebagaimana disebutkan hadis „arbain di atas, segala sesuatu tergantung niat dan kita akan
mendapatkan sesuai dengan yang kita niatkan. Begitu juga dengan hijrah. Karena apakah kita
berhijrah? Karena ingin kelihatan lebih „alim? Karena ingin memperoleh sesuatu yang
bernilai, misalnya materi? Atau tulus ikhlas karena Allah Swt?

Jika hijrahnya karena seseorang (manusia), ketika orang tersebut mengecewakannya atau
meninggalkannya, maka kembali jugalah ia seperti semula (gagal hijrah). Jika berhijrah
karena materi, apabila materi sudah tidak ada lagi, tentu ia akan menyesal dengan hijrahnya.
Beruntunglah orang yang berhijrah karena Allah Swt., karena Allah abadi dan kekal
selamanya.

Tip kita yang dua adalah bersihkan hati, luruskan niat. Insya Allah, akan Allah datangkan
hidayah tersebut. Insya Allah, akan Allah bimbing ke jalan kebaikan, jalan yang Allah dan
Rasul-Nya ridai.

3. Sekarang, Tanpa Nanti dan Nanti

Seperti yang kita singgung pada pembahasan di atas, salah satu faktor seseorang tidak hijrah-
hijrah atau gagal hijrah adalah penundaan, ntar dah, besok dah, lusa dah, dan akhirnya nggak
hijrah-hijrah. Akhirnya nggak berubah-ubah, akhirnya nggak putus-putus, sementara maksiat
jalan terus.

Ketika ghirah (semangat) masih menyala dan membara, berhijrahlah saat itu juga. Kalau
masih pacaran, segera kirim SMS atau telepon sang pacar. Sampaikan padanya bahwa Islam
melarang pacaran. Katakan padanya bahwa hubungan kalian selama ini tidak syar‟i dan
menghasilkan banyak kerugian. Untuk itu, lebih baik PUTUS.

Pacaran = Maksiat

Putus = Hijrah

Ayo, pilih mana? Orang hebat sepertimu tentu memilih mutusin pacar, memilih yang Allah
dan Rasul-Nya ridai.

4. Charge Terus RFJR (Part 1)

Apa itu RFJR? RFJR adalah singkatan dari Ruhiyah, Fikriyah, Jasadiyah, dan Rupiah. Ibarat
baterai ponsel, RFJR ini bisa habis (turun naik). Jadi, ia butuh charge (tambahan energi baru).

Tak bisa dimungkiri, orang yang mau berhijrah―khususnya hijrah dari pacaran dan
memutuskan pacarnya―biasanya dilanda virus G.A.L.A.U (GelisAh Lanjut Atau Udah).
Deg-degan, ada perasaan takut kehilangan, khawatir ada penyesalan. Oleh karena itu, butuh
penguatan untuk empat elemen tadi.

Yang pertama adalah ruhiyah. Ini adalah komando dari seluruh tubuh, sebagaimana sabda
Rasulullah saw,

“Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah (hati). Apabila hati itu baik,
maka baik pula seluruh diri dan amal perbutan manusia. Apabila hati itu rusak, maka
rusaklah seluruh diri (amal perbuatan manusia tersebut). Ingatlah, ia adalah hati.”
(Sahih Bukhari dan Sahih Muslim dari Nu‟man ibn Basyir ra).

Charge ruhiyah bisa dilakukan dengan cara memperbanyak doa, zikir, dan tilawah Al-Quran.
Banyak sekali pertanyaan yang masuk pada kami tentang cara move on ketika sudah putus
dan cara melupakan mantan. Ada juga yang nggak bisa melupakan sama sekali, keingetan dia
terus. Mungkin itu yang disebut cinta mati, ya. Hadeuh, ada-ada aja.

Solusi yang kami tawarkan sangat sederhana, yaitu perbanyak zikir, doa, tilawah, dan
ibadahnya dibenerin. Allah Sang Pemilik hati. Hanya Dia yang bisa membolak-balik hati
kita.

Hati orang yang galau rentan digoda setan. Makanya banyak yang bilang jangan galau
sendirian atau kebanyakan berdiam diri, nanti kesurupan. Untuk mengusir setan, ya, dengan
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Shalat tepat waktu, ibadah sunah ditingkatkan, tahajud,
dhuha, sunah rawatib, shalat tobat, dan ibadah-ibadah lain yang menguatkan ruhiyah. Insya
Allah, dengan begitu energi ruhiyah kita akan meningkat sehingga menjadikan kita pribadi
yang lebih positif dan bersemangat.

5. Charge Terus RFJR (Part 2)

Selain meningkatkan energi ruhiyah, energi fikriyah (pikiran) juga perlu diisi. Bertambahnya
wawasan dan ilmu juga akan meningkatkan kapasitas diri. Banyak orang terjerumus ke dalam
lembah maksiat, banyak yang telanjur pacaran bukan karena “ingkar” tapi karena memang
belum tahu kalau pacaran itu dilarang, belum mengerti tentang bahaya pacaran. Seperti
bahasan kami sebelumnya, hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan cinta.
Membaca buku, menghadiri kajian, mendengarkan ceramah-ceramah agama dan motivasi,
serta menonton video-video yang bermanfaat di Youtube adalah salah satu cara mengisi
asupan gizi pikiran kita. Terus-menerus belajar sehingga dari yang tidak tahu menjadi tahu,
dari belum mengerti menjadi paham.

“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya mereka hanya
mewariskan ilmu. Barangsiapa telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Ya, itulah satu di antara banyak dalil keutamaan dalam menuntut ilmu. Di dalam Al-Quran
pun Allah mengulang-ulang tentang akal dan orang yang berpikir.

6. Charge Terus RFJR (Part 3)

“Allah lebih mencintai muslim yang kuat dibandingkan dengan muslim yang lemah.” (HR.
Muslim)

Dalam hadis lain Rasulullah saw., juga berpesan, “Ajarkanlah anakmu memanah, berenang,
dan berkuda.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Terkadang munculnya kegalauan dan susah move on―bagi yang akan atau sudah
putus―adalah karena fisik yang jarang bergerak, kurang olahraga, atau bahkan sama sekali
tidak pernah berolahraga. Jika benar-benar ingin berubah (hijrah), ubahlah semuanya,
termasuk kebiasaan fisik. Olahraga yang rutin tentu bisa membuat peredaran darah lancar dan
asupan oksigen ke otak cukup. Dengan demikian, tubuh menjadi sehat dan mampu berpikir
jernih dalam mengambil keputusan, bisa membedakan mana yang baik dan benar.

Adapun olahraga yang bisa dilakukan adalah berenang, berkuda, dan memanah seperti yang
dianjuran oleh Rasulullah saw. Kalau itu susah, bisa juga dengan olahraga yang populer hari
ini seperti futsal, lari, yoga, basket, dan fitnes.

Selain berolahraga untuk menjaga kebugaran fisik, setiap muslim juga perlu menjaga pola
makan. Tidak sedikit penyakit berbahaya bagi tubuh berawal dari makanan. Sebutlah salah
satunya asam lambung kronis yang diistilahkan dengan GERD.

Penyebab utamanya adalah pola makan yang tidak teratur. Terlalu sering mengonsumsi
makanan cepat saji pun terbukti sangat buruk untuk kesehatan. Begitu pula dengan
mengonsumsi minuman bersoda tinggi, makan terlalu banyak dalam satu waktu, telat makan,
makan mi instan dan sejenisnya, serta berbagai konsumsi tidak sehat lainnya.

Usahakan untuk menerapkan pola makan yang teratur, meminum madu, serta menjaga
asupan nutrisi buah, protein hewani, dan protein nabati yang sesuai dan pas. Kami
merekomendasikan untuk mempelajari lebih lanjut pola makan food combining. Tidak bisa
dijelaskan secara mendetail di sini karena keterbatasan tempat, apalagi buku ini berfokus ke
tema pernikahan. Jadi khawatir salah arah jika kebanyakan membahas tentang pola makan.

Intinya, makanan yang kita makan, aktivitas fisik kita, istirahat kita sangat berpengaruh pada
pikiran dan hati. Pikiran mengatur dalam mengambil keputusan, sedangkan hati meyakinkan
mana keputusan yang terbaik untuk kita.

Jika memang mau berhijrah secara total, ayo ubah cara hidup, ubah cara makan dengan pola
yang sehat. Ingat, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa sehat.

7. Charge terus RFJR (Part 4)

Bahasan yang terakhir dari RFJR ini adalah Rupiah. Mungkin kamu bertanya, apakah ada
hubungan antara hijrah dari pacaran dengan rupiah?

Ya, tentu ada hubungannya. Begini ceritanya. Jika yang pacaran itu masih bersekolah,
solusinya tentu putus dan kita suruh berfokus untuk belajar (pembahasan khusus remaja kami
tulis dalam buku Say No to Pacaran). Jika yang pacaran adalah usia-usia yang siap menikah,
solusi bagi dia ada dua.

 Datangi wali dan nikahi sang pacar.


 Putuskan, tinggalkan, dan lupakan.
Untuk alternatif pertama―melamar dan menikahi―mau tidak mau, suka tidak suka, pasti
butuh yang namanya rupiah, butuh dana, butuh uang. Sering kami sampaikan, memang tidak
perlu punya penghasilan tetap tetapi pastikan tetap memiliki penghasilan. Menikah berarti
mengambil tanggung jawab atas anak gadis orang. Meskipun tidak lebih baik daripada
kehidupannya bersama orangtuanya, usahakan hidupnya minimal sama nikmat ketika dengan
orangtuanya dan ketika bersamamu. Jangan sampai pas habis nikah anak orang malah jadi
menderita. Memang, sih, makan sepiring berdua dan tinggal di pondok bambu adalah bentuk
sebuah perjuangan cinta. Tapi nggak gitu-gitu juga, kali. Ya minimal samalah.
Untuk memenuhi itu semua tentu butuh penghasilan. Makanya, yang masih jomblo daripada
mikirin pacaran melulu, mending mikirin cara menghasilkan uang untuk modal nikah.
Sibukkan diri dengan bekerja atau berbisnis. Insya Allah, dengan begini rasa galau karena
putus pacar akan mudah hilang, bahkan jika tip ini dilakukan, bisa sampai lupa pada yang
namanya pacaran. Kumpulkan dana yang cukup. Ketika sudah cukup, langsung nikah saja.

Mengumpulkan pundi-pundi rupiah juga tidak tertutup bagi wanita. Selama masih sendiri,
tidak ada salahnya berbisnis ataupun bekerja, dengan syarat tempat bekerjanya mendukung
untuk berpakaian syar‟i. Banyak saudari kita yang terhalang untuk berhijab syar‟i, bahkan
tidak boleh memakai hijab sama sekali, di tempat kerja mereka. Pekerjaan yang begini lebih
baik ditinggalkan saja. Insya Allah, Allah akan selalu bersama hamba-Nya yang
meninggalkan sesuatu yang tidak diridai-Nya. Jadi, tidak usah khawatir.

Nah, daripada galau, mending cari duit. Begitulah, ternyata punya uang bisa membuat kita
lebih bersemangat dan jadi punya komitmen untuk menikah, eh, hijrah maksudnya.

8. Temanmu Adalah Gurumu

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi
dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,
atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)
mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak
sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Beberapa orang yang curhat pada kami mengatakan alasan mereka pacaran adalah karena
ikut-ikutan teman yang pacaran. Kami pun menyadari pengaruh ini tentu sangat kuat, apalagi
pada seorang remaja. Bagi mereka, teman bisa lebih berharga daripada orangtua sendiri.
Kata-kata teman adalah mutiara, sedangkan kata-kata orangtua “ah, ntar aja”. Orangtua
dikesampingkan, teman diutamakan. Entah siapa yang salah di sini, apakah karena
pendidikan orangtuanya atau kuatnya pengaruh dari luar. Semoga di lain kesempatan masalah
ini bisa kita bahas lebih mendalam.

Di bagian ini kita berfokus pada pembahasan hijrah dan pertemanan. Jika kamu sudah punya
kemauan kuat dan niat yang tulus untuk berhijrah, mau tidak mau kamu harus meninggalkan
teman lama. Bergaullah dengan orang-orang saleh, orang-orang dengan pemikiran yang sama
yaitu tak ada pacaran sebelum pernikahan. Orang yang selalu mengutamakan ketaatan pada
Allah Swt.

Kalau begitu, kita pilih-pilih teman, dong? Iya, benar. Kita harus berhati-hati dalam
berteman. Kalau kenal dan sekadar say hello tentu boleh dengan siapa saja. Tapi untuk teman
yang akan belajar bersama, saling mendengarkan keluh kesah, dan lain-lain mesti yang benar-
benar bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran.

9. Reject Aja

Gagal mutusin pacar berarti gagal hijrah dari pacaran. Biasanya karena keseringan
berkomunikasi, apakah itu via telepon, SMS, BBM, atau stalking Facebook dan Twitternya.
Ketika makin sering berkomunikasi, makin bersemilah “rasa-rasa”nya. Entahlah rasa apa
namanya. Hehe….

Jadi, solusinya ya udah, reject aja teleponnya, SMS nggak perlu dibalas, Facebook dan
Twitternya diblokir aja. Ah, nggak segitunya juga, kali. Tapi tetap, jangan stalking lagi biar
mudah move on.

Lha, ini bukannya malah mutusin hubungan silaturahmi?

Putusin pacar = putusin maksiat. Jadi, bukan mutusin silaturahmi.

10. Kalau Memang Sudah Siap, Datangi Walinya

Nah, ini seru. Solusi terkeren untuk segera berhijrah dari pacaran adalah datangi walinya.
Lamar si dia dan nikahi. Simpel? Ya, begitulah Islam.

Hukum menikah berbeda-beda. Bagi sebagian orang hukumnya makruh, bagi sebagian yang
lain hukumnya sunah. Ada yang hukumnya haram dan ada juga wajib menikah. Nah, jika
hukum menikah bagimu sudah wajib, tak ada kata lain selain menikah.

Jika hati sudah selalu merindu, memperbanyak puasa juga sudah tak ada efeknya, putus pacar
yang satu malah cari pacar baru, maka menyegerakan menikah jauh lebih utama daripada
terjerumus ke dalam lembah perzinaan.

11. Banyak-Banyak Bersyukur

Sebaik-baik nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita adalah nikmat Islam, nikmat iman,
serta nikmat kesempatan untuk berhijrah. Selama masih ada kesempatan itu, syukurilah. Cara
terbaik mensyukurinya adalah dengan segera berhijrah, belajar untuk istiqamah, serta
mengajak yang lain untuk berhijrah juga.
Penutup

Alhamdulillah akhirnya sampai juga pada penghujung ebook #SayNoToPacaran ini, besar
harapan kami semoga sahabat semua dapat memetik hikmah-hikmah kebaikan dari ebook ini.
Oya bagi sahabat semua yang belum pernah membaca buku pertama kami Indahnya Menikah
Tanpa Pacaran dan Buku Makin Syar‟i Makin Cantik . Bisa di dapatkan lansung melalui
kami dengan menghubungi nomor SMS/WA 089673653930. Sementara buku Makin syar‟i
makin cantik juga tersedia di toko buku GRAMEDIA seluruh Indonesia.

Buku Indahnya menikah tanpa pacaran dan buku makin syar‟i makin cantik
Tentang Penulis
Agus Ariwibowo (lebih akrab dipanggil Uda Agus) dan Fidayani (lebih akrab disapa Ummu
Ghazi) adalah pasangan yang memiliki satu putra serta sama-sama memiliki kecintaan
terhadap dunia pengembangan diri.

Memiliki perhatian lebih kepada pendidikan dan pengembangan diri remaja serta kondisi
remaja masa kini. Abi dan ummi dari Muhammad Utsman Ghazi ini memiliki visi
menginspirasi anak-anak muda agar menjadikan Rasulullah Muhammad saw., serta para
sahabat beliau sebagai teladan utama.

Uda Agus dan Ummu Ghazi juga sedang membangun sebuah webblog
www.diarypernikahan.com. Di sana mereka banyak berbagi kisah, pengalaman, dan inspirasi
tentang pernikahan. Selain menulis buku, Uda Agus juga menulis di berbagai situs dan blog
dengan tema cinta, pernikahan, dan kemuslimahan.

Untuk menghubungi penulis bisa lansung ke nomor ponsel pribadinya: 0896 4773 9175,
email: tanyaaghautsman@gmail.com, dan blog www.catatanudaagus.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai