Anda di halaman 1dari 2

Tentang Kita dan Laut

Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung

kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. Namun, dari balik dinding kamar aku

pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan

kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan.

“Laut itu melambangkan kebebasan yang membentang luas. Tanpa kekangan dan

tanpa paksaan. Dan aku ingin memberikan itu padamu, Reyya.”

Segelintir kalimat yang kau ucapkan saat itu sekarang kembali terlintas. Kalimat yang

mengandung harapan, janji, dan kekuatan. Seolah menenumkan secercah cahaya, saat

itu juga aku memutuskan untuk merengkuh sang cahaya agar ia membawaku pergi

menjemput asa.

Kini ku memandang kosong hamparan biru yang membentang luas di depanku. Setelah

sekian lama kita bertahan melalui segala rintangan, kini semua itu seolah hilang tak

berarti bagai istana pasir tersapu ombak. Kekuatan dan harapan yang ku miliki, telah

lenyap tanpa bekas seperti asap.

Hanya satu kata yang kau ucapkan, “Ma’af..” dan kau melangkah pergi

meninggalkanku, disaksikan oleh debur ombak yang menghempas karang.

Kau memilih untuk bersama dia, seseorang yang kau janjikan kepada almarhum

orangtuanya bahwa kau akan selalu menjaga anak gadis mereka. Seseorang yang kau

namakan sahabat dan akan menjadi pendamping hidupmu sebulan ke depan.


Langkahmu semakin menjauh dan aku perlahan terduduk lemas di atas pasir. Setitik

bening mulai mengalir membasahi wajahku. Bagaimana bisa kau melakukan ini?

Bukankah rasa yang kita miliki begitu dalam seperti lautan dan harus menunggu kering

jika itu perpisahan kita?

Kini tinggalah aku sendiri, berusaha mengumpulkan kembali puing-puing harapan.

Walau sulit, namun aku akan mencoba. Hanya aku yang dapat membangkitkan kembali

diriku sendiri. Dan ma’af, tidak ada harapan yang kulantunkan dalam do’a untukmu.

Aku bukan manusia naïf dan munafik bermulut manis kepada mereka yang telah

menghancurkanku. Namun aku juga tidak akan mengutukmu, karena hal itu hanya akan

membuatku terlihat semakin menyedihkan.

Aku hanya akan terus melangkah maju dan menggapai mimpiku sendiri. Meninggalkan

semua kenangan buruk di dalam sebuah laci dan menguncinya. Kelak akan kembali ku

buka, sekedar untuk mengingatkan diriku dalam setiap langkah, agar aku tidak kembali

memasuki lubang yang sama.

Anda mungkin juga menyukai