Anda di halaman 1dari 7

Apakah Anak SMA Boleh Pacaran?

Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang sempurna di dunia. Manusia akan terus
bertumbuh dan berkembang. Tuhan menciptakan manusia dengan sepasang, sehingga Tuhan
memberi perasaan dan akal budi pada diri setiap manusia. Manusia akan mengalami rasa
ketertarikan terhadap lawan jenisnya pada masa remaja. Masa remaja manusia umumnya berada
di masa SMA, yaitu sekitar umur 14 atau 15 tahun. Rasa ketertarikan itu dapat dikatakan sebagai
perasaan suka atau perasaan sayang terhadap orang yang spesial atau berbeda menurut
pendapatnya. Ketika manusia menyatakan perasaannya tersebut, hal itu akan membentuk suatu
hubungan untuk mengenal lebih dalam tentang kepribadian pasangannya atau dapat dikatakan
pacaran.

Kebanyakan orang tua - orang tua dari setiap anak, tidak menyetujui jika anaknya berpacaran
pada masa remaja atau masa SMA, tetapi pada masa kerja, yaitu sekitar umur 20 tahun ke atas,
karena bagi para orang tua pacaran pada masa remaja akan banyak menimbulkan hal-hal dan
perbuatan-perbuatan yang negatif. Namun, kebanyakan anak remaja berkata bahwa pacaran pada
masa SMA itu sangat penting dan banyak keuntungannya. Jadi apakah anak SMA boleh
pacaran?. Sebenarnya syarat manusia untuk berpacaran yaitu dilihat dari tingkat kedewasaannya.
Kedewasaan manusia tidak dilihat dari segi umur, tetapi hanya dapat dinilai dan dirasakan oleh
diri sendiri pada setiap manusia. Jika manusia sudah dewasa, otomatis pikirannya akan
berkembang sehingga manusia dapat menentukan hal-hal dan perbuatan-perbuatan apa saja yang
baik dan wajar pada usianya dan mengetahui apa saja efek samping yang akan timbul atas
perbuatannya.

Ketika manusia mengalami masa remaja seperti itu, manusia juga akan mengalami rasa nafsu
yang luar biasa, yaitu ingin melakukan seks bebas terhadap lawan jenis atau kekasihnya. Jika
manusia tidak dapat menahan nafsunya, hal negatif yang sangat menyimpang akan terjadi, yaitu
seks bebas. Hal itulah yang merupakan faktor utama yang menimbulkan kekhawatirkan para
orang tua pada anak-anaknya, karena sudah banyak anak-anak remaja masa kini melakukan seks
bebas dengan kekasihnya tanpa ada ikatan pernikahan. Sehingga para orang tua menyimpulkan
bahwa anak remaja tidak boleh berpacaran. Tetapi sebenarnya itu boleh atau tidaknya berpacaran
pada masa remaja atau SMA itu dilihat dari kedewasaanya.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak–kanak dan masa dewasa,  yang
dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara  usia 11 atau 12 tahun sampai
dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 45: 2004). Di masa ini,
tentu seseorang mengalami hal yang biasa disebut puber.

Ngomong-ngomong tentang masa puber, kaitannya tentu pada beberapa hal berikut ini: lawan
jenis, mulai menyukai lawan jenis, dan pacaran. Walau pun entah itu cinta monyet atau bukan.
Namun, untuk dikatakan cinta sejati memang terlalu dini.

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak–anak  menuju dewasa yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 206: 1999). Oleh karena itu, pada masa ini emosi
seseorang bisa meletup-letup. Bisa juga dikatakan pencarian jati diri, senang mencoba berbagai
hal baru, dan penasaran. Kali ini akan diulas beberapa keuntungan dan kerugian dari berpacaran. 
Keuntungan pacaran antara lain…

a .Mendapat Perhatian dari Si Doi

Di zaman yang semakin individualisme ini (terutama masyarakat yang tinggal di kota),
terkadang jika tidak terlalu kenal, orang tidak peduli. Mereka lebih peduli kepada orang yang
dekat. Dengan adanya kekasih, maka mudah membuang keluhan,unek-unek, alias berbagai
curhat permasalahan yang terjadi dalam hidup. Dengan kata lain, ada pendengar saat suka
maupun duka.

Teman saya, E (21) mengaku bahwa orangtuanya kurang perhatian kepada dia sehingga dia
hanya bisa mendapat perhatian dari pacar. Sementara, orang-orang terdekatnya, menurutnya,
hanya mendekat ketika ada perlu bahkan cenderung menyakiti perasaannya. Karena kondisi yang
demikian, pacar adalah tempat bersandar untuknya.

b. Ada yang Mentraktir

Traktiran tentu tidak hanya berupa makan saja. Bisa juga pulsa dan lain-lain. (kalau pacarnya
punya uang dan pengertian). Belum lagi mendapatkan kado saat ulang tahun. Lumayan... Tapi
jangan sampai jadi matre atau memanfaatkan pasangan, ya.

Teman saya, S (24) mengaku dia enjoy dengan adanya pacaran karena pacarnya sangat royal.
Katanya, dia tidak pernah meminta apa-apa tapi pacarnya selalu membelikan apapun dari
makanan hingga barang elektronik.

c. Ada Teman Jalan

Nah, ini dia. Ada teman jalan... Tapi kan bisa sama teman? Bisa sama sahabat juga? Ya memang,
sama teman sama siapa juga bisa. Tapi apa jadinya kalau teman terus-terusan diminta antar sana-
sini? Bagus kalau temannya ikhlas. Biasanya, pacar ikhlas dalam mengantar jemput atau
menemani kekasihnya berkelana apabila diminta (tapi jangan dianggap supir, ya). Terutama
kalau ke kondangan, sendirian kan kurang enak (karena kebanyakan orang datang bersama
pasangannya ke kondangan, sabar ya, Mblo..).

P (21) mengaku bahwa dia tidak mencintai pacarnya tapi dia sayang (ngerti gak? Kwkwk.
Bingung? Sama). Menurutnya, pacarnya itu bukan hanya baik tetapi juga rupawan. Jadi, dia
sangat enjoy apabila jalan dengan Si Dia. Terlebih lagi jika jalan sendirian dia ada yang
mengganggu walau sekedar pemuda atau om yang bersiul atau menyapa "Hai, Neng..." :D

Kalau bersama pacar, dia merasa aman dari pria iseng maupun jambret.

d. Lebih Mengenal
Bagi sebagian besar, pacaran adalah proses penjajakan. Menurut meraka, sebelum menikah akan
lebih baik apabila mengenal calon pasangannya. Bukan hanya mengenal sifat, sikap, dan
kebiasaan saja tetapi juga mengenal keluarganya apakah cocok atau tidak.

T (23) memaparkan bahwa dia baru putus bukan hanya tak cocok dengan pacar tetapi dengan
keluarganya juga. Menurut pemuda itu, pacarnya memiliki visi dan misi dan berbeda termasuk
keluarganya. Konon, dia bersyukur bisa mengenal dengan jelas. Karena apabila belum kenal,
kemungkinan dia akan menikah dengan orang yang kurang tepat, tuturnya.

Tapi… Eits, tunggu dulu!

Ada juga dampak negatifnya (dari berbagai sumber) berikut ini, nih...

a. Mengurangi Waktu Kita

Waktu kita 24 jam (oke, udah tau). Katanya, untuk berkomunikasi dengan pacar bisa samapai
membutuhkan waktu -/+ 5 – 10 jam perhari (tapi ada juga yang hanya weekend saja). Akan lebih
bermanfaat jika dipakai untuk baca buku, mengahafal seseuatu, dan lain-lain.

b. Menghabiskan Uang

Kalau pergi ke tempat wisata, tentu membelikan pacar oleh-oleh. Belum lagi jika emaknya,
adeknya, kakaknya, eyangnya… minta oleh-oleh juga. Berapa duit tuh? Itu, hanya salah satu
contoh. Mending kalau pacarnya nggak matre. Kalau maunya yang mahal-mahal terus dan
dibayarin? Dan kamu masih duit dari orangtua misalnya… Gimana coba?

Gara-gara ngebela-belain ingin membelikan pacar ini dan itu, tak jarang terdengar kisah kalau
teman ada yang UNIKO (usaha nipu kolot). Orang tua banting tulang untuk cari uang, sementara
kita?

c. Memunculkan Fitnah

Walau pun cuma mengobrol jika orang yang melihat tidak berkenan tentu bisa menimbulkan
fitnah. Orang yang berpacaran cenderung inginnya berduuan seolah dunia milik mereka yang
berdua sementara yang lain ngontrak.

Ada juga berita tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kedopok, Kota Probolinggo masih
menjadi langganan para remaja yang berpacaran. Sebanyak 7 remaja yang sebagian besar pelajar
SMA/MA dan seorang mahasiswa tertangkap saat Satpol PP menggelar razia di RTH tersebut,
Jumat (12/3) siang.

d. Dari Galau hingga Sakit Hati

Jika pacar cuek bisa galau, jika berselisih bisa galau juga. Curiga akan perselingkuhan tentu
galau. Galau ini bisa membuat seseorang melamun, bengong, atau tidak melakukan aktifitas
yang berarti. Kalau putus menimbulkan sakit hati hingga enggan silaturahmi.
Hal terburuk adalah menimbulkan kematian. Pelajar kelas 3 SMA berinisial J (17), ditemukan
gantung diri di kawasan perumahan elite Sempusari belakang Carrefour jalan Majapahit, Jumat
(25/1/2013) sore gara-gara putus cinta. Tragis memang. Cinta bisa membuat seseorang gelap
mata.

Oleh karena itu, beberapa orang lebih memilih single agar lebih fokus dalam belajar maupun
berkarir.

Dari beberapa referensi yang ada, aku mengambil 5 Bukti pacaran itu positif berikut
penjelasan dan buktinya.
1. Meningkatkan Prestasi Belajar dan Produktivitas Kerja

Prestasi belajar dan produktivitas kerja meningkat biasanya karena meningkatnya


semangat belajar yang naik akibat ada pacarnya yang senantiasa memberikan
dorongan dan perhatian atau karena ingin membuktikan kepada orangtua dan orang
disekitarnya, bahwa meskipun pacaran prestasi belajar dan kerjaannya tidak terganggu,
bahkan meningkat.

## Hal itu bisa terjadi ketika pacarnya memang tipe orang yang bisa memberikan
perhatian dan memberikan  semangat pada pasangannya. Bagaimana jika pacarnya
justru yang manja dan terus minta diperhatikan, atau hiper protektif, ngatur2 terus, mau
ini itu dibatesin.
Bisa berbalik dia sendiri yang kewalahan dan kerepotan kan ?

Biasanya semangat akan naik terjadi pada saat hubungan pacarannya masih baik, tapi
jika suatu saat terjadi masalah dengan pacarnya, kondisinya akan berbalik dan sangat
mengganggu kinerjanya.

Kisah nyata : Seorang siswi bercerita bahwa saat dia duduk di bangku SD dan
SMP nya dia selalu diajarkan oleh ayah dan ibunya agama bahkan ibunya
menyekolahkan anaknya di sekolah bernuansa religius atau Islami. Namun saat
dia mulai duduk dibangku SMA dia mulai berubah ada seorang cowok ganteng
yang sempat menyukai dia dan akhirnya siswi inipun tertarik untuk menyintainya
dan menjadi pacarnya. Namun tak di sangka siswi yang tadinya selalu rangking
atau juara dalam belajarnya akhirnya mulai menurun karena dia selalu meminta
perhatian dari sang pacar dengan mulai memikirkan pakaian dan dandanan yang
membuat pasangannya menarik, mulai sering membalas sms pacarnya saat
sedang belajar malam di rumah. Di sekolahpun dia selalu curi-curi perhatian
untuk sang pacar, padahal sebelumya dia selalu melihat-lihat buku pelajaran dan
membaca-baca buku sebelum dia menerima dari gurunya. Pokoknya perbedaan
siswi ini sangat menjadi 180 derajat!

2. Lebih Dewasa
 
Bisa lebih dewasa lagi dalam segala hal. 
Contohnya : laki-laki lebih dapat mengerti keadaan perempuannya dapat lebih
perhatian dan dapat lebih tahu keadaan perempuannya, laki laki itu dapat berfikir lebih
dewasa lagi, menjadi tidak manja, dan tambah lebih sabar lagi dan dapat memahami
perasaan orang lain.

## Kedewasaan itu bukan karena melalui proses pacaran, proses belajar dalam
kehidupan, pengalaman hidup, tindak tanduk dalam bersikap dan bergaul dengan
banyak orang dan lingkungan. Kadang pacaran justru mengekang kita untuk tidak bisa
bergaul dengan banyak orang. Kita hanya memikirkan pacar kita saja, apalagi kalau dia
hiperprotektif. Atau justru kita tidak bisa mandiri karena selalu tergantung pada pacar
kita. Ini membuat kedewasaan berbalik menjauhi orang yang berpacaran !
 
Manusia dewasa, adalah manusia yang tahu dan sadar betul 'keberadaan-nya' di
dunia ini, tahu betul fungsi sosialnya, sanggup mengendalikan pikiran, hati dan
emosinya, sehingga jika seorang manusia mau di katagorikan dewasa, harus
tahu betul bagaimana mengatur alur pembicaraan, bersikap yang tepat, sanggup
memutuskan hal-hal dan memiliki prinsip yang menyangkut kehidupan pribadi,
tahu arah mana yang harus di tempuh dalam hidup, dan sanggup beradaptasi
dengan lingkungan.

3. Pergaulan Sosial Meluas

Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan sosial sekitar bisa menjadi
meluas, karena kita akan bergaul juga dengan teman dan lingkungan pacar kita.

## Luasnya dan bertambahnya pergaulan tidak ditentukan dengan pacaran. Justru


ketika pacaran, dia akan selalu disibukkan oleh pacarnya saja kadang sampai
mengabaikan lingkungan sekitarnya. Kondisi anggapan negatif pacaran masyarakat
dan pacaran bertentangan dengan konsep ajaran Islam, akan menyebabkan dia akan
sedikit merasa risih dan akhirnya bisa terkucilkan atau dia sendiri yang mengucilkan diri
dari lingkungannya.

Kisah nyata : Ada pasangan yang sangat dekat dalam pacaran akhirnya ngak mau tau
orang sekitarnya dia cuek untuk melakukan cipika-cipiki, pelukan, berduaan, khususnya
dibeberapa tempat yang tidak melarang perbuatan tersebut! Padahal etika orang
Indonesia sebagai orang timur tidak boleh memperlihatkan aurat kepada siapapun dan
dia juga tidak boleh berbuat asusila berupa mempertontonkan kemesraan didepan
umum, budaya ini sudah hilang karena adanya globalisasi dimana setiap orang sudah
mulai bebas mau berbuat apa dan mau terjadi apa padanya!

4. Berkembangnya Perilaku Baru

Pada dasarnya Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif. Pacaran bisa
membantu orang mengembangkan perilaku yang positif kalau interaksi yang terbentuk
bersifat positif, 

Misalnya, pacaran dengan orang yang sangat peduli sama orang lain dan penolong,
maka kita yang tadinya cuek bisa saja tertular,kita jadi dapat perduli terhadap orang di
sekitar kita.contohnya orang yang sudah tidak mampu lagi ,kita jadi bisa dapat ikut
merasakan sulitnya kehidupan di luar .bisa jadi kita berfikir untuk menyisakan uang
saku kita untuk membantu orang yang sedang kesulitan tersebut.

## Mungkin bukti ini bisa logis, tapi bagaimana jika pacarnya punya sifat dan
perilaku yang negatif ? Yang terjadi, pastilah dia akan mudah terpengaruh untuk
berbuat negatif juga bukan ?
Terpengaruh pada perbuatan lelek pacarnya atau bahkan SETAN pacarnya,
sehingga tak lagi memperhatikan aturan norma dan agama. Sehingga mudah
melanggar hukum yang ada. Jadi fatal akibatnya !

Kisah Nyata : cerita siswa yang diberhentikan dari sekolahnya karena sudah
hamil sebelum nikah ! Luar biasa kejadian ini bukan berita baru lagi, maka tidak
sedikit juga para orang tua sangat takut dengan kejadian-kejadian ini akan
menimpa pada dirinya! Ada juga anak remaja yang yang menghilang dari
rumahnya berbulan-bulan dan beberapa bulan kemudian ditemukan ditangkap
polisi karena membuang bayi yang sudah dilahirkannya di sebuah got
perumahan, karena ngak mau menanggung malu telah melakukan hubungan
intim dengan pacarnya! Kasus2 perkosaan yang diawali dengan kenalan di
jejaring sosial atau facebook.

5. Mengenal Pasangan Sebelum Menikah agar tak menyesal nanti.

Ada tulisan seorang konsultan cinta di tweeter yang berbunyi :

 Kalo cinta nikahin dong." Yakin?


 Syarat yang paling utama dalam menikah bukanlah cinta, melainkan kesiapan!
 Jadi kalimat: "Kalo cinta, nikahin dong!" itu sebuah ketololan. Yang lebih tepat
itu: "Kalau siap, nikahin dong!"
 Modal menikah bukan cinta dan ayat suci agama, tapi kesiapan emosional dan
finansial. Camkan baik-baik.
 Menikah karena dijodohkan atau taaruf, gak pake pacaran, gak pake cinta. Bisa
saja timbul cinta, tapi bisa juga tidak.
 Kalo akhirnya timbul cinta, ya bagus. Tapi kalo nggak? Ya mampus. Sudah
banyak kasus perceraian terjadi gara-gara ini.
 Makanya pacaran dulu sebelum menikah itu penting, malah harus kalo menurut
saya. Itu proses adaptasi dan saling mengenal.
 Kalo pacaran dulu dan dia ternyata memang baik, ya tinggal menikah. Tidak rugi
apapun, toh kamu juga menikmati pacarannya.
 Kalo pacaran dulu terus ternyata banyak konflik, ya jangan nikah. Rugi waktu
dan emosi, tapi lebih baik daripada bercerai.
 Kalo langsung nikah, gak pake pacaran, terus setelahnya baru ketauan ternyata
dia orangnya gak baik, gimana? Stress kan.
 Kalo gak mau ya jangan. RT : kei gmn kl di jodohin sama orng yg mapan
finansial ny tp cewe ny g cinta, apa bisa?
 Ada contoh kasus nyata yang pernah saya temui, seorang wanita konsultasi
pada saya mengenai masalah pernikahannya.
 Mereka menikah taaruf, tanpa pacaran. Cowoknya nice guy cupu alim. Dari awal
si cewek sebenernya sudah gak tertarik..
 Tapi dia berpikir, "Ah, gpp cowok gak keren, yg penting baik dan agamanya
bagus, nanti juga cinta akan tumbuh.."
 Menikahlah si cewek tanpa rasa suka, cinta, dan mencoba kecocokan, hanya
bermodalkan "yang penting agamanya bagus".
 Tapi rasa ketertarikan itu hal yg tidak bisa dipaksakan, kamu hanya akan tertarik
pada sesuatu yang memang menarik..

Memang masih banyak orang yang punya pandangan seperti itu. Gak bisa
disalahin juga kali...

Pacaran sebelum menikah, tak menjamin kelanggengan pernikahan.

“Jangan pacaran lama-lama nanti keburu bosan,” begitu pesan yang


seringkali kita dengar. Anggapan tersebut seakan ‘dibenarkan’ oleh hasil
riset National Autonomous University of Mexico yang membuktikan bahwa
perasaan cinta pada pasangan tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun.

Sensasi jatuh cinta disebabkan oleh pelepasan zat kimia di otak, berupa
hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang
membuat aliran darah lebih lancar, denyut jantung lebih stabil, perasaan
lebih rileks dan bahagia. Seiring perjalanan waktu, tubuh akan kebal
terhadap efek hormon tersebut. Bahkan efek itu bisa benar-benar hilang
jika melewati masa 4 tahun.

Bahkan, banyak sekali perceraian terjadi pada pasangan yang sebelumnya


pacaran dahulu, karena landasan berumah tangga mereka tolak ukurnya
hanya hawa nafsu. Dan sebaliknya, pasangan dengan proses Islami
melalui ta'aruf justru langgeng sampai kakek nenek, sampai ajal
memisahkannya. 

Pada kenyataannya, dalam masa pacaran akan selalu ditampakkan


kelebihan dan kebaikannya saja. Apapun dilakukan untuk meluluhkan hati
pacarnya, sehingga yang ada adalah semua keinginan pacarnya akan
diturutinya. Tapi pada saat sudah menikah, tampaklah sifat2 jeleknya yang
selama pacaran ditutupinya. Kecewalah dan galalulah rumah tangga
mereka dan berujung perceraian. 

Anda mungkin juga menyukai