Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN PENELITIAN

2.1 Pengertian Jomblo

Kata Jomblo seringkali dijumpai di berbagai perbincangan baik dalam percakapan


langsung maupun di dunia maya. Istilah ini berasal dari kata jomlo yang berarti gadis tua
yang selanjutnya seiring berkembangnya zaman berubah makna menjadi seorang laki-laki
atau perempuan yang belum memiliki pasangan.

Seseorang yang memiliki status jomblo atau lajang ini bisa dibagi menjadi dua
macam, yaitu jomblo yang dikarenakan oleh kondisi yang memang membuatnya tidak
memiliki pasangan dan jomblo yang memang atas pilihan diri sendiri untuk tidak
menjalin hubungan romantis dengan siapa pun. Seseorang yang lajang karena kondisi
sering kali menganggap dan dianggap gagal menjalin hubungan dengan orang lain,
kurang menarik, dan pantas dikasihani. Sedangkan seseorang yang lajang karena pilihan
pribadi dianggap menutup diri dan hanya peduli terhadap dirinya seorang.

Pada beberapa kasus, status lajang ini juga dikaitkan dengan tuduhan homoseksual
karena belum memiliki pasangan yang semestinya merupakan lawan jenisnya. Tak jarang
juga stigma negatif status lajang ini menjadi bahan gurauan semata maupun olok-olok
oleh teman, keluarga, dan lingkungan, yang pada akhirnya akan menyebabkan rasa tidak
nyaman dan aman dengan keberadaannya pada suatu lingkungan.

2.2 Manfaat

Status jomblo yang mulai dianggap normal dan ‘tidak apa-apa’ di lingkungan
masyarakat sekarang tentunya memiliki berbagai manfaat yang menguntungkan bagi
remaja. Berikut adalah beberapa manfaat dari menjadi seorang jomblo:

1) Dapat lebih fokus dalam pendidikan


Sudah pasti jika saat memiliki pacar, disadari atau tidak prioritas
kehidupan sehari-hari remaja akan terbagi antara kehidupan sekolah dan
pacarnya. Hal ini akan menjadi suatu dampak yang buruk jika sang remaja
kehilangan fokus pada pendidikannya. Sementara itu, para jomblo cenderung
dapat mengatur prioritasnya untuk dirinya sendiri karena fokusnya yang tidak
terpecah-pecah oleh masalah trivial lainnya, seperti pacaran.
2) Jauh dari galau yang tidak bermanfaat

Berpacaran dengan seseorang sudah pasti juga diiringi dengan adanya


berbagai rintangan masalah yang harus dihadapi kedua pihak. Ada hubungan
yang berlanjut langgeng, atau malah ada yang putus cinta. Dengan menjadi
seorang jomblo, remaja tidak perlu takut akan mengalami putus cinta yang
sering kali membuat seseorang mengalami perasaan sedih yang berlebih yang
pada akhirnya berimbas pada kehidupan sehari-harinya.

3) Memiliki lebih banyak waktu untuk quality time bersama teman dan keluarga
Jika punya pacar tentunya menjadi lebih suka dan sering berbagi cerita
ataupun menghabiskan waktu bersama pacar. Di mana kalau menjomblo,
prioritas seperti berbagi cerita ataupun sekedar menghabiskan waktu akan
diberikan kepada teman dan keluarga.
4) Lebih hemat kantong

Berpacaran tentunya butuh modal. Jika waktu yang dihabiskan


bersama digunakan untuk menonton film, pergi ke kafe, belanja dan
sebagainya tentu akan semakin boros. Kesepakatan untuk bergantian
mentraktir dan ditambah dengan pengeluaran lain dapat menguras kantong
lebih cepat. Tentu saja bagi para jomblo hal ini bukan sesuatu yang perlu
dipikirkan. Uang lebih yang seorang jomblo miliki dapat digunakan sebagai
modal untuk meningkatkan kualitas diri maupun untuk menikmati hobi.

2.3 Dampak

Jelas sekali bahwa berpacaran dapat menyebabkan beberapa dampak negatif.


Contohnya seperti hilang fokus dalam pelajaran, yang akan berlanjut pada turunnya
nilai. Rasa sedih yang mendalam ketika diputuskan oleh sang mantan pacar juga
tentunya dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seorang remaja selama beberapa
kurun waktu.

Terlalu terburu-buru untuk berpacaran juga pastinya dapat menyebabkan


dampak negatif. Seperti salah memilih pasangan, pertengkaran, dan berbagai masalah
lainnya yang berakar dari kurang siapnya kedua pihak dalam menjalin hubungan
seperti berpacaran.
2.4 Contoh Kasus

Anak Remaja Jomblo, Wajar Enggak sih?

Jomblo itu bukan kesalahan, jadi jangan cemas apalagi takut dengan status ini!

Hayo siapa yang masih jomblo? Sampai nyari alasan masih jomblo. Tenang, kamu


enggak sendirian. Yang nulis juga jomblo, kok. Enggak masalah, yuk kita bahas bareng!

Kita lihat dari umur dulu, nih. Siapa tahu kamu masih di bawah umur atau masih
sekolah? Yah, teman percayalah jangan buang-buang waktu hanya untuk suatu hal yang
enggak ada manfaatnya. Di usia yang segini, tugas kita adalah belajar. Agar kita bisa paham
hal-hal dasar yang harus dipahami.

Masa-masa sekolah adalah masa kita belajar. Sebagai persiapan untuk masa yang
akan datang.

Terus kalau masih kuliah, gimana dong? Sama saja, sih. Kuliah juga sebagai


persiapan kita menggapai karir (pekerjaan). Lebih baik jika kita fokus pada masa belajar itu.
Kalau misalnya pacaran pas lagi masa sekolah/kuliah, yakin bisa bertahan selama itu? Nanti
ketemu orang-orang baru lagi dengan sifat yang berbeda, lho!

Entah ketemu di lingkungan sekolah, lingkungan kuliah, lingkungan kerja, dan lain
sebagainya. Lagipula yakin mau makan hati pada masa belajar itu? Namanya pacaran, pasti
ada salah pahamnya kan. Pas lagi makan hati jadinya enggak fokus sama pelajaran. Apalagi
pada akhirnya kamu ditinggalin.

Ibarat kata menjaga jodoh orang, emang mau?

Buang-buang waktu dan tenaga, kan? Ya kalau jodoh? Jarang yang pacaran tuh bakal
langgeng sampai ke pelaminan. Coba bayangkan masa itu difokuskan sama belajar. Hasilnya
bisa kita tunai di kemudian hari, bukan? Seenggaknya luruskan niat kita belajar agar bisa
menggapai cita-cita. Niatkan belajar kita itu ibadah, sebagai wujud berbakti kepada orang tua.

Orang tua mana coba kepada yang enggak bahagia kalau anaknya bisa menggapai
cita-cita mulianya? Dan berbakti orang tua adalah salah satu perintah Tuhan, bukan? Yuk,
semangat belajarnya! Kalau capek, istirahat ya. Jangan mudah menyerah! Asalkan niat kita
baik dan caranya juga baik, Tuhan akan membantu kita, kan?

Tetap semangat ya! Jomblo itu bukan kesalahan, kok.

Kemudian, bagaimana dengan rasa kesepian? Kamu merasa sepi. Hmm, aku paham.
Enggak punya teman?  Atau merasa enggak ada yang ngertiin? Enggak masalah. Yuk, kita
temenan! Kita satu server, kok (kayak game aja server server wkwk). Kalau kamu merasa
sepi, coba curahkan isi hati kamu di dalam doa. Soalnya aku gitu, jujur itu lebih melegakan.
Karena kita tahu, kalau Tuhan mengerti apa yang kita rasakan.

Kamu bisa berteman lewat sosial media. Tapi tetap hati-hati ya. Kamu juga bisa
melakukan hobi yang kamu suka. Atau kamu bisa mulai melihat sudut pandang yang lain,
cobalah bergabung dengan teman yang mengajakmu pada hal baik (j
angan lupa tambahin bumbu candaan hihi). Tetap jadi diri sendiri dalam versi terbaikmu.

Perluas lingkaran pertemanan, persempit lingkaran persahabatan.

Sekarang pikir lagi, deh. Mending fokus sama tujuan utama kamu. Misalnya: ingin
menggapai cita-cita, ingin membahagiakan orang tua, keluarga. Jangan lupa membahagiakan
diri sendiri karena kamu telah berjuang sejauh ini. Ingat, belajar itu enggak mengenal umur.

Eits, bukan hanya belajar Matematika. Belajar yang dimaksud lebih luas lagi
maknanya. Yaitu belajar menjadi seorang yang bertanggung jawab, belajar menjadi anak
yang baik, belajar mengembangkan kemampuan yang kita miliki, dan semisalnya.
Menurutmu, belajar apa lagi? Tinggalkan di kolom komentar ya!

Jadilah jomblo dengan high quality dengan mengasah kemampuan yang kamu miliki.

Riset: Remaja Jomblo Tingkat Depresinya Rendah

Ternyata jomblo nggak selalu sedih

Bertolak belakang dari persepsi yang selama ini beredar, ternyata jadi jomblo nggak
sesedih itu.

Riset terbaru bahkan menyebut bahwa para jomblo punya kemungkinan depresi lebih
rendah!
Hasil riset University of Georgia

Hal ini terungkap lewat penelitian yang University of Georgia.

Para peneliti melakukan survei terhadap 954 pelajar SMA yang jomblo dan udah
punya pacar.

Hasil riset tersebut menyebut bahwa jomblo punya kemampuan sosial dan
kepemimpinan yang lebih baik. Pasalnya mereka punya kemampuan menyesuaikan diri yang
lebih baik daripada mereka yang punya pacar.

Jadi jomblo itu oke

Menurut para peneliti, riset ini menunjukkan bahwa nggak pacaran selama remaja itu
baik-baik aja. Namun proses perkembangan dirinya saja yang akan berbeda dengan mereka
yang punya pacar.

“Studi menegaskan bahwa tidak apa-apa kalau kamu memutuskan untuk pacaran
atau tidak. Keduanya dapat diterima dan sehat,” jelas Brooke Douglas, salah satu peneliti
riset tersebut.

“Pacaran saat remaja dapat berdampak pada perkembangan, seperti pembentukan


identitas dan eksperimen dengan seksualitas.”

Tidak Malu Berstatus Jomblo


SERING diledek teman dan malu karena tidak punya pasangan? Sedih karena harus
datang ke pesta tanpa gandengan? Atau jangan-jangan tidak semangat wisuda karena tidak
punya pendamping? Jangan khawatir, status jomblo tidak perlu dijadikan momok
menakutkan.

Asal-usul lahirnya istilah jomblo sebenarnya tidak diketahui secara jelas dan pasti.
Konon banyak yang mengatakan jombl oberasal dari kata dasar jomlo dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang memiliki arti “seorang gadis tua”. Duh, mengerikan ya. Seiring
waktu, istilah jomblo tidak hanya diperuntukkan untuk wanita, juga lelaki yang belum
memiliki pasangan.

Psikolog Pingkan Rumondor menilai jomblo memiliki konotasi yang negatif. “Istilah
seperti jonesatau jomblo ngenes mengindikasikan bahwa seseorang yang sudah cukup umur
tapi belum memiliki pasangan atau tidak laku,” ujar Pingkan. Namun, dia menyebut bahwa
sebenarnya saat ini sudah banyak ungkapan yang menggambarkan kegembiraan seorang
jomblo.

Misalnya jojoba atau jomblo-jomblobahagia. “Kata jomblo itu sendiri netral, bisa
dimaknai secara berbeda oleh setiap orang,” imbuhnya. Karena keingintahuan lebih lanjut
mengenai fenomena jomblo, GEN SINDO melakukan survei terhadap 50 mahasiswa dengan
rentang usia 18-22 tahun dari beberapa kampus berbeda. Hasilnya, 96% responden berani dan
tidak malu mengakui bahwa mereka adalah seorang jomblo. Luar biasa!

Jadi, enggak ada tuh istilah kalau jomblo itu enggak pede. Lalu, apa sebenarnya alasan
mereka tetap jomblo? Hmm, banyak ternyata. Sebanyak 78% mahasiswa yang berstatus
jomblo menyebut mereka merasa belum mendapatkan pasangan yang cocok. Kemudian 14%
beralasan masih kapok dan trauma dengan pengalaman pahit saat memiliki pasangan.

Lalu, 7% di antaranya mengaku masih ingin fokus dalam studi. Sudah sebulan
menjomblo? Tenang saja enggak usah takut. Karena ternyata rata-rata mahasiswa yang
disurvei GEN SINDO mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka telah menjomblo
selama 2 tahun.

Lama juga ya. Namun, mereka tetap enjoyloh. Itu karena 74% responden memilih
untuk tetap menikmati masa-masa jomblo. Hanya 26% yang menginginkan memiliki
pasangan. Para jomblo dalam survei ini ternyata lebih suka menggunakan waktunya dengan
memaksimalkan me time.

Untuk para cewek, akan pergi ke salon, jalan-jalan seorang diri, menonton drama
Korea, menonton konser, membaca novel, dan melakukan hobi lain yang mengasyikkan.
Sementara bagi para cowok lebih memilih untuk fokus dengan pergaulan dan menikmati
masa jomblo dengan sekadar main game hingga bosan atau memilih bermain futsal bersama
teman-teman.

Dipandang Negatif

Jadi jomblo itu negatif belakangan ini seolah menjadi standar sosial yang dijadikan
patokan oleh sebagian besar remaja dan individu dewasa. Misalnya jokeberupa memeyang
mengesankan bahwa jombloadalah menyedihkan, kesepian, mengenaskan, dan masih banyak
lagi Padahal, orang yang singlejustru merasa bahagia.

“Kalau jomblo memang sepi, tapi bebas, enak, tidak terikat sama pasangan,” tutur
Nungky Wardhani, mahasiswi Universitas Padjadjaran. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
bahkan mendedikasikan taman untuk para jomblo. Taman Jomblo, berkonsep unik dengan
menyediakan tempat duduk berbentuk balok-balok yang hanya disediakan dalam bentuk
tunggal. ”Kualitas hidup seorang jomblo ditentukan oleh persepsinya sendiri tentang makna
jomblo itu sendiri,” ujar Nungky.

Wajar Jadi Jomblo

Menjadi seorang jomblo adalah sesuatu yang wajar. “Remaja perlu melihat kembali
arti jomblo, bukan berarti jomblo memiliki makna bahwa seseorang tidak laku atau
menyedihkan,” kata Pingkan. Menurut dia, masa lajang atau jomblo merupakan sebuah
kesempatan untuk mengeksplorasi diri dan mengembangkan identitasnya. Setiap remaja dan
individu dalam masa dewasa awal harus mampu mengeksplorasi percintaannya dengan baik.

“Dalam percintaan, adakalanya remaja akan mengalami putus cinta dan berada dalam
periode lajang atau jomblo. Putus cinta dan menjadi lajang kembali adalah wajar,” sebutnya.

Faktor-faktor yang Membuat Remaja Masih Jomblo

Orang-orang kadang berfikir apa gunanya cinta? apa pentingnya cinta? apa kegunaan
cinta? Dan biasanya semua pertanyaan itu bermula dari para remaja-remaja. Pada awalnya
remaja remaja tidak begitu memikirkan apa pacaran dan lain-lain. Dulu remaja remaja masi
memikirkan bermain, berteman, dan lain-lain. Saat merunjak kelas smp mereka mulai
merasakan perasaan yang belum pernah mereka rasakan yaitu cinta.

Pada awalnya mereka merasa suka/tertarik dengan lawan jenis dan mulai mendekati
lawan jenis, semakin lama mereka semakin dekat Menjadi seperti sahabat, akhirnya sang
cowok/laki akan menyatakan cintanya atau nama lainya "menembak" lawan jenisnya.
Biasanya kita sendiri berfikir pada awalnya pacaran pasti bakal bertahan lama. Tetapi itu
pernyataan yang salah.

Lebih dari 80% hubungan tersebut tidak bertahan lama karena belum mengerti atau
tidak berpengalaman. Remaja lelaki saat pertama kali pacaran mereka masih berfikir untuk
bermain tetapi di sisi perempuan mereka sudah berfikir hubungan serius. Kenapa bisa
bergitu? Perempuan mempunyai fikiran itu karena adanya sinetron/film cinta.

Remaja perempuan sangat suka nonton sinetron/film cinta karena mereka sangat suka
drama atau andengan cinta di dalam filmnya sebab itu mereka langsung serentak berfikir
bahwa hubungan seharusnya seperti di film-film. Ternyata hubungan sebenarnya sangat
berbeda dari fikiran perempuan. Karena itu pada akhirnya akan putus dan akan menceritakan
kejadian tersebut pada teman-temanya dan akhirnya remaja lelaki di blacklist/dihindari oleh
remaja-remaja perempuan yang mengakibatkan kejombloan. Semoga tulisan di atas
bermanfaat untuk para teman-teman laki-laki yang masi belom beruntung.

Survei: Makin Banyak Anak Muda Indonesia yang Jomblo dan Belum Kawin

Meski pernikahan dini masih tergolong marak, namun ternyata jumlah remaja
Indonesia yang berstatus lajang masih cukup banyak. Hal ini terlihat dari data milik Badan
Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa jumlah pemuda yang belum menikah
semakin meningkat setiap tahunnya.

Terhitung dalam 10 tahun terakhir, jumlah remaja yang belum menikah meningkat
menjadi 61,09 persen. Jumlah ini bertambah 1,27 persen dari yang 59,82 persen pada 2021.
Di sisi lain, hanya ada 37,69 persen remaja yang menikah pada tahun 2021. Angka ini turun
1,16 persen dari tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai alasan menjadi sebuah faktor mengapa para remaja di Indonesia menolak
untuk menikah. Beberapa diantaranya disebabkan oleh kondisi ekonomi dan kesiapan mental.
Mulai banyak orang yang menyadari kalau biaya hidup semakin mahal, belum lagi kalau ada
tuntutan harus mengadakan pesta pernikahan besar-besaran.

Ditambah banyaknya kasus rumah tangga yang nggak berujung baik, seperti adanya
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, pendapatan yang nggak
stabil, hingga kondisi mental yang masih rentan untuk menjalani kehidupan bersama dan
memiliki anak.

Survei: Anak Muda Indonesia yang Jomblo dan Belum Menikah Meningkat
Tiap Tahunnya

LENTERATIMES.com - Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan data terkini


tentang anak muda di Indonesia. Dilihat dari data yang diperoleh, anak muda Indonesia
cenderung menunda pernikahan, dan jumlah anak muda yang masih lajang semakin
meningkat setiap tahunnya.

Di sisi lain, proporsi anak muda yang memutuskan untuk menikah semakin menurun.
Pada tahun 2021, proporsi pemuda yang belum menikah menjadi 61,09%, meningkat 1,27
poin persentase dari 59,82% pada tahun sebelumnya.

Dalam 10 tahun terakhir, jumlah remaja yang belum menikah telah meningkat hampir
10 poin persentase. Proporsi pemuda yang belum menikah telah meningkat sebesar 9,11 poin
persentase dari 51,98 persen pada tahun 2011, kata BPS.

Sementara itu, angka perkawinan remaja pada tahun 2021 hanya sebesar 37,69%,
turun sebesar 1,16 poin persentase dari 38,85% pada tahun sebelumnya. Pada saat yang sama,
dibandingkan dengan tahun 2011, turun sebesar 8,81 poin persentase dari 46,5%.

BPS menjelaskan, kondisi ini terkait dengan peningkatan kualitas hidup, terutama
pendidikan dan status ekonomi. Kedua hal tersebut berhubungan negatif dengan waktu
pernikahan, terutama bagi perempuan.

Alasan selanjutnya adalah karena adanya kebijakan menaikkan batas usia minimal
menikah melalui UU No 1. Desember 2019 menjadi penyebab menurunnya pola pernikahan
usia muda.***
Remaja Minder Disebut Jomblo Tak Punya Cita-Cita, Kata Atikoh

Remaja yang minder apabila disebut jomblo oleh temannya biasanya tak punya cita-
cita tinggi.

GenPl.co Jateng - Remaja yang minder apabila disebut jomblo oleh temannya
biasanya tak punya cita-cita tinggi.

Sebutan jomblo ini akan membikin remaja kehilangan rasa percaya dirinya.

Sebaliknya, apabila remaja itu punya cita-cita tinggi, mereka tidak peduli dengan
sebutan jomblo.

Jomblo merupakan bahasa selingkung yang artinya seseorang tidak memiliki pacar
atau pasangan.

"Kalau cita-citanya tinggi, mereka tidak peduli dibilang jomblo," kata Ketua TP PKK
Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo, dikutip Antara, Rabu (20/4).

Untuk memperkuat edukasi kepada remaja, TP PKK akan menggandeng kelompok


remaja.

Tak hanya itu, upaya mencegah perkawinan anak juga diperkuat dengan penguatan
program Jo Kawin Bocah.

Dengan demikian, anak-anak Jawa Tengah didorong memiliki jenjang pendidikan


yang tinggi serta kesempatan tubuh dan berkembang optimal.

Mereka juga terjaga kesehatan fisik dan mental serta memahami pentingnya
perencanaan keluarga.

Data Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, memperlihatkan pada 2019
jumlah perkawinan anak perempuan di bawah usia 19 tahun sebesar 3.726 anak.

Kemudian, pada 2020 sedikitnya ada 11.301 anak menikah dan jumlah ini terus
bertambah pada 2021 menjadi 11.686 anak.

Kondisi berbeda terjadi pada kelompok anak laki- laki di bawah usia 19 tahun yang
menikah cenderung berada di bawah 2.000 kasus.

Menurut Atikoh, tingginya perkawinan usia anak didorong oleh sejumlah faktor mulai
dari ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan hamil di luar nikah.
"Faktor ekonomi, di mana anak dinikahkan untuk meningkatkan perekonomian
keluarga,” ujar dia.

Wagub NTB: Lebih Baik Jomblo Daripada Menikah Dini

WAKIL Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Sitti Rohmi Djalilah mengajak para
remaja di wilayah itu untuk tidak menikah dini karena mempunyai banyak risiko.

"Masa remaja adalah masa paling indah. Gairah dan penuh semangat. Maka
berusahalah untuk tidak menikah dini," kata Wagub NTB, Sitti Rohmi Djalilah, pada
kegiatan sosialisasi dan pendampingan agen perubahan pencegahan perkawinan usia anak
dan kekerasan seksual pada siswa/siswi SMA/SMK se Lombok Timur dalam keterangan
tertulis diterima wartawan di Mataram, Selasa (14/6).

Ia berharap para remaja untuk mempersiapkan masa depan dengan sebaik baiknya.
Bahkan, kata dia, para remaja lebih baik menjomblo daripada menikah dini, khususnya
kepada kaum perempuan.

"Siapkanlah masa depan yang lebih baik sejak usia remaja. Lebih baik menjomblo
daripada menikah pada usia dini. Jangan kita anggap sepele pernikahan dini sehingga kita
menyesal di kemudian hari," ujarnya.

Ia menyampaikan lebih baik untuk sabar menjomblo daripada menikah pada usia dini
karena risikonya banyak antara lain belum matang dalam mental dan psikologi dalam
berkeluarga dan risiko kesehatan.

"Khususnya untuk kaum perempuan. Karena sangat beresiko terjadinya kematian ibu
dan bayi," katanya.

Wagub juga menyampaikan peran sekolah untuk membina akhlak mulia peserta didik
karena menjadi pondasi dalam mewujudkan generasi emas.

"Lebih-lebih di SMA, SMK hingga MA, harus menjadi tempat membangun akhlak,
kalau akhlak baik, Insya Allah, generasi emas mendatang menjadi semakin baik," katanya.

Cara Tepat Menyikapi Remaja yang Galau karena Jomblo


Jakarta - Terkadang status jomblo bikin remaja minder. Mereka takut dicap tidak laku
atau kurang menarik. Akhirnya sibuk memoles diri untuk memikat lawan jenis.

"Ajari anak untuk tidak perlu mengkhawatirkan citra diri yang negatif kalau
menjomblo dan tidak punya pasangan," kata Hana Yasmira, MSi., parenting communication
specialist, dalam bukunya Right From the Start (Benar dari Awal).

Untuk anak perempuan, kata wanita yang akrab disapa Bunda Hana ini, sebaiknya
Bunda ajarkan mereka untuk tak perlu sampai menghabiskan banyak waktu hanya buat
mengurus penampilan. Tujuannya, sudah pasti agar dia bisa menarik perhatian lawan jenis
kan, Bun?

Kata Bunda Hana, cobalah ajak anak atau minta dia mengasah kemampuan diri dan
mengejar prestasi lain. Begitu pula pada remaja laki-laki. Mereka bisa lebih memperhatikan
penampilan. Namun, ketika sudah berlebihan apalagi sampai mengganggu, ajak anak untuk
melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.

Sementara itu, berbicara tentang remaja yang memilih pacar, dokter anak Joel
Forman, MD, menjelaskan bahwa remaja memang cenderung memilih pasangan berdasarkan
penampilan, fisik, dan status sosial.

Selain itu, remaja juga lebih cenderung berfokus pada sifat-sifat dalam diri dan minat
yang sama saat memilih pasangan, sama seperti orang dewasa.

"Apakah anak-anak berpacaran itu sehat atau tidak sehat, para ilmuwan sosial masih
memperdebatkannya," kata Forman mengutip Very Well Family.

Kalau Bunda tak menyetujui 'kecil-kecil' sudah pacaran, Forman menyarankan


cobalah berbicara ke anak disertai alasan ketimbang hanya mengkritiknya. Apabila orang tua
sering berkomentar tentang kehidupan asmaranya, anak mungkin cenderung tak mau
membicarakan perasaannya atau bertukar pikiran dengan orang tua.

Nah, kalau Bunda tak menyukai anak laki-laki atau perempuan yang anak sukai,
simpanlah untuk diri sendiri. Forman bilang orang tua mesti mencoba fokus mencari tahu
bagaimana anak laki-laki atau perempuan memperlakukan anak kita.

"Berusahalah dekat dan mengerti anak. Sebab, anak tak akan terbuka kalau orang
tuanya menjelekkan orang yang mereka dekati," kata Forman.
5 Akibat Tetap Menjomblo saat Remaja

Pacaran seolah sudah lumrah bagi para remaja di negara kita. Padahal jika dinilai baik
atau buruk, efek negatifnya jauh lebih banyak. Tak terhitung lagi berapa banyak remaja yang
terjebak pergaulan bebas dikarenakan beberapa faktor mulai dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekitar, teman dan lain-lain.

Oleh karena itu, penting bagi kita mewanti-wanti mereka bahaya pergaulan bebas
seperti pacaran melebihi batas norma-norma baik dari segi agama, masyarakat serta
konsekuensi yang harus diterima jika melanggar aturan.

Nah, dibanding menjalin asmara saat masih berstatus pelajar ada baiknya memilih
menjadi jomblowan jomblowati. Mau tahu akibatnya jika kalian memilih jadi jomblo? Simak
sampai habis.

1. Lebih Fokus Prestasi

Bayangkan jika kalian memiliki pacar, waktu belajar kalian tentu terbagi antara harus
chattingan dengan kekasih juga mengerjakan pelajaran. Fokus yang terbelah ini bisa
berdampak pada penurunan kinerja otak. Memang ada orang yang bisa fokus mengerjakan
dua hal sekaligus namun tidak semua karena kebanyakan pasti keteteran dan tidak kelar-
kelar.

Berbeda saat kalian hanya sibuk belajar dengan benar. Fokus pada apa yang kalian
kerjakan tanpa terganggu seseorang yang marah-marah jika terlalu lama kalian abaikan chat
serta panggilannya. Wah lebih enak bukan bila gangguan sepele seperti itu tidak ada.

Alasan lain seseorang ingin memiliki tambatan hati adalah sebagai penyemangat.
Ingat jangan pernah menggantungkan apapun pada orang lain termasuk energi semangat yang
seharusnya bisa kalian dapatkan dari diri sendiri.
2. Terhindar dari Seks Pra Nikah

Makhluk berbeda gender lelaki dan perempuan, saling tertarik satu sama lain, jatuh
cinta dan mengikat diri dalam jalinan kasih bukan di waktu yang tepat sering berdua-duaan,
godaannya sangat besar. Apalagi anak remaja rentan dengan rasa penasaran dan ingin coba-
coba. Sekali terjerembap semua tak bisa kembali lagi seperti sediakala.

Sudah tak terhitung dengan jari kasus pelajar berbadan dua diluar pernikahan karena
termakan hasutan kekasih tanpa berpikir panjang resiko yang akan dihadapi. Jangan sampai
membiarkan diri menjadi korban rayuan, janji manis yang mengatasnamakan cinta.

Jatuh cinta adalah fitrah manusia. Lelaki tertarik pada perempuan dan sebaliknya.
Bisa merasakan perasaan mencintai terhadap lawan jenis harus bersyukur artinya masih
normal. Namun, perlu memahami ada rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar dalam
berinteraksi dengan lawan jenis yang belum halal bagi kalian.

Menjomblo saat masih berstatus sebagai pelajar bisa menghindarkan kalian dari hal-
hal negatif akibat pacaran. Walau terkadang dibilang kuno oleh kawan-kawan, jangan
diambil hati yang terpenting fokus mencapai apa yang kalian cita-citakan maka cinta yang
berkelas akan menghampiri pada waktu yang tepat.

3. Bebas Berekspresi

Menjalin ikatan cinta dengan seseorang belum tentu dapat membuat kalian
sepenuhnya menjadi diri sendiri. Ada beberapa orang yang memiliki sifat suka mendominasi
pasangan. Memaksa agar sang kekasih menjadi seperti ekspektasi mereka. Cemburu
berlebihan hingga mengatur semua tingkah laku dan perbuatan kalian.

Sangat disayangkan jika sampai berat hati pergi dari seseorang dengan sifat tersebut
hanya karena merasa cinta. Gerak kalian terbatasi sehingga tidak leluasa menjadi diri kalian
sendiri. Mengekspresikan diri penting untuk membuat kalian bergairah menjalani hari-hari
serta menemukan minat dan bakat kalian tanpa harus berdebat dengan seseorang yang tidak
mendukung kalian melakukan sesuatu yang tidak mereka suka.

4. Jauh dari Galau Tak Bermanfaat

Ada kisah asmara yang meluap-luap pasti juga diringi dengan adanya hubungan yang
langgeng atau malah putus cinta. Setelah kenangan panjang yang diukir harus kandas,
kegalauan pun menerpa. Makan tak enak, minum apalagi. Pikiran tertuju pada satu titik,
pujaan hati yang kini tak lagi menemani. Banyak pelajar yang aslinya pandai tapi karena
terkena virus patah hati berimbas pada nilai-nilai mata pelajarannya menjadi anjlok.

Bila rasa yang kalian miliki terhadap lawan jenis hanya terpendam dalam hati syukur-
syukur diucap dalam doa, galau bukan suatu masalah serius sebab kalian tak memiliki
kenangan romantis yang dihabiskan berdua.

5. Tidak Terkena Masalah yang Tak Penting

Bertengkar kerap mewarnai hubungan. Apalagi masih tergolong anak muda yang
berdarah panas. Sedikit terpancing emosi langsung meledak. Masa muda adalah masa
pencarian jati diri. Terkadang cinta yang kalian rasakan hanya sepotong kecil ujian bagi
perasaan, cinta monyet kurang komitmen sering berganti-ganti. Kenyataannya kemungkinan
sangat kecil orang yang menjadi kekasih kalian di masa sekolah akan menjadi pasangan
kalian di masa depan.

Daripada menambah beban pikiran dengan cinta yang masih belum pasti, belum lagi
jika si pacar berkhianat, menghadapi kecemburuan, jauh lebih baik membebaskan diri dari
permasalahan yang tidak seharusnya kalian tanggung pada usia yang seharusnya dihabiskan
dengan menambah wawasan demi masa depan kalian.

Itulah kelima akibat baik jika kalian memilih menjadi jomblo berkelas pada usia
sekolah. Belajar yang giat, jalin pertemanan seluas-luasnya dengan tetap mematuhi garis
norma yang ada. Jangan risau perihal pasangan hidup sebab semua yang berjalan dijalur
Tuhan akan menemukan kebahagiaan pada waktu yang tepat.

Lebih Jarang Depresi, Remaja Jomblo Punya Banyak Waktu Kembangkan Diri

Punya status jomblo seolah menjadi mahkluk langka atau alien dalam dunia remaja
yang sudah lazim berpacaran atau memiliki kekasih.

JEDA.ID- Punya status jomblo seolah menjadi mahkluk langka dalam dunia remaja
yang sudah lazim berpacaran.

Padahal, remaja yang jomblo sebenarnya bisa jadi lebih unggul dibanding remaja
yang memiliki pacar atau kekasih.  Studi selama beberapa dekade melihat
adanya hubungan antara pacaran dengan proses pengembangan identitas seorang remaja
beranjak dewasa.
Terkait hal tersebut peneliti juga menyadari tidak semua orang pacaran di masa
remajanya. Apakah berarti orang-orang yang tidak pacaran tersebut berbeda dengan yang
lain?

Menurut studi yang terbit di Journal of School Health tidak ada perbedaan tumbuh
kembang berarti antara remaja pacaran dengan yang tidak. Peneliti Brooke Douglas dari
University of Georgia malah menemukan kecenderungan remaja yang tidak pacaran lebih
sehat mental karena tingkat depresi rendah.

Brooke mengatakan studinya bisa dipakai untuk menangkal pemahaman yang beredar
luas selama ini bahwa remaja harus pacaran.

“Remaja yang tidak pacaran kompetensi sosialnya tidak kekurangan, tetap punya
teman. Sama seperti remaja pacaran,” kata Brooke seperti dikutip dari CNN, belum lama ini.

Batasan dari studi peneliti hanya mengandalkan survei wawancara yang berisiko bias.
Responden anak sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mungkin tidak nyaman
melaporkan topik sensitif seperti masalah depresi dan bunuh diri.

Brooke sendiri menjelaskan kalau studi jangan ditanggapi sebagai saran agar para
remaja tidak usah pacaran. Melajang hanya satu pilihan yang bisa diambil dan hal tersebut
tidak berarti membuat seorang remaja aneh atau terhambat secara sosial.

“Studi menegaskan bahwa tidak apa-apa kalau kamu memutuskan untuk pacaran atau
tidak. Keduanya dapat diterima dan sehat,” ujar Brooke.

Fokus Mengembangkan Diri

Masa remaja memang waktunya mencari jadi diri dan mengembangkan diri. Pada saat
yang sama, remaja biasanya mulai memiliki perasaan suka kepada lawan jenis, hingga
banyak yang mulai mencari pacar.

Namun ada juga remaja yang tidak memiliki pacar dengan beragam alasan seperti
belum diizinkan orang tua hingga ingin fokus pada pendidikan.  Nah, bagi yang belum punya
pacar tak usah galau. Remaja jomblo itu juga punya banyak poin positif, kok. Simak ya

1. Bisa fokus dalam pendidikan


Saat memiliki pacar, disadari atau tidak prioritas kehidupan remaja akan terbagi,
antara kehidupan sekolah/kuliah dan pacar. Belum lagi jika ada masalah dengan pacar, kalian
bisa kehilangan fokus pada pendidikan.

Masalah ini bisa berdampak negatif pada kalian menyelesaikan tugas sekolah atau
kuliah . Sementara itu, para jomblo seharusnya nggak ada masalah dalam mengatur prioritas,
karena fokusnya enggak akan terpecah.

2. Bisa sering travelling

Tingginya tuntutan kehidupan nggak bisa dimungkiri memang sering bikin stres.
Karena stres inilah banyak orang memutuskan untuk pergi travelling dan menenangkan
pikiran.

Bahkan kadang hidup ini terasa belum lengkap jika kamu belum piknik. Namun, ada
kalanya kamu tidak bisa travelling karena masalah padatnya tugas kuliah atau sekolah atau
karena larangan pacar.

Kasus ini tak akan terjadi pada para jomblo yang bebas travelling kapan dan di mana
saja tanpa perlu restu dari pacar. Selama liburan kamu juga punya banyak waktu untuk diri
sendiri dan bersantai. Tak perlu memenuhi ekspektasi pasangan yang banyak maunya.

3. Sering menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman

Jika punya pacar mungkin lebih suka berbagi cerita ataupun main bareng pacar, kalau
menjomblo prioritas kalian bisa beralih ke keluarga dan teman nih. Keluarga yang sering
menjadi prioritas kedua, kini menjadi prioritas utama.

Kalian juga bisa sering travelling bareng teman ke tempat-tempat hits dan berbagi
kebahagiaan dengan mereka. Jauh-jauh deh citra jomblo menyedihkan dalam kamus hidup.

4. Mengembangkan hobi demi prestasi

Perlu diakui bahwa punya pacar bisa membatasi gerak kita. Beruntung jika pacar
nggak posesif, lebih enak. Tetapi, bagaimana jika punya pacar cemburuan? Pusing kan?

Pacar sering membatasi pergaulan kalian dan mengatur dengan siapa saja kalian bisa
bertemu. Beda cerita jika menjomblo, bisa bebas menjalani hobi, ikut klub olahraga, ikut
ekstrakurikuler atau kegiatan positif lainnya.
Nah, dari hobi atau kegiatan yang kalian tekuni itu, siapa tahu bisa membuahkan
prestasi. Pasti orang tua dan orang-orang sekitar kita bangga.

5. Punya banyak waktu untuk diri sendiri

Me time adalah saat yang ditunggu-tunggu untuk menghabiskan waktu, baik untuk
melakukan hobi atau bersantai. Anda bisa pergi ke salon untuk melakukan perawatan tubuh,
streaming drama Korea terbaru, atau bahkan nge-teh cantik di kafe langganan.

Waktu bersenang-senang dengan diri sendiri ini enggak akan terganggu dengan rasa
penasaran pacar yang selalu tanya kamu sedang ada di mana? Jadi kalian bisa benar-benar
fokus pada diri sendiri. Kalau mau lebih positif lagi, ikuti saja beberapa les keterampilan
seperti menjahit, les bahasa asing, atau nonton tutorial membuat kue di Youtube.
6. Pasti lebih hemat kantong

Pacaran ternyata juga butuh modal hlo. Apalagi kalau kalian hobi nonton, ngafe dan
belanja bareng, makin boros deh jadinya.  Ini belum dihitung kalau kamu harus membayar
kebutuhan pasangan juga. Karena biasanya ada kesepakatan untuk gantian mentraktir. Belum
lagi pengeluaran lain yang bisa menguras kantong.

Kabar baiknya, pengeluaran-pengeluaran tambahan di atas nggak perlu dipikirkan


para remaja jomblo. Parahnya, sudah banyak mengeluarkan uang untuknya, ternyata dia
adalah jodoh orang lain? Jika bingung bagaimana cara menghabiskan uang, bisa kalian pakai
untuk meningkatkan kualitas diri. Ini bisa akan lebih berguna buat bekal masa depan nanti.

Anda mungkin juga menyukai