Anda di halaman 1dari 5

Dampak Positif dan Negatif Pacaran

Cara remaja dalam berpasangan memiliki sisi positif dan negatif di dalamnya. Hal
ini terjadi karena remaja masih labil dalam menentukan sikap yang berdampak pada
hubungan asmaranya masing-masing. Ibarat dua sisi mata pisau, berpasangan dengan lawan
jenis dapat membantu remaja dalam proses pencarian jati diri dan mengenal satu sama lain.
Namun, hal tersebut juga bisa membuat hubungan yang dijalani mengarah ke perilaku
menyimpang. Dampak postifnya adalah hal tersebut bisa membantu mereka membangun,
mengenal, dan memelajari bagaimana cara hubungan asmara yang sesungguhnya. Hal ini
juga membantu perkembangan kepercayaan diri dan cara menghargai diri sendiri terhadap
pasangan.
“Orang yang senang menjalin hubungan romantis, memicu
timbulnya hormon oksitoksin, hormon kebahagiaan yang
membuat erat keintiman antara pasangan dan membuat
panjang umur,” ujar Abigail Marsh, Psikolog dari
Georgetown University (2004).

Namun, sisi negatifnya adalah banyak terjadinya kekerasan dalam berpasangan baik
fisik maupun verbal akibat dari ketidakstabilan emosi. Bahkan ada yang mengarah ke sex
bebas yang berujung hamil di luar nikah. Menurut sumber yang dikutip dari the
Psychologist, proses peralihan ini terjadi karena adanya perubahan pesat dari sisi fisik,
emosional, dan kognitif pada diri mereka. Salah satu contoh dari ketiga masalah ini adalah
akselerasi pubertas ditambah perubahan hormon yang pesat.
Hal ini membuat otak melakukan keputusan yang enggak dilandasi logika dan
terburu-buru, sehingga membuat keputusan yang keliru atau labil. Nah, salah satu cara
untuk menanggulangi masalah ini adalah melakukan dengan edukasi sex sejak usia dini.
Selain itu, peran orang tua dan saudara dekat sangat berpengaruh dalam memberikan
penyuluhan dan imbauan terkait masalah ini.
Berikut adalah beberapa pembahasan para ahli, seputaran tentang dampak pacara
tersebut.
Arifin (2002) mengatakan adanya dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja,
seperti:
1. Prestasi Sekolah
Bisa meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu
permasalahan yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari
pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi
belajar mereka.
2. Pergaulan Sosial
Pergaulan bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola
interaksi dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi
dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain). Pergaulan tambah
menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain (tidak boleh
bergaul dengan yang lain selain dengan aku).
3. Mengisi Waktu Luang
Bisa tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran
tidak produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi
produktif, jika kegiatan pacaran diisi dengan hal-hal seperti olah raga bersama,
berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4. Keterkaitan Pacaran dengan Seks
Pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah
dengan kedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda
atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang
dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak
melakukan kemesraan yang berlebihan.
5. Penuh Masalah Sehingga Berakibat Stres
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi
masalah dalam hubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman
yang jelas dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi
jika tidak mampu mengatasi masalahnya.
6. Kebebasan Pribadi Berkurang
Interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi
menjadi lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan
dengan pacar.
7. Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang
terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan
terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang
menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya
melakukan pacaran

Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan


kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan
dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja
memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada
pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-
tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa
nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat.
Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual
dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang
(kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).
Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual da lam pacaran
diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun,
tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat
untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi
mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung
mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal
semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan
terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang
kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah
kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis,
pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang
berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan
bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !
Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas
yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri
sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai
berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah
SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat
melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang
diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung
untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap
larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang
tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah
seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama
dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam
hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang
siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan
iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."
Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalih" dengan
mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan
Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena
Allah, atawa memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh
orang itu telah menyempurnakan imannya." Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang
mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam
mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah
mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi
kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai
karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah
mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka
merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-
boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah
dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan
sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !
Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-
anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu
keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan
muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah
saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.
Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener
pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada
pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?
Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat
man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu
tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi
cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe'
akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang
gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta
diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.
Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana
potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut
pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut
adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah
yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum,
tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi
kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang)
sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah).
Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
 Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta,
cinta pada kedudukan, pengen diakui,
 Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu
kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu
yang layak untuk disembah.
 Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya)
manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan
untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam


Pada kenyataannya, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran,
dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai
pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib
maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i.
Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN
ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau
berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.
Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi
muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah.
Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan
memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka
hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan
gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah
syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat
(berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari
kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam
Bukhari Muslim).
Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak
merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).
Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan
memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR.
Thabrany). Hal ini menunjukkan bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah,
dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha
mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-
wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi
mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)." Wallahu A'lam bish-Showab.

Anda mungkin juga menyukai