Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang
yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini
didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing.
Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan
wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman
meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan
informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi
elemen utama dari keintiman.
Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya
internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa
barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme dan
gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di
usia dini.
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan
kekecewaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup
tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi
tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemungkinan besar akan dijauhi
oleh teman-temannya.
Dampak Positif
Belajar bersosialisasi
Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia
mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah
‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya
mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan
dalam diri hanya emosi sesaat. Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk
mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi
dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang
kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan
yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga
sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya, ini merupakan saat yang tepat untuk
berpacaran. Tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya
untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan
perasaan orang lain. Lagi pula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat
memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua
melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).
Dampak Negatif
Kekerasan fisik
Koalisi Anti Kekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak
mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong,
memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak
korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan.
Penyebab kekerasan fisik pada remaja diantaranya kecemburuan, sifat posesif, dan
temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara
berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan yang sering kali
dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
Kekerasan seksual
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit
kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan
seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang yang mengenal cinta lebih dini
cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah
depresi, contohnya remaja akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama
jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka
benar-benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi
mereka sudah mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu
mendalami perasaan sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya.
Karena terlalu sedih atau marah, perasaan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka
jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah
muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih
besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya
kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for
Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
4. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun bayi, tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit
dan pendarahan yang hebat.
6. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan
gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga
emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya
sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan
kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan
prestasi remaja tersebut.
Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk
pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan
hadiah untuk pacarnya.
Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau
juga dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau
semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa
menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar
seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar
karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya
fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian
siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat
bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu
denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative
yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh
lainya.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya
mendapat bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat
mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi negatif yang ditimbulkan.
Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh
alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-
masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering
disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi
pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak
seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian,
merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing
merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling
menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal
tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa
berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas
tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat
diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori
makna dari pacaran itu sendiri.
No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi
batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan
dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali
wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang
dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan
wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan
dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya
atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!
Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian
pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang
melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi
pasangan yang baik. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan
wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu
keluarga bahagia.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-
anaknya adalah memantau dan selalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka
dapat menepatkan waktu yang tepat atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar
dll. Hal itu dapat membuat mereka tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu
memikirkan hubunganya, selain itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang
dilarang oleh agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya sehingga perilaku
negatif dapat dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar di sekolah bagi
seorang siswa dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah
ada ayah dan ibu, peran guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak
menurun prestasi belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan
dorongan kepada siswa dan tak lupa mengajarkan bagaimana berpacaran yang baik
dan tidak melupakan kewajiban belajarnya selain hal tersebut seorang guru dapat pula
mengajarkan mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama sehingga
mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada saat
berpacaran.
KESIMPULAN
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena
secara usia dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk
mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa
dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran
orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-
perilaku tidak baik yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa”. Retrieved
Desember 10, 2013, from anneahira.com/Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar
Siswa.htmlp
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013, from Makalah Bahasa Indonesia
Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja ~ Pusat Sekolah.htm