Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

KRIMINOLOGI

”Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia”

Dosen Pengasuh :

Dr. Zainul Akhyar, MH

Disusun oleh :

Aprina (A1A215016)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PKN

BANJARMASIN

2016
A. Kenakalan Remaja
Masa remaja adalah masa yang indah dan menyenangkan. Setiap peristiwa yang di lakukan
seolah-olah menempel dalam ingatan dan sulit untuk dilupakan. Masa remaja berlaku pada
usia 13-18 tahun. Karakter remaja merupakan tindakan penyimpangan social(deviasi).
Penyimpangan social adalah tindakan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku.
Kesadaran dan kepedulian semua pihak di perlukan untuk mengantarkan pada kehidupan
yang benar dn membahagiakan semua pihak.
Masa remaja terletak di antara masa anak dan masa dewasa.Masa remaja dianggap telah
mulai ketika anak telah matang dalam aspek seksual dan kemudian berakhir setelah matang
secara hukum.Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan.Masa remaja
awal dimulai sejak umur 13 tahun sampai 16 tahun dan masa remaja akhir umur 16 tahun
sampai 18 tahun,mereka masih dikategorikan sebagai anak dalam Undang-undang
Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari
keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan
pertemanannya.

Faktor keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak,apabila si


anak mendapat perlakuan yang tidak baik seperti mendapat diskriminasi dari keluarga.Jika
sudah seperti itu maka kecenderungan si anak mulai mencari cara untuk melupakan kejadian
yang menimpanya dirumah,yaitu dengan berbagai cara seperti merokok,mabuk-
mabukan,dan lain-lain.Karakteristik umum perkembangan remaja adalah bahwa remaja
merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan
sifat-sifat karakteristik,seperti kegelisahan,kebingungan,karena terjadi suatu
pertentangan,keinginan untuk mengkhayalan,dan aktivitas berkelompok.

Faktor pemicunya lainnya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja
melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya
pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.Akibatnya, para orang tua
mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak
melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko
sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang
rentang kehidupan.

Hukum di buat untuk mengatur perilaku masyarakat. Bila tidak ada hukum dunia semakin
kacau. Orang berlaku menurut keinginannya sendiri. Karena itulah hukum ada dan harus di
tegakkan, tidak terkecuali pada remaja.Secara yuridis formal, masalah kenakalan remaja
telah di atur dalam hukum pidana, peraturan mengenai kenakalan remaja terbesar di
berbagai pasal. Pasal yang penting dalam mengatur kenakalan remaja adalah pasal 45/46
KUHP dan hukum perdata ikut mengatur masalah kenakalan remaja , terutama pasal 302.
Penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakuan suatu perbuatan
umur 16 tahun.

Berperilaku baik memang sulit, karena banyak orang yang memilih sebaliknya untuk
mendapatkan kemudahan. Wujud kenakalan remja antar lain kebiasaan merokok pada usia
dini, tawuran remaja, penyalahgunaan narkotika, pornografi. Semua itu dapat terlihat
dengan beberapa ciri-ciri fisik, emosi dan perilaku. Masalah tersebut merupakan masalah
sosial yang harus cepat di cari solusinya, agar dapat menjalani hidup dengan indah.
Segala perilaku yang menyimpang selalu ada sebabnya, termasuk kenakalan remaja.
Keadaan yang dapat menyebabkan kenakalan remaja seperti, Neurotic delinquincy,
unsosialized deliquent dan pseudosocial deliquent.

Tidak seharusnya remaja terjerumus pada kenakalan remaja apabila segala pihak melakukan
upaya pencegahan dan penanggulangannya. Menurut seorang kriminolog yang bernama
Soedjono Dirjo Sisworo SH. Upaya yang tepat untuk mencegah kenakalan remaja adalah
dengan cara molaritas dan abolisionistis. Langkah-langkah yang perlu di lakukan adalah
mengoptimalkan aturan hukum sebagai pengikat hukum mereka.

B. Sebab Kenakalan Remaja


Faktor keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak,apabila si
anak mendapat perlakuan yang tidak baik seperti mendapat diskriminasi dari keluarga.Jika
sudah seperti itu maka kecenderungan si anak mulai mencari cara untuk melupakan kejadian
yang menimpanya dirumah,yaitu dengan berbagai cara seperti merokok,mabuk-
mabukan,dan lain-lain.Karakteristik umum perkembangan remaja adalah bahwa remaja
merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan
sifat-sifat karakteristik,seperti kegelisahan,kebingungan,karena terjadi suatu
pertentangan,keinginan untuk mengkhayalan,dan aktivitas berkelompok.
Faktor pemicunya lainnya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja
melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya
pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.Akibatnya, para orang tua
mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak
melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko
sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang
rentang kehidupan.

Adapun beberpa pengaruh kenakalan remaja, antara lain :


 Keluarga Yang Broken Home

Masa remaja adalah masa yang diamana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia
mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan
yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan
pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang
tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah
memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja
sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis
seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis
diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung,
cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan
sebaginya. Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi
merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga
merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang
vital dari kehidupannya.
 Orang Tua Yang Bercerai

Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi
dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah
goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin
renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga
komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan
keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada
pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing anpa ada rasa
kebertautan yang intim lagi.

 Perang Dingin Dalam Keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan
dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena
suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya
mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

C. Aduan Gagasan (Solusi)

Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga merupakan
lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan
anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:

1) Sikap/cara yang bersifat preventif

Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak
daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang
bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :

 menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.


 memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
 pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
 menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan
keluarga

 Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:


 Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
 Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
 Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
 Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.

2. Sikap/cara yang bersifat represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang
bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan
kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah
kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam
perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut

 Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga


menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
 Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa
anaknya.
 Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu
 Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Daftar Pusaka

Arikunto, S. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara

http://sideofadriantoni.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kriminologi-kenakalan-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai