Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

TENTANG KEPAILITAN

NAMA : APRINA
NIM : A1A215016
PRODI : PPKn
MATA KULIAH : HUKUM
PERDATA
DOSEN : Drs. Dr. H. Harpani
Matnuh, MH
Pengertian kepailitan

Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitur yang


mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya
dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini adalah pengadilan
niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar
utangnya, Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Dasar Hukum (Pengaturan) Kepailitan di
Indonesia:

• UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran;
• UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
• UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
• UU No. 42 Tahun 1992 Tentang Jaminan Fiducia
• Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (BW) yaitu Pasal 1131-1134.
Pihak yang Dapat Mengajukan Pailit:

• Atas permohonan debitur sendiri


• Atas permintaan seorang atau lebih kreditur
• Kejaksaan atas kepentingan umum
• Bank Indonesia dalam hal debitur merupakan lembaga bank
• Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur merupakan
perusahaan efek.
Syarat Yuridis Pengajuan Pailit:

• Adanya hutang
• Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih
• Adanya debitur
• Adanya kreditur (lebih dari satu kreditur)
• Permohonan pernyataan pailit
• Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga
Akibat Hukum Putusan Pengadilan

Zainal Asikin, menguraikan beberapa akibat hukum dari putusan


pailit. Hal yang utama adalah dengan telah dijatuhkannyaputusan
kepailitan, si debitur (si pailit) kehilangan hak untuk melakukan
pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya. Pengurusan dan
penguasaan harta benda tersebut beralih ke tangan curator/Balai
Harta Peninggalan.
Namun, tidak semua harta bendanya akan beralih penguasaan dan
pengurusannya ke curator/ Balai Harta Peninggalan.
Berakhirnya Kepailitan

Suatu kepailitan dapatdikatakan berakhir apabila telah terjadi hal-hal sebagai berikut.

a. Perdamaian
Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditor. Rencana perdamaian
tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang. Keputusan
rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari seperdua jumlah kreditor
konkuren yang hadir dalam rapat dan yang mewakili paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh piutang
konkuren yang diakui atau untuk sementara diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam
rapat tersebut.
Apabila lebih dari seperdua jumlah kreditor yang hadir dalam rapat kreditor dan mewakili paling paling
sedikit seperdua dari jumlah piutang kreditor yang mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima
rencana perdamaian, dalam jangka waktu paling sedikit delapan hari setelah pemungutan suara pertama
diadakan, harus diselenggarakan pemungutan suara kedua. Pada pemungutan suara kedua kreditor tidak
terikat pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama.
Dalam setiap rapat kreditor wajib dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan panitera
pengganti.
Berita acara rapat tersebut harus memuat:
1. Isi perdamaian
2. Nama kreditor yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan menghadap
3. Suara yang dikeluarkan
4. Hasil pemungutan suara, dan
5. Segala sesuatu yang terjadi dalam rapat (pasal 154 UU No. 37 Th 2004)
Setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan Cuma-Cuma berita acara rapat yang disediakan paling
lambat tujuh hari setelah tanggal berakhirnya rapat di Kepaniteraan Pengadilan.
Isi perdamaian yang termuat dalam berita acara perdamaian harus dimohonkan pengesahan kepada pengadilan yang
megeluarkan keputusan kepailitan. Pengadilan harus mengeluarkan penetapan pengesahan paling lambat tujuh hari sejak
dimulainya sidang pengesahan.
Namun demikian, pengadilan wajib menolak pengesahan apabila:
a. Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada
jumlah yang disetujui dalam perdamaian
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin, dan
c. Perdamaian itu terjadi karena penipuan, atau persengkongkolan dengan satu atau lebih kreditor, atau karena
pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah debitur atau pihak lain bekerja sama untuk
mencapai perdamaian
Selanjutnya, dalam hal permohonan pengesahan perdamaian ditolak, baik kreditor yang menyetujui rencana
perdamaian maupun debitur pailit, dalam jangka waktu delapan hari setelah putusan pengadilan diucapkan
dapat mengajukan kasasi. Sebaliknya, dalam hal rencana perdamaian sisahkan atau dikabulkan, dalam jangka
waktu delapan hari setelah putusan pengadilan diucapkan dapat diajukan kasasi oleh:
• Kreditor yang menolak perdamaian atau yang hadir pada saat pemungutan suara
• Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut dicapai berdasarkan
alasan yang tercantum dalam pasal 159 ayat (2) UU No. 37 Th 2004 diatas
• Insolvensi
• Insolvensi merupakan fase terakhir kepailitan. Insolvensi adalah suatu kejadian di mana harta kekayaan
(boedel) pailit harus dijual lelang di muka umum, yang hasil penjualannya akan dibagikan kepada kreditor
sesuai dengan jumlah piutangnya yang disahkan dalam akor.
Sejarah Hukum Kepailitan

Sejarah hukum kepailitan Hukum kepailitan sudah ada sejak zaman Romawi. Kata “ bangkrut”, dalam
bahasa Inggris disebut “Bangkrupt” , berasal dari undang-undang Italia, yaitu banca nipta . Sementara
itu, di Eropa abad pertengahan ada praktik kebangkrutan di mana dilakukan penghancuran bangku-
bangku dari para bankir atau pedagang yang melarikan diri secara diam-diam dengan membawa harta
para kreditor. Bagi Negara-negara dengan tradisi hukum common law, di mana hukum berasal dari
Inggris Raya, tahun 1952 merupakan tonggak sejarah, karena pada tahun tersebu hukum pailit dari
tradisi hukum Romawi diadopsi ke negeri Inggris. Peristiwa ini ditandai dengan diundangkannya
sebuah undang-undang yang disebut Act Againts Such Person As Do Make Bangkrup oleh hukuman
bagi debitor nakal yang ngemplang untuk membayar utang sembari menyembunyikan aset-asetnya
parlemen di masa kekaisaran raja Henry VIII. Undang-undang ini menempatkan kebangkrutan sebagai.
. Undang-undang ini memberikan hak-hak bagi kelompok kreditor secara individual.
Perkembangan Substansi Hukum Terdapat sebahagian perubahan
mengenai substansi hukum antara aturan kepailitan yang lama dengan
aturan kepailitan yang baru. Substansi tersebut antara lain:

1. Pada Failisment Verordenning tidak dikenal adanya kepastian Frame Time yaitu batas waktu dalam penyelesaian
kasus kepailitan sehingga proses penyelesaian akan menjadi sangat lama sebab Undang-undang tidak memberi
kepastian mengenai batas waktu. Hal ini dalam PERPU No.1 Tahun 1998 diatur sehingga dalam penyelesaiannya
lebih singkat karena ditentukan masalah Frame Time.
2. Pada Failisment Verordening hanya dikenal satu Kurator yang bernama Weestcomer atau Balai Harta
Peninggalan. Para kalangan berpendapat kinerja dari Balai Harta Peninggalan sangat mengecewakan dan terkesan
lamban sehingga dalam PERPU No.1 Tahun 1998 diatur adanya Kurator Swasta.
3. Upaya Hukum Banding dipangkas, maksudnya segala upaya hukum dalam penyelesaian kasus kepailitan yang
dahulunya dapat dilakukan Banding dan Kasasi, kini dalam Perpu No. 1 Tahun 1998 hanya dapat dilakukan Kasasi
sehingga Banding tidak dibenarkan lagi. Hal tersebut dikarenakan lamanya waktu yang ditempu dalam penyelesaian
kasus apabila Banding diperbolehkan.
4. Dalam Aturan yang baru terdapat Asas Verplichte Proccurure stelling yang artinya yang dapat
mengajukan kepailitan hanya Penasihat Hukum yang telah mempunyai/memiliki izin praktek.
5. Dalam UU No. 37 Tahun 2004 ditambah 1 pihak lagi yang dapat mengjaukan permohonan kepailitan.
Masa berlakunya Faillisements Verordening.
Selanjutnya mengenai kepailitan diatur dalam Faillisements Verordening (Stb. 1905-217 jo Stb.
1906-348). Peraturan kepailitan ini sebenarnya hanya berlaku bagi golongan Eropah, golongan
Cina, dan golongan Timur Asing (Stb.1924-556).
1. Wet Book Van Koophandel atau WvK buku ketiga yang berjudul Van de voorzieningen in
geval van onvormogen van kooplieden atau peraturan tentang ketidakmampuan pedagang.
Peraturan ini adalah peraturan kepailitan untuk pedagang.
2. Reglement op de Rechtvoordering (RV) Stb 1847-52 jo 1849-63, buku ketiga bab ketujuh
dengan judul Van de staat van kenneljk onvermogen atau tentang keadaan nyata-nyata tidak
mampu.
Peraturan ini adalah Peraturan Kepailitan bagi orang-orang bukan pedagang. Akan tetapi ternyata dalam
pelaksanaanya, kedua aturan tersebut justru menimbulkan banyak kesulitan antara lain adalah:
1. Banyaknya formalitas sehingga sulit dalam pelaksanaannya,
2. Biaya tinggi.
3. Pengaruh kreditur terlalu sedikit terhadap jalannya kepailitan.
4. Perlu waktu yang cukup lama.

Oleh karena itu maka dibuatlah aturan baru, yang sederhana dan tidak perlu banyak biaya, maka lahirlah
Faillisements Verordening (Stb. 1905-217) untuk menggantikan 2 (dua) Peraturan Kepailitan tersebut. Masa
berlakunya Faillisements Verordening . Selanjutnya mengenai kepailitan diatur dalam Faillisements
Verordening (Stb. 1905-217 jo Stb. 1906-348). Peraturan kepailitan ini sebenarnya hanya berlaku bagi
golongan Eropah, golongan Cina, dan golongan Timur Asing (Stb.1924-556). kesulitan yang sangat besar
terhadap perekonomian Nasional terutama kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya.
Terlebih lagi dalam rangka untuk memenuhi kewajiban pembayaran mereka pada para kreditur. Keadaan ini
pada gilirannya telah melahirkan akibat yang berantai dan apabila tidak segera diselesaikan akan
menimbulkan dampak yang lebih luas lagi.
Adapun pokok materi baru dalam UU Kepailitan ini antara lain:
1. Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran dalam UU ini pengertian utang diberikan
batasan secara tegas. Demikian juga pengertian jatuh waktu.
2. Mengenai syarat-syarat dan prosedur permohonan pernyataan pailit dan permohonan
penundaan kewajiban pembayaran utang termasuk di dalamnya pemberian kerangka waktu
secara pasti bagi pengambilan putusan pernyataan pailit dan/atau penundaan kewajiban
pembayaran utang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai