Anda di halaman 1dari 107

Hukum Kepailitan

Pailit adalah keadaan dimana debitor tidak mampu lagi membayar utang
utang dari para kreditornya.

Kepailitan adalah suatu sitaan umum


terhadap semua harta kekayaan dari
seorang debitor (si berutang) untuk
melunasi utang -utangnya kepada
kreditor.
Pasal 1 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004

Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan


Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas.
TUJUAN UU KEPAILITAN
Memberikan forum kolektif untuk memilih milih hak-hak dari
berbagai penagih terhadap aset debitur yang tidak mencukupi
untuk membayar utang nya.
Menjamin pembagian yang sama dan seimbang terhadap harta
debitur sesuai dengan asas “pari passu”
Mencegah agar debitur tidak melakukan tindakan yang
merugikan para kreditur.
Melindungi kreditur konkuren untuk memperoleh hak mereka.
Memberikan kesempatan pada debitur dan para krediturnya
untuk melakukan restrukturisasi utang debitur.
Memberikan perlindungan pada debitur yang beritikad baik.
SEJARAH RINGKAS
HUKUM KEPAILITAN
Hukum Kepailitan di Inggris
Hukum Kepailitan di Inggris ada sejak zaman Romawi.
Kemudian diadopsi oleh Inggris, dengan
mengundangkannya pada masa Raja Henry VIII dalam
“ Act Agains Such Persons As Do Make Bankrupt” ,
dimana UU ini menempatkan kebangkrutan sebagai
hukuman bagi debitur nakal yang ngemplang untuk
membayar hutang sambil menyembunyikan asetnya.
Peraturan kepailitan di Inggris pada masa awal banyak
yang mengatur tentang larangan pengalihan aset dengan
tidak beritikad baik.
Hukum Kepailitan di Indonesia
Belanda telah memiliki Wetboek Van Koophandel (WVK) sejak
1 Oktober 1838.
Berdasarkan asas konkordansi, hukum dagang Belanda
diberlakukan pula di Indonesia sebagai negara jajahannya
mulai 1 Mei 1848.
Didalam KUHD, kepailiatan diatur dalam buku ke III yang
berjudul Van De Voorzieningen In Gevel Van Onvermogen Van
Kooplieden (tentang peraturan ketidakmampuan pedagang).
Dengan perubahan tersebut, maka berpengaruh pula pada
sistem hukum di Indonesia.
Sehingga sebagai gantinya dibuatlah peraturan Kepailitan
Faillisement Verordening yang mulai berlaku 1 Mei 1906
Reformasi Hukum Kepailitan di Indonesia
Terjadi depresiasi secara drastis rupiah terhadap mata
uang asing, dari Rp. 2300/US Dollar menjadi Rp.
5000/US Dollar pada akhir 1997, dan sempat menyentuh
Rp. 16.000/US Dollar pada pertengahan 1998. inflasi
meningkat dari dibawah 10% menjadi sekitar 70%.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang awalnya
berkisar 6-7% berkontraksi menjadi minus 13-14%.
Akibatnya banyak perusahaan sulit untuk membayar
hutangnya kepada kreditur, bahkan banyak yang
mengalami kebangkrutan (pailit).
Reformasi Hukum Kepailitan di Indonesia
Maka, dari segi hukum diperlukan suatu peraturan
perundang-undangan yang mengatur masalah hutang
piutang ini secara cepat, efektif, efisien dan adil.
UU kepailitan yang berlaku saat itu (Faillisement
Verordening) yang merupakan hukum warisan
pemerintahan Belanda, dianggap tidak mampu
memenuhi tuntutan pada saat krisis ekonomi tersebut.
Maka dilakukanlan revisi terhadap hukum kepailitan
untuk mengantisipasi banyaknya perusahaan yang
mengalami kebangkrutan.
Reformasi Hukum Kepailitan di Indonesia
Melalui Perpu No 1 Tahun 1998 yang kemudian
dikuatkan menjadi UU No 4 Tahun 1998 pemerintah
telah melakukan perubahan, penambahan dan
penyempurnaan terhadap Faillisement Verordening
Stb 217 jo. Stb 1906 N0 348.

Akhirnya UU No 4 tahun 1998 disempurnakan lagi


dengan disahkannya UU No 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang yang mulai berlaku 18 Oktober 2004.
Prinsip-prinsip dalam
kepailitan
Satjipto Raharjo menyatakan bahwa asas hukum
merupakan jantungnya peraturan hukum dan ia
merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
suatu peraturan hukum, yang berarti peraturan-
peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan
lagi kepada asas-asas tersebut.

Asas hukum ini pula yang membuat hukum itu hidup,


tumbuh dan berkembang dan ia juga yang menunjukan
bahwa hukum bukan sekedar peraturan belaka.
Prinsip Paritas Creditorium
Paritas creditorium mempunyai makna bahwa semua
kekayaan debitor baik yang berupa barang bergerak
ataupun tidak bergerak maupun harta yang sekarang
ada maupun barang yang akan dimiliki debitor
dikemudian hari terikat kepada penyelesaian
kewajiban debitor.

Filosofinya adalah bahwa merupakan suatu


ketidakadilan jika debitor memiliki harta benda
sementara utang debitor tidak dibayarkan.
Prinsip Pari Passu Prorata Parte
Bahwa harta kekayan tersebut merupakan jaminan
bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus harus
dibagikan secara proporsional antara mereka, kecuali jika
antara para kreditor itu ada yang menurut undang-
undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran
tagihannya.

Prinsip ini memberikan keadilan kreditur dengan konsep


keadilan proporsional, dimana kreditor yang memiliki
debitor yang memiliki piutang besar akan mendapatkan
pembayaran yang besar begitu juga sebaliknya.
Prinsip Structured Creditors
Adalah prinsip yang mengklasifikasikan dan
mengelompokan berbagai macam debitor sesuai
dengan kelasnya masing-masing. Dalam kepailitan
kreditor diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1. Kreditor separatis;
2. Kreditor preferen;
3. Kreditor konkuren.
Prinsip Debt Collection
Merupakan prinsip yang menekankan bahwa utang harus
dibayar dengan harta yang dimiliki oleh debitor sesegera
mungkin untuk menghindari itikad buruk dari debitor
dengan cara menyembunyikan dan menyelewengkan nya.

Manifestasi prinsip ini dalam kepailitan adalah ketentuan


untuk melakukan pemberesan aset dengan jalan
likuidasi, prinsip pembuktian sederhana, putusan serta
merta, ketentuan masa tunggu, kurator sebagai
pelaksana pengurusan dan pemberesan.
Prinsip Debt Forgiveness
Prinsip ini mengandung makna bahwa kepailitan
tidak hanya sebagai sarana tekanan terhadap debitor
saja, akan tetapi bisa bermakna sebaliknya, yakni
pranata hukum yang dapat digunakan sebagai alat
untuk memperingan beban yang harus ditanggung
oleh debitor.

Implementasi prinsip ini diberikannya penundaan


kewajiban pembayaran utang, dikecualikannya aset
debitor dari budel pailit, fresh starting bagi debitor
untuk memulai usaha baru dan rehabilitasi .
Prinsip Universal dan Prinsip teritorial
Prinsip ini mengandung makna bahwa putusan pailit
dari suatu pengadilan di satu negara, maka putusan
pailit tersebut berlaku terhadap harta debitor baik
yang ada didalam negeri maupun yang berada di luar
negeri, prinsip ini menekankan aspek internasional
dari kepailitan atau yang dikenal sebagai cross border
insolvency.

Apabila terjadi benturan antara kedua prinsip ini


maka yang dipakai adalah prinsip teritorial.
Syarat-syarat untuk dinyatakan pailit
Pasal 1 ayat (1) UU no 37 Tahun 2004:

“ Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor


dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas
permintaan satu atau lebih kreditornya”
Dari ketentuan diatas dapat ditarik kesimpulan syarat
untuk debitur dapat dinyatakan pailit adalah:

1. Adanya utang.
2. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo.
3. Minimal satu dari utang dapat ditagih.
4. Adanya debitor.
5. Adanya kreditor.
6. Kreditor lebih dari satu.
7. Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus
yang disebut dengan “pengadilan niaga”.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan
kepailitan:
1. Debitor sendiri;
2. Seorang atau beberapa orang kreditor (pasal 2 ayat 1)
3. Kejaksaan demi kepentingan umum (pasal 2 ayat 2);
4. Bank Indonesia dalam hal menyangkut debitor yang
merupakan bank (pasal 2 ayat 3);
5. Badan pengawas pasar modal dalam hal debitor
merupakan perusahaan efek, bursa efek, lembaga
kliring, dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian (pasal 2 ayat 4);
6. Menteri keuangan dalam hal debitor perusahaan
asuransi, reasuransi, dana pensiun, atau BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publik (pasal 2 ayat 5).
Pihak Pihak yang dapat dinyatakan pailit:
1. Orang perorangan, baik laki-laki maupun
perempuan, baik yang sudah menikah maupun
belum menikah.
2. Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-
perkumpulan yang bukan badan hukum seperti
maatschap, firma dan perkumpulan komanditer.
3. Perseroan-perseroan atau perkumpulan-
perkumpulan yang berbadan hukum seperti
Perseroan terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan.
Prosedur Permohonan
Pailit
Pasal 1 angka 7:
“Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam
Lingkungan peradilan umum”

• Bahwa permohonan pernyataan pailit harus diajukan


ke Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi
daerah tempat kedudukan debitor.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
1) Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat
kedudukan debitor;
2) Dalam hal debitor telah meninggalkan wilayah Republik
Indonesia, Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
terakhir debitor;
3) Debitor adalah persero suatu firma, maka daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan firma tersebut;
4) Dalam hal debitor tidak bertempat kedudukan dalam
wilayah RI tetapi menjalankan profesi atau usahanya dalam
wilayah RI Pengadilan yang berwenang adalah tempat
kantor pusat di RI;
5) Debitor merupakan Badan Hukum, kdudukan hukum
yang terdapat didalam Anggaran Dasar.
Pasal 7 ayat 1:
Permohonan pailit harus diajukan oleh seorang
advokat.

Pasal 4 ayat 1:
Dalam hal pernyataan pailit diajukan oleh debitor
yang masih terikat dalam pernikahan yang sah,
permohonan hanya dapat diajukan atas
persetujuan suami atau isterinya.
Pasal 8 ayat 4:
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan
apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit telah dipenuhi.

Pasal 8 ayat 5 :
Putusan pengadilan atas permohonan pernyataan
pailit harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh)
hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit di
daftarkan.
Putusan pengadilan wajib memuat :
1. Pasal tertentu dari Undang-undang sebagai
dasar untuk mengadili
2. Pertimbangan hukum dan pendapat yang
berbeda dari hakim anggota atau ketua
majelis
3. Diucapkan dalam sidang yang terbuka
untuk umum dan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu, meskipun terhadap
putusan tersebut diajukan suatu upaya
hukum.
Selama proses kepailitan :

1. Dapatdimintakan sita jaminan


2. Ditunjuk kurator sementara untuk
mengawasi :
a. pengelolaan usaha debitor
b. pembayaran kepada kreditor, pengalihan
atau pengagunan kekayaan debitor
3. Permohonan dilakukan untuk melindungi
kepentingan kreditor.
Kasasi :
Diajukan paling lambat 8 hari setelah
putusan.
Dapat diajukan oleh debitor dan kreditor
yang merupakan pihak dalam perkara tingkat
pertama serta dapat diajukan oleh kreditor
lain yang bukan merupakan pihak pada
persidangan pertama.
Putusan atas permohonan kasasi diucapkan
paling lambat 60 hari sejak tanggal
permohonan kasasi.
Peninjauan Kembali :
1. Setelah perkara diputus ditemukan bukti
baru yang bersifat menentukan yang pada
waktu perkara diperiksa di pengadilan
sudah ada tetapi belum ditemukan.(180
hari).

2. Dalam putusan hakim yang bersangkutan


terdapat kekeliruan yang nyata.(30 hari)
Dalam putusan pailit harus :
1. Diangkat seorang Hakim Pengawas
2. Diangkat kurator. Bila pemohon tidak
mengajukan kurator maka, pengadilan akan
menunjuk BHP (Balai Harta Peninggalan)
sebagai kurator.
3. Kurator harus independen, tidak
mempunyai benturan kepentingan dengan
debitor atau kreditor dan tidak menangani
perkara kepailitan dan PKPU lebih dari 3
perkara.
Akibat Hukum
Kepailitan
Akibat kepailitan :
Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat
putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala
sesuatu yang diperoleh selama kepailitan (Pasal 21)

Debitor pailit meliputi istri atau suami dari debitor


pailit yang menikah dalam persatuan harta (Pasal 23)

Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk


menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit sejak tanggal putusan
pernyataan pailit diucapkan (Pasal 24 UUK)
Yang tidak termasuk didalam kepailitan yaitu:

a. Benda, hewan yang dibutuhkan debitor untuk


pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis
yang digunakan, tempat tidur dan bahan
makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi debitor
dan keluarganya.
b. Penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai
upah, pensiun, uang tunjangan, sejauh yang
ditentukan oleh hakim pengawas.
c. Uang yang diberikan kepada debitor untuk
memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah
menurut Undang-undang.
Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang
menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau
terhadap kurator.

Tuntutan hanya dapat diajukan dengan


mendaftarkannya untuk dicocokkan.

Semua tuntutan hukum yang diajukan oleh


debitor dan yang sedang berlangsung harus
ditangguhkan.

Tuntutan hukum yang diajukan terhadap debitor


yang perkaranya sedang berjalan gugur demi
hukum dengan diucapkan putusan pernyataan
pailit.
Segala penetapan pelaksanaan pengadilan
terhadap setiap bagian dari kekayaan debitor
yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus
dihentikan
Sandera harus dihentikan
Semua sita menjadi hapus dan dapat
dilakukan pencoretan.
Debitor yang sedang ditahan harus
dilepaskan
Selama kepailitan debitor tidak dapat
dikenakan uang paksa.
Terhadap perikatan hubungan kerja, kurator dapat
memberhentikannya dengan pemberitahuan paling
singkat 45 hari sebelum pemutusan hubungan kerja.

Terhadap perjanjian timbal balik, perjanjian akan


hapus dengan adanya putusan pailit, maka kerugian
yang timbul akan diganti dengan mengajukan
sebagai kreditor konkuren.

Terhadap perjanjian sewa menyewa, berakibat


berhentinya sewa menyewa sebelum habis jangka
waktu, dengan pemberitahuan dalam waktu paling
singkat 90 hari.
Actio Pauliana

Adalah hak yang diberikan oleh undang-undang kepada


seorang kreditur mengajukan permohonan kepada
pengadilan untuk pembatalan segala perbuatan yang
tidak diwajibkan untuk dilakukan oleh debitur terhadap
harta kekayaannya yang diketahui oleh debitur
perbuatan tersebut merugikan kreditur.

Hak tersebut diatur oleh pasal 1341 KUH perdata

Actio pauliana dalam UUK-PKPU diatur dalam pasal 41


sampai dengan 50.
Terdapat lima persyaratan yang harus dipenuhi (agar actio
pauliana itu berlaku). Persyaratannya sbb:

1. Debitur telah melakukan suatu perbuatan hukum;


2. Perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan oleh
debitur;
3. Perbuatan hukum dimaksud telah merugikan debitur;
4. Pada saat melakukan perbuatan tersebut debitur
mengetahui atau sepatutnya mengetahui perbuatan
tersebut merugikan kreditur;
5. Pada saat melakukan perbuatan hukum tersebut dilakukan
pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan
mengetahui atau sepatutnya mengetahui perbuatan
tersebut merugikan kreditur.
Setiap orang yang telah menerima benda
dari harta debitur yang tercakup dalam
perbuatan hukum yang dibatalkan , harus
mengembalikan benda tersebut kepada
kurator dan dilaporkan kepada hakim
pengawas.

Bila orang tersebut tidak dapat mengembalikan benda


tersebut dalam keadaan semula, maka ia wajib
memberikan ganti rugi.
Pengurusan Harta Pailit
Kurator
Dalam peraturan FV, hanya terdapat satu
kurator yang ditetapkan oleh pengadilan
yaitu Balai Harta Peninggalan (BHP).

BHP merupakan lembaga yang dibentuk


oleh pemerintahan Belanda untuk
mengurusi harta yang ditinggalkan di
Belanda dan para ahli waris anggota VOC.
Setelah berlakunya UU No 4 Tahun 1998, BHP bukan lagi
sebagai lembaga tunggal yang mengurusi dan
membereskan harta pailit, kurator dalam kepailitan
adalah:

1. Balai Harta Peninggalan;


2. Kurator lainnya.

Syarat-syarat menjadi kurator:


a. Orang perorangan yang berdomisili di indonesia, yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam
rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit;
b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang perundang-undangan
Tugas utama kurator:
Pasal 69 ayat 1
Tugas kurator adalah melakukan pengurusan
dan/atau harta pailit.

Tugas pertama yang harus dilakukan kurator


setelah pengangkatannya adalah melaksanakan
semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan
menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima. (Pasal 98)
Dalam melaksanakan tugasnya, kurator:

1. Tidak diharuskan memperoleh


persetujuan atau menyampaikan
terlebih dahulu kepada debitur;
2. Dapat melakukan pinjaman dari pihak
ketiga, hanya dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit.
Rincian tindakan pengurusan dan pemberesan
yang dilakukan oleh kurator:

1. Tahap pengurusan

a) Mengumumkan ihwal kepailitan


dalam jangka waktu lima hari putusan diterima, kurator
mengumumkan dalam berita negara dan memuat paling
sedikit 2 surat kabar nasional.

b) Melakukan penyegelan harta pailit


kurator dapat meminta kepada pengadilan untuk
mengamankan harta pailit.
c) Pencatatan atau pendaftaran harta pailit
kurator harus membuat pencatatan paling
lambat 2 hari setelah putusan pengangkatannya.
informasi mengenai harta kekayaan diperoleh
dari:
 Penetapan pengadilan niaga;
 Kantor BPN
 Bank
 Debitur pailit.
d) Melanjutkan usaha debitur;
e) Membuka surat-surat dan telegram debitur pailit;
f) Mengalihkan harta pailit;
g) Melakukan penyimpanan uang, perhiasan, efek, dan
surat berharga lainnya;
h) Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara
di pengadilan;
i) Melakukan pemanggilan kepada kreditur;
j) Mendaftarkan tagihan para kreditur;
k) Menghadiri rapat pencocokan piutang;
l) Memberikan hasil rapat pencocokan piutang kepada
kreditur.
2. Tahap Pemberesan

a) Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta


pailit
dalam melaksanakan penjualan harta pailit, kurator
harus terlebih dahulu meminta izin dari hakim
pengawas, izin berbentuk penetapan, untuk
melakukan penjualan dilakukan secara lelang
didepan umum maupun dibawah tangan.
b) Membuat daftar pembagian
daftar pembagian memuat rinian penerimaan dan
pengeluaran termasuk didalamnya, upah kurator, nama
kreditur, jumlah yang dicocokan dari tiap-tiap piutang
dan bagian yang diterima kreditur.
setelah kurator selesai melaksanakan pembayaran
kepada masing-masing kreditur maka berakhirlah
kepailitan, kurator akan mengumumkan dalam berita
negara RI dan surat kabar.

c) Membuat daftar perhitungan dan pertangggung jawaban


pengurusan dan pemberesan kepailitan kepada hakim
pengawas.
“Kurator bertanggung jawab terhadap
kesalahan atau kelalaiannya dalam
melaksanakan tugas pengurusan atau
pemberesan yang menyebabkan
kerugian terhadap harta pailit”
( Pasal 72)
Panitia Kreditor
Dalam putusan pailit atau dengan penetapan
kemudian, Pengadilan dapat membentuk panitia
kreditor sementara terdiri atas 3 (tiga) orang yang
dipilih dari kreditor yang dikenal dengan maksud
untuk memberikan nasehat kepada kurator.

Kreditor sementara dapat berubah menjadi kreditor


tetap.
Pencocokan Tagihan-tagihan
Rapat Verifikasi
Verifikasi sering diartikan sebagai pencocokan
atau pengujian atas utang-utang si pailit atau
piutang-piutang kreditor yang harus
dimasukkan ke kurator.

hal ini berarti bahwa verifikasi menetapkan


tentang tata cara kreditor menyampaikan
tagihan-tagihan nya agar dapat diakui dan
ditetapkan berdasarkan alat-alat bukti yang ada
Pasal 113 UUK

1. Paling lambat 14 hari setelah putusan pailit, hakim


pengawas harus menetapkan :
a. Batas akhir pengajuan tagihan;
b. Batas akhir verifikasi pajak;
c. Hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditor
untuk mengadakan pencocokan piutang.

2. Tenggang waktu antara tanggal sebagaimana


dimaksud ayat (1) huruf a dan b paling singkat 14
hari.
Pasal 115
Semua kreditor wajib menyerahkan bukti
piutangnya kepada kurator disertai
perhitungan atau keterangan tertulis
lainnya yang menunjukan sifat dan jumlah
piutang, disertai bukti dan salinannya.

Disertai pernyataan apabila piutang


tersebut mempunyai hak kebandaan
Daftar tagihan yang disusun oleh kurator ada 2
jenis, yaitu:
1. Daftar tagihan yang sementara diakui;
2. Daftar piutang yang dibantah.

 Salinan daftar yang dibuat oleh kurator tersebut


harus diletakan di kepaniteraan pengadilan niaga
sebelum hari pencocokan piutang dan setiap
orang dapat melihatnya secara Cuma-Cuma.
Debitor pailit wajib hadir sendiri dalam rapat
pencocokan piutang, agar dapat memberikan
keterangan yang diminta oleh hakim pengawas
mengenai kepailitan dan harta pailit.

Dalam hal yang dinyatakan pailit suatu badan


hukum maka yang berhak mewakili adalah
pengurus badan hukum tersebut.

Kreditor dapat menghadap sendiri atau


mewakilkan kepada kuasa nya.
Pasal 127

Dalam hal ada bantahan tetapi hakim


pengawas tidak dapat mendamaikan kedua
belah pihak yang berselisih itu, hakim
pengawas wajib memerintahkan kepada
kedua belah pihak untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut ke pengadilan.
Piutang berupa bunga

terhadap bunga yang timbul setelah putusan


pernyataan pailit tidak dapat dilakukan
pencocokan piutang, kecuali bunga tersebut
dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, atau hak kebendaan lainnya.
Piutang yang belum jatuh tempo

Semua piutang yang dapat ditagih dalam waktu 1


tahun setelah tanggal putusan pailit diucapkan, wajib
diperlakukan sebagai piutang yang dapat ditagih.

Sedangkan semua piutang yang dapat ditagih setelah


lewat 1 tahun setelah tanggal putusan pailit
diucapkan, akan dicocokan kembali
a. Waktu dan cara pembayaran angsuran;
b. Keuntungan yang mungkin diperoleh;
c. Besarnya bunga apabila diperjanjikan.
Piutang yang nilainya tidak pasti

Piutang yang nilainya tidak ditetapkan,


tidak pasti, tidak dinyatakan dalam mata
uang Republik Indonesia atau sama sekali
tidak ditetapkan dalam uang, wajib
dicocokan sesuai nilai taksirannya dalam
mata uang Republik Indonesia. (Psl 139)
Pasal 143 UUK

Setelah berakhirnya pencocokan


piutang, kurator wajib memberikan
laporan kepada hakim pengawas
mengenai keadaan harta pailit dan
kurator wajib memberikan kepada
kredotor semua keterangan yang
diminta oleh mereka.
Perdamaian dalam
kepailitan
Perdamaian ( Accord)
Perdamaian dalam hukum kepailitan
diartikan sebagai suatu perjanjian antara si
pailit dengan para kreditur, dimana
diadakan suatu ketentuan bahwa si pailit
dengan membayar sesuatu persentase
tertentu (dari utangnya), ia akan
dibebaskan untuk membayar sisanya.
UUK mengenal dua macam
perdamaian:
1. Perdamaian yang ditawarkan oleh debitur dalam
rangka PKPU sebelum debitur dinyatakan pailit
oleh pengadilan niaga;

2. Perdamaian yang ditawarkan oleh oleh


debitur kepada krediturnya setelah Debitur
dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga.
Perdamaian yang ditawarkan oleh si pailit itu berisi
beberapa kemungkinan atau alternatif yang akan dipilih
oleh kreditur yaitu:
1. Mungkin si pailit menawarkan kepada krediturnya,
bahwa ia hanya sanggup membayar dalam jumlah
tertentu namun tidak dalam jumlah seluruh utangnya;
2. Mungkin si pailit akan menawarkan perdamaian
likuidasi, apabila hasil penjualan tidak mencukupi,
maka si pailit dibebaskan dari membayar sisa utang
yang belum terbayar;
3. Meminta penundaan pembayaran dan mengangsur
utangnya untuk beberapa waktu.
 Debitor pailit berhak menawarkan perdamaian
kepada kreditor.
 Diajukan paling lambat 8 hari sebelum rapat
verifikasi
 Kreditor preferens tidak boleh mengeluarkan
suara dalam rencana perdamaian kecuali
mereka melepaskan hak preferensnya dan
menjadi kreditor konkuren.
Rencana perdamaian diterima apabila
disetujui dalam Rapat Kreditor oleh lebih dari
½ jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam
rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk
sementara diakui, yang mewakili paling
sedikit 2/3 dari jumlah seluruh piutang
konkuren yang diakui atau yang untuk
sementara diakui dari kreditor konkuren atau
kuasanya yang hadir dalam rapat.
Homologasi Perdamaian
Bahwa sekalipun rencana perdamaian telah
disetujui dalam rapat para kreditur, namun belum
tuntas atau final sebagai perjanjian perdamaian.

Rencana perdamaian yang disetujui itu masih


harus diajukan kepada pengadilan niaga.
Pengadilan niaga yang dimaksud dapat
mengesahkan (menyetujui) tetapi juga dapat
menolak rencana perdamaian tersebut.
Pengadilan wajib menolak pengesahan
perdamaian :
a. Harta debitor, jauh lebih besar daripada
jumlah yang disetujui dalam perdamaian
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup
terjamin.
c. Perdamaian itu dicapai karena penipuan
atau persekongkolan dengan satu atau lebih
kreditor
Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua
kreditor konkuren baik yang mengajukan
permohonan pailit maupun tidak.
Bila perdamaian ditolak maka tidak dapat lagi
diajukan perdamaian dalam kepailitan.
Dengan disahkannya perdamaian, maka kepailitan
berakhir.
Perdamaian dapat dibatalkan apabila debitor lalai
memenuhi isi perdamaian.
Pemberesan Harta Pailit
INSOLVENSI
Jika debitur pailit tidak menawarkan perdamaian,
menawarkan perdamaian tetapi ditolak oleh
kreditur atau ditolak oleh hakim pengadilan niaga
maka tahapan selanjutnya adalah tahap insolven.

Insolven secara umum mempunyai makna


keadaan suatu perusahaan yang aktivanya lebih
kecil dari pasivanya atau utang perusahaan lebih
besar dari harta perusahaan.
Insolven dalam kepailitan yaitu apabila tidak
tercapai perdamaian, maka akan dilakukan suatu
pemberesan harta pailit dalam arti lain harta pailit
dalam keadaan tidak mampu lagi untuk
membayar hutangnya.

Kurator akan mengadakan pemberesan dan


menjual harta pailit baik secara lelang atau pun
dibawah tangan.
Hasil penjualan harta pailit ditambah hasil
penagihan piutang, dikurangi biaya pailit dan
utang harta pailit kemudian akan dibagikan
kepada kreditur.

Kreditur separatis sudah dibayar dengan hak


kebendaan yang dimilikinya, apabila masih ada
sisa hutang maka akan menjadi kreditur
konkuren, tetapi apabila ada kelebihan penjualan
benda jaminan tersebut, maka harus dikembalikan
sebagai harta pailit.
Berakhirnya Kepailitan

Setelah kreditur yang dicocokan dibayarkan


penuh piutangnya maka berakhirlah kepailitan,
kurator mengumumkan dalam berita negara dan
surat kabar.

Kurator memberikan pertanggung jawaban


pengurusan dan pemberesannya kepada hakim
pengawas paling lama 30 hari setelah berakhirnya
kepailitan.
Kedudukan hukum debitur
setelah berakhirnya
pemberesan (Psal 204)

Menegaskan asas yang terdapat dalam


pasal 1131 KUHPerdata yaitu debitur
memiliki kewajiban membayar hutang-
hutangnya yang masih belum dibayar
sampai lunas.
REHABILITASI

Setelah harta pailit mampu mencukupi


pembayaran hutang debitur pailit kepada
krediturnya, maka langkah selanjutnya adalah
tahapan rehabilitasi.

Rehabilitasi yaitu pemulihan status debitur pailit


menjadi subjek hukum penuh atas harta
kekayaannya.
Syarat Rehabilitasi:
Debitur pailit harus membayar semua hutangnya
kepada krediturnya dengan dibuktikan surat tanda
bukti pelunasan dari para kreditur.

Permohonan rehabilitasi ini diumumkan selama 2


bulan melalui 2 harian surat kabar yang ditunjuk
oleh pengadilan.

Putusan pengadilan mengenai diterima atau


ditolaknya rehabilitasi merupakan putusan final.
Penundaan kewajiban
pembayaran utang
Dalam ilmu hukum dagang, penudaan
kewajiban pembayaran utang ini dikenal
dengan sebutan Surseance Van Betaling atau
Suspension Of Payment.

Penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU)


diatur dalam bab ketiga Undang-Undang No.37
tahun 2004 yaitu dalam Pasal 224-294 UUK
PKPU dan Perbedaannya dengan Kepailitan
Fred B.G. Tumbuan:
Pada hakikatnya PKPU berbeda dari kepailitan, PKPU
bertujuan untuk menjaga jangan sampai seorang Debitur,
yang karena suatu keadaan semisal likuid dan sulit
memperoleh kredit, dinyatakan pailit, sedangkan bila
debitur diberi waktu maka besar harapan ia dapat melunasi
utang-utangnya, dengan memberi waktu dan kesempatan
kepada debitur, melalui Reorganisasi usahanya dan/atau
restrukturisasi utang utangnya, dapat melanjutkan
usahanya dan dengan demikian dapat membayar lunas
utsng-utangnya
Kartini Muljadi
mengemukakan bahwa Debitur selama PKPU tidak
kehilangan penguasaan dan hak atas kekayannya, tetapi
hanya kehilangan kebebasannya dalam menguasai
kekayaanya. Dalam PKPU, Debitur dan Pengurus
merupakan dwi tunggal karena salah satu antara mereka
tidak dapat bertindak dengan sah tanpa yang lain.

Dalam PKPU debitur masih dapat melakukan pengurusan


dan kepemilikan atas harta kekayaannya asalkan hal
tersebut disetujui oleh pengurus.
MAKSUD :
penundaan kewajiban pembayaran utang pada
umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau
sebagian utang kepada kreditur konkuren

TUJUAN :
untuk memungkinkan seseorang debitor meneruskan
usahanya meskipun ada kesukaran pembayaran dan
untuk menghindari kepailitan.
Pengajuan PKPU dilakukan oleh :
1. Debitor ;
2. Kreditor ;
3. Bank Indonesia dalam hal debitor adalah bank;
4. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dalam hal
debitor adalah perusahaan Efek, Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
5. Menteri keuangan dalam hal debitor adalah
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang kepentingan public.
Akibat putusan PKPU Dengan dikabulkannya
permohonan PKPU (PKPU sementara)
maka,berlakulah hal-hal sebagai berikut :

1. Selama PKPU berlangsung, terhadap debitor tidak


dapat diajukan permohonan pailit
2. Diangkat seorang Hakim Pengawas yang tugasnya
mirip dengan Hakim Pengawas dalam Kepailitan
3. Diangkatnya seorang atau lebih pengurus yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap
kekayaan debitor
JENIS-JENIS PKPU
Berdasarkan sifatnya, PKPU dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu : 

1.      PKPU Sementara


Merupakan PKPU yang penetapannya dilakukan
sebelum sidang dimulai, dan harus dikabulkan oleh
pengadilan setelah pendaftaran dilakukan.

2.      PKPU Tetap


Merupakan PKPU yang ditetapkan setelah sidang
berdasarkan persetujuan dari para kreditor.
PIHAK-PIHAK DALAM PKPU
1. Debitor
2. Kreditor
Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka (2) UU No. 37
Tahun 2004, yang dimaksud dengan kreditor adalah orang
yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-
undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.Kreditor
dalam PKPU adalah :
a.       Kreditor separatis
Diatur dalam pasal 56 UU No. 37 Tahun 2004. Yang
dimaksud dengan kreditor separatis adalah kreditur yang
memiliki jaminan hutang kebendaan (hak jaminan), seperti
pemegang hak tanggungan, hipotik, gadai, fidusia, dll.
b.  Kreditor preferen
Berdasarkan pada pasal 1139 dan pasal 1149 KUHPer,
yang dimaksud dengan kreditor preferen adalah
kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak
prioritas sesuai dengan yang diatur oleh Undang-
undang yang bersangkutan.

c.  Kreditor konkuren
Berdasarkan pada Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH
Perdata. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor
yang tidak masuk Kreditur separatis dan tidak
termasuk Kreditur preferen.
3. Bank Indonesia
Apabila debitor adalah sebuah bank, maka bank Indonesia yang
berwenang mengajukan PKPU. (Pasal 223 UU No. 37 Tahun
2004)
4. Badan pengawas pasar modal
Apabila yang menjadi pihak debitor adalah Perusahaan Efek,
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (Pasal 223 UU No. 37 Tahun
2004)
5. Menteri Keuangan
Apabila yang menjadi debitor adalah perusahaan asuransi,
perusahaan reasuransi, dana pensiun, dan BUMN yang bergerak
di bidang kepentingan publik. (Pasal 223 UU No. 37 Tahun 2004)
6.  Hakim pengawas

Selain mengangkat pengurus, setelah putusan PKPU


sementara dikabulkan oleh pengadilan maka pada saat
itu juga diangkat Hakim Pengawas. Hakim Pengawas
setiap waktu dapat memasukkan ketentuan yang
dianggap perlu untuk kepentingan Kreditor
berlangsungnya penundaan kewajiban pembayaran
utang tetap, berdasarkan:
a. prakarsa Hakim Pengawas
b. permintaan pengurus; atau
c. permintaan satu atau lebih Kreditor
7. Pengurus
Adapun dengan mengacu pada ketentuan yang
terkandung dalam pasal 234 ayat (3) UU No. 37 Tahun
2004, yang dapat menjadi pengurus adalah :

Perorangan yang berdomisili di Indonesia yang


memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam
rangka mengurus harta debitur. Telah terdaftar pada
departemen yang bersangkutan Pengurus harus
independen dan tidak memiliki benturan kepentingan
dengan debitor atau kurator. (Pasal 234 ayat (1) UU
No. 37 Tahun 2004)
8.   Panitia kreditor
Menurut Pasal 231, Pengadilan harus mengangkat
panitia kreditor apabila :
a.   Permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang meliputi utang yang bersifat rumit atau banyak
kreditor; atau
b.   Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor
yang mewakili paling sedikit ½ (satu per dua) bagian
dari seluruh tagihan yang diakui.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
pengurus harus meminta dan mempertimbangkan
saran dari panitia kreditor ini.
9. Ahli
Setelah PKPU dikabulkan Hakim Pengawas
dapat mengangkat satu atau lebih ahli
untuk melakukan pemeriksaan dan
menyusun laporan tentang keadaan harta
Debitor dalam jangka waktu tertentu
berikut perpanjangannya yang ditetapkan
oleh Hakim Pengawas .
Macam-macam program yang biasa dipakai dalam
merestrukturisasi utang dalam PKPU:

1. Moraturium, yakni merupakan penundaan pembayaran yang


sudah jatuh tempo;
2. Haircut, merupakan pemotongan pokok pinjaman dan bunga;
3. Pengurangan tingkat suku bunga;
4. Perpanjangan jangka waktu pelunasan;
5. Konversi utang kepada saham;
6. Debt forgiveness (pembebasan utang);
7. Bailout, yakni pengambilalihan utang-utang, misalnya
pengambilalihan utang swasta oleh pemerintah;
8. Write-off, penghapusbukuan utang-utang.
PROSEDUR PERMOHONAN PKPU

1.   Permohonan
Permohonan PKPU harus diajukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga di daerah tempat kedudukan hukum debitur dengan
ketentuan :
a. Apabila debitur telah meninggalkan wilayah Negara
Indonesia, pengadilan yang berwenang untuk
menjatuhkan permohonan putusan atas PKPU adalah
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum terakhir debitur.
b. Apabila debitur adalah persero suatu firma, pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
hukum firma tersebut juga berwenang untuk memutuskan.
c. Apabila debitur tidak berkedudukan di wilayah
Negara Indonesia akan tetapi menjalankan profesi
atau usahanya di wilayah Indonesia, maka
pengadilan yang berwenang memutuskannya adalah
Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan atau kantor pusat debitur;
d. Apabila debitur merupakan badan hukum, tempat
kedudukannya hukumnya adalah sebagaimana
dimaksud dalam anggaran dasarnya.Perlu diketahui
juga bahwa permohonan ini juga harus dilampiri
dengan rencana perdamaian.
Dalam hal pemohon adalah Debitor, permohonan
penundaan kewajiban pembayaran utang harus
disertai daftar yang memuat :
 Sifat 
 Jumlah piutang
 Jumlah hutang debitor beserta surat bukti secukupnya
 
Dan apabila yang mengajukan permohonan adalah
kreditor, Pengadilan wajib memanggil Debitor melalui
juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum sidang.
2.   Surat permohonan
Surat permohonan berikut lampirannya (bila ada) harus
disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh
setiap orang secara cuma-cuma.Sistematika dari surat
permohonan PKPU itu sendiri paling tidak memuat hal-hal
sebagai berikut :
a.   Tempat dan tanggal permohonan
b.   Alamat pengadilan Niaga yang berwenang
c.   Identitas Pemohon dan advokatnya
d.   Uraian tentang alasan permohonan PKPU
e.   Permohonan  Berisikan antara lain :
-  Mengabulkan permohonan pemohon
-  Menunjuk Hakim Pengawas dan Pengurus
f.    Tanda tangan debitor dan advokatnya
Sementara kelengkapan berkas yang harus disiapkan
sebagai syarat permohonan PKPU pada Pengadilan Niaga,
meliputi :
a.   Surat permohonan bermeterai yang ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Niaga
b.   Identitas diri debitur
c.   Permohonan harus ditandatangani oleh Debitur dan Penasehat 
Hukumnya
d.   Surat kuasa khusus yang asli (penunjukkan kuasa pada orangnya
bukan kepada Law Firmnya)
e.   Ijin Penasehat Hukum/Kartu Penasehat Hukum
f.    Nama dan tempat tinggal/kedudukan para kreditur konkuren disertai
jumlah tagihannya masing-masing pada debitur
g.   Neraca pembukuan terakhir
h.   Rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh  atau
sebagian utang kepada Kreditur Konkuren (Jika ada).
3.   Pemeriksaan
Apabila permohonan PKPU dan kepailitan diperiksa
pada saat yang bersamaan, maka permohonan PKPU
haruslah diputus terlebih dahulu.
Akibat putusan PKPU Dengan dikabulkannya
permohonan PKPU (PKPU sementara) maka
berlakulah hal-hal sebagai berikut :
Selama PKPU berlangsung, terhadap debitor tidak
dapat diajukan permohonan pailit
Diangkat seorang Hakim Pengawas yang tugasnya
mirip dengan Hakim Pengawas dalam Kepailitan
Diangkatnya seorang atau lebih pengurus yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap kekayaan
debitor.
4. Debitor tetap dapat melakukan tindakan
pengurusan dan pengalihan atas kekayaanya asalkan
mendapat persetujuan pengurus.
5. Tindakan debitor atas kekayaannya tanpa
persetujuan Pengurus adalah tidak mengikat
kekayaannya.
Berakhirnya PKPU
Atas permintaan hakim pengawas
Atas permintaan satu atau lebih kreditor
Atas prakarsa Pengadilan Niaga, dalam hal :
a. Debitor, selama waktu PKPU bertindak dengan
itikad buruk dalam melakukan terhadap hartanya
Debitor telah merugikan atau telah mencoba
merugikan kreditornya
b. Debitor melakukan pelanggaran Pasal 240 ayat (1)
UUK
Debitor lalai melaksanakan tindakan – tindakan yang
diwajibkan kepadanya oleh pengadilan pada saat atau
sesudah PKPU diberikan, atau lalai melaksanakan
tindakan tindakan yang diisyaratkan oleh pengurus
demi kepentingan harta debitor.
Selama waktu PKPU, keadaan harta debitor ternyata
tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU; atau
Keadaan debitor tidak dapat diharapkan untuk
memnuhi kewajibannya terhadap kreditor pada
waktunya.

Anda mungkin juga menyukai