HARTA PAILIT
dari perjanjian tersebut, lahir suatu perikatan di antara para pihak yang
1
Man Sastrawidjadja, Op. Cit. hlm. 1.
2
M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, cet. 2,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm. 1.
Utang (PKPU), PKPU terjadi ketika debitor tidak dapat atau
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
3
Nyulistiowati Suryanti, Monograf Hukum Dagang, Bandung: Logoz Publishing, 2017,
hlm. 4.
4
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
yang akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatan perseorangan.
dengan segala hartanya baik yang ada atupun akan ada bertanggung
mencakup harta yang sudah ada dan yang akan ada di kemudian hari,
5
Man Sastrawidjadja, Op. Cit, hlm. 75.
6
Ibid, hlm. 76.
Hukum Kepailitan di Indonesia tidak membedakan antara
7
Syamsudin Sinaga, Op. Cit, hlm. 34-35.
8
Dr Sylvia Janisriwati, Kepailitan Bank Aspek Hukum Kewenangan Bank Indonesia
dalam Kepailitan Suatu Bank, Bandung: LoGoz Publishing, 2011, hlm. 23.
9
FredB.G.Tumbuan, Menelaah Konsep Dasar dan Aspek Hukum Kepaililan, Jakarta:
Prosiding, Pusat Pengkajian Hukum, 2004, hlm. 96.
pengurusan dan pemberesan terhadap harta pailit di bawah
beritikad baik.
10
Sylvia Janisriwati, Op. Cit, hlm. 28.
berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya
Debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa Kreditor yang
11
Sylvia Janisriwati, Op. cit, hlm. 23.
tumpuan berfikir atau berpendapat.12 Dalam kerangka norma hukum,
dan dijadikan pokok atau dasar dari penyusunan suatu norma hukum
12
WJS.Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Balai Pustaka, Jakarta,
1976, hlm.61
13
Serlika Aprita, “Penerapan Asas Keseimbangan dalam Hukum Kepailitan”, , , Hlm.
80-81.
14
Salim HS, “Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW)”, Sinar Grafika, Jakarta, 2003,
hlm.161.
batin, dalam karakter atau jiwa, merujuk pada pemahaman
pihak mengharapkannya.
mungkin muncul.15
rasa baik dan jahat. Jiwa itu teratur secara baik apabila
15
Herlien Budiono“Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia: Hukum
Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hlm. 306.
dalam batas seimbang antara ketiga bagian jiwa sesuai dengan
perjanjian.17
16
Theo Hujibers, “Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah”, Kanisius, Yogyakarta,
1986, hlm. 23.
17
Agus Yudha Hernoko, “Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial”, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 29
absah serta adanya keseimbangan pemenuhan hak dan
ide dasar atau tiga nilai dasar hukum yang berarti dapat
kreditor.19
18
Yahya Harahap, “Segi-Segi Hukum Perjanjian”, Alumni, Bandung, 1982, hlm.3.
19
Friedman, dalam Peter Mahmud Marzuki, “The Need for the Indonesian Economic
Legal Framework”, dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, hal. 28.
bagi kepentingan debitor dan kreditor. Pada dasarnya setiap
dinyatakan pailit yakni bahwa Debitor memiliki dua atau lebih Kreditor
dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo
20
Roscue Pond, dalam Peter Mahmud Marzuki, “Pembaharuan Hukum Ekonomi
Indonesia”, Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, hlm. 3.
jatuh tempo, pihak yang berutang ini tidak bisa mengembalikan
dan Pasal 8 Ayat (4) UUKPKPU dapat diketahui bahwa syarat untuk
Faillissementsverordening (“FV”):
utangnya;
dapat terjadi karena debitor tidak mampu membayar atau debitor tidak
21
Isis Ikhwansyah, dkk, Op. Cit, hlm. 49.
22
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010, hlm. 52.
Debitor memang tidak mempunyai dana atau tidak mencukupi untuk
utangnya apabila tidak ada permintaan dari salah satu ketiga pihak
Debitor adalah:
23
Man Sastrawidjadja, Op. Cit, hlm. 17-18.
24
Sutan Remi Sjahdeini, Op. Cit, hlm. 129.
a. Debitor sendiri;
memiliki lebih dari satu Kreditor dan tidak membayar minimal satu utang
25
Man Sastrawidjadja, Op. Cit, hlm. 20.
4. Tinjauan Umum Mengenai Pengurusan dan Pemberesan Harta
Pailit
atau melunasi utang. Kepailitan terdiri dari dua fase atau dua periode
diajukan dan disetujui oleh para Kreditor yang memiliki hak suara,
26
Man Sastrawidjadja, Op. Cit, hlm. 187.
dikabulkan, perdamaian tidak diterima, upaya hukum tidak dikabulkan,
Kreditor yang mewakili lebih dari 1⁄2 dari semua piutang yang diakui dan
dengan hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
27
Ibid, hlm. 188.
28
Pasal 179 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUKPKPU)
b. Kurator harus mulai melakukan pemberesan dan menjual semua budel
apabila:
pengawas dapat mengadakan suatu rapat Kreditor pada hari, jam, dan
piutang.29
2) Upah kurator;
3) Nama Kreditor;
29
Pasal 187 ayat (1) UUKPKPU
30
Pasal 189 ayat (1) UUKPKPU
4) Jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang termasuk bagian
lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan
31
Pasal 192 UUKPKPU
32
Pasal 202 ayat (1) UUKPKPU
dokumen mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada Debitor dengan
Pailit
Kepailitan dan PKPU dimana dijelaskan bahwa bila Debitor dan Kreditor
33
Pasal 202 ayat (3) dan ayat (4), UUKPKPU
34
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Jakarta: Grafiti, 2002, hlm. 205.
kesalahan dan kelalaian yang menyebabkan kerugian terhadap harta
pailit. Baik perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja oleh
konkuren.35
memerlukan izin dari hakim pengawas, namun jika izin tidak diperoleh
Kreditor.
perbuatannya.36
35
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, cet.1, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 67.
36
Ibid
Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) KUHP, dapat dipahami bahwa
jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak dapat
dihukum.
undang.
harta pailit.
37
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
38
Ibid, hlm. 228.
2. Independensi Kurator dalam Pemberesan Harta Pailit
selain dari ketentuan Pasal 15 ayat (3) UU No. 37/2004, hanya dapat
Debitor.39
sebagai mana diatur oleh pasal 15 ayat (3) UU KPKPU, yang dapat
perkara kepailitan.
39
Novitasari, Tata Wijayanta. Perlindungan Hukum terhadap Independensi Kurator
dalam Mengurus dan Membereskan Harta Pailit. Lambung Mangkurat Law Journal, vol. 1, no.
2, 25 Sep. 2016, hlm. 197.
40
Elyta Ras Ginting, Op. Cit, hlm. 61.