SKRIPSI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
E1A014108
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
hakim. Dengan perkataan lain, hukum acara perdata adalah peraturan hukum
materiil. Lebih konkret lagi, dapatlah dikatakan bahwa hukum acara perdata
hakim. Dalam peraturan hukum acara perdata itu, diatur bagaimana cara orang
orang sebagaimana telah diatur dalam hukum perdata itu dapat berjalan
bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan serta cara
bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan
Dewasa ini kita sering menemui perjanjian kredit ataupun perjanjian utang
piutang antara debitur sebagai peminjam dan kreditur sebagai pihak bank.
2
Wirjono Prodjodikoro, 1975, Hukum Acara Perdata di Indonesia, , Sumur Bandung, Bandung,
Hlm.13.
4
Meskipun hubungan perjajian telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam
segala klausulnya untuk mengurangi resiko sengketa masih tetap saja kita
temui permasalahan meski hal itu sudah jelas tertulis dalam perjanjian dengan
berbagai macam alasan. Masalah yang sering timbul dalam perjanjian kredit
Melawan Hukum(PMH) .
sering diadakan dengan suatu kesepakatan antara dua belah pihak untuk
berjanji akan mentaati segala aturan yang ditetapkan dalam perjanjian yang
telah dibuat. Bilama kedua belah pihak sudah ada kata sepakat, dan disaksikan
oleh sejumlah saksi, maka dianggap perjanjian sudah lahir seketika itu. Dalam
adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan
3
Naja, H.R Daeng, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, Hlm.175.
5
benda, bisa dalam bentuk benda bergerak atau tidak bergerak. Para pihak yang
sesuai dengan asas pacta sunt servanda dan segala hal yang telah disepakati
tersebut berlaku sebagai undang - undang bagi para pihak dalam perjanjian.
Asas pacta sunt servanda yang termuat di dalam ketentuan pasal 1338 ayat (1)
& (2) KUHPerdata yang merupakan dasar hukum dari kebebasan membuat
perjanjian dan pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik juga berlaku dalam
dalam perjanjian pokok utang piutang. Sifat dari perjanjian tambahan akan
debitur diatur dalam pasal 1131 KUHPerdata mengenai jaminan umum dalam
kebendaan debitur baik yang ada maupun yang akan ada, baik bergerak
4
R.Subekti, 2008, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, Hlm.16.
6
dirugikan itu untuk menerima ganti rugi, serta apabila adanya penuntutan
Perjanjian kredit berisi kesepakatan tentang hak dan kewajiban masing masing
pihak yang akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Asas ini membentuk suatu hubungan kontraktual serta meletakkan hak dan
Perjanjian kredit antara bank dan debitur dilandasi kesepakatan antara para
pihak, yaitu kesepakatan pihak bank sebagai kreditur dan pihak debitur.6
hukum. Hukum perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas
5
Sri Soedewi, 1980, Hukum Jaminan Di Indonesia:Pokok Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
Perorangan, C.V.Bina Usaha,Yogyakarta, Hlm.45.
6
Djuhaendah hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain Yang
Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, PT. Citra Aditya
bakti, Bandung, Hlm.184.
7
sesuatu dan pihak yang lainya berkewajiban atas sesuatu itu. Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat
hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan
Salah satu pihak pasti merasa kalo hak-haknya dilanggar padahal dalam
pihak.
sebagainya. Jadi inisiatif berperkara datang dari pihak yang merasa dirugikan
mengajukan tuntutan disebut dengan Penggugat atau kalau lebih dari satu
disebut Para Penggugat sedangkan pihak yang digugat disebut Tergugat atau
7
J. Satrio, 1999, Hukum perikatan, perikatan pada umumnya, Alumni, Bandung, Hlm.38.
8
membela haknya juga yaitu dengan jalan eksepsi. Eksepsi dalam hukum acara
hukum yang berlaku demi menjaga formalitas hukum yang berlaku. Salah satu
perkara perdata sebagaimana dalam Hukum Acara Perdata telah diatur dua
hukumnya termasuk juga hukum acara sebagai hukum formalnya sering kali
terjadi kekeliruan baik disengaja maupun tidak sengaja. Selain Penggugat atau
8
Litigasi,Pengertian Eksepsi Dalam Hukum Acara Persidangan, https://litigasi.co.id/hukum-
acara/569/pengertian-eksepsi-dalam-hukum-acara-persidangan,diakses pada tanggal 14 November
2020,pukul 23.15 WIB
9
akad kredit antara Penggugat sebagai Debitur dengan PT. Bank Rakyat
tersebut sebagai agunan milik Penggugat berupa sebidang tanah dan bangunan
Sertifikat Hak Milik Nomor 1034 Desa Banjaranyar luas 914 M2 atas nama
dengan Forum Rei Sitaenya namun eksepsi dari Tergugat alias Debitur
mendasarkan Pasal 118 HIR ayat (1) dan 99 RV dalam hal mengajukan
perjanjian ini dan segala akibatnya Para Pihak telah memilih tempat tinggal
10
Republik Indonesia.
18/Pdt.g/2018/Pn.Bms).
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
11
tersebut.
D. Kerangka Teori
1. Eksepsi
Dalam Hukum Acara Perdata, eksepsi diatur dalam Pasal 125 ayat 2,
133, 134, 136 HIR - 149 ayat 2, 159, 160, 162 R.Bg. Pasal 113 Rv
Ketentuan pasal 125 ayat (2), pasal 132 dan pasal 133 HIR hanya
yaitu :
9
H. Ridwan Syahrani, 2000, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung,,Hlm.69.
Ibid.
10
12
pengadilan.11
11
M. Yahya Harahap, 2007, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan, Putusan Pengadilan, Bandung, Hlm.432.
12
Ibid, Hlm.457.
13
sebagai berikut:
sidang;
profisionil,gugatan rekonvensi);
penguggat rekonvensi;
14
11) Pada saat surat menyurat (jawab jinawab) ada kemungkinan ada
gugat intervensi);
13) Pembuktian;
17) Kesimpulan;
21) Atas putusan ini para pihak diberitahu hak-haknya apakah akan
22) Dalam hal ada pihak yang tidak hadir maka diberitahu terlebih dahulu
3. Putusan Hakim
putusan atau vonis. Akan tetapi, lain halnya dengan permohonan penetapan,
dikenal adanya Tergugat sebagai lawan berperkara, tetapi hanya ada pemohon
saja. Berbeda dengan gugatan di mana ada 2 (dua) pihak yakni Penggugat dan
Tergugat.14
gugatannya ke pengadilan. Hal ini diatur dalam Pusal 119 HIR atau Pasal 143
Rbg dengan maksud supaya perkara yang dimagjukan itu menjadi alas
13
Pengadilan Negen Sukoharjo, Tata Urutan Persidangan Perkara Perdata, diakses dati
http://www.pn-sukohario Bo id/index pho/kepaniteraan/bagian perdata/ tata-urutan -persidangan
perkara-perdata html, pada tanggal 5 Agustus 2020.
14
Darwan Prinst, 2002, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Cetakan Ketiga
Revisi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm.201.
15
Loc.Cit.
16
Pasal 185 ayat 1 HIR membedakan antara putusan akhir dan putusan
sela. Putusan akhir ialah putusan yang mengakhin suatu sengketa atau perkara
dalam suatu tingkat peradilan tertentu. Putusan akhir dari suatu perkara dapat
berupa :
b. Gugatan dikabulkan
c. Gugatan ditolak
a. Putusan Provisional
b. Putusan Preparatoir
c. Putusan Insidental
sementara. Hal ini terjadi misalnya karena kematian kuasa dari salah
4. Sifat Putusan
a. Pengaturan (Constituti)
b. Pernyataan (Declaratoir)
mengenai sesuatu.
c. Menghukum (Condemnatoir)
berkenaan dengan status dan hubungan hukum antara para pihak barang
objek yang disengketakan. Dan juga berisi perintah atau hukuman atau
a. Kekuatan Mengikat
pihak yang berperkara harus tunduk dan patuh pada putusan yang akan
berperkara.
b. Kekuatan Pembuktian
17
M. Yahya Harahap, Op.cit, Hlm.811.
18
Loc.Cit.
19
Apabila terdapat gugatan baru mengenai hal (objek) yang sama, pihak-
pihak yang sama dan alasan yang sama, maka berdasarkan asas nebis in
c. Kekuatan Eksekutorial
E. Kegunaan Penelitian
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
kewenangan relative.
2. Kegunaan Praktis
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian Kredit
21
Istilah kredit, berasal dari suatu kata dalam bahasa Latin yang
lain atau badan yang diberinya, dengan ikatan perjanjian harus memenuhi
transaksi kredit terjadi, maka akan dapat kita lihat adanya pemindahan
materi dari yang memberikan kredit kepada yang diberi kredit. Dalam
akan datang.
pemberian bunga.
1) Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan
uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali
oleh debitur.
Hermansah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
19
Jakarta, Hlm.71.
23
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh
untuk mendapat fasilitas kredit dari bank. Agunan ini diserahkan oleh
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan
hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali dengan hukum
benda.21
2. Prinsip-Prinsip Kredit
Salim H.S, 2014, Perkembangan Hukum jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
21
Hlm. 22.
25
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang
beserta bunganya.23
didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon
debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui
sehariharinya.
menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan dating. Sehingga dapat
negeri baik masa lalu maupun masa yang akan datang. Sehingga masa
depan pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon debitur yang
merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan
27
pertimbangan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit. Suatu
makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka kredit
perdata diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek (“BW”), dalam Buku III BW, pada bagian “Tentang
sebagai berikut:
2) ada kesalahan;
4) ada kerugian.
atau mengatur perilaku bahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu
kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi
yang melanggar undang-undang tertulis saja. Namun sejak tahun 1919, Hoge
6)
1. Gugatan
Dasar hukum gugatan Perdata adalah Pasal 1365 KUH Perdata “Setiap
kerugian pada pihak lain wajib baginya mengganti kerugian itu”. Sistem
b. Fundamentum petendi
tetang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yurudis
penggugat agar diputuskan oleh hakim, jadi tuntutan itu akan terjawab
secara jelas dan tegas. Tuntutan yang tidak jelas atau tidak sempurna
31
lain disebut abscuur libel (gugatan yang tidak jelas dan tidak dapat
2. Upaya Perdamaian
penyelesaian sengketa secara damai yang diatur dalam Pasal 130 HIR/154
dilakukan oleh Hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 131 ayat (1) HIR
yang berbunyi “jika pada hari yang ditentukan kedua belah pihak datang,
Astin Fajar,Skripsi: “Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Secara Prodeo Dalam Praktik”
25
(Semarang:UNES,2011),Hlm.20.
32
Berita Acara Persidangan. Untuk saat ini, pengaturan teknis dari Pasal 130
harus dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam perkara dan oleh
orang yang mempunyai kuasa untuk itu, dan ditetapkan dengan akta
perdamaian.26
3. Jawaban Gugatan
a. Eksepsi
Eksepsi adalah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap
26
Loc.cit
33
Misalnya menjawab tidak benar, maka harus disertai fakta yang benar.
dahulu, dan jika ada keterangan tambahan diuraikan pada bagian tersendiri.
Apabila eksepsi diterima maka gugatan tidak diterima. Dan penggugat dapat
c. Rekonvensi
pembuktian.
Dalam perkara permohonan ijin ikrar talak, jika ada rekonvensi tetap disebut
4. Pembuktian
34
dalam arti yuridis tidak lain berarti memberikan dasar-dasar yang cukup
kebenaran peristiwa yang diajukan. Hukum tentang yang berlaku saat ini di RI
terserak dalam HIR dan Rbg baik yang materiil maupun yang formil. Serta
a. Prinsip-prinsip Pembuktian
sepenuhnya oleh pihak lawan, maka tidak perlu dibuktikan lagi (Sudikno,
lain:Hal -hal/ keadaan yang telah diakui, hal-hal/ keadaan yang tidak, hal
ramai.
teori yang menjelaskan tentang sampai berapa jauhkah hukum positif dapat
sidang, yaitu :
Dasar hukum teori pembuktian negatif terdapat dalam pasal 169 HIR.
dengan pembuktian.
5. Kesimpulan
Setelah itu hakim akan membuat kesimpulan yang dinamakan putusan. Disini
kedua belah pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidang tersebut. Dari
adanya surat gugatan, jawaban, replik, duplik, keterangan para saksi dan
Kesimpulan harus dibuat poin-poin yang sistematis, jelas, dan harus relevan
6. Putusan
sebagai berikut:
1) Putusan Akhir
2) Putusan Sela
pemeriksaan. Putusan sela selalu tunduk pada putusan akhir karena tidak
b. Dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan
1) Putusan Verstek
resmi, sedang penggugat hadir dan mohon putusan. Putusan verstek dapat
tetapi tidak hadir tanpa suatu alasan yang sah. Putusan ini biasanya
2) Putusan kontradiktoir
dijatuhkan /diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah satu atau para
28
Ibid, Hlm.169.
37
D. Eksepsi
tangkisan atau bantahan (objection). Bisa juga berarti pembelaan (plea) yang
penggugat.
hukum.
“eksepsi” secara umum berarti pengecualian, akan tetapi dalam konteks hukum
acara, bermakna tangkisan atau bantahan yang ditujukan kepada hal-hal yang
gugatan tidak dapat diterima. Tujuan pokok pengajuan eksepsi yaitu agar
Diperbaharui (HIR).
38
Substansi Pasal 136 HIR angka 1 menyebutkan bahwa, eceptie itu adalah
menyebutkan :
“Apakah yang dimaksud dengan eksepsi, dikatakan bahwa eksepsi itu harus
“Keberatan adalah merupakan salah satu upaya yang bersifat incidental berupa
pokok perkaranya”.
Menurut Pasal 162 RBg, "eksepsi" atau tangkisan yang merupakan bagian
dari jawaban Tergugat terhadap gugatan yang diajukan oleh Penggugat. Yang
sekiranya hendak dikemukakan oleh tergugat kecuali tentang suatu hal yang
Jadi, eksepsi atau tangkisan harus diajukan oleh Tergugat saat mengajukan
jawaban atas memori gugatan Penggugat, terhadap eksepsi harus diperiksa dan
diartikan sebagai suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap
gugatan penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara yang berisi
seperti yang dimaksud di dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang isinya
menyatakan:
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan
keputusan.”
atau tangkisan terhadap syarat-syarat formil. Dalam hukum acara perdata maka
formil dari surat dakwaan jaksa penuntut umum. Eksepsi juga merupakan
keberatan untuk mengkritisi tepat atau tidaknya kompetensi relatif dan atau
E. Putusan Hakim
yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan
tertulis oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang untuk itu
yang menjadi hukum bagi para pihak yang mengandung perintah kepada suatu
pihak supaya melakukan suatu perbuatan atau supaya jangan melakukan suatu
1) Putusan Akhir
2) Putusan Sela
pemeriksaan. Putusan sela selalu tunduk pada putusan akhir karena tidak
b. Dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan
1) Putusan Verstek
resmi, sedang penggugat hadir dan mohon putusan. Putusan verstek dapat
tetapi tidak hadir tanpa suatu alasan yang sah. Putusan ini biasanya
2) Putusan kontradiktoir
30
Ibid, Hlm.169.
42
dijatuhkan /diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah satu atau para
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
43
sebagai norma, kaidah, asas atau dogma-dogma. Selain itu dilakukan juga
pendekatan terhadap bahan hukum non undang-undang, dalam hal ini menguji
dan mengkaji data sekunder yang berkaitan dengan bahasan yang diambil.
dan regulasi yang bersangkut paut dangan isu hukum yang sedang ditangani.
yang dihadapi.31
B. Spesifikasi Penelitian
undangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin, serta data
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum,Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
31
Hlm.93-95.
44
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, menurut Sumadi
Suryabrata, yang dimaksud dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh
dari bahan kepustakaan data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk
sekunder terdiri atas bahan hukum premier, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier.33
Hukum atau data yang mempunyai otoritas yang tinggi dan bersifat
32
Sumadi Suryabrata,1992, Metode Penelitian, Rajawali Press, Jakarta, Hlm.84.
33
Soejono Soekamto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Rjawali Press, Jakarta,
Hlm.74.
34
Bambang Waluyo, 1985, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Raja Grafindo, Jakarta, Hlm. 23.
45
Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin –
diteliti. Dalam hal ini metode studi pustaka ini dilakukan dengan cara :
2. Identifikasi
hukum yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah
diinterprestasikan.
E. Metode Analisis
terhadap hasil penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
permasalahan.
47
tulisan.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
48
2. Kasus Posisi
Pada sekitar Tahun 2013 terjadi perjanjian kredit antara Mulyanto alias
Penggugat dengan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja, Kanca
bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1034 Desa Banjaranyar luas 914 M2
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja, Kanca Purwokerto
agunan SHM No. 1034 luas 914 M2 atas nama Mulyanto sehingga
Tengah.
Kasus ini bermula dari perjanjian kredit pada tahun 2013, bahwa dari
dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor :1034 seluas 914 M2(meter
Pihak Tergugat sebesar Rp 52.900.000 (lima puluh dua juta Sembilan ratus
ribu rupiah) dari total pinjaman senilai tersebut diatas, maka menurut
senilai Rp.282.896.902 (dua ratus delapan puluh dua juta delapam ratus
Penggugat bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja atau
jawaban gugatan dari Tergugat yang diajukan tanggal 26 Juni 2018 sebagai
Tergugat dan berdasarkan fakta yang tertulis dan dibuat Akta Perjanjian
Perjanjian Kredit No. 100 tanggal 30 Maret 2016 dan Pasal 15 Akta
2016 bahwa didalam klausula akta tersebut yang dibuat oleh Pihak
sesuai dengan yang telah tertulis dan disepakati didalam Akta Perjanjian
8. Fotokopi dari fotokopi Sertifikat Hak Milik No. 1034 luas 914 m2
selanjutnya
bukti T-6;
bukti T-9;
55
Dalam Eksepsi
poin ketiga menyebutkan pada pokoknya; Bahwa dalam Pasal 118 HIR dan
pasal 99 Rv diatur juga perihal domisili pilihan dimana Para Pihak boleh
pilihan hukum bila terjadi sengketa dikemudian hari yaitu diatur dalam
Notariil Addendum Perjanjian Kredit No. 100 tanggal 30 Maret 2016 dan
November 2016 yang pada intinya ditentukan bahwa tentang perjanjian ini
dan segala akibatnya Para Pihak telah memilih tempat tinggal umum dan
Indonesia.
2013, Pasal 18 Akta Notariil Addendum Perjanjian Kredit No. 100 tanggal
perjanjian-perjanjian di atas.
mengajukan bukti berupa surat bertanda T-1 sampai dengan T-4, yaitu;
Jangka Waktu Kredit) Nomor 100 tanggal 30 Maret 2016, dan fotokopi
November 2016.
No. 100 tanggal 30 Maret 2016, dan Pasal 15 Akta Notariil Perjanjian
Indonesia.
58
e. Menimbang, bahwa dari bukti surat bertanda T-1 sampai dengan T-4
tempat tinggal (domisili) yang umum dan tetap pada Kantor Kepaniteraan
Pasal 118 ayat (4) HIR, yang menyebutkan; Jika ada suatu tempat tinggal
yang dipilih dengan surat akta, maka penggugat, kalau mau, boleh
dengan objek sengketa berupa tanah (benda tetap) menurut Pasal 118 ayat
(2) HIR, dinyatakan, bahwa; Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat
dan tempat tinggalnya yang sebenarnya, atau jika tidak dikenal orangnya,
tinggal penggugat atau salah seorang penggugat, atau kalau tuntutan itu
tentang barang tetap, diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang dalam
h. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 118 ayat (3) HIR tersebut,
menurut Majelis suatu gugatan dengan objek sengketa berupa tanah harus
suatu akta. Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa Pasal 118 ayat (4) HIR
suatu akta yang mengikat, dan hal tersebut sesuai dengan azas Pacta Sunt
perbolehkan berdasarkan Pasal 118 ayat (4) HIR, yaitu para pihak dalam
j. Menimbang, bahwa sesuai bukti T-1 sampai dengan T-4 berupa perjanjian
kredit antara Penggugat dan Tergugat, ternyata secara tegas dan jelas, di
dan eksepsi Tergugat, dihubungkan dengan bukti surat bertanda T-1 sampai
dan Tergugat selaku kreditur terikat dengan perjanjian kredit yang telah
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
untuk dikabulkan.
dinyatakan tidak berwenang mengadili perkara ini maka sudah tidak ada
Dalam Eksepsi:
perkara ini;
perkara ini sejumlah Rp. 2.055.500,00 (dua juta lima puluh ribu lima ratus
rupiah).
B. Pembahasan
dalam perkara gugatan ada suatu sengketa atau suatu konflik yang harus
seorang atau lebih yang “merasa” bahwa haknya atau hak mereka telah
62
dilanggar, akan tetapi orang yang “dirasa” melanggar haknya atau hak
mereka itu, tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta itu.35
35
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, 1979, Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan Praktek, Bandung, Mandar Maju, Hlm.10.
36
Pasal 118 HIR/ 142 RBg
37
Teori hukum mengenal eksepsi yang bersifat prosesuil dan materiil. Eksepsi prosesuil meliputi
kompetensi mengadili: kompetensi relatif (Pasal 125 ayat (2), Pasal 133, dan Pasal 136 H.I.R);
kompetensi absolut (Pasal 134 H.I.R); serta berhubungan dengan perkara yang telah diputuskan
sebelumnya (ne bis in idem). Eksepsi materiil meliputi eksepsi dilatoir dan eksepsi peremtoir.
63
hal-hal hakim tidak berkuasa, tidak boleh dikemukakan dan ditimbang satu-
perkara.
dari dua bagian, yaitu bagian yang menguraikan tentang hukum. Sebagai
dasar dari tuntutan, Fundamentum Petendi harus memuat hak atau peristiwa
Petitum atau tuntutan adalah apa yang oleh penggugat diminta atau
dalam dictum atau amar putusan. Oleh karena itu, petitum yang dirumuskan
tersebut di pengadilan. Apabila dalam gugatan posita dan petitum tidak jelas
tidak dapat diterima( Niet Ont Van Kelijk Ver Kloard)/NO. Selain itu
permasalahan pengadilan mana yang benar dan mana yang tepat serta
berwenang mengadili suatu sengketa atau kasus yang timbul. Hali ini agar
apabila keliru maka akan mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima atas
gugatan salah alamat sehingga tidak sah dan gugatanya yang diajukan tidak
relative maka gugatan tersebut telah melanggar syarat formil sehingga akibat
hukumnya gugatan tidak dapat diterima ( Niet Ont Van Kelijk Ver Kloard)/
NO. Gugatan yang mengandung cact formil oleh Terguggat dapat diajukan
jawaban tergugat atau turut tergugat serta kuasanya yang tidak langsung
mengenai pokok perkara. Ditinjau dari aspek acara perdata pada prisipnya
pengadilan.41
40
Loc.Cit.
41
Loc.Cit.
66
mengajukan gugatan.42
Dalam Hukum Acara Perdata, eksepsi diatur dalam Pasal 125 ayat 2,
133, 134, 136 HIR - 149 ayat 2, 159, 160, 162 R.Bg. Pasal 113 Rv
hukum Pengadilan Negeri, merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR (Pasal
42
Ibid, Hlm.457.
43
Loc.Cit.
67
sengketa tidak sah dan harus dipulihkan kepada penggugat, hal ini juga
Tergugat berdasarkan Pasal 118 ayat (4) HIR memperbolehkan para pihak
harus dituangkan dalam suatu akta yang mengikat, dan hal tersebut sesuai
dengan azas Pacta Sunt Servanda atau yang diatur dalam Pasal 1338
jaminan SHM Nomor 1034 tersebut atas nama Mulyanto (Penggugat) . Hal
68
tersebut menurut Penggugat bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP.
yang berdasarkan pasal 134 dan 136 HIR dan pasal 99RV tentang pemilihan
tempat tinggal umum dan tetapnya dengan kantor panitera PN yang diberi
klausula domisili, dengan tidak mengurangi hak dan wewenang bank/ pihak
perjanjian kredit ini dan segala akibatnya serta pelaksanaanya para pihak
memilih tempat tinggal bukti tersebut terlihat bahwa para pihak memilih
tempat tinggal bukti tersebut terlihat bahwa para pihak telah sepakat dengan
Purwokerto apabila terjadi suatu akibat dengan tidak mengurangi hak dan
wilayah NKRI.
69
Dalam hal tersebut diatas dan yang menjadi obyek gugatan adalah tanah
benda tidak bergerak (tanah), maka ditempat benda yang tidak berbergerak
terletak.(ketentuan HIR dalam hal ini berbeda dengan RBg, Menurut pasal
142 RBg, apabila objek gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat
diajukan kepada Pengadilan Negeri dimana tanah itu terletak) Dalam hal ini
ditempat domisili yang dipilih itu. Apabila tergugat pada hari siding pertama
berwenang.(Hal ini adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 133 HIR yang
ialah suatu gugatan dengan objek sengketa berupa tanah harus diajukan di
tersebut harus dituangkan dalam suatu akta yang mengikat, dan hal tersebut
sesuai dengan azas pacta sunt servanda (pasal 1338 KUHPER) yang
tersebut berada.
perjanjian kredit yang telah disepakatinya dan sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata ayat (1) maka perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
Berdasarkan bukti surat yang diajukan oleh Tergugat yaitu bukti berupa
surat bertanda T-1 sampai dengan T-4, yaitu; fotokopi Akta Notariil
Nomor 100 tanggal 30 Maret 2016, dan fotokopi Akta Notariil Perjanjian
merupakan akta resmi yang dikeluarkan oleh Notaris dan atas kesepakatan
antara debitur dan kreditur, untuk itu sehingga bukti tersebut haruslah
merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR (Pasal 142 RBg). Akan tetapi,
6.Domisili pilihan
Pengadilan Purwokerto.
Berdasarkan ketentuan pasal ketentuan Pasal 142 ayat (5) RBg maupun
Pasal 99 ayat (8) dan (9) Rv. Dengan penafsiran yang demikian maka
diterapkan asas forum rei sitae dan mengesampingkan asas actor sequitur
forum rei .
Dan pasal ketentuan Pasal 118 ayat (4) HIR yang memberikan
dengan pilhan domisili, dalam hal demikian pilihan domisili tidak dapat
72
diterapkan dalam hal perkara yang obyek sengketanya berupa benda tetap,
forum rei bagaimana akan mengesampingkan asas forum rei sitae. Dengan
tetap, berlaku asas forum rei sitae, bukan asas actor sequitur forum rei,
ternyata betul dan beralasan, maka hakim karena jabatanya wajib mengakui
berdasarkan Pasal 118 ayat (3) HIR, hal tersebut seolah-olah dapat
dilakukan, karena, berdasarkan teori yang ada, forum rei sitae merupakan
hukumnya, meliputi huruf g. Jika ada pilihan domisili yang tertulis dalam
Banyumas tidak berwenang memeriksa dan sudah tidak ada urgensinya lagi
T1-T4 tentang Akta Perjanjian Kredit yang terdapat klausula pilihan hukum
tergugat serta menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima. Hal ini
Hakim Mengadili:
perkara ini;
menimbulkan akibat hukum bagi para pihak yang berperkara. Akibat hukum
ini merupakan segala akibat atau konsekuensi yang terjadi dari segala
44
Ibid, Hlm.888.
75
sumber lahirnya hak dan kewajiban lebih lanjut bagi masing-masing subyek
yang diajukan tidak memenuhi batas minimal pembuktian atau alat bukti
45
Loc.Cit.
46
Loc.Cit.
76
berbagai macam cacat formil yang menjadi dasar bagi hakim untuk
dan memutus eksepsi terlebih dahulu, tidak dibenarkan memeriksa pokok perkara
tidak dalam memeriksa perkara, Karena dalam perkara eksepsi pihak tergugat
hukum hakim sudah tidak ada urgensinya lagi untuk mempertimbangkan pokok
perkara.
Akibat hukum dari putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima
adalah hubungan hukum antara penggugat dan terguggat dalam perkara a quo
Kembali pada keadaan seperti sebelum adanya putusan. Upaya hukum yang dapat
Jika salah satu pihak yang berperkara tidak menerima putusan maka dapat
mengajukan upaya hukum banding yang dapat dilakukan bagi pihak yang merasa
keberatan dengan adanya putusan tersebut dalam jangka waktu 14hari. Namun
apabila dalam jangka waktu 14hari tidak ada pihak yang mengajukan upaya
hukum, maka putusan akhir menjadi mempunyai kekuatan hukum pasti (Inkracht
kekuatan hukum mengikat artinya mengikat bagi para pihak yang berperkara,
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan 1338 kuhper maka perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
huruf g. Jika ada pilihan domisili yang tertulis dalam akta, maka
HIR ialah suatu gugatan dengan objek sengketa berupa tanah harus
suatu akta yang mengikat, dan hal tersebut sesuai dengan azas pacta
dengan amar:
waktu 14 hari.
B. Saran
beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam perkara ini,
yakni:
1. Advokat yang mewakili Penggugat dalam hal ini hendaknya lebih cermat
pengadilanya.
82
gugatan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hasan, Djuhaendah. 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda
H.R Daeng, Naja. 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand
Grafindo Persada.
Media Group.
Rajawali Press.
Syahrani, Ridwan. 2000, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung,
Bandung, Bandung.
Putusan
2020.
Internet
Peraturan Perundang-Undangan
No. 23).
85
HIR (Herzien Inlandsch Reglement staat beslag) (Staatblad 1984 No. 16 yang
52 jo. 1849-63.).