Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR

TERHADAP PEMBATALAN AKTA PENGAKUAN HUTANG


BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN
Fet Chan Luwesi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : fetchanluwesi@gmail.com

Noor Saptanti, M. Jamal Wiwoho


(Dosen Fakultas Hukum UNS)

Abstract
Authentic deed is perfect evidence, however Deed Authentic remain susceptible to cancellation based on court
decisions. In this study the authors examined the effects that occurs for creditors for the cancellation of the
Deed of Acknowledgement of Debt, so the judge must ensure the protection of the rights of creditors. This
study aims to determine how the legal protection of the right to claim for creditors in the event of cancellation
of the Deed of Acknowledgement of Debt based on court decisions. This research was conducted with the
doctrinal law researching library materials or secondary data. Based on the research results, the particular
in the case of debts, the judge should also protect the rights of creditors on receivables in accordance with
Article 1265 of the Civil Code which execution returns to its original state. In addition, the government should
make regulations for the management of the execution of the Deed of Acknowledgement of Debt as provided

Keyword : Deed of Acknowledgment of Debt and null and void by law

Abstrak
Akta Autentik merupakan alat bukti yang sempurna, meskipun demikian Akta Autentik tetap rentan
terjadi pembatalan berdasarkan putusan pengadilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perlindungan hukum terhadap hak atas piutang bagi kreditor apabila terjadi pembatalan Akta Pengakuan
Hutang berdasarkan putusan pengadilan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal yang dilakukan
dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian, khusus dalam perkara utang
piutang, seharusnya hakim juga melindungi hak kreditor atas piutangnya sesuai Pasal 1265 KUHPerdata
yaitu pelaksanaan eksekusi pengembalian keadaan semula. Selain itu, hendaknya pemerintah membuat aturan
pelaksanaan tentang eksekusi Akta Pengakuan Hutang sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 224 HIR.
Kata kunci: Akta Pengakuan Hutang dan Batal Demi Hukum

A. Pendahuluan berkembang juga kebutuhan masyarakat. Kredit


yang dahulu masih dianggap tabu, saat ini menjadi
Pada era globalisasi saat ini, kredit tidak asing suatu kebutuhan di masyarakat. Bahkan setiap
di telinga kita. Tentunya berbeda dengan zaman orang mencari kemudahan untuk kredit tanpa tahu
dahulu, ketika kredit masih menjadi hal yang tabu resiko serta dampak yang akan terjadi di kemudian
sehingga masyarakat enggan untuk melakukan hari. Dengan maraknya berbagai macam penawaran
kredit, oleh karena itu dengan hanya berlandaskan kredit disertai kemudahan prosedur sehingga dapat
kepercayaan saja perbuatan hukum dalam kredit menimbulkan beberapa permasalahan baik bagi
baik hak, kewajiban serta tanggung jawab kreditor kreditor maupun bagi debitor. Hubungan hukum
maupun debitor hanya diungkapkan secara lisan antara kreditor dan debitor dapat berjalan dengan
saja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, baik apabila keduabelah pihak menjalankan semua

43
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015

kewajiban tepat pada waktunya sesuai yang telah 1691 K/Pdt/2011 dimana dalam kasus hutang
tertuang di dalam perjanjian. Tentunya untuk piutang dengan jaminan tersebut para pihak hanya
mengantisipasi permasalahan tersebut, salah satunya menuangkan kesepakan mereka ke dalam Akta
perbuatan hukum tersebut harus dituangkan ke Pengakuan Hutang dengan Jaminan, yang mana kita
dalam perjanjian tertulis. Diperlukan perjanjian ketahui bahwa jika dilihat dari definisinya maka
secara tertulis karena apabila hubungan hukum Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan merupakan
antara kreditor dengan debitor tidak berjalan baik surat pernyataan seseorang secara sepihak kepada
maka perjanjian kredit merupakan alat bukti yang orang lain. Dalam salah satu pertimbangan
kuat bagi kreditor. Agar dapat lebih memberikan hakim, bahwa tidak ada perjanjian pokok berupa
kepastian hukum, maka perjanjian kredit sebaiknya perjanjian kredit maupun perjanjian utang piutang.
dituangkan secara tertulis dalam akta autentik. Begitu pula dengan pengikatan jaminannya yang
berupa beberapa Hak Atas Tanah bersertipikat hak
Perjanjian Kredit merupakan perjanjian pokok milik yang tidak diikat secara sempurna yaitu diikat
sebagai dasar perikatan antara kreditor dengan dengan perjanjian tambahan (accessoir) berupa
debitor. Untuk beberapa macam kredit, terdapat Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana
syarat agar debitor menyertakan barang miliknya
yang telah diatur di dalam Pasal 1 angka 5 UU Hak
(baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak) Tanggungan.
sebagai syarat untuk dijadikan sebagai jaminan
hutang atau agunan. Mengenai pengikatan jaminan Meskipun demikian, menurut Pasal 224
biasanya dalam perjanjian pokok diikuti dengan (selanjutnya
perjanjian tambahan (accessoir) yaitu untuk disingkat HIR), bahwa surat asli dari pada surat
memberikan hak tanggungan terhadap agunan hipotik dan surat utang, yang dibuat di hadapan
berupa hak atas tanah dengan membuat Akta notaris di Indonesia dan yang memakai perkataan:
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) berdasarkan "atas nama keadilan" di kepalanya, kekuatannya
Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia sama dengan surat putusan hakim. Mengacu pada
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas ketentuan tersebut, terhadap Grosse Akta Pengakuan
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Hutang, apabila tidak dipenuhi secara baik-baik oleh
Tanah (selanjutnya disingkat UU Hak Tanggungan). debitor, dapat langsung dieksekusi oleh kreditor,
Sedangkan untuk agunan berupa benda bergerak dengan meminta fiat (perintah) eksekusi dari Ketua
serta benda tidak bergerak khususnya bangunan Pengadilan Negeri. Menurut Bambang Sunggono
yang tidak dapat dibebani hak tanggungan perjanjian dalam bukunya Pengantar Hukum Perbankan
pengikatan jaminan berupa Akta Jaminan Fidusia (Bambang Sunggono 1995 : 127) :
berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
“Maksud dituangkannya di dalam grosse
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang
akta pengakuan hutang adalah supaya apabila
Jaminan Fidusia (selanjutnya disingkat UU Jaminan
debitor wanprestasi, maka kreditor hanya
Fidusia).
tinggal mengajukan permohonan pelaksanaan
Pada kenyataannya terdapat beberapa Akta grosse akta pengakuan hutang tersebut kepada
Utang Piutang yang hanya berbentuk Akta Pengakuan Pengadilan Negeri dan bukan mengajukan
Hutang, bahkan pengikatan jaminannya tidak gugatan, untuk mendapatkan pemenuhan
ditambah dengan perjanjian tambahan (accessoir) atas piutangnya tersebut. Biasanya ketika
melainkan digabung bersama dengan perjanjian meminjamkan uangnya, kreditor menginginkan
pokok dalam satu Akta menjadi Akta Pengakuan adanya jaminan untuk mendapatkan kembali
Hutang dengan Jaminan. Pada dasarnya perjanjian pemenuhan piutangnya. Oleh karena itu, dalam
tambahan tersebut berfungsi apabila terjadi sengketa praktek sering diadakan grosse akta pengakuan
maka kreditor preferen dapat meminta pengadilan hutang yang dibuat di depan dan oleh Notaris
untuk melakukan sita jaminan dengan ditindak yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti
lanjuti dengan lelang benda jaminan. Menjadi suatu dan dapat dipergunakan pihak kreditor untuk
permasalahan ketika dalam Akta Pengakuan Hutang menagih piutangnya manakala pihak debitor
dengan Jaminan yang tidak diikuti dengan perjanjian lalai membayar hutangnya. Grosse akta tersebut
pengikatan jaminan menjadi batal demi hukum. tidak perlu dibuktikan, sehingga harus dianggap
benar apa yang tercantum di dalamnya, kecuali
Seperti kasus yang terjadi dalam Putusan jika ada bukti lawan.”
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor

44
Fet Chan Luwesi. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta ...

Meskipun demikian J Satrio dalam bukunya konsep hukum Soetandyo Wignjosoebroto yang
menyebutkan bahwa grosse akta mempunyai ketiga yaitu Hukum adalah apa yang diputuskan
kekuatan eksekutorial, karena “pejabat yang oleh hakim inconcreto, dan tersistematisasi sebagai
menetapkan hak yang ada dalam akta yang judge made law. (Setiono 2002 : 20) Penelitian
bersangkutan, mempunyai integritas yang tinggi”, ini merupakan jenis penelitian hukum doktrinal
namun selanjutnya J. Satrio juga menyebutkan yang bersifat perkriptif dan terapan, yaitu dengan
bahwa tidak semua grosse akta adalah grosse akta cara inventarisasi hukum positif, usaha penemuan
yang mempunyai kekuatan eksekutorial, meskipun asas-asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin)
tidak mengurangi nilai pembuktian substansi yang hukum positif. Penelitian ini dilakukan dengan
terkandung dalam akta tersebut. (J. Satrio 2002 : menggunakan pendekatan Undang-Undang,
237-238) pendekatan konseptual serta pendekatan kasus.
Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder.
Permasalahan dalam Putusan Mahkamah
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
Agung Nomor 1691 K/Pdt/2011 tersebut terdapat
melalui studi kepustakaan. Teknik analisis data
kesenjangan antara yang seharusnya (das sollen)
yang digunakan yaitu dengan teknik analisis logika
dengan kenyataannya (das sein), bahwa seharusnya
deduksi.
Grosse Akta Pengakuan Hutang apabila telah
memenuhi syarat formal dan material berdasarkan
ketentuan Pasal 224 HIR bahwa grosse akta yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
bertitel eksekutorial “Demi Keadilan Berdasarkan
Menjadi suatu kontradiksi apabila suatu akta
Ketuhanan Yang Maha Esa”, dapat langsung
yang diputuskan batal demi hukum berdasarkan
memohon eksekusi kepada Pengadilan Negeri
putusan pengadilan dikaitkan dengan kekuatan
sebagai upaya paksaan agar debitor membayar
pembuktian akta. Menimbulkan adanya suatu
utangnya pada kreditor tanpa terlebih dahulu
antitomi tersendiri karena Undang-Undang
melakukan gugatan perdata, tetapi dalam kasus ini,
menentukan bahwa akta autentik mempunyai
hal tersebut tidak semudah sebagaimana yang telah
kekuatan pembuktian sempurna. Kata sempurna
diatur dalam ketentuan hukum mengenai lembaga-
sendiri apabila diterjemahkan dalam Kamus
lembaga jaminan yang memberikan hak istimewa
Besar Bahasa Indonesia berarti utuh, dan lengkap
kepada kreditor. Untuk memohon eksekusi, kreditor
segalanya (tidak bercacat dan bercela). Namun pada
terlebih dahulu melakukan gugatan perdata. Terlebih
kenyataannya meskipun Akta Autentik kekuatan
lagi, debitor yang nyata-nyata wanorestasi diberi
pembuktian sempurna terkadang bentuk atau isi
kesempatan untuk menyangkal keabsahan Akta
akta tidak sesuai dengan ketentuan penulisan
Pengakuan Hutang dengan Jaminan, sehingga
sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-
Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan Nomor
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
34 menjadi batal demi hukum. Menurut Sudikno
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Mertokusumo, eksekusi atau pelaksanaan putusan
Tahun 2004 Tengtang Jabatan Notaris.
ialah realisasi daripada kewajiban para pihak
yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi Mengenai definisi akta batal demi hukum, Elly
yang tercantum dalam putusan tersebut. (Sudikno Erawati dan Herlien Budiono mendefinisikan akta
Mertokusumo 2000: 248). batal demi hukum yang artinya adalah dari semula
tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian, dan dengan
Berdasarkan uraian latar belakang kasus
demikian tidak pernah ada suatu perikatan. (Elly
tersebut, yang akan dibahas di dalam penelitian ini
Erawati dan Herlien Budiono 2010:6), Adapun
adalah bagaimana perlindungan hukum bagi kreditor
mengenai alasan suatu akta menjadi batal demi
terhadap pembatalan Akta Pengakuan Hutang
hukum antara lain adalah (Elly Erawati dan Herlien
dengan Jaminan Nomor 34 berdasarkan Putusan
Budiono 2010:6-14) :
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1691
1. Batal demi hukum karena syarat perjanjian
K/Pdt/2011?
formil tidak terpenuhi
Pada perjanjian yang tergolong sebagai
B. Metode Penelitian perjanjian formil, tidak dipenuhinya ketentuan
hukum tentang, misalnya bentuk atau format
Penulis melakukan penelitian ini dengan jenis
perjanjian, cara pembuatan perjanjian, ataupun
penelitian doktrinal dengan berlandasakan kepada
cara pengesahan perjanjian, sebagaimana

45
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015

diwajibkan melalui peraturan perundang- persetujuan.


undangan, berakibat perjanjian formil batal Ketidakcakapan absolut menyebabkan orang-
demi hukum. Formalitas tertentu itu, misalnya orang tersebut secara faktual tidak mampu
tentang bentuk atau format perjanjian yang menentukan sendiri kehendak mereka, sehingga
harus dibuat dalam bentuk tertentu, yakni mengakibatkan akta yang dibuatnya sejak
dengan akta autentik ataupun akta dibawah semula menjadi tidak sah atau batal demi
tangan. hukum. (Pieter E. Latumeten 2011:48)
2. Batal demi hukum karena syarat objektif sahnya
perjanjian tidak terpenuhi 6. Bertentangan dengan Undang-Undang,
Syarat objektif sahnya perjanjian diatur dalam Ketertiban Umum atau Kesusilaan
Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu untuk sahnya Kausa yang halal merupakan salah satu
perjanjian harus ada suatu hal tertentu dan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya
sebab yang halal. suatu perjanjian, artinya perjanjian tidak
3> Batal demi hukum karena dibuat oleh orang boleh bertentangan dengan Undang-Undang,
yang tidak berwenang melakukan perbuatan Ketertiban Umum dan kesusilaan baik.
hukum. Perjanjian terlarang dapat ditinjau dari 3 aspek,
Ketidakberwenangan seseorang dalam yaitu:
melakukan perbuatan hukum berbeda dengan a. Substansi perjanjian yang dilarang;
ketidakcakapan seseorang untuk melakukan Contohnya pengalihan barang jaminan
tindakan hukum. Mereka yang tidak berwenang kepada kreditor dalam hal debitor
melakukan tindakan hukum adalah orang-orang wanprestasi/lalai, dilarang oleh Undang-
yang oleh undang-undang dilarang melakukan Undang ;
tindakan hukum tertentu. (Herlien Budiono b. Pelaksanaan perjanjian yang dilarang ;
2011 : 105) Jual beli kayu bulat tidak dilarang
4. Batal demi hukum karena ada syarat batal yang namun jika diekspor kayu gelondongan
terpenuhi (pelaksanaan perjanjian menjadi terlarang).
Syarat batal dalam sebuah perjanjian adalah Perjanjian ini menjadi batal demi hukum,
suatu peristiwa atau fakta tertentu yang belum jika kausa yang terlarang (pengiriman kayu
tentu akan terjadi di masa depan, namun para keluar negeri) diketahui sejak semula oleh
pihak dalam perjanjian itu sepakat bahwa bila para pihak.
peristiwa atau fakta tersebut benar terjadi maka c. Motivasi atau maksud dan tujuan membuat
perjanjian tersebut menjadi batal. Perjanjian perjanjian yang dilarang.
dengan syarat batal yang menjadi batal demi Maksud dan tujuan pembuat perjanjian
hukum karena syarat batal tersebut terpenuhi, yang dilarang adalah perjanjian yang
menimbulkan akibat kembalinya keadaan pada sengaja dibuat untuk menyelundupi
kondisi semula pada saat timbulnya perikatan Undang-Undang atau menghindari
itu atau dengan kata lain perjanjian yang batal ketentuan undang-undang.
demi hukum itu berlaku surut hingga ke titik Bertentangan dengan ketertiban umum
awal perjanjian itu dibuat. maksudnya perbuatan yang melanggar
5. Ketidakcakapan absolut atau bertentangan dengan asas-asas pokok
Ketidakcakapan dapat dibedakan menjadi 2 (fundamental) dari tatanan masyarakat
(dua) hal, yaitu (Achmad Ichsan 1969:127-128): sedangkan bertentangan dengan kesusilaan
a. Ketidakcakapan absolut maksudnya baik maksudnya perbuatan yang melanggar
ketidakcakapan karena keadaan atau atau bertentangan dengan norma kesusilaan
kenyataan. Contohnya orang yang sakit atau masyarakat dan kesusilaan baik ini dapat
ingatan (gila) atau Direksi yang melakukan berubah sesuai dengan tempat dan waktu.
tindakan ultra vires ; 7.> Daluwarsa permohonan pengesahan Akta
b. Ketidakcakapan relatif maksudnya Pendirian Perseroan Terbatas
ketidakcakapan menurut hukum (secara > Dalam lewatnya jangka waktu 60 hari, atnpa
yuridis). Contohnya anak dibawah umur ada pengesahan perseroan sebagai badan
(belum dewasa) atau perbuatan Direksi hukum, maka akta pendirian perseroan berikut
yang memerlukan persetujuan menurut perubahannya jika ada menjadi batal dan
anggaran dasar tetapi dilakukan tanpa perseroan menjadi bubar demi hukum dengan

46
Fet Chan Luwesi. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta ...

lewatnya waktu dan bemberesan dilakukan oleh karena tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal
pendiri. 1320 BW, yaitu adanya kesepakatan para pihak.
8. Pelanggaran terhadap pasal-pasal dalam Dalam kasus ini, salah satu pihak namanya
Undang-Undang Jabatan Notaris. tercantum di dalam perjanjian, sementara pihak
tersebut tidak pernah menyepakati perjanjian
Tidak berbeda jauh dengan konsep penyebab tersebut. Oleh karena itu, apabila terbukti
kebatalan akta yang telah dirumuskan oleh Herlien demikian maka perjanjian harus dibatalkan.
Budiono, menurut Pieter E. Latumeten ada beberapa
hal yang menjadi penyebab kebatalan akta, antara 2. Kebatalan perjanjian karena tidak memenuhi
lain (Pieter E. Latumeten 2011 : 6-14) : syarat objektif sahnya perjanjian, yaitu hal
1. Batal demi hukum karena syarat perjanjian tertentu, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
formil tidak terpenuhi; BW;
2. Batal demi hukum karena syarat objektif sahnya Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
perjanjian tidak terpenuhi ; Nomor 406 K/PDT/2007 tanggal 15 Agustus
3. Batal demi hukum karena dibuat oleh orang 2008 dan Putusan Mahkamah Agung Republik
yang tidak berwenang melakukan perbuatan Indonesia Nomor 1790 K/PDT/2008 tanggal
hukum ; 20 Februari 2009 menerangkan bahwa suatu
4. Batal demi hukum karena ada syarat batal yang perjanjian yang tidak ada objeknya/prestasinya
terpenuhi ; harus batal demi hukum karena tidak sejalan
5. Ketidakcakapan absolute ; dengan Pasal 1320 BW, yang mensyaratkan
6. Bertentangan dengan Undang-Undang, bahwa perjanjian harus mengenai suatu hal
ketertiban umum atau kesusilaan ; tertentu.
7. Daluwarsa permohonan pengesahan Akta 3. Kebatalan perjanjian karena tidak memenuhi
Pendirian Perseroan Terbatas ; syarat objektif sahnya perjanjian, yaitu sebab
8. Pelanggaran terhadap pasal-pasal dalam yang halal, sebagaimana diatur dalam Pasal
Undang-Undang Jabatan Notaris. 1320 BW ;
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mengenai alasan kebatalan akta yang terakhir, Republik Indonesia Nomor 147K/SIP/1979
yaitu Pelanggaran terhadap pasal-pasal dalam tanggal 25 September 1980 serta Putusan
Undang-Undang Jabatan Notaris, dalam Undang- Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 3335 K/PDT/2003 tanggal 14 Juni 2005,
2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang perjanjian jual-beli dianggap tidak sah karena
Republik Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan mengandung suatu sebab yang dilarang oleh
Notaris (selanjutnya disebut UUJN) tidak terdapat Undang-Undang (ongeoorloofdeoorzaak).
pelanggaran terhadap Pasal-Pasal dalam UUJN Dengan demikian, sebab tersebut tidak halal
yang mengakibatkan Akta tersebut batal demi sehingga tidak memen uhi syarat objektif
hukum, melainkan hanya menjadi akta dibawah perjanjian berdasarkan Pasal 1320 BW. Contoh
tangan. Setiap pelanggaran terhadap pasal-pasal lainnya adalah Putusan Mahkamah Agung
dalam UUJN diatur pada pasal yang sama dalam Republik Indonesia Nomor 209 K/PDT/2000
ayat terakhir. tanggal 26 Februari 2002, yang batal demi
hukum atas perjanjian kredit karena objek yang
Ada beberapa kaidah hukum mengenai keba- diperjanjikan adalah harta bersama sehingga
talan perjanjian yang dapat di cermati dalam apabila hendak dijaminkan/dialihkan kepada
putusan-putusan Mahkamah Agung, yang telah pihak lain oleh suami, harus mendapatkan
berkekuatan hukum tetap dan/atau yang telah persetujuan dari istri sebagai pihak yang berhak.
menjadi yurisprudensi, antara lain : 4. Kebatalan karena hak membeli kembali objek
1. Kebatalan perjanjian karena tidak memenuhi dalam perjanjian jual-beli;
syarat subjektif sahnya perjanjian, yaitu Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
kesepakatan para pihak, sebagaimana diatur Nomor 381/PK/PDT/1986 dan Yurisprudensi
dalam pasal 1320 BW ; Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Registrasi 3597 K/PDT/1985 menyatakan
Nomor 3335 K/PDT/2003 tanggal 14 Juni 2005 bahwa perjanjian jual beli tanah dengan hak
menyatakan bahwa perjanjian batal demi hukum membeli kembali, yang dilakukan oleh para

47
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015

pihak dalam kasus tersebut, dinyatakan batal yang diatur dalam Pasal 1335 jo Pasal 1337
demi hukum karena jual beli tanah dengan hak jo Pasal 1320 BW dinilai pada saat perjanjian
membeli kembali tidak dikenal dalam hukum diadakan atau dibuat.
adat. 9. Kebatalan perjanjian mengenai hak atas tanah;
5. Kebatalan perjanjian karena menggunakan surat Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung
kuasa mutlak ; Republik Indonesia Nomor Registrasi 522
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik K/PDT/1990, pengalihan hak atas tanah,
Indonesia Nomor 1400 K/Pdt/2001 tanggal 2 sebelum berlakunya Undang-Undang Republik
Januari 2003 menerangkan bahwa penggunaan Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
surat kuasa mutlak sebagai pemindahan hak Pokok-Pokok Agraria, harus berdasarkan
atas tanah tidak diperbolehkan berdasarkan Vervreemdingsverbod, 51875 Nomor 179, yang
instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor menyatakan bahwa tanah milik pribumi tidak
14/1982. Oleh karena itu, pengalihan hak atas dapat dialihkan kepada golongan asing. Jual beli
tanah yang berdasarkan surat kuasa mutlak tanah yang melanggar larangan tersebut tidak
batal demi hukum. sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
6. Kebatalan dalam hal jual-beli harta bersama ; (Elly Erawati dan Herlien Budiono 2010 : 101)
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Dalam kasus perkara perdata pada Putusan
Indonesia Nomor Registrasi 707 K/PDT/1997
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
serta Putusan Mahkamah Agung Republik
1691 K/Pdt/2011 tersebut hakim menyatakan Akta
Indonesia Nomor Registrasi 209 K/PDT/2000
Pengakuan Hutang dengan Jaminan Nomor 34
menyatakan bahwa suatu perjanjian jual beli
adalah cacat hukum sehingga menjadi batal demi
harta bersama suami atau istri dinyatakan
hukum. Dalam pertimbangan hakim alasan akta
batal demi hukum karena tidak mendapat
tersebut dinyatakan batal demi hukum, antara lain :
persetujuan bersama (istri dan suami). Hal
ini melanggar ketentuan yang terdapat di 1. Adanya kesalahan penulisan dalam akta
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Dalam Pasal 1 Akta Pengakuan Hutang tersebut
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. tertulis “perjanjian ini berlaku untuk jangka
Ketiadaan persetujuan salah satu pihak tersebut waktu selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
mengakibatkan jual beli batal demi hukum. mulai tanggal 08 Juni 2005 (delapan Juni
7. Kebatalan perjanjian jual-beli ; dua ribu lima) sehingga akan berakhir pada
Dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 08 Juni 2006 (delapan Juni dua ribu
Republik Indonesia Nomor 252 K/PDT/2002 lima)”. Terlihat bahwa terdapat kesalahan
tanggal 11 Juni 2004, perjanjian jual beli ketik pada uraian tahun yang seharusnya dua
dianggap tidak wajar karena tidak memenuhi ribu enam dalam akta tertulis dua ribu lima,
syarat sahnya jual beli dalam BW, yaitu sehingga ditafsirkan apabila dilihat dari angka,
jual beli dilakukan secara nilai dan kontan. hari bulan dan tahunnya maka pada hari itu
Dapat disimpulkan bahwa perjanjian jual beli pula berakhir. Seharusnya apabila dalam akta
tersebut hanya rekayasa dan cacat hukum, oleh terdapat kesalahan penulisan maka Notaris
karenanya harus dinyatakan batal demi hukum melakukan renvoi atau berita acara pembetulan
beserta semua akibat hukum yang timbul untuk membetulkan kesalahan tersebut sesuai
akibatnya. ketentuan dalam Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50
8. Kebatalan dalam hal keadaa n darurat serta Pasal 51 UUJN.
(Noodtoestand) ; 2. Hakim mempertimbangkan bahwa bunyi akta
Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta nomor tidak sesuai dengan kenyataannya
29/1971/PT Perdata, yang kemudian dibatalkan Dalam akta tertulis “sebelum penandatangan-
oleh Putusan Mahkamah Agung Republik an akta ini yang dibuktikan dengan kwitansi
Indonesia yang telah menjadi Yurisprudensi tanda penerimaan yang sah (kwitansi)”,
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor namun pihak tergugat menyangkal kebenarannya
Registrasi 1180 K/SIP/1971, menyatakan bahwa tidak ada kwitansi yang diberikan oleh
bahwa keadaan darurat (Noodtoestand) yang penggugat kepada tergugat. Sedangkan dalam
diatur dalam Pasal 1144 dan Pasal 1245 BW premise Akta Pengakuan Hutang dengan
merupakan suatu keadaan yang dinilai pada saat Jaminan tertulis:
perjanjian, sedangkan ongeoorloofdeoorzaak

48
Fet Chan Luwesi. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta ...

“Para penghadap dalam tindakannya tersebut mengembalikan apa yang menjadi kewajibannya.
di atas, lebih dahulu dengan ini menerangkan Ketika kesepakatan kredit terjadi antara kreditor
(memberitahukan): dan debitor diikuti oleh penerimaan uang sebesar
Bahwa pihak pertama mengakui tela h Rp. 600.000.000,- oleh debitor maka disitulah
meminjam uang maksimal sejumlah Rp. prinsip tanggung jawab melekat pada debitor
600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dari untuk melunasi kredit dalam jangka waktu yang
pihak kedua yang diakui telah diterima oleh telah ditentukan dalam Akta Pengakuan Hutang.
pihak kedua sebelum penandatanganan akta Menurut teori tradisional, terdapat dua macam
ini, yang dibuktikan dengan kwitansi tanda pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (based
penerimaan dari pihak kedua, sehingga untuk on fault) dan pertanggungjawaban mutlak (absolute
penerimaan uang tersebut oleh para pihak responsibility). (Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at
akta ini dijadikan sebagai penerimaannya 2012 : 56) Mengenai tanggung jawab debitor untuk
yang sah (kwitansinya). mengembalikan hutang kepada kreditor merupakan
Tentunya jika dilihat dari kalimat tersebut, tanggung jawab mutlak.
dapat ditafsirkan bahwa kwitansi bukti
Pada kasus utang piutang perorangan, berbagai
penerimaan uang tersebut adalah Akta
maksud dan tujuan seseorang untuk meminjam
Pengakuan Hutang dengan Jaminan,
sejumlah uang kepada orang lain. Salah satunya
sehingga tidak ada kwitansi tersendiri.
adalah untuk modal usaha, pemilik modal sebagai
Dapat terlihat disini bahwa penyangkalan yang
kreditor, meminjamkan sejumlah uang kepada
dilakukan oleh debitor dapat disinyalir bahwa
debitor dengan beragam syarat dan ketentuan
debitor tidak mempunyai itikad baik untuk
yang dituangkan dalam klausul perjanjian. Dengan
memenuhi prestasi sebagaimana yang telah
adanya asas kebebasan berkontrak tentunya setiap
disepakati bersama dengan kreditor di dalam
orang dibebaskan untuk Pemilik modal memberikan
perjanjian.
modal kepada pelaku usaha tentunya dengan
Di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor prinsip kepercayaan. Semakin berkembangnya
1691 K/Pdt/2011, pertimbangan hakim yang perekonomian banyak bermunculan bentuk
memutuskan bahwa Akta Pengakuan Hutang dengan perjanjian baru. Dari segi prinsip tidak ada hambatan
Jaminan Nomor 34 hanya didasarkan pada rumusan dalam membuat bentuk perjanjian selama tidak
pemahaman hakim terhadap Undang-Undang saja bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban
karena belum adanya aturan yang mengatur secara umum dan norma kesusilaan.
tegas mengenai kriteria cacat yuridis suatu akta yang
Akta Pengakuan Hutang dibuat oleh kreditor
mengakibatkan akta menjadi batal demi hukum.
dengan maksud untuk dapat memanfaatkan
Akibat dari tidak adanya aturan yang tegas mengenai
ketentuan Pasal 224 HIR. Tujuannya apabila
cacat yuridis suatu akta yang mengakibatkan
debitor tidak melunasi utangnya (wanprestasi)
akta menjadi batal demi hukum, memunculkan
maka berdasarkan ketentuan Pasal 224 HIR
ketidakjelasan hukum. Hakim menafsirkan kriteria
bahwa grosse akta yang bertitel eksekutorial
cacat yuridis hanya berdasarkan pemahaman
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
terhadap KUHPerdata dan UUJN. Sedangkan dalam
Maha Esa”, dapat langsung memohon eksekusi
UUJN itu sendiri hanya ada sangsi bagi pelanggaran
kepada Pengadilan Negeri sebagai upaya paksaan
terhadap ketentuan pasal-pasal dalam UUJN yang
agar debitor membayar utangnya pada kreditor
mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan
tanpa terlebih dahulu melakukan gugatan perdata.
pembuktian sebagai akta dibawah tangan.
Ketentuan tersebut diperkuat dengan adanya kaidah
Dari uraian diatas membuktikan bahwa hak hukum dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
kreditor untuk mendapatkan pengembalian uang Indonesia Nomor 3548 K/Pdt/1994 yaitu Akta
senilai Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) Persetujuan Kredit dengan Jaminan yang telah
sebagai piutang tidak dilindungi oleh pengadilan. sesuai dengan ketentuan Pasal 224 HIR sehingga
Konsekwensi apabila hakim memutuskan suatu dapat dilaksanakan eksekusi tanpa melalui proses
akta menjadi batal demi hukum maka akta tersebut gugatan. Di dalam penjelasan Pasal 224 HIR,
dianggap tidak pernah ada. Dengan berpijak Akta Pengakuan Hutang dapat dieksekusi apabila
pada “teori tanggung jawab” yang diperkenalkan memenuhi syarat formal dan syarat material, antara
oleh Hans Kelsen, bahwa debitor tetap harus lain:

49
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015

1. Syarat formal, yaitu dibuat di hadapan Notaris yang berperkara bahkan sampai upaya peninjauan
dan kepala akta tercantum title Eksekutorial kembali, menunjukkan bahwa Mahkamah Agung
yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Republik Indonesia mempunyai pemahaman lain
Ketuhanan Yang Maha Esa” ; terhadap Akta Pengakuan Hutang. Perihal eksekusi
2. Syarat material, yaitu besarnya jumlah uang Akta Pengakuan Hutang, kenyataannya harus
yang harus dilunaskan sudah pasti (fixed loan) melewati proses persidangan terlebih dahulu.
sehingga tidak ada lagi sesuatu alasan hukum Tentunya hal ini dipicu karena tidak adanya
bagi debitor untuk menyangkal utang-utangnya kepastian hukum mengenai pelaksanaan eksekusi
serta tidak dapat ditambahkan persyaratan- grosse Akta Pengakuan Hutang. Dampaknya, debitor
persyaratan lain berupa perjanjian. nakal dapat berupaya semaksimal mungkin untuk
menghindar dari kewajibannya. Bahkan debitor
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulk-
dapat menyangkal keabsahan Akta Pengakuan
an bahwa agar Akta Pengakuan Hutang dapat diek-
Hutang yang dibuatnya bersama kreditor sehingga
sekusi, suatu grosse Akta Pengakuan Hutang harus
dimungkinkan di dalam putusan Akta Pengakuan
memuat: Hutang dinyatakan batal demi hukum.
a. Pengakuan Hutang;
Dalam suatu grosse akta pengakuan hutang Menelaah dari ketentuan 224 HIR, seharusnya
harus memuat suatu pernyataan sepihak yang kreditor dalam kasus perdata tersebut tidak perlu
berisi pengakuan hutang dari debitor kepada melakukan gugatan perdata untuk menuntut
kreditor. pengembalian atas piutangnya. Kreditor cukup
b. Kewajiban membayar atau melunasi sejumlah melayangkan permohonan kepada Ketua Pengadilan
uang tertentu; Negeri setempat untuk melaksanakan eksekusi.
Jumlah uang tertentu dalam hal ini meliputi Tentunya proses eksekusi tidak semudah yang di
jumlah hutang pokok disertai denda serta biaya bayangkan. Debitor masih diberikan kesempatan
lainnya yang harus dibayar oleh debitor kepada oleh pengadilan untuk mengajukan bantahan untuk
kreditor. membatalkan eksekusi Grosse Akta Pengakuan
c. Jangka Waktu; Hutang tersebut. Kekuasaan kehakiman menjadikan
Jangka waktu harus ditentukan secara jelas, hal title eksekutorial grosse Akta Pengakuan Hutang
ini untuk menentukan pada saat debitor dapat tidak mempunyai kekuatan lagi.
disebut wanprestasi atau tidak. Dari uraian diatas, tidak adanya peraturan
d. Tempat Pembayaran; yang mengatur secara konkret mengenai aturan
Tempat pembayaran harus disebutkan untuk baku tata cara pelaksanaan eksekusi grosse akta
menentukan dimana debitor harus melakukan pengakuan hutang menjadi kendala terbesar. Hal
pembayaran hutangnya. tersebut dikarenakan meskipun Pasal 224 HIR
e. Opeisbaarheid (dapat ditagih); memberikan kekuatan eksekutorial terhadap grosse
f. Jaminan Akta Pengakuan Hutang yang dipersamakan dengan
Keberadaan jaminan merupakan suatu putusan pengadilan, tetapi pada kenyataannya
upaya dalam mengantisipasi resiko yang pelaksanaan eksekusinya harus dengan izin ketua
mungkin timbul dalam pelunasan kredit. pengadilan. Terhadap permohonan eksekusi Akta
Jaminan yang diberikan kepada kreditor baik Pengakuan Hutang dengan Jaminan Nomor 34
berupa hak kebendaan maupun hak perorangan. tersebut sudah tidak mungkin dilakukan oleh
Hak kebendaan ini berupa benda berwujud kreditor karena Akta Pengakuan Hutang dengan
dan benda tak berwujud, benda bergerak Jaminan tersebut telah dinyatakan batal demi hukum
maupun benda tidak bergerak. Sedangkan hak berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 1691
perorangan adalah penanggungan utang, yang K/Pdt/2011. Artinya, setelah putusan berkekuatan
diatur dalam pasal 1820-1850 KUHPerdata. hukum tetap (inkracht van gewijsde) maka Akta
Akta Pengakuan Hutang yang memenuhi Pengakuan Hutang dengan Jaminan Nomor 34
syarat formal dan syarat material tersebut sesuai tersebut dianggap tidak pernah ada, oleh karena
dengan ketentuan Pasal 224 HIR dapat segera itu konsekuensinya, perbuatan hukum dalam akta
dieksekusi dengan perintah Ketua Pengadilan tersebut juga dianggap tidak pernah ada.
Negeri. Ternyata dengan adanya beberapa kasus Selanjutnya, mengenai upaya hukum yang
wanprestasi terhadap Akta Pengakuan Hutang masih dapat dilakukan oleh kreditor atas pembatalan

50
Fet Chan Luwesi. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta ...

Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan Nomor 34 menjadi objek dalam Akta Pengakuan Hutang
tersebut, yaitu: dengan Jaminan harus dikembalikan pada
1. Permohonan eksekusi pengembalian keadaan kreditor. Debitor harus mengembalikan uang
semula kepada Ketua Pengadilan Negeri kreditor yang telah diterimanya sesuai yang
Berdasarkan Pasal 1265 KUHPerdata, bahwa telah tertuang dalam Akta Pengakuang Hutang
Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dengan Jaminan senilai Rp. 600.000.000,-
dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan (enam ratus juta rupiah) begitu juga kreditor
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan mengembalikan agunan yang telah diserahkan
semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu debitor kepada kreditor, yaitu Sertifikat Hak
perikatan. Syarat ini tidak menunda pemenuhan Milik No. 00056 atas nama ICE RAKIAH,
perikatan; ia hanya mewajibkan debitor Sertifikat Hak Milik No. 55 atas nama JURI
mengembalikan apa yang telah diterimanya bila ASFIANI, Sertifikat Hak Milik No. 136 atas
peristiwa yang dimaksudkan terjadi. Nindyo nama JURI ASFIANI.
Pramono, seorang guru besar Universitas Tetapi hal ini pun tidak mudah mengingat di
Gadjah Mada berusaha menafsirkan Pasal 1265 dalam putusan tidak di ikut sertakan perintah
KUHPerdata tersebut bahwa (Nindyo Pramono untuk mengembalikan pada keadaan semula
2010 : 225): yaitu debitor mengembalikan uang yang telah ia
“ Prinsip dasar hukum perdata apabila pinjam sebagaimana yang telah tertuang dalam
suatu perjanjian batal demi hukum, Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan. Hal
maka posisi hukum para pihak juga harus ini berbeda jika para pihak membuat Akta
dikembalikan kepada keadaan semula, Pemberian Hak Tanggungan (APHT) sesuai
seolah-olah perjanjian tersebut tidak yang ditentukan di dalam UU Hak Tanggungan,
pernah ada. Doktrin ini mengajarkan sehingga, kreditor dapat dimungkinkan juga
kepada kita bahwa apabila suatu perjanjian untuk meminta Pengadilan Negeri melakukan
diputuskan batal demi hukum, maka sita jaminan terhadap objek hak tanggungan.
konsekwensi logisnya adalah tidak boleh 2. Kreditor dapat meminta ganti rugi atas
ada pihak yang dirugikan. “ kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh
Notaris sehingga kreditor mengalami kerugian
Mengkaji pada Pasal 1265 KUHPerdata
materiil berdasarkan Pasal 48 ayat (3), Pasal
tersebut debitor dapat memohon kepada Ketua
49 ayat (4), Pasal 50 ayat (5), Pasal 51 (ayat 4)
Pengadilan Negeri untuk eksekusi mengenai
UUJN.
pengembalian keadaan semula.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua,
Mengenai pelaksanaan eksekusi pengembalian khususnya bagi para Notaris hendaknya
keadaan semula belum diatur di dalam peraturan lebih cermat dalam membuat Akta Autentik.
perundang-undangan. Dari wawancara yang
Mengenai Akta Pengakuan Hutang maupun
penulis lakukan dengan salah satu panitera
Akta Utang Piutang lain yang sejenis meskipun
pengganti yang menangani kasus tersebut di
tidak ada aturan baku mengenai bentuk macam
Mahkamah Agung Republik Indonesia yaitu
akta tetapi lebih tepatnya dipertimbangkan
bapak Bambang Joko Winarno, SH., bahwa
dengan segala kemungkinan resiko yang
implementasi Pasal 1265 KUHPerdata sangat akan terjadi. Misalnya dalam kasus ini,
susah. Biasanya semua diserahkan kembali untuk perbuatan hukum utang piutang, maka
kepada para pihak. Sehingga pengadilan tidak
seharusnya dibuat perjanjian kredit dengan
memberi jaminan pelaksanaan penyerahan
diikuti dengan perjanjian tambahan lainnya
pengembalian piutang berdasarkan Pasal
misalnya :
1265 KUHPerdata. Kreditor hanya dapat
a. Untuk pengikatan jaminan berupa hak atas
dimungkinkan menggugat ke Pengadilan Negeri
tanah hendaknya diikat secara sempurna
untuk eksekusi Putusan Pengadilan tersebut. menurut UU Hak Tanggungan, yaitu
Dengan prinsip dasar hukum perdata tersebut
dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan
kreditor dapat memohon kepada Pengadilan
(APHT) ;
Negeri untuk mengembalikan keadaan kreditor
b. Apabila para penghadap menghendaki
pada keadaan semula pada saat sebelum ada
untuk dibuatkan Akta Pengakuan Hutang
akta tersebut, yaitu uang yang telah diserahkan
baik berupa Grosse Akta Pengakuan
kreditor dan telah diterima debitor yang

51
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015

Hutang maupun Akta Pengakuan Hutang dituntut untuk mengedepankan prinsip kehati-
biasa hendaknya dibuat sebagai perjanjian hatian. Notaris hendaknya menyarankan kepada
tambahan. Grosse Akta Pengakuan Hutang kreditor untuk mengikat jaminan secara sempurna
dibuat dengan tujuan untuk memberikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
kekuatan eksekutorial terhadap eksekusi berlaku sesuai dengan objek jaminannya mengingat
benda jaminan. Maksudnya, agar dapat pelaksanaan eksekusi grosse Akta Pengakuan
dilaksanakan eksekusinya (lelang) tanpa Hutang yang masih belum diatur secara tegas. Bagi
lebih dulu melalui proses pengadilan dan penegak hukum dalam memeriksa dan menjatuhkan
kekuatan hukum sama seperti putusan putusan terhadap suatu perkara, hendaknya cermat
hakim pengadilan yang berkekuatan dan tepat dalam menerapkan aturan hukum,
hukum. menemukan hukum, serta menciptakan hukum,
sehingga memberikan keadilan, kepastian hukum
serta bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat
D. Simpulan mengingat putusan yang memuat kaidah hukum
Dari uraian di atas membuktikan bahwa hak tersebut dapat juga dijadikan sebagai pedoman
kreditor untuk mendapatkan pengembalian uang bagi perkara lain yang sejenis. Mengenai perbedaan
senilai Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) pemahamaan terhadap peraturan perundang-
sebagai piutang tidak dilindungi oleh pengadilan. undangan, pemerintah hendaknya melakukan
Konsekwensi apabila hakim memutuskan suatu pembenahan terhadap regulasi hukum perjanjian,
akta menjadi batal demi hukum maka akta tersebut yaitu membuat aturan yang tegas mengenai kriteria
dianggap tidak pernah ada. Dengan berpijak cacat yuridis suatu akta yang mengakibatkan
pada “teori tanggung jawab” yang diperkenalkan akta menjadi batal demi hukum, membuat aturan
oleh Hans Kelsen, bahwa debitor tetap harus pelaksanaan tentang pengembalian keadaan semula
mengembalikan apa yang menjadi kewajibannya. sesuai ketentuan Pasal 1265 KUHPerdata, serta
Ketika kesepakatan kredit terjadi antara kreditor membuat aturan pelaksanaan tentang eksekusi
dan debitor diikuti oleh penerimaan uang sebesar grosse surat hutang.
Rp. 600.000.000,- oleh debitor maka disitulah
prinsip tanggung jawab melekat pada debitor untuk
Daftar Pustaka
melunasi kredit dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dalam Akta Pengakuan Hutang. Menurut Literatur:
ketentuan Pasal 224 HIR, seharusnya kreditor
dalam kasus perdata tersebut tidak perlu melakukan Bambang Sunggono. 1995. Pengantar Hukum
gugatan perdata untuk menuntut pengembalian atas Perbankan. Bandung : CV Mandar Maju
piutangnya. Perihal wanprestasi yang dilakukan oleh Elly Erawati dan Herlien Budiono. 2010. Penjelasan
debitor, kreditor cukup melayangkan permohonan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian .
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk Jakarta: Nasional Legal Reform Program
eksekusi Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan
Nomor 34. Terhadap pembatalan Akta Pengakuan Henry Pandapotan Panggabean. 2012. Peranan
Hutang. Mahkamah Agung Melalui Putusan-Putusan
Hukum Perikatan. Edisi Kedua. Cetakan
Kesatu. Bandung: PT. Alumni
E. Saran
Herlien Budiono. 2011. Ajaran Umum Hukum
Berdasarkan simpulan penelitian, maka penulis Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
memberikan saran bagi kreditor untuk lebih Kenotariatan. Bandung: PT. Citra Aditya
berhati-hati dalam membuat perjanjian, tidak hanya Bakti
mengedepankan efektifitas serta meminimalisirkan
biaya saja. Para pihak, sebelum membuat perjanjian, Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at. 2012. Teori Hans
terlebih dahulu harus mengetahui segala resiko Kelsen Tentang Hukum. Jakarta: Konstitusi
yang akan terjadi dengan meminta penyuluhan Press
hukum terlebih dahulu kepada Notaris sehingga J. Satrio. Hukum Jaminan. 2002. Hak-Hak Jaminan
tidak mengalami kerugian dikemudian hari. Notaris Kebendaan. Bandung : Citra Aditya Bakti
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

52
Fet Chan Luwesi. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta ...

Nindyo Pramono. 2010. “ Problematika Putusan Perundang-undangan:


Hakim Dalam Perkara Pembatalan Perjanjian
”. Jurnal Mimbar Hukum Volume 22 Nomor Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. Yogyakarta Herziene Inlandsch Reglement (HIR)
Pieter E. Latumeten. 2012. Cacat Yuridis Akta Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Notaris Dalam peristiwa Hukum Konkrit dan Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
Implikasi Hukumnya. Jakarta: TUMA Press 2004 tentang Jabatan Notaris
Setiono. 2002. Pemahaman Terhadap Metodologi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
Penelitian Hukum. Bahan Mata Kuliah Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Metodologi Penelitian Hukum Program Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

Sudikno Mertokusumo. 2000. Hukum Acara Perdata


Indonesia. Yogyakarta : Liberty

53

Anda mungkin juga menyukai