Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol. X/No.

1/Jan/2022

KAJIAN YURIDIS DEBITUR YANG MELAKUKAN dan perjanjian jaminan antara kreditur (bank)
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT dan debitur (nasabah) dapat berjalan tanpa
DENGAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN1 merugikan para pihak. Namun demikian dalam
Oleh : Pamela Cleopatra Sajow2 kenyataan sering terjadi pihak debitur
Tommy F. Sumakul3 melakukan ingkar janji atau wanprestasi atas
Friend H. Anis4 apa yang menjadi kewajiban debitur
sebagaimana disepakati dalam perjanjian
ABSTRAK kredit. Permasalahan lain yang terjadi adalah
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk terkait dengan pemenuhan hak kreditur
mengetahui bagaimanakah pengaturan terhadap pengembalian hutang debitur yang
terhadap debitur yang melakukan wanprestasi melakukan wanprestasi. Kenyataan yang ada
dalam perjanjian kredit dengan pembebanan menunjukkan bahwa kreditur dalam
Hak Tanggungan dan bagaimanakah mengeksekusi benda jaminan masih menemui
perlindungan hukum terhadap kreditur dalam kendala baik yang berasal dari debitur maupun
hal debitur melakukan wanprestasi dalam pihak lainnya.
perjanjian kredit dengan pembebanan Hak
Tanggungan yang dengan metode peneitian B. Perumusan Masalah
hukum normatif disimpulkan: 1. Debitur yang 1. Bagaimanakah pengaturan terhadap
melakukan wanprestasi dalam Perjanjian Kredit debitur yang melakukan wanprestasi
dengan pembebanan Hak Tanggungan dalam perjanjian kredit dengan
mengacu pada Pasal 1238 KUH Perdata yakni pembebanan Hak Tanggungan?
debitur dianggap melakukan wanprestasi 2. Bagaimanakah perlindungan hukum
dengan lewatnya batas waktu pemenuhan terhadap kreditur dalam hal debitur
kewajiban debitur sesuai yang diperjanjikan melakukan wanprestasi dalam perjanjian
atau dalam arti lain debitur dikatakan kredit dengan pembebanan Hak
wanprestasi jika tidak memenuhi kewajiban Tanggungan ?
berupa batas waktu pengembalian kredit yang
telah diperjanjikan. 2. Dalam hal debitur C. Metode Penelitian
melakukan wanprestasi dalam perjanjian kredit Penelitian ini merupakan penelitian hukum
dengan pembebanan Hak Tanggungan, maka normative.
kepada kreditur mendapatkan perlindungan
hukum agar pelunasan hutang debitur bisa PEMBAHASAN
terlaksana sesuai dengan ketentuan yang diatur A. Pengaturan Debitur Yang Melakukan
dalam UU Hak Tanggungan Pasal 6 tentang hak Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit
untuk menjual objek hak tanggungan, Pasal,7 Dengan Pembebanan Hak Tanggungan
tentang hak tanggungan mengikuti objeknya, Perikatan lahir karena adanya suatu
Pasal 14 tentang manfaat sertifikat hak perjanjian, dari suatu perjanjian yang
tanggungan, dan Pasal 20 tentang prosedur merupakan suatu pertemuan kehendak para
eksekusi hak tanggungan. pihak yang berjanji akan menimbulkan prestasi.
Kata kunci: wanprestasi; hak tanggungan; Adapun pengertian prestasi dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 1234 KUH Perdata yang
PENDAHULUAN menyebutkan bahwa: “Tiap-tiap perikatan
A. Latar Belakang Masalah adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu,
Secara normatif kaidah-kaidah yang atau tidak berbuat sesuatu.” Kata
terdapat dalam UU Perbankan dan UUHT ``memberikan sesuatu” sebagaimana diatur
bertujuan untuk memberikan kepastian dan dalam Pasal 1235 KUHPerdata dapat
perlindungan hukum sehingga perjanjian kredit mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Penyerahan kekuasaan belaka atas barang
1
yang menjadi obyek perjanjian.
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM :
2. Penyerahan hak milik atas barang yang
18071101250 menjadi obyek perjanjian, yang dinamakan
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum penyerahan yuridis.
4 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum

172
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi
baik apabila para pihak telah memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus
prestasinya masing-masing seperti yang telah diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diperjanjikan berdasarkan kesepakatan dan diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang
kehendak tanpa ada pihak yang dirugikan. melampaui tenggang waktu yang telah
Terkadang perjanjian tersebut tidak terlaksana ditentukan”.
dengan baik karena tidak berprestasinya salah Somasi adalah pemberitahuan atau
satu pihak atau debitur. Untuk mengatakan pernyataan tertulis dari kreditur kepada debitur
bahwa debitur salah dan melakukan yang berisi ketentuan bahwa kreditur
wanprestasi dalam suatu perjanjian, terkadang menghendaki pemenuhan prestasi seketika
tidak mudah. Hal sulit untuk menyatakan atau dalam jangka waktu seperti yang
wanprestasi karena tidak dengan jelas atau ditentukan dalam pemberitahuan itu dan
dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak dilakukan melalui pengadilan, sedangkan
diwajibkan melakukan prestasi yang ingebrekestelling artinya peringatan kreditur
diperjanjikan. Dalam hal bentuk prestasi kepada debitur tidak melalui Pengadilan Negeri
debitur dalam perjanjian berupa tidak berbuat atau langsung secara lisan, hanya melalui
sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan teguran saja dan tidak ada tindak lanjut5.
debitur melakukan wanprestasi yaitu sejak Pengertian Somasi menurut Salim HS adalah
pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si
diperbolehkan dalam perjanjian. Bentuk berutang (debitur) agar dapat memenuhi
prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah
dan memberikan sesuatu apabila batas disepakati antara keduanya6.
waktunya ditentukan dalam perjanjian maka Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak
menurut Pasal 1238 KUH Perdata debitur tiga kali oleh kreditur atau Juru sita dan apabila
dianggap melakukan wanprestasi dengan somasi telah dilakukan dan debitur tidak
lewatnya batas waktu tersebut. Dengan mengindahkannya, maka kreditur berhak
demikian ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata membawa persoalan itu ke pengadilan dan
dikaitkan dengan perjanjian kredit yang pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah
dibebani Hak Tanggungan, maka debitur debitur wanprestasi atau tidak. Tetapi dalam
dikatakan wanprestasi jika tidak memenuhi kasus terjadinya wanprestasi oleh debitur
kewajiban berupa batas waktu pengembalian dalam perjanjian kredit dengan pembebanan
kredit yang telah diperjanjikan. hak tanggungan, kreditur tidak perlu
Apabila tidak ditentukan mengenai batas mengajukan gugatan ke pengadilan sebab
waktunya, maka untuk menyatakan seseorang dalam sertifikat hak tanggungan memuat irah-
debitur melakukan wanprestasi, terdapat tata irah yang tertulis “Demi Keadilan Berdasarkan
cara menyatakan wanprestasi oleh kreditur Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mempunyai
terhadap debitur atau kepada pihak yang kekuatan eksekutorial yang sama dengan
mengingkari janji, yaitu melalui sommatie dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
ingebrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal kekuatan hukum tetap7. Dalam keadaan
1238 KUH Perdata yang menyatakan “Si tertentu somasi tidak diperlukan untuk
berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat dinyatakan bahwa seorang debitur melakukan
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu wanprestasi yaitu dalam hal sebagai berikut
telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya yaitu adanya batas waktu dalam perjanjian
sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si (fatal termijn), prestasi dalam perjanjian
berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan”. Terkait dengan
kelalaian debitur yang tidak memenuhi 5 Dermina Delimunthe. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam
kewajibannya, maka berlaku ketentuan Pasal Perspektif KUH Perdata (BW). Al Maqasid Jurnal Ilmu
1243 KUH Perdata yang menyatakan Kesyariahan dan Keperdataan. Vol 3, No 1 Edisi Januari-
Juni 2017
“Penggantian biaya, kerugian, dan bunga 6 Salim H.S. 2003. Hukum Kontrak Teori dan Teknik
karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 98
mulai diwajibkan bila debitur, walaupun telah 7 Lihat Ketentuan Pasal 14 ayat (2) dan (3) Undang-
Undang No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

173
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

berupa tidak berbuat sesuatu, dan debitur hal yang tidak dapat diduga yang tidak dapat
mengakui dirinya wanprestasi. dipertanggung jawabkan kepadanya, kecuali
Ketentuan KUH Perdata dan KUHA Perdata jika ada itikad buruk pada debitur.
mengatur wanprestasi yang dilakukan oleh 2. Menurut Pasal 1245 KUH Perdata, tidak ada
debitur menimbulkan suatu akibat ganti-kerugian yang harus dibayar, apabila
hukum/tanggung jawab hukum/sanksi hukum karena keadaan memaksa atau suatu
yang harus diterimanya, yakni terdapat 4 kejadian yang tidak disengaja, debitur
(empat) macam akibat hukum sebagai berikut: berhalangan memberikan atau berbuat
a. debitur diwajibkan membayar kerugian yang sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal-
diderita oleh kreditur atau yang dinamakan hal yang sama telah melakukan perbuatan
membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUH yang terlarang.
Perdata). Tentang keadaan memaksa terdapat tiga
b. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan akibat dari keadaan memaksa, yaitu:
pemecahan perjanjian (Pasal 1267 KUH 1. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi
Perdata). (pasal 1244 KUH Perdata)
c. peralihan resiko (Pasal 1237 ayat 2 KUH 2. Beban resiko tidak berubah, terutama pada
Perdata). keadaan memaksa sementara
d. debitur wajib membayar biaya perkara 3. Kreditur tidak berhak atas pemenuhan
apabila sampai diperkarakan di muka prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas
pengadilan, dan debitur terbukti melakukan dari kewajibannya untuk menyerahkan
wanprestasi (pasal 181 ayat 1 HIR). kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut
Undang-undang memberikan ketentuan- dalam pasal 1460 KUH perdata.
ketentuan tentang apa yang dapat dimasukkan Ketentuan dalam pasal 1247 dan 1248 KUH
dalam ganti rugi tersebut. Ketentuan-ketentuan Perdata telah dijelaskan ada dua pembatasan
ini merupakan pembatasan dari apa yang boleh kerugian yaitu: a. Kerugian yang dapat diduga
dituntut sebagai ganti rugi. Dengan demikian ketika membuat perikatan b. Kerugian sebagai
seorang debitur yang lalai atau alpa, masih juga akibat langsung dari wanprestasi. Penafsiran
dilindungi oleh undang-undang terhadap kalimat di atas meliputi:“ongkos, kerugian dan
kesewenang-wenangan kreditur. Dalam KUH bunga, (kosten, schaden en intressen) dan
Perdata terdapat dua Pasal yang memberikan semua kerugian itu harus kerugian yang
perlindungan kepada debitur yaitu mengatur diakibatkan langsung oleh wanprestasi,
tentang keadaan memaksa yang menyebabkan sebagaimana diatur dalam pasal 1248 Kitab
debitur tidak melakukan penggantian biaya, Undang-undang Hukum Perdata yang isinya:
kerugian dan bunga, yaitu8: Kendati perjanjian tak dipenuhi oleh tipu daya
1. Adanya suatu hal yang tak terduga debitur, ganti rugi, ongkos dan keuntungan
sebelumnya, atau yang dapat diminta tidak lebih dari kerugian
2. Terjadinya secara kebetulan, dan atau yang menjadi akibat langsung dari wanprestasi.
3. Keadaan memaksa Pembatalan atau sering juga disebut dengan
Ini hanya bersifat sebagai pembelaan untuk istilah pemecahan perjanjian artinya perjanjian
dibebaskan dari pembayaran ganti-kerugian tersebut dianggap tidak ada lagi atau tidak
debitur tidak memenuhi perjanjian karena berlaku lagi setelah terjadi wanprestasi. Jika
adanya keadaan memaksa. bentuk perjanjian berupa memenuhi suatu
Ketentuan yang memberikan perlindungan kewajiban, misalnya, berjanji untuk
terhadap debitur terdapat dalam pasal-pasal memberikan suatu barang, tetapi karena
sebagai berikut: adanya wanprestasi perjanjian batal dengan
1. Menurut Pasal 1244 KUH Perdata, jika ada sendirinya. “Pembatalan perjanjian bertujuan
alasan untuk itu, debitur harus dihukum untuk membawa kedua belah pihak kembali
membayar ganti-kerugian, apabila ia tidak kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan.
dapat membuktikan bahwa tidak tepatnya Kalau suatu pihak sudah menerima sesuatu dari
melaksanakan perjanjian itu karena sesuatu pihak yang lain, baik berupa uang maupun
barang, maka itu harus dikembalikan. Pokoknya

8 Dermina Delimunthe. Op.cit. hlm.19

174
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

perjanjian itu ditiadakan“9. Mengenai jadi dengan lalainya si penjual, resiko itu beralih
pembatalan perjanjian dapat dilihat dari pasal kepada dia''11. Menurut pasal di atas resiko atas
1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata barang yang diperjanjikan dijual, sejak
yang menjelaskan syarat batal dianggap selalu ditutupnya perjanjian jual beli dibebankan
dicantumkan dalam persetujuan- persetujuan kepada si pembeli. Kalau si penjual terlambat
timbal balik, manakala salah satu pihak tidak menyerahkan maka ia telah melakukan
memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini wanprestasi. Dapat disimpulkan dalam
persetujuan tidak batal demi hukum tapi perjanjian timbal balik, apabila terjdi keadaan
pembatalan harus dimintakan kepada hakim. memaksa, sehingga suatu pihak tidak
Permintaan ini juga dilakukan, meskipun syarat memenuhi prestasi, maka resiko adalah atas
batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban tanggungan si pemilik, merupakan suatu
dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat keadilan dan pantas apabila pihak lain
batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, dibebaskan dari kewajibannya untuk
hakim leluasa untuk menurut keadaan atas menyerahkan suatu barang.
permintaan si tergugat, memberikan suatu Ongkos atau biaya perkara menurut
jangka waktu, namun itu tidak boleh lebih dari ketentuan hukum acara perdata selalu
satu bulan Hakim juga mempunyai hak leluasa dibebankan kepada pihak yang kalah. Dalam
untuk menentukan suatu keputusan, yang perkara atau tuntutan karena adanya
berarti bukan merupakan suatu kepastian bagi wanprestasi, maka besar kemungkinan debitur
kreditur untuk menerima keputuan dari hakim, yang akan kalah dalam berperkara, maka hakim
bahwa perjanjian mereka buat dengan debitur memberikan keputusan untuk membayar
pasti mendapat keputusan pembatalan ongkos-ongkos yang timbul dalam perkara
perjanjian. “Bukanlah kelalaian debitur yang tersebut.
menyebabkan batal tetapi putusan hakim yang Apabila setelah debitur dinyatakan
membatalkan perjanjian, sehingga putusan itu wanprestasi, maka kreditur dapat memilih di
bersifat “ constitutief “ dan tidak “declaratoir“ antara tuntutan-tuntutan sebagai berikut:
malahan hakim itu mempunyai suatu a. debitur diwajibkan untuk memenuhi
kekuasaan “descretioniar“ artinya ia perjanjian;
berwenang untuk menilai wanprestasi debitur. b. debitur diwajibkan untuk memenuhi
Apabila kelalaian itu dianggapnya terlalu kecil, perjanjian disertai ganti rugi;
hakim berwenang untuk menolak pembatalan c. debitur diwajibkan hanya membayar ganti
perjanjian, meskipun ganti rugi yang rugi saja;
dimintakan harus diluruskan“10. d. pembatalan perjanjian; dan
Dalam bagian umum KUH Perdata tidak ada e. pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.
diatur tentang resiko dalam perjanjian timbal Salah satu akibat hukum apabila debitur
balik. Penyelesaian resiko ini melalui asas melakukan wanprestasi adalah debitur dituntut
kepatutan, menurut kepatutan dalam untuk membayar ganti rugi atas tidak
perjanjian timbal balik, resiko ditanggung oleh terpenuhinya prestasi debitur tersebut.
mereka yang tidak melakukan prestasi. Menurut Pasal 1243 KUH Perdata, ganti rugi
Peralihan resiko dapat digambarkan sebagai perdata menitikberatkan pada ganti kerugian
berikut: Menurut pasal 1460 Kitab Undang- karena tidak terpenuhinya perikatan
Undang Hukum Perdata, maka resiko dalam (wanprestasi). Ganti kerugian tersebut meliputi:
jual beli barang tertentu dipikulkan kepada si pertama, ongkos atau biaya yang telah
pembeli meskipun barangnya belum dikeluarkan; kedua, kerugian yang
diserahkan.“Kalau si penjual itu belum sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan
terlambat menyerahkan barangnya, maka benda milik kreditur akibat kelalaian debitur;
kelalaian ini diancam dengan mengalihkan ketiga, bunga atau keuntungan yang
resiko tadi dari si pembeli kepada si penjual, diharapkan. Debitur yang melakukan
wanprestasi dalam perjanjian kredit dikenakan
9 Subekti. 1991. Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa,
hlm. 49.
10 Subekti, 1982. Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet.16,

Jakarta: Intermasa, hlm. 148. 11 Subekti. Op. Cit.,hlm. 52

175
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

ganti rugi biaya yang telah dikeluarkan yaitu yang ditetapkan dalam hal terjadinya
utang pokok atau sisa utang, bunga dan denda. wanprestasi cakupannya mengatur keberadaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1238 KUH dan kepentingan para pihak pembuat
Perdata, juga ditegaskan bahwa wanprestasi perjanjian saja13.
hanya dapat terjadi setelah terlebih dahulu
terdapat perjanjian yang telah disepakati para B. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur
pihak. Dari pemahaman ini, maka tanpa adanya Dalam Hal Debitur Melakukan Wanprestasi
perjanjian, tidak akan ada wanprestasi. Dalam Dalam Perjanjian Kredit Dengan
perjanjian yang dibuat secara notariil ataupun Pembebanan Hak Tanggungan
telah melalui proses penyusunan secara benar Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan
oleh para ahli penyusun kontrak, pada pemberian jaminan dari debitur kepada
umumnya telah dicantumkan ketentuan- kreditur menimbulkan 2 (dua) sifat hak jaminan
ketentuan mengenai kemungkinan timbulnya yang dikenal secara umum, yaitu14:
wanprestasi, diantaranya mengenai jangka a. Hak jaminan yang bersifat umum yaitu
waktu (tenggang waktu), kapan salah satu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada
pihak dinyatakan wanprestasi dan sanksi yang kreditur dengan memberikan hak saling
harus diterima apabila terjadi wanprestasi mendahului terhadap kreditur-kreditur
tersebut. Dengan demikian, maka jika dalam lainnya. Dalam hal ini benda yang bisa
perjanjian itu telah ditentukan jangka waktu digunakan untuk pelunasan hutang
pemenuhan perjanjian dan pihak yang terhadap jaminan umum apabila memenuhi
berkewajiban tidak juga memenuhi persyaratan bahwa benda tersebut memiliki
kewajibannya pada waktu tersebut, maka pihak sifat ekonomis yaitu dapat dinilai dengan
tersebut telah wanprestasi12. uang dan benda tersebut memiliki sifat
Apabila dalam suatu perjanjian yang telah dapat dipindahtangankan kepada orang lain.
disepakati, ternyata tidak terdapat pengaturan b. Hak jaminan yang bersifat khusus yaitu
tentang jangka waktu tertentu mengenai kapan jaminan dalam bentuk penyerahan barang
salah satu pihak dinyatakan wanprestasi atau tertentu secara khusus sebagai jaminan atas
perjanjian tidak menentukan batas waktu pelunasan hutang debitur kepada kreditur
tertentu yang dijadikan patokan tentang tertentu, baik kebendaan maupun
wanprestasinya debitur, maka harus ada perorangan dengan memberikan hak yang
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur saling mendahului terhadap kreditur-
tersebut tentang kelalaiannya atau kreditur lainnya. Adapun hak tanggungan
wanprestasi, melalui pemberitahuan secara merupakan hak jaminan kebendaan yang
resmi atau somasi. Dengan demikian pada bersifat khusus. Timbulnya hak jaminan
dasarnya konsep wanprestasi adalah suatu yang bersifat khusus dikarenakan adanya
tindakan penyimpangan oleh pihak yang perjanjian khusus yang dilakukan oleh
mengadakan perjanjian dalam keadaan yang debitur dan kreditur berupa:
tidak memaksa, dari apa yang sebelumnya a. Jaminan mengenai kebendaan yaitu
telah diperjanjikan dan disepakati dalam benda tertentu yang dapat dijadikan satu
perjanjian yang dapat berakibat pada timbulnya jaminan. Kebendaan yang dijaminkan
kerugian pada pihak lawan. harus merupakan milik dari pihak yang
Wanprestasi hanya dapat terjadi dalam menjaminkan benda tersebut, yang
proses pelaksanaan setelah sebuah perjanjian terdiri dari benda bergerak dengan
dinyatakan telah disepakati secara sah. Konsep lembaga jaminannya adalah fidusia dan
wanprestasi ini diatur demi melindungi para gadai, serta benda tidak bergerak yang
pihak dalam perjanjian, khususnya pada saat lembaga jaminannya adalah hak
pelaksanaan. Sebagai bagian dalam hukum tanggungan.
perjanjian yang merupakan ranah hukum
privat, bukan hukum publik, seharusnya hukum
13Ibid.
12https://media.neliti.com/media/publications/44110-ID- 14Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 2001. Hukum Jaminan
konsep-wanprestasi-dalam-hukum-perjanjian-dan- Indonesia, Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Perorangan.
konsep-utang-dalam-hukum-kepailita.pdf Yogyakarta: Liberty. hlm. 83

176
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

b. Jaminan mengenai perorangan yaitu terhadap kreditur lain dimana peminjam harus
adanya seseorang tertentu yang sanggup menjadi pailit untuk mendapatkannya17.
memenuhi atau membayar prestasi Bagi kreditur dengan adanya perjanjian
apabila debitur wanprestasi atau cidera jaminan memberikan keamanan terhadap
janji. modal yang diserahkan kepada debitur
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan sehingga kreditur tidak merasa takut atau
pembiayaan, baik kreditur, debitur, atau pihak khawatir tidak dikembalikannya modal
lain harus mendapat perlindungan melalui tersebut. Apabila debitur tidak mampu dalam
lembaga jaminan yang bisa memberi kepastian mengembalikan pokok kredit dan bunga, bank
hukum bagi semua pihak. Lembaga jaminan atau pemilik modal dapat melakukan eksekusi
merupakan kebutuhan bagi kreditur atau bank terhadap benda jaminan.
untuk memperkecil resiko dalam menyalurkan Perjanjian jaminan merupakan perjanjian
kredit15. Dalam memberikan kredit, kreditur ikutan sehingga eksistensi perjanjian jaminan
harus mempunyai keyakinan bahwa dana yang amat tergantung kepada perjanjian
dipinjamkan masyarakat harus dapat kembali pendahuluannya yang menjadi dasar timbulnya
tepat waktu beserta dengan bunganya dan pengikatan jaminan. Artinya perjanjian jaminan
sesuai dengan syarat-syarat yang telah dimaksudkan untuk mengubah kedudukan
disepakati bersama oleh para pihak yang kreditur-krediturnya menjadi kreditur yang
bersangkutan dalam perjanjian kredit. preferent, sehingga kreditur (pemberi
Bank dalam menyalurkan kredit harus pinjaman) akan merasa aman dan memperoleh
memperhatikan prinsip 5C, yaitu: Character kepastian hukum atas pelunasan pinjaman yang
(watak), Capacity (kemampuan), Capital diberikan olehnya kepada debitur, karena
(modal), Collateral (jaminan), dan Condition of diikuti dengan diperjanjikan pemberian jaminan
Economy (kondisi ekonomi)16. Dalam oleh debitur kepada kreditur. Untuk itulah
pemberian kredit oleh bank, maka salah satu dikatakan bahwa perjanjian jaminan
dari lima prinsip tersebut yaitu Collateral merupakan perjanjian tambahan dari perjanjian
(jaminan) menjadi syarat utama dalam pendahuluannya, yaitu perjanjian yang akan
perjanjian kredit yang kemudian diikuti dengan lebih memperkuat perjanjian pendahuluannya.
perjanjian jaminan. Hal ini dimaksudkan Apabila dicermati, maka kegunaan dari
sebagai solusi hukum untuk menjamin barang-barang jaminan itu adalah untuk
kepastian pengembalian pinjaman tersebut memberikan hak dan kekuasaan kepada bank
manakala debitur melakukan wanprestasi. untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-
Jaminan merupakan aset yang dijanjikan barang jaminan tersebut bilamana nasabah
oleh peminjam (debitur) kepada pemberi cidera janji (wanprestasi). Agar seorang kreditur
pinjaman (kreditur) sampai pinjaman dibayar mempunyai kedudukan yang lebih baik
kembali. Jika peminjam tidak melakukan dibandingkan kreditur konkuren, utang kreditur
kewajibannya maka kreditur memiliki hak untuk dapat diikat dengan hak jaminan yang bersifat
menyita agunan dan menjualnya untuk khusus, sehingga krediturnya memiliki hak
melunasi pinjaman. Dari sudut pandang preferensi dalam pelunasan piutangnya.
pemberi pinjaman, fungsi jaminan pada Apabila diperhatikan klausul terakhir dari
dasarnya untuk melayani kepentingan pemberi ketentuan dalam Pasal 1132 KUH Perdata, yaitu
pinjaman, perlindungan terhadap resiko dan kata-kata "kecuali apabila di antara para
sebagai perangkat screening (penyaringan). berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah
Selain fungsi-fungsi utama tersebut, jaminan untuk didahulukan", maka memberikan
juga berfungsi untuk menempatkan pemberi kemungkinan sebagai pengecualian adanya
pinjaman dalam posisi istimewa vis-à-vis kedudukan yang diutamakan kepada kreditur
tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.
Adapun kreditur yang diutamakan tersebut,

15 https://media.neliti.com › media › publications ›2 Pdf 17 Balkenhol,B and H.Schutte. 2001. Social finance
Programme, Working paper No.26, Collateral, Collateral
16 Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Law, and Collateral Substitutes 2nd Edition, Employment
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 104 Sector International Labour Office Geneva. Hlm. 13

177
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

yaitu kreditur yang mempunyai hak jaminan Debitur yang terbukti melakukan
yang bersifat khusus, dinamakan pula kreditur wanprestasi atas perjanjian kredit yang
preferent18. Siapa saja yang menjadi kreditur dibebani Hak Tanggungan, maka oleh UU Hak
preferent tersebut dinyatakan dalam Pasal 1133 Tanggungan memberikan perlindungan hukum
KUHPerdata yaitu : Hak untuk didahulukan di bagi kreditur sebagaimana diatur dalam Pasal 1,
antara orang-orang yang berpiutang terbit dari Pasal 6, Pasal 7, Pasal 14, dan Pasal 20. Pasal 1
hak istimewa, dari gadai dan dari hipotek. Dari ayat (1) UU Hak Tanggungan berbunyi:
ketentuan dalam Pasal 1133 KUH Perdata, “Hak Tanggungan atas tanah berserta tanah
diketahui bahwa hak jaminan yang bersifat beserta benda-benda yang berkaitan
khusus itu terjadi karena : dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak
a) diberikan atau ditentukan oleh undang- Tanggungan, adalah hak jaminan yang
undang sebagai piutang yang dibebankan pada hak atas tanah
diistimewakan (Pasal 1134 KUH Perdata); sebagaimana dimaksud dalam Undang-
b) diperjanjikan antara debitur dan kreditur, Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
sehingga menimbulkan hak preferensi bagi Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
kreditur atas benda tertentu yang berikut atau tidak berikut benda-benda lain
diserahkan debitur (Pasal 1150 dan Pasal yang merupakan satu kesatuan dengan
1162 KUH Perdata, Pasal 1 angka 1 juncto tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,
Pasal 20 sub 1 Undang-Undang Nomor 4 yang memberikan kedudukan yang
Tahun 1996 dan Pasal 1 sub 2 juncto Pasal diutamakan kepada kreditur tertentu
27 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 terhadap kreditur-kreditur lain.”
dan Pasal 1820 KUH Perdata). Pasal tersebut menjelaskan bahwa kreditur
Kedudukan kreditur terhadap pelunasan memiliki kedudukan yang diutamakan sebagai
piutangnya tergantung dan ditentukan oleh hak kreditur preferen untuk mendapatkan
jaminan yang dipegangnya. Kreditur yang perlindungan hukum kreditur. Kedudukan
memegang hak jaminan yang bersifat khusus kreditur lebih diutamakan dari pada kreditur-
akan jauh lebih baik kedudukannya kreditur lainnya. Perjanjian kredit yang diikat
dibandingkan dengan kreditur yang memegang dengan perjanjian jaminan yang dibebani hak
hak jaminan yang bersifat umum. Kreditur yang tanggungan memberikan perlindungan hukum
mempunyai hak jaminan yang bersifat khusus bagi kreditur pemegang hak tanggungan.
adalah kreditur yang piutangnya ditentukan Keberadaan Pasal 6 UU Hak Tanggungan
oleh undang-undang sebagai piutang yang sangat penting bagi kreditur dalam
diistimewakan dan piutang yang diikat dengan memberikan perlindungan bagi kreditur jika
kebendaan tertentu atau dijamin oleh debitur wanprestasi karena mengatur tentang
seseorang. Hak jaminan yang bersifat khusus ini eksekusi benda jaminan. Pasal 6 UU Hak
timbul karena diperjanjikan secara khusus Tanggungan mengatur:
antara debitur dan kreditur. “Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak
Hak jaminan yang bersifat khusus dapat Tanggungan pertama mempunyai hak untuk
berupa atau dibedakan atas : menjual obyek Hak Tanggungan atas
1) hak jaminan yang bersifat kebendaan kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum
(zakelijke zekerheidsrechten), yaitu adanya serta mengambil pelunasan piutangnya dari
suatu kebendaan tertentu yang dibebani hasil penjualan tersebut. “
dengan utang; Pasal 6 UU Hak Tanggungan ini sudah
2) hak jaminan yang bersifat perseorangan sejalan dengan ketentuan pada Pasal 1178 ayat
(persoonlijke zekerheidsrechten), yaitu (2) KUHPerdata. Berdasarkan penjelasan Pasal
adanya seseorang tertentu atau badan 6 UU Hak Tanggungan bahwa dalam hal pada
hukum yang bersedia menjamin pelunasan Akta Pemberian Hak Tanggungan telah
utang tertentu bila debitur wanprestasi. diperjanjikan bahwa pemegang Hak
Tanggungan pertama mempunyai hak untuk
menjual sendiri objek Hak Tanggungan apabila
18 Rachmadi Usman. 2009. Hukum Jaminan Keperdataan. debitur cidera janji, maka kreditur pemegang
Sinar Grafika: Jakarta. Hlm. 75 Hak Tanggungan Pertama dapat langsung

178
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan untuk dieksekusi, sama dengan putusan hakim
sendiri dengan cara lelang melalui Kantor yang telah berkekuatan hukum tetap, sehingga
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang kreditur tidak perlu mengajukan gugatan ke
(KPKNL). Ketentuan ini juga mengandung arti pengadilan untuk pelaksanaan eksekusi .
bahwa eksekusi yang dilakukan kreditur tidak Pasal 20 UU Hak Tanggungan berfungsi
perlu terlebih dahulu mengajukan gugatan ke untuk melindungi kedudukan kreditur sebagai
pengadilan. kreditur preferen. Pasal 20 UU Hak Tanggungan
Sesuai ketentuan Pasal 7 UU Hak menyebutkan:
Tanggungan menyebutkan “Hak Tanggungan (1) Apabila debitur cidera janji, maka
tetap mengikuti obyeknya dalam tangan berdasarkan : a. Hak pemegang Hak
siapapun obyek tersebut berada”. Dalam Tanggungan pertama untuk menjual
penjelasan pasal ini, hak tanggungan obyek Hak Tanggungan sebagaimana
merupakan jaminan khusus bagi kepentingan dimaksud dalam Pasal 6, atau b. Titel
pemegang Hak Tanggungan, yaitu walaupun eksekutorial yang terdapat dalam
obyek Hak Tanggungan sudah berpindah dan sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana
menjadi milik pihak lain, kreditur masih tetap dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek
dapat menggunakan haknya melalui eksekusi Hak Tanggungan dijual melalui
apabila debitur cidera janji. pelelangan umum menurut tata cara
Perlindungan hukum bagi kreditur dalam yang ditentukan dalam peraturan
Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) UU Hak perundang-undangan untuk pelunasan
Tanggungan mengatur tentang penerbitan piutang pemegang Hak Tanggungan
sertifikat Hak Tanggungan. Selengkapnya isi dengan hak mendahulu dari pada
ketentuan Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) UU Hak kreditur-kreditur lainnya.
Tanggungan sebagai berikut: (2) Atas kesepakatan pemberi dan
(1) Sebagai tanda bukti adanya Hak pemegang Hak Tanggungan, penjualan
Tanggungan, Kantor Pertanahan obyek Hak Tanggungan dapat
menerbitkan sertifikat Hak Tanggungan dilaksanakan di bawah tangan jika
sesuai dengan peraturan perundang- dengan demikian itu akan dapat
undangan yang berlaku. diperoleh harga tertinggi yang mengun-
(2) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana tungkan semua pihak.
dimaksud pada ayat (1) memuat irah-irah (3) Pelaksanaan penjualan sebagaimana
dengan kata-kata “DEMI KEADILAN dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
BERDASARKAN KETUHANAN YANG dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu)
MAHA ESA”. bulan sejak diberitahukan secara tertulis
(3) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana oleh pemberi dan/atau pemegang Hak
dimaksud pada ayat (2) mempunyai Tanggungan kepada pihak-pihak yang
kekuatan eksekutorial yang sama dengan berkepentingan dan diumumkan sedikit-
putusan pengadilan yang telah dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang
memperoleh kekuatan hukum tetap dan beredar di daerah yang bersangkutan
berlaku sebagai pengganti grosse akta dan/atau media massa setempat, serta
Hipotek sepanjang mengenai hak atas tidak ada pihak yang menyatakan
tanah. keberatan.
Sebagai tanda bukti adanya Hak (4) Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi
Tanggungan, maka kantor Pertanahan Hak Tanggungan dengan cara yang
menerbitkan sertifikat Hak Tanggungan. bertentangan dengan ketentuan pada
Penerbitan sertifikat ini berfungsi untuk ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) batal demi
melindungi kreditur yang hendak menjual hukum.
obyek Hak Tanggungan dengan menggunakan (5) Sampai saat pengumuman untuk lelang
sertifikat Hak Tanggungan. Adanya irah-irah dikeluarkan, penjualan sebagaimana
sebagaimana disebutkan dalam ayat (2) dimaksud pada ayat (1) dapat
mengandung arti Sertifikat Hak Tanggungan ini dihindarkan dengan pelunasan utang
mempunyai kekuatan eksekutorial yang siap yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu

179
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

beserta biaya-biaya eksekusi yang telah menghutangkan padanya, pendapatan


dikeluarkan. penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
Pasal 20 UU Hak Tanggungan ini keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya
memberikan perlindungan bagi kreditur piutang masing-masing, kecuali apabila di
pemegang Hak Tanggungan, dimana kreditur antara para berpiutang itu ada alasan-alasan
berhak untuk mengajukan eksekusi dan untuk didahulukan.” Perlindungan kreditur atas
melakukan lelang terhadap objek Hak pelunasan utang debitur menggunakan pasal
Tanggungan demi memenuhi hak dari kreditur 1131 dan pasal 1132 KUHPerdata membuat
apabila debitur cidera janji atau wanprestasi. posisi kreditur menjadi kreditur konkuren, jika
Kreditur berhak menjual objek Hak Tanggungan dalam UU Perbankan dan UU Hak Tanggungan
melalui pelelangan umum atau penjualan kedudukan kreditur bersifat preferen karena
dibawah tangan. Ketentuan tersebut di atas secara khusus dilindungi hak-haknya apabila
mengatur mengenai eksekusi objek jaminan terjadi kredit macet. Kreditur yang
Hak Tanggungan yang menjadi perlindungan kedudukannya berubah menjadi konkuren
hukum untuk kreditur bila debitur tidak dapat tetap akan mendapatkan perlindungan
memenuhi prestasinya. Undang Undang Hak terhadap hak pengembalian piutangnya19.
Tanggungan tidak mengatur perlindungan Wanprestasi merupakan perbuatan
hukum bagi kreditur apabila terjadi gugatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak
pihak lain yang berhak atas objek jaminan yang debitur kepada kreditur ketika adanya suatu
mengakibatkan batalnya perjanjian kredit. perjanjian jangka kredit. Pihak debitur lalai
Upaya perlindungan hukum yang diuraikan memenuhi perjanjian, tidak menyerahkan atau
diatas bukan merupakan peraturan khusus membayar dalam waktu yang ditentukan atau
untuk melindungi kreditur dalam hal terjadi tidak berbuat sesuai yang dijanjikan dalam
gugatan lain yang berhak atas objek jaminan tenggang waktu yang ditentukan. Debitur yang
yang dibebani Hak Tanggungan. berusaha mengelak pengembalian kredit atau
UU Perbankan dan UU Hak Tanggungan lalai dalam perjanjian pengembalian kredit atau
hanya mengatur perlindungan hukum bagi berusaha menghambat pengembalian kredit
kreditur apabila debitur tidak dapat memenuhi yang telah diterimanya melalui upaya hukum
prestasinya (wanprestasi) sehingga digolongkan biasa atau upaya hukum luar biasa. Ini ulah
sebagai kredit macet dan proses pengembalian debitur yang tidak bertanggung jawab sehingga
utang dengan cara melalui eksekusi lelang. pihak kreditur mengambil tindakan berupa
Perlindungan hukum bagi kreditur atas gugatan sanksi yang ditujukan kepada pihak debitur,
pihak lain yang berhak atas objek jaminan yang baik sanksi ringan seperti mengambil jaminan
dibebani hak tanggungan belum diatur secara dari debitur atau memberikan sanksi tegas jika
khusus. pihak debitur masih tetap belum bisa melunasi
Perlindungan hukum bagi kreditur apabila utangnya.
mendapatkan gugatan dari pihak lain yang Upaya yang ditempuh pihak kreditur adalah
berhak atas agunan hanya dapat diselesaikan dengan mengajukan ke pengadilan negeri atas
dengan menggunakan aturan yang terdapat dasar wanprestasi. Hanya saja proses
pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata. penyelesaian perkara perdata di pengadilan
Hak Tanggungan termasuk dalam jaminan negeri sampai adanya putusan pengadilan yang
umum karena Hak Tanggungan merupakan tetap dan pasti (in kracht van gewisjde)
benda tidak bergerak sehingga kreditur dapat biasanya melalui 3 (tiga) tingkatan peradilan,
dilindungi dengan menggunakan pasal 1131 yaitu: a) Pengadilan Negeri selaku peradilan
dan 1132 KUHPerdata.Pasal 1131 KUHPerdata tingkat pertama, b) Pengadilan Tinggi selaku
berisi “Segala barang-barang bergerak dan tak
bergerak milik debitur, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
19 Fransisca Kusuma Ariyani. Perlindungan Hukum
perikatan-perikatan perorangan debitur itu''.
Bagi Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Terhadap
Pasal 1132 KUHPerdata sendiri berisi: Sengketa Agunan Yang Mengakibatkan Batalnya
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan Perjanjian Kredit. Jurnal Hukum Adigama. Tersedia di
bersama-sama bagi semua orang yang https://journal.untar.ac.id

180
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

peradilan tingkat banding, dan c) Mahkamah jika dilakukan melalui penjualan sendiri
Agung. objek jaminan oleh debitur agar lebih
cepat dan mendapatkan harga jual yang
PENUTUP lebih baik.
A. Kesimpulan
1. Debitur yang melakukan wanprestasi DAFTAR PUSTAKA
dalam Perjanjian Kredit dengan Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata
pembebanan Hak Tanggungan mengacu Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti
pada Pasal 1238 KUH Perdata yakni Balkenhol,B and H.Schutte. 2001. Social finance
debitur dianggap melakukan wanprestasi Programme, Working paper No.26,
dengan lewatnya batas waktu Collateral, Collateral Law, and Collateral
pemenuhan kewajiban debitur sesuai Substitutes 2nd Edition, Employment
yang diperjanjikan atau dalam arti lain Sector International Labour Office
debitur dikatakan wanprestasi jika tidak Geneva.
memenuhi kewajiban berupa batas Budi H. Untung. 2000. Kredit Perbankan di
waktu pengembalian kredit yang telah Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset
diperjanjikan. Frieda Husni Hasbullah. 2009. Hukum
2. Dalam hal debitur melakukan Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang
wanprestasi dalam perjanjian kredit Memberi Jaminan. Jakarta : Ind Hill-Co
dengan pembebanan Hak Tanggungan, H.R. Daeng Naja. 2005. Hukum Kredit dan Bank
maka kepada kreditur mendapatkan Garansi. Bandung: Citra Aditya Bakti
perlindungan hukum agar pelunasan Irma Devita Purnamasari. 2011. Hukum
hutang debitur bisa terlaksana sesuai Jaminan Perbankan. Bandung: Kaifa
dengan ketentuan yang diatur dalam UU Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan
Hak Tanggungan Pasal 6 tentang hak Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
untuk menjual objek hak tanggungan, Mahkamah Agung RI. 2008. Pedoman Teknis
Pasal,7 tentang hak tanggungan Administrasi dan Teknis Peradilan
mengikuti objeknya, Pasal 14 tentang Perdata Umum dan Perdata Khusus,
manfaat sertifikat hak tanggungan, dan Buku II, Edisi 2007
Pasal 20 tentang prosedur eksekusi hak Mariam Darus Badrulzaman 1992. Perjanjian
tanggungan. Kredit Bank. Bandung: Citra Aditya Bhakti
______________________ . 2001. Kompilasi
B. Saran Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya
1. Oleh karena perjanjian kredit Bhakti
mengandung resiko bagi kreditur atas Muhammad Djumhana. 2000. Hukum
pengembalian hutang debitur, maka Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra
kreditur harus benar-benar Aditya Bhakti
memperhatikan prinsip kehati-hatian ______. 2018. Hukum Perbankan di Indonesia.
dalam pemberian kredit dan kepada Bandung: Citra Aditya Bakti
debitur benar-benar punya itikad baik Munir Fuady. 1996. Hukum Perkreditan
dalam memenuhi pengembalian Kontemporer. Bandung: Citra Aditya
hutangnya kepada kreditur sehingga Bhakti
terhindar dari perbuatan wanprestasi. Neni Sri Imaniyati. 2007. Pengantar Hukum
2. Mengingat masih saja terjadi hambatan Perbankan Indonesia. Bandung: PT Refika
dalam pelaksanaan hak kreditur Aditama
mengeksekusi benda jaminan akibat ______. 2010. Pengantar Hukum Perbankan
wanprestasi debitur, demikian pula agar Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama
kreditur benar-benar merasa dilindungi Nindyo Pramono. 2003. Hukum Komersial.
dan ada kepastian hukum, maka Jakarta: Pusat Penerbitan UT
pelaksanaan eksekusi objek jaminan oleh R. Setiawan. 1999. Pokok-Pokok Hukum
kreditur hendaknya dilaksanakan dengan Perjanjian. Jakarta: Putra Abadin
prosedur yang cepat bahkan lebih baik

181
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

Rachmadi Usman. 2009. Hukum Jaminan


Keperdataan. Jakarta: Sinar Grafika
Salim HS. 2003. Hukum Kontrak, Teori & Teknik
Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika
Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan Hukum
Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta:
Genta Publishing
Subekti. 1989. Hukum Perjanjian. Jakarta:
Intermasa
______. 1991. Hukum Perjanjian, Jakarta:
Intermasa
______, 1982. Pokok-Pokok Hukum Perdata,
cet.16, Jakarta: Intermasa
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 2001. Hukum
Jaminan Indonesia, Pokok-Pokok Hukum
Jaminan dan Perorangan. Yogyakarta:
Liberty.

182

Anda mungkin juga menyukai