Anda di halaman 1dari 13

WANPRESTASI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perdata

Dosen Pengampu Aria Dimas Harapan S.H., M.H.

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Wella Ananda Yoestina, S.Psi.


2. Tia Febryanti
3. Boenga Sukmawati
4. Bambang Hoirudin
5. Rizal Maulana

ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

2023
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
Pendahuluan
A. Pengertian Wanprestasi................................................................................................2
a) Definisi Wanprestasi..............................................................................................2
b) Etimologi Wanprestasi……………………………………………………….....3
B. Penyebab Wanprestasi .................................................................................................3
BAB II
Isi
A Pasal Wanprestasi..........................................................................................................5
B. Dampak Hukum Wanprestasi.......................................................................................5
C. Upaya Perlindungan Terhadap Para Pihak Akibat Wanprestasi...................................7
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................................11

ii
BAB I
Pendahuluan

Sering mendengar istilah wanprestasi namun tidak tahu artinya? Singkatnya, wanprestasi
adalah cedera janji yang dilakukan satu pihak dari perjanjian yang telah disepakati. Wanprestasi
diatur pada Pasal 1238 KUHPerdata, yakni debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
Perjanjian dibuat para pihak sebagai dasar hubungan hukum tentang kesepakatan-
kesepakatan yang telah disetujui, yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Dengan
adanya perjanjian diharapkan semua apa yang telah disepakati dapat berjalan dengan normal,
namun dalam prakteknya pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak selalu berjalan
sebagaimana mestinya sehingga muncul peristiwa yang disebut wanprestasi. Wanprestasi adalah:
“Suatu keadaan dimana seorang debitur (berutang) tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi
sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian”. Seseorang dinyatakan wanprestasi karena:
Sama sekali tidak memenuhi prestasi; prestasi yang dilakukan tidak sempurna; terlambat
memenuhi prestasi; dan melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.
Wanprestasi menimbulkan permasalahan, antara lain: Bilaman seorang debitur dinyatakan
wanprestasi, apa akibat terjadinya wanprestasi dan bagaimana upaya agar penyelesaian
wanprestasi dapat memberi perlindungan bagi para pihak. Agar tercipta apa yang menjadi tujuan
dari pembuatan perjanjian, dibutuhkan solusi yang dapat memberikan perlindungan bagi para
pihak terutama pihak yang dirugikan.
Wanprestasi adalah istilah yang diambil dari bahasa Belanda wanprestatie dengan arti
tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban dalam suatu perjanjian. Berdasarkan arti dalam KBBI,
wanprestasi adalah keadaan salah satu pihak (biasanya perjanjian) berprestasi buruk karena
kelalaian.
Menurut Yahya Harahap Wanprestasi adalah: “Pelaksanaan perjanjian yang tidak tepat
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dilaksanakan sama sekali.1

1
Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Bandung: Alumni, 1986, hal. 60.

iii
A. Pengertian Wanprestasi

Pusat Penyuluhan dan Bantuan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia menjelaskan, wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya
prestasi karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian. Bentuk-bentuk sikap
yang bisa dikatakan wanprestasi diantaranya:

 Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;


 Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);
 Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan;
 Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Sementara itu dalam dunia keuangan, wanprestasi juga diartikan sebagai tindakan ‘gagal
bayar’ menurut Wikipedia. Dimana wanprestasi menggambarkan suatu keadaan di mana seorang
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian utang piutang yang
dibuatnya. Misalnya, tidak melakukan pembayaran angsuran ataupun pelunasan pokok utang
sesuai dengan kesepakatan, termasuk melakukan pelanggaran atas persyaratan kredit
sebagaimana diatur di dalam kontrak.2
Akan tetapi, istilah "gagal bayar" ini harus dibedakan dengan "penundaan kewajiban
pembayaran utang" (PKPU) dan "pailit". Gagal bayar secara esensial berarti bahwa seorang
debitur tidak melakukan pembayaran utangnya. Penundaan kewajiban pembayaran utang atau
dikenal juga dengan istilah moratorium, adalah suatu istilah hukum yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan seorang debitur yang tidak mampu melakukan pembayaran utangnya.
Sedangkan pailit atau bangkrut adalah suatu istilah hukum yang menunjukkan adanya
pengawasan pengadilan atas suatu perusahaan yang mengalami moratorium atau gagal bayar.
Kondisi tersebut dapat terjadi pada semua kewajiban utang termasuk obligasi, kredit
pemilikan rumah (KPR), pinjaman perbankan, surat sanggup bayar, Medium Term Note, dan
lain-lain perjanjian yang bersifat utang.
a) Definisi Wanprestasi
Sebagaimana Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”)
berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali
2
https://www.rumah.com/panduan-properti/wanprestasi-47060

iv
selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh
undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Menurut definisinya, wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi
karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian. Wanprestasi diatur pada Pasal
1238 KUHPerdata yang menyatakan, “Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

b) Etimologi Wanprestasi
Mengutip Hukum Online, wanprestasi atau perbuatan cidera/ingkar janji (breach of
contract), secara etimologis berasal dari bahasa Belanda, yang artinya “prestasi” yang buruk dari
seorang debitur (atau orang yang berutang) dalam melaksanakan suatu perjanjian.
Sehingga jelas, wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak dipenuhi atau
ingkar janji atau kelalaian yang dilakukan oleh debitur baik karena tidak melaksanakan apa yang
telah diperjanjikan maupun malah melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.3

B. Penyebab Wanprestasi
Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
yang berbunyi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan
atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”. Berdasarkan
pasal di atas dapat dipahami bahwa wanprestasi adalah keadaan di mana kreditur maupun debitur
tidak/lalai melaksanakan perjanjian yang telah disepakati. Penyebabnya sendiri dapat timbul
karena kesengajaan atau kelalaian dan adanya keadaan memaksa (force mejeur).
Kasus tindakan ingkar janji ini bisa terjadi antara debitur dan kreditur. Selain itu, kasus
wanprestasi juga sering dijumpai pada perjanjian suatu proyek bisnis.
Adapun penyebab terjadinya Wanprestasi adalah sebagai berikut:
a. Lalai memenuhi tanggung jawab

3
https://www.hukumonline.com/berita/a/unsur-dan-cara-menyelesaikan-wanprestasi-lt62174878376c7/

v
Salah satu alasan terjadinya wanprestasi karena salah satu pihak lalai untuk memenuhi
tanggung jawabnya. Adapun pihak yang melakukan menyalahi kontrak dianggap lalai
apabila:
- Tidak melaksanakan aturan
- Melakukan suatu perbuatan yang berbeda dengan kontrak
b. Kondisi memaksa
Kondisi memaksa atau force majeure  adalah sebuah kondisi yang menyebabkan
wanprestasi tidak diinginkan terjadi.
Salah satu pihak lalai karena kondisi yang di luar kendalinya terjadi. Misalnya, objek atau
barang tersebut hilang atau dicuri, kondisi bencana alam, dan lain sebagainya.
c. Sengaja Melanggar Peraturan
Adapun penyebab wanprestasi adalah pelaku sengaja mengingkari perjanjian.
Pelanggaran aturan ini membuat pihak lainnya mengalami kerugian.4
Selain itu unsur-unsur wanprestasi antara lain: Adanya perjanjian yang sah (1320),
adanya kesalahan (karena kelalaian dan kesengajaan), adanya kerugian, adanya sanksi, dapat
berupa ganti rugi, berakibat pembatalan perjanjian, peralihan risiko, dan membayar biaya perkara
(apabila masalahnya sampai di bawa ke pengadilan). Wanprestasi adalah suatu istilah yang
menunjuk pada ketiadalaksanaan prestasi oleh debitur.5

BAB II
4
https://www.fortuneidn.com/business/surti/wanprestasi-adalah?page=all
5
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003, hal. 69.

vi
ISI

A. Pasal Wanprestasi
Pasal wanprestasi tertuang dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yang menyebutkan “Debitur
dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan
kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus
dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, wanprestasi berasal dari adanya
kesepatakan/perjanjian suatu perikatan hukum menyangkut suatu transaksi yang tidak
dipenuhi oleh salah satu pihak. Jadi, jika ada salah satu pihak yang gagal memenuhi janjinya
untuk menunaikan prestasi baik sengaja ataupun kelalaian, maka hal itu dapat dikatakan telah
terjadi cedera janji (wanprestasi).
Akibat hukum wanprestasi, maka pihak yang dirugikan dapat melakukan pemanggilan
secara tertulis (somasi) dan menggugat ke pengadilan. Selain itu, pihak yang melakukan
wanprestasi berkewajiban melaksanakan prestasi sebagai berikut:
a. Harus mengganti kerugian yang diderita oleh kreditor atau pihak lain yang memiliki hak
untuk menerima prestasi tersebut (Pasal 1243 BW);
b. Harus Pemutusan kontrak yang dibarengi dengan pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267
BW);
c. Harus menerima peralihan resiko sejak wanprestasi tersebut terjadi (Pasal 1237 ayat (2)
BW);
d. Harus menanggung biaya perkara jika perkara tersebut dibawa ke pengadilan (Pasal 181
ayat (2) HIR).

B. Dampak Hukum Wanprestasi


Adapun akibat hukum karena adanya wanprestasi dalam suatu perjanjian adalah debitur
diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (pasal 1234
KUHPerdata). Apabila perikatan itu timbal balik. Kreditur dapat menuntut pembatalan/dapat
dibatalkan perikatannya melalui hakim (pasal 1266 KUHPerdata ).
Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak terjadi
wanprestasi (pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata). Debitur diwajibkan memenuhi perikatan jika

vii
masih dapat dilakukan, atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (pasal 1267
KUHPerdata).
Merujuk penjelasan Pusat Penyuluhan dan Bantuan Hukum Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia, wanprestasi tentu dapat berakibat pada tindakan hukum sesuai aturan
yang berlaku. Dimana masing-masing pihak yang merasa dirugikan berhak menggugat ke
Pengadilan untuk menuntut ganti rugi, berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga jika
ada. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1243 dan Pasal 1244 KUH Perdata (BW) yang
berbunyi sebagai berikut:
- Pasal 1243 menyatakan:
Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah
ditentukan.
- Pasal 1244 menyatakan:
Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. Bila ia tak dapat
membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu
dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang
tak dapat dipertanggungkan kepadanya, walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya.
Sementara Pasal 1267 KUHPerdata mengatur mengenai hak-hak kreditur yang
merupakan alternatif upaya hukum untuk mendapatkan hak-haknya kembali. Isi pasal
tersebut adalah:
- Meminta pelaksanaan perjanjian, atau
- Meminta ganti rugi, atau
- Meminta pelaksanaan perjanjian sekaligus meminta ganti rugi, atau
- Dalam perjanjian timbal balik dapat dimintakan pembatalan perjanjian sekaligus
meminta ganti rugi.6

6
https://www.rumah.com/panduan-properti/wanprestasi-47060

viii
C. Upaya Perlindungan Terhadap Para Pihak Akibat Wanprestasi
Salah satu prinsip yang sangat mendasar dalam hukum perjanjian adalah prinsip
perlindungan kepada para pihak, terutama pihak yang dirugikan. Berlandaskan kepada
prinsip perlindungan pihak yang dirugikan ini, maka apabila terjadinya wanprestasi terhadap
suatu perjanjian, kepada pihak lainnya diberikan berbagai hak sebagai berikut:7
a. Exceptio non adimpleti contractus menolak melakukan prestasinya atau menolak
melakukan prestasi selanjutnya manakala pihak lainnya telah melakukan wanprestasi.
Exceptio Non Adimpleti Contractus dalam perjanjian timbal balik merupakan tangkisan
yang menyatakan bahwa salah satu pihak tidak dapat melaksanakan perjanjian seperti
yang seharusnya, disebabkan karena pihak yang lain terlebih dulu tidak melaksanakan
perjanjian sebagaimana mestinya.8
b. Penolakan prestasi selanjutnya dari pihak lawan. Apabila pihak lawan telah melakukan
wanprestasi, misalnya mulai mengirim barang yang rusak dalam suatu perjanjian jual
beli, maka pihak yang dirugikan berhak untuk menolak pelaksanaan prestasi selanjutnya
dari pihak lawan tersebut, misalnya menolak menerima barang selanjutnya yang akan
dikirim oleh pihak lawan dalam contoh perjanjian jual beli tersebut.
c. Menuntut restitusi. Ada kemungkinan sewaktu pihak lawan melakukan wanprestasi,
pihak lainnya telah selesai atau telah mulai melakukan prestasinya seperti yang
diperjanjikannya dalam perjanjian yang bersangkutan. Dalam hal tersebut, maka pihak
yang telah melakukan prestasi tersebut berhak untuk menuntut restitusi dari pihak lawan,
yakni menuntut agar kepadanya diberikan kembali atau dibayar setiap prestasi yang telah
dilakukannya.
d. Dalam hal debitur melakukan wanprestasi maka kreditur dapat menuntut salah satu dari
lima kemungkinan sebagai berikut:
1) Menuntut pembatalan/pemutusan perjanjian.
2) Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.
3) Menuntut penggantian kerugian.
4) Menuntut pembatalan dan penggantian kerugian.
5) Menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.

7
Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: Citra Aditya Bakti,1999,
hal. 96
8
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/87440

ix
Walaupun salah satu pihak telah melakukan wanprestasi, namun
kepentingannyapun harus tetap ikut dilindungi untuk menjaga keseimbangan.
Perlindungan hukum kepada pihak yang telah melakukan wanprestasi tersebut adalah
sebagai berikut:9
a. Dengan mekanisme tertentu untuk memutuskan perjanjian. Agar pemutusan
perjanjian tidak dilaksanakan secara sembarangan sungguhpun pihak lainnya telah
melakukan wanprestasi, maka hukum menentukan mekanisme tertentu dalam hal
pemutusan perjanjian tersebut. mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban melaksanakan somasi (Pasal 1238 KUH Perdata).
2. Kewajiban memutuskan perjanjian timbal balik lewat pengadilan (Pasal 1266
KUH Perdata)
b. Pembatasan untuk pemutusan perjanjian. Seperti telah dijelaskan bahwa jika salah
satu pihak telah melakukan wanprestasi, maka pihak lainnya dalam perjanjian
tersebut berhak untuk memutuskan perjanjian yang bersangkutan. Akan tetapi
terhadap hak untuk memutuskan perjanjian oleh pihak yang telah dirugikan akibat
wanprestasi ini berlaku beberapa restriksi yuridis berupa:
1. Wanprestasi harus serius. Mekanisme penentuan sejauh mana serius atau tidaknya
suatu wanprestasi terhadap suatu perjanjian adalah sebagai berikut:
a. Melihat apakah ada ketentuan dalam perjanjian yang menegaskan pelaksanaan
kewajiban yang mana saja yang dianggap wanprestaisi terhadap perjanjian
tersebut, atau
b. Jika ada ketentuan dalam perjanjian, maka hakim dapat menentukan apakah
tidak melaksanakan kewajiban tersebut cukup serius untuk dianggap sebagai
suatu wanprestasi terhadap perjanjian yang bersangkutan.
2. Hak untuk memutuskan perjanjian belum dikesampingkan. Pengesarnpingan hak
untuk memutuskan perjanjian mempunyai konsekuensi hukum sebagai berikut:
Hilangnya hak untuk memutuskan perjanjian dan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan ganti rugi. Pada prinsipnya, pengesampingan hak untuk memutuskan
suatu perjanjian oleh pihak yang dirugikan oleh adanya tindakan wanprestasi

9
Ibid, hal. 98.

x
dapat dilakukan dengan dua jalan sebagai berikut: Dilakukan secara tegas dan
dilakukan dengan tindakan.
3. Pemutusan perjanjian tidak terlambat dilakukan.
4. Wanprestasi disertai unsur kesalahan:
a. Jika unsur “kesalahan” diperlukan untuk memberikan ganti rugi, maka unsur
“kesalahan” tersebut juga diperlukan untuk menggunakan hak dari pihak yang
dirugikah untuk dapat memutuskan perjanjian.
b. Pada prinsipnya pemutusan perjanjian merupakan “discresi” dari pengadilan.

BAB III

xi
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perjanjian yang telah dibuat berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak sebagai mana terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata. Namun dalam prakteknya, kadang apa yang diperjanjikan tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak atau disebut wanprestasi. Wanprestasi adalah: “Suatu
keadaan dimana seorang debitur (berutang) tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi
sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian”. Wanprestasi dapat terjadi baik
karena disengaja maupun tidak disengaja. Wanprestasi dapat berupa: Sama sekali tidak
memenuhi prestasi; prestasi yang dilakukan tidak sempurna; terlambat memenuhi
prestasi; melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.
2. Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak yang wanprestasi)
dirugikan. Karena adanya kerugian oleh pihak lain, maka pihak yang telah melakukan
wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa:
Pembatalan perjanjian; pembatalan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi; pemenuhan
perjanjian; pemenuhan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi; atau menuntut penggantian
kerugian saja.
3. Salah satu prinsip yang sangat mendasar dalam hukum perjanjian adalah prinsip
perlindungan bagi para pihak, terutama pihak yang dirugikan. Upaya untuk
mewujudkannya kepada yang dirugikan dapat melakukan: Pembatalan perjanjian;
pembatalan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi; pemenuhan perjanjian; pemenuhan
perjanjian disertai tuntutan ganti rugi; atau menuntut penggantian kerugian saja.
Sedangkan kepada pihak yang melakukan wanprestasi perlindungan diberikan berupa:
Adanya mekanisme tertentu dalam hal pemutusan perjanjian dengan kewajiban
melaksanakan somasi dan kewajiban memutuskan perjanjian timbal balik lewat
pengadilan; Pembatasan untuk pemutusan perjanjian; Hak untuk memutuskan perjanjian
belum dikesampingkan; Pemutusan perjanjian tidak terlambat dilakukan dan Wanprestasi
disertai unsur kesalahan. Bentuk perlindungan lain adalah dengan memberi kesempatan
pada debitur untuk melakukan pembelaan, misalnya: Karena overmacht (keadaaan

xii
memaksa; menyatakan bahwa kreditur juga lalai dan menyatakan bahwa kreditur telah
melepaskan haknya.

B. Saran
1. Dalam rangka menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya wanprestasi
yang dilakukan oleh debitur, maka sebelum melakukan perjanjian pihak kreditur harus
lebih hati-hati dan teliti dalam menilai dan memeriksa baik calon debitur maupun barang-
barang yang dijadikan jaminan.
2. Sebaiknya para pihak yang hendak membuat perjanjian harus terlebih dahulu memahami
benar-benar tentang hak dan kewajiban masing-masing.
3. Apabila terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian, harus diselesaikan sesuai aturan
hukum yang berlaku agar kepentingan para pihak dapat dilindungi.

xiii

Anda mungkin juga menyukai