Anda di halaman 1dari 6

Rumusan Masalah:

1. Apa pengertian dan penjelasan dari Prestasi?


2. Apa pengertian dan penjelasan dari Wanprestasi?
3. Apa pengertian dan penjelasan dari Risiko?
4. Apa pengertian dan penjelasan dari overmacht?

Pengertian Wanprestasi

 Menurut Harahap (1986), wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan kewajiban


yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
Sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau
membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan adanya wanprestasi oleh
salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian.
 Menurut Muhammad (1982), wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban
yang harus ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena
perjanjian maupun perikatan yang timbul karena Undang-undang.
 Menurut Prodjodikoro (2000), wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi
didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi
dari suatu perjanjian.

Dapat disimpulkan bahwa, Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai


melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat
antara kreditur dengan debitur.1 Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak
memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah
diperjanjikan.2 Dapat diketahui apabila salah satu pihak yang melakukan wanprestasi
dapat dihukum untuk membayar ganti rugi (Pasal 1246 KUHPerdata), pembatalan
perjanjian (Pasal 1266 KUHPerdata), peralihan risiko (Pasal 1237 KUHPerdata ayat
2).3

Bentuk Wanprestasi dapat berupa :


1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali
Contoh : A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor Revo seharga Rp.13.000.000,00
yang penyerahannya akan dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 25 Oktober 2011
pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa

1
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: 2008) hlm.180.

2
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Arga Printing, 2007),hlm.146

3
Djoko Trianto, Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi, (Bandung: Mandar Maju, 2004),
hlm.61
alasan yang jelas.

2. Terlambat dalam melakukan kewajiban perjanjian


Contoh: B datang pada hari itu membawa motor tersebut pada pukul 14.00 yang
dimana perjanjian awal dilaksanakan Pukul 10.00

3. Melaksanakan tetapi tidak sesuai yang diperjanjikan


Contoh : B datang tepat waktu, namun membawa merk selain Revo yang telah
diperjanjikan sebelumnya

4. Melaksanakan perjanjian yang tidak boleh dilakukan


Contoh: B datang tepat waktu dan membawa merk Revo sesuai dengan perjanjian,
namun B menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang jelas tidak ada kesepakatan oleh
kedua belah pihak sebelumnya.

Abdul Kadir Muhammad, menyatakan wanprestasi terjadi dikarenakan adanya 2


kemungkinan yaitu:
1) Keadaan memaksa (overmacht/force mejeur)
2) Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan atau kelalaian

Kesengajaan maupun kelalaian menimbulkan akibat yang berbeda yang dimana


akibat adanya kesengajaan, debitur harus lebih banyak mengganti kerugian dari pada
akibat adanya kelalaian. Maka, hal yang harus dilakukan yaitu dengan memberikan
peringatan atau somasi. Somasi adalah teguran keras secara tertulis dari kreditor
berupa akta kepada debitur, supaya debitur harus berprestasi dan disertai dengan
sangsi atau denda atau hukuman yang akan dijatuhkan atau diterapkan, apabila debitur
wanprestasi atau lalai.

Unsur-Unsur Wanprestasi

1. Adanya perjanjian yang sah


2. Adanya pihak melakukan pelanggaran (kelalaian / kesengajaan)
3. Adanya kerugian
4. Adanya sanksi (ganti rugi)4

Faktor Penyebab Wanprestasi

1. Kelalaian
4
Niru Anita Sinaga, WANPRESTASI DAN AKIBATNYA DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
Pihak debitur atau nasabah dapat disalahkan karena melakukan tindakan merugikan
pihak lain akibat dari kelalaian atau kesengajaannya. Beberapa kewajiban yang
dianggap lalai jika tidak dilaksanakan oleh debitur meliputi:

 Kewajiban memberikan sesuatu yang telah dijanjikan


 Kewajiban melakukan suatu perbuatan
 Kewajiban tidak melaksanakan suatu perbuatan

2. Keadaan memaksa /force majeure


Kondisi pemaksaan yang dimana pihak pelaku tidak mampu untuk memenuhi
kewajibannya karena faktor keadaan yang tidak bisa dikendalikan. Ketidakmampuan
tersebut bukan atas kehendak pelaku, sehingga pihak pelaku tidak bisa disalahkan atas
kerugian yang terjadi. Contohnya seperti bencana alam, objek dicuri/hilang

3. Kesengajaan
Pihak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kesepakatan awal. Sehingga
pihak ini dapat disalahkan jika terjadi kerugian.

Akibat Wanprestasi

1. Pembatalan perjanjian (Pasal 1266 & 1338 Ayat 2 KUHPerdata)


Kreditur dapat meminta untuk pembatalan terhadap perjanjian tersebut. Namun
pembatalan perjanjian harus memperhatikan Pasal 1266 KUHPer yang pembatalan
perjanjian harus dilakukan melalui pengadilan. Selain itu, Pasal 1338 ayat (2) dapat
juga dilaksanakan untuk pembatalan perjanjian melalui kesepakatan dari negosiasi
antar para pihak.

2. Membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUHPerdata)


Membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur berdasarkan Pasal 1243, ganti rugi
dapat dimintakan oleh kreditur berdasarkan (a) semua biaya yang telah dikeluarkan
oleh kreditur sejak terjadi wanprestasi, (b) kerugian yang timbul karena adanya
kerusakan terhadap barang, (c) bunga berupa hilangnya keuntungan yang telah
direncanakan oleh kreditur karena wanprestasi. Namun terdapat dua batasan
permintaan ganti rugi yaitu kerugian yang dapat diduga ketika perjanjian dibuat dan
kerugian sebagai akibat penipuan sebagai akibat langsung dari wanprestasi5

3. Peralihan resiko kerugian kepada debitur (Pasal 1237 KUHPerdata)


Risiko yang dimaksud adalah risiko yang terjadi karena act of god atau force
majeur dan mengakibatkan wanprestasi. Dalam hal ini, risiko yang awalnya tidak
beralih kepada debitur menjadi dapat dialihkan sepenuhnya kepada si pihak yang
wanprestasi sebagai sanksi dari wanprestasi.6

Upaya Perlindungan Terhadap Para Pihak Akibat Wanprestasi

Salah satu prinsip yang sangat mendasar dalam hukum perjanjian adalah prinsip
perlindungan kepada para pihak, terutama pihak yang dirugikan. Berlandaskan kepada
prinsip perlindungan pihak yang dirugikan ini, maka apabila terjadinya wanprestasi
terhadap suatu perjanjian, kepada pihak lainnya diberikan berbagai hak sebagai
berikut:7

A. Exceptio non adimpleti contractus


menolak melakukan prestasinya atau menolak melakukan prestasi selanjutnya
manakala pihak lainnya telah melakukan wanprestasi.
B. Penolakan prestasi dari pihak lawan.

5
Dermina Dsalimunthe, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (BW), Jurnal Al-Maqasid Volume 3 – Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2017, hlm. 16.
6
Ines Age Santika, et.al., Penyelesaian Sengketa Dan Akibat Hukum Wanprestasi Pada Kasus Antara
PT Metro Batavia Dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, Private Law Edisi 07
Januari – Juni 2015, hlm. 59.
7
Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: Citra Aditya
Bakti,1999.
Apabila pihak lawan telah melakukan wanprestasi, misalnya mulai mengirim barang
yang rusak dalam suatu perjanjian jual beli, maka pihak yang dirugikan berhak untuk
menolak pelaksanaan prestasi selanjutnya dari pihak lawan tersebut, misalnya
menolak menerima barang selanjutnya yang akan dikirim oleh pihak lawan dalam
contoh perjanjian jual beli tersebut.
C. Menuntut restitusi.
Ada kemungkinan sewaktu pihak lawan melakukan wanprestasi, pihak lainnya telah
selesai atau telah mulai melakukan prestasinya seperti yang diperjanjikannya dalam
perjanjian yang bersangkutan. Dalam hal tersebut, maka pihak yang telah melakukan
prestasi tersebut berhak untuk menuntut restitusi dari pihak lawan, yakni menuntut
agar kepadanya diberikan kembali atau. Restitusi adalah

Dengan mekanisme tertentu untuk memutuskan perjanjian. Agar pemutusan


perjanjian tidak dilaksanakan secara sembarangan sungguh pun pihak lainnya telah
melakukan wanprestasi, maka hukum menentukan mekanisme tertentu dalam hal
pemutusan perjanjian tersebut. mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban melaksanakan somasi (Pasal 1238 KUH Perdata).
2. Kewajiban memutuskan perjanjian timbal balik lewat pengadilan (Pasal 1266 KUH
Perdata)
3. Pembatasan untuk pemutusan perjanjian. Seperti telah dijelaskan bahwa jika salah
satu pihak telah melakukan wanprestasi, maka pihak lainnya dalam perjanjian tersebut
berhak untuk memutuskan perjanjian yang bersangkutan. Akan tetapi terhadap hak
untuk memutuskan perjanjian oleh pihak yang telah dirugikan akibat wanprestasi ini
berlaku beberapa restriksi yuridis

Hambatan dalam Penyelesaian Wanprestasi

Dalam pelaksanaan penyelesaian wanprestasi terdapat hambatan– hambatan


dalam pelaksanaanya. Hambatan-hambatan tersebut dapat menghambat pelaksanaan
penyelesaian kredit secara parate eksekusi serta menimbulkan akibat hukum terthadap
eksekusi tersebut. hambatan tersebut dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Hambatan internal atau hambatan yang timbulnya dari PT. Pegadaian


(persero) antara lain:

- Kesalahan administrasi

- Tidak dilakukan somasi

- Adanya pihak internal yang menghalangi proses eksekusi.

2. Hambatan eksternal atau hambatan yang timbul dari pihak nasabah antara
lain:

- Objek jaminan fidusia telah beralih kepada pihak ketiga

- Objek jaminan fidusia hilang atau musnah

- Barang jaminan dipinjamkan kepada orang lain dan berada di luar kota

- Barang jaminan rusak

- Penjualan secara eksekusi tidak dapat menutup hutang.

Anda mungkin juga menyukai