Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

KONTRA
K BISNIS
Hukum Bisnis
KONTRAK BISNIS

Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan Kontrak adalah suatu peristiwa dimana
antara dua orang atau lebih mengenai hal seorang berjanjia kepada seorang lainnya atau
tertentu yang disetujui oleh mereka. Ketentuan dimana dua orang itu saling berjanji untuk
umum mengenai kontrak diatur dalam Kitab melaksanakan suatu hal (Raden Subekti,
Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. 2001).
Perjanjian atau kontrak adalah suatu hubungan Kontrak adalah sebagai hubungan hukum
hukum antara dua orang atau lebih yang antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
didasarkanpada kata sepakat dengan tujuan sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
untuk menimbulkan akibat hukum (Tan dimana masing-masing pihak mempunyai hak
Kamelo, 2006). dan kewajiban dalam suatu kontrak tersebut
(Mertokusumo, 1987).
UNSUR KONTRAK BISNIS

Kontrak atau perjanjian merupakan suatu Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum
peristiwa hukum dimana seorang berjanji perjanjian/kontrak yaitu:
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu. Perjanjian atau 1. Adanya Kaidah Hukum (tertulis atau tidak
kontrak meliputi: tertulis
1. Perbuatan tersebut bertujuan untuk 2. Subjek Hukum (kreditur dan debitur)
menimbulkan akibat hukum 3. Adanya Prestasi (hak dan kewajiban)
2. Menambahkan perkataan atau saling 4. Kata Sepakat
mengikatkan dirinya dalam Pasal 1313 5. Akibat Hukum
KUHPerdata.
CIRI KHAS & PERBEDAAN
Subekti (1987) memberikan uraian tentang perbedaan, perikatan, perjanjian, dan kontrak
dengan beberapa ciri khas:

Perikatan suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain,
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Perjanjian suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Kontrak Perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis.
Asas-Asas dalam Kontrak
1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
● Membuat atau tidak membuat perjanjian
● Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
● Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
● Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan
2. Asas Konsensualisme (concensualism)
● Adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak
3. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)
● Hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak
4. Asas Itikad Baik (good faith)
● Pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan yang teguh
5. Asas Kepribadian (personality)
● Jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri
PRESTASI

Prestasi adalah esuatu yang wajib dipenuhi Sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut:
oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi ● Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan
sama dengan objek perikatan. Dalam hukum ● Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat
perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu dipenuhi
disertai jaminan harta kekayaan debitur. ● Harus diperbolehkan, artinya tidak dilarang
Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata oleh undang-undang
dinyatakan bahwa semua harta kekayaan ● Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya
debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, kreditur dapat menggunakan, menikmati, dan
baik yang sudah ada maupun yang aka nada, mengambil hasilnya
menjadi jaminan pemenuhan hutangnya ● Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan
terhadap kreditur. perbuatan
WUJUD PRESTASI
Menurut Pasal 1234 KUHPerdata wujud prestasi ada tiga, yaitu:

● Memberikan sesuatu: menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur
kepada kreditur, contoh: dalam jual beli, sewa-menyewa, hibah, gadai, hutangpiutang.

● Berbuat sesuatu: debitur wajib melakukan perbuatan tertentu yang telah ditetapkan
dalam perikatan, contoh : membangun rumah / gedung, mengosongkan rumah.

● Tidak berbuat sesuatu: tidak berbuat yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh:
tidak membangun rumah, tidak membuat pagar, tidak membuat perusahaan yang sama,
dsb.
WANPRESTASI

Wanprestasi adalah idak dipenuhinya prestasi Wanprestasi adalah suatu keadaan yang
atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap dikarenakan kelalaian atau kesalahannya,
pihak-pihak tertentu di dalam suatu perikatan, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti
baik perikatan yang dilahirkan dari suatu yang telah ditentukan dalam perjanjian dan
perjanjian ataupun perikatan yang timbul bukan dalam keadaan memaksa adapun yang
karena undang-undang (Yahya Harahap, menyatakan bahwa wanprestasi adalah tidak
1986:60). memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian
Menurut Kamus Hukum, wanprestasi berarti yang dibuat antara kreditur dengan debitur
kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak (Salim H.S, 2008:180).
menepati kewajibannya dalam perjanjian.
WANPRESTASI

Menurut AQS Meliala (2012:26) wanprestasi adalah keadaan berupa:

● Tidak memenuhi prestasi sama sekali, sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasi
maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

● Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya, apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan
pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktu, sehingga
dapat dikatakan wanprestasi.

● Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru, debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru,
apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak
memenuhi prestasi sama sekali.
Akibat Hukum Wanprestasi

1. Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal 1243
KUHPdt).
2. Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan melalui
Hakim (Pasal 1266 KUHPdt).
3. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak terjadi
wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPdt).
4. Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai
pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPdt).
5. Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan Negeri dan
debitur dinyatakan bersalah.
Ganti Kerugian
Akibat Wanprestasi

1. Biaya (kosten) adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyatanyata sudah
dikeluarkan oleh suatu pihak.
2. Rugi (schaden) adalah kerugian karena kerusakan barangbarang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.
3. Bunga (interesten) adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang
sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur.
Keadaan Memaksa
Konsep keadaan memaksa, overmacht, atau force majeure dalam KUH
Perdata ditemukan dalam pasal-pasal berikut ini:

a. Pasal 1244 KUH Perdata


“Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya,
rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau
tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan
suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya,
kesemaunya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada
pada pihaknya.”

b. Pasal 1245 KUH Perdata


“Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apalagi lantaran keadaan
memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan
memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal
yang sama telah melakukan perbuatanyang terlarang.”
Keadaan Memaksa

c. Pasal 1444 KUH Perdata


“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian, musnah, tak lagi
dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak
diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal
barang itu musnah atau hilang di luar salahnya si berutang, dan sebelum ia
lalai menyerahkannya.”

d. Pasal 1445 KUH Perdata


“Jika barang yang terutang, di luar salahnya si berutang musnah, tak lagi
dapat diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai
hak-hak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut,
diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada
orang yang mengutangkan padanya.”
Unsur-Unsur Keadaan Memaksa
● Peristiwa yang tidak terduga;
● Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur;
● Tidak ada itikad buruk dari debitur;
● Adanya keadaan yang tidk disengaja oleh debitur;
● Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi;
● Jika prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan
● Keadaan di luar kesalahan debitur;
● Debitur tidak gagal berprestasi (menyerahkan barang);
● Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapapun (baik debitur maupun pihak lain);
● Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian.
Penyusunan Anatomi Kontrak
Hal-hal yang patut diperhatikan oleh para pihak yang akan membuat sebuah kontrak :
1. Kemampuan Para Pihak: Kecakapan dan kemampuan para pihak untuk mengadakan
dan membuat kontrak. Ukuran kedewasaan 21 tahun atau sudah kawin. Orang-orang
yang tidak berwenang membuat kontrak adalah orang dibawah umur dan orang
dibawah pengampunan.
2. Perpajakan: Ahli hukum perancang kontrak harus memahami masalah perpajakan dan jika mungkin bekerja
sama dengan konsultan pajak.
3. Alas Hak yang Sah: Khusus untuk perjanjian jual beli, calon pembeli harus mengetahui atau berusaha mencari
tahu bahwa penjual memang memiliki alas hak yang sah atas barang yang dijual.
4. Masalah Keagrariaan: Para ahli hukum harus memberitahukan masalah seputar Hukum Agraria dalam banyak
hal karena para pihak tidak memahami masalah-masalah keagrariaan.
5. Pilihan Hukum: Pilihan hukum yaitu berkaitan dengan hukum manakah yang akan digunakan dalam pembuatan
kontrak tersebut.
Penyusunan Anatomi Kontrak
6. Penyelesaian Sengketa: Dalam setiap perjanjian perlu dimasukkan klausula mengenai
penyelesaian sengketa apabila salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian atau
wanprestasi. Penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara damai, arbitrase, atau
mungkin melalui pengadilan.

7. Berakhirnya kontrak: Tiap-tiap pihak yang akan mengakhiri kontrak harus dengan putusan pengadilan yang
mempunyai yurisdiksi atas kontrak tersebut. Maksud ketentuan ini adalah melindungi pihak yang lemah.
8. Bentuk Standar Kontrak: Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan
dalam bentuk formulir. Menurut Hondius, inti dari perjanjian baku adalah isi dari perjanjian itu tanpa
dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isi
perjanjian tersebut.
9. Perjanjian Baku: Perjanjian Baku yang ditentukan di lingkungan notaries atau advokat, yaitu perjanjian yang
konsepnya sejak semula sudah dipersiapkan untuk memenuhi permintaan dari klien.
Prinsip-Prinsip Penyusunan
Kontrak
Dalam mempersiapkan kontrak, ada dua prinsip hukum yang harus diperhatikan, yaitu:

● Beginselen der contrachtsvrijheid atau party autonomy,


● Pacta sunt servanda.

Para pihak bebas menyusun kontrak perjanjian yang mereka inginkan, dengan syarat tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan atau norma-norma
yang hidup dalam masyarakat.
Pra Penyusunan Kontrak
Sebelum kontrak disusun, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh para pihak:
1. Identifikasi Para Pihak: Para pihak dalam kontrak harus teridentifikasi secara jelas,
terutama soal kewenangan dan apa yang menjadi dasar kewenangannya sebagai pihak
dalam kontrak yang bersangkutan.
2. Penelitian Awal Aspek Terkait: Apa yang menjadi hakikat kontrak benar-benar terperinci
secara jelas. Penyusun kontrak berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak, terkait
dengan isi kontrak, unsur pembayaran, ganti rugi, serta perpajakan.
3. Pembuatan Memorandum of Understanding (MOU): MOU dianggap sebagai kontrak
yang sederhana dan tidak disusun secara formal serta dianggap sebagai suatu pembuka
kesepakatan.
4. Negosiasi: Mengadakan komunikasi dua arah untuk mencapai kesepakatan sebagai akibat
adanya perbedaan pandangan terhadap suatu hal.
Tahap Negosiasi – tahap persiapan
● Menguasai konsep/rancangan kontrak bisnis secara komprehensif dan rinci
● Memahami industri dari apa yang diperjanjikan
● Menguasai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan apa yang
diperjanjikan
● Memahami keinginan klien dan posisinya
● Mengidentifikasi poin-poin yang berpotensi menjadi masalah atau
dipermasalahkan
● Menyiapkan dan mengantisipasi solusi dari poin-poin yang berpotensi
bermasalah serta mendiskusikan terlebih dahulu solusi tersebut
● Sebisa mungkin meminta pihak lawan agar negosiasi dilakukan di tempat
yang ditentukan negosiator
● Percaya diri
Tahap Negosiasi – tahap pelaksanaan
● Sedapat mungkin memimpin negosiasi
● Mengetahui betul pihak yang dihadapi dan mengukur kekuatan dengan
menanyakan berbagai hal
● Menetapkan apa saja yang hendak dicapai dalam negosiasi
● Meminta pihak lawan untuk memberitahukan terlebih dahulu apa yang
menjadi keinginannya
● Menyelesaikan poin-poin yang mudah terlebih dahulu atau menunda hal-hal
yang rumit
● Jika masih ada waktu, jangan menyelesaikan negosiasi dalam satu kali
pertemuan
● Catat semua hal yang disepakati dan tuangkan dalam kontrak bisnis
Tahap Penyusunan Kontrak

1. Pembuatan drat pertama, yang meliputi:


a. Judul Kontrak 2. Memuat tata cara pengesahan suatu kontrak.
b. Pembukaan 3. Saling menukar draft kontrak
c. Pihak-pihak dalam kontrak 4. Jika perlu diadakan revisi
d. Racital (latar belakang terjadinya kontrak) 5. Dilakukan penyelesaian akhir
e. Isi Kontrak 6. Penutup dengan penandatanganan kontrak oleh
f. Penutup masingmasing pihak.
Struktur dan Anatomi Kontrak
1. Bagian Pendahuluan
a. Subbagian pembuka (description of the instrument)
1) Sebutan atau nama kontrak
2) Tanggal pembuatan dan penandatanganan kontrak
3) Tempat pembuatan dan penandatanganan kontrak
b. Subbagian pencantuman identitas para pihak (caption)
● Mencantumkan identitas para pihak yang mengikatkan diri
dalam kontrak dan pihak-pihak yang bertandatangan.
● Para pihak harus disebutkan secara jelas
● Kapasitas dari orang bertandatangan
● Pendefinisian pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
c. Subbagian Penjelasan (premis)
Struktur dan Anatomi Kontrak
2. Bagian Isi
a. Klausula Definisi: Mencantumkan berbagai definisi untuk keperluan kontrak yang dibuat.
b. Klausula Transaksi: Klausula-klausula yang berisi tentang transaksi yang akan dilakukan.
c. Klasusula Spesifik: Mengatur hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi.
d. Klausula Ketentuan Umum: Mengatur tentang dimisili hukum, penyelesaian sengketa, pilihan
hukum, pemberitahuan, keseluruhan dari perjanjian, dan lain-lain.

3. Bagian Penutup
a. Subbagian kata penutup: Biasanya menerangkan bahwa kontrak tersebut dibuat
dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang memiliki kapasitas untuk itu.
b. Subbagian ruang penempatan tanda tangan: Tempat pihak-pihak menandatangani
perjanjian atau kontrak dengan menyebutkan nama pihak yang terlibat dalam
kontrak, nama jelas dan jabatan dari pihak yang bertandatangan.
Pasca Penyusunan Kontrak
Setelah kontrak dibuat, ada dua hal yang harus diperhatikan:
1. Pelaksanaan dan penafsiran
Kadang kala sebuah kontrak yang telah dibuat dan siap diterapkan tidak jelas/tidak lengkap
sehingga perlu adanya penafsiran. Penafsiran dapat dilakukan dengan memperhatikan:
a. Kata-kata yang dipergunakan dalam kontrak
b. Keadaan dan tempat dibuatnya kontrak
c. Maksud para pihak
d. Sifat kontrak yang bersangkutan
e. Kebiasaan setempat.

2. Alternatif penyelesaian sengketa


Para pihak bebas menentukan cara yang akan ditempuh jika timbul sengketa dikemudian hari. Para
pihak dapat memilih lewat pengadilan atau di luar pengadilan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai