Anda di halaman 1dari 29

Arah Kebijakan

Perbankan Indonesia
PENGALIHAN FUNGSI PERBANKAN DARI BANK
INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN

Guna mendukung sistem keuangan yang makin stabil dan kokoh secara
terpadu, independen dan akuntabel. Maka diciptakan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
 31 Desember 2012, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan –
Kementrian Keuangan, mengalihkan fungsi, tugas, wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan pada sektor pasar modal, asuransi, dana
pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya ke OJK.

 31 Desember 2013, Bank Indonesia telah mengalihkan fungsi, tugas


pengaturan dan pengawasan bank kepada OJK. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011, tentang OJK.
Keputusan Bersama Bank Indonesia dan OJK

 18 Oktober 2013, berdasarkan prinsip kolaboratif, efesiensi, efektifitas, bebas


duplikasi, kelengkapan pengaturan sektor keuangan BI dan OJK mengadakan
kerjasama dan koordinasi yang sejalan dengan UU, seperti :
 Dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing-masing;
 Bertukar informasi mengenai Lembaga Jasa Keuangan dan pengelolaan sistem
pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan.
 Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan BI oleh
OJK;
 Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan pada
OJK.
 Dewan Komisioner OJK juga membentuk Tim Transisi yang berkoordinasi
dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI, untuk membantu kelancaran
pelaksanaan tugas Dewan Komisioner.
 Meskipun fungsi, tugas, dan wewenang pada bank telah beralih ke OJK.
Namun proses bisnis di bank tetap berjalan seperti biasa.
ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN 2014
 OJK meningkatkan komunikasi kepada para pelaku industri keuangan untuk
mendapat masukan yang lebih baik, demi kemajuan industri di masa
mendatang.
 4 faktor utama dalam perkembangan dan pertumbuhan industri perbankan :
1. Kemungkinan adanya pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar
uang dan pasar modal.
2. Peningkatkan penyaluran kredit investasi terutama di sektor manufaktur,
energi dan infrastruktur.
3. Peningkatan permodalan bank dengan keseimbangan dari pemilik dan
pengurus bank.
4. Kejelasan arah kegiatan usaha perbankan serta peningkatan daya saing, agar
dapat memanfaatkan pasar ASEAN.

 Arah 3 cakupan kebijakan BI:menjaga stabilitas sistem keuangan, mengelola


inflasi ke arah yang lebih baik, dan mempersempit defisit neraca
pembayaran.
 Kebijakan BI di 2014 tetap mengutamakan penguatan bauran kebijakan di
bidang :
 Moneter
 Makroprudensial
 Sistem pembayaran
Seluruh kebijakan tersebut akan diperkuat dengan berbagai langkah koordinasi kebijakan
bersama Pemerintah dan otoritas sektor keuangan terkait.
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA
 API  kerangka dasar dari sistem perbankan Indonesia, kebbutuhan utama
memperkuat perbankan. Bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk,
dan tatanan industri perbankan (lima sampai sepuluh tahun ke depan)
 Krisis ekonomi 1997  industri perbankan nasional belum memiliki
kelembagaan perbankan yang kokoh sehingga secara fundamental harus
diperkuat untuk mengatasi gejolak internal maupun eksternal.
 2004 BI berusaha menerapkan API  memperkuat fundamental industri
perbankan di Indonesia, selain itu juga sebagai upaya Pemerintah dan BI
membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih
Pemerintah (Inpres No. 5 Tahun 2003) dimana API menjadi salah satu program
utama.
 Visi API : Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan untuk membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk merealisasikan pencapaian visi API,
ditetapkan 6 pilar API :
1. Menciptakan struktur domestik yang sehat
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan
mengacu pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi
serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko.
4. Menciptakan good corporate governance
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan
 Untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat, BI perlru
menyempurnakan program-program kegiatan API dengan mencakup strategi-
strategi yang lebih spesifik.
 API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan
komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh. Untuk
mewujudkan visi API, keenam pilar API akan dilaksanakan melalui program-
program, yaitu :
A. Penguatan struktur perbankan nasional
B. Peningkatan kualitas pengaturan perbankan
C. Peningkatan fungsi pengawasan
D. Peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan
E. Pengembangan infrastruktur perbankan
F. Peningkatan perlindungan
PROGRAM PENGUATAN STRUKTUR
PERBANKAN NASIONAL
 Bertujuan: memperkuat permodalan bank umum (konvensional dan syariah)
untuk meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko,
mengembangkan teknologi informasi, meningkatkan skala usahanya guna
mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan, dengan:
 Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru;
 Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan
modal minimum baru;
 Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
 Penerbitan subordinated loan.
Tahapan Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional

No Kegiatan (Pilar I) Periode


Pelaksanaan
1 Memperkuat permodalan Bank  

  a. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi bank umum konvensional 2007
maupun syariah (termasuk BPD) menjadi Rp80 miliar

  b. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi bank umum konvensional 2010
maupun syariah (termasuk BPD) menjadi Rp100 miliar

  c. Mempertahankan persyaratan modal disetor minimum Rp3 triliun untuk pendirian 2004-2010


bank umum konvensional sampai dengan 1 Januari 2011

  d. Menetapkan persyaratan modal disetor minimum Rp1 triliun untuk pendirian bank 2005
umum syariah
  e. Menetapkan persyaratan modal sebesar Rp500 miliar bagi bank umum syariah 2006
yang berasal dari spin off Unit Usaha Syariah.

  f. Mempercepat batas waktu pemenuhan persyaratan minimum modal disetor BPR 2008
yang semula tahun 2010 menjadi tahun 2008
     
2 Memperkuat daya saing dan kelembagaan BPR dan BPRS.
  a. Meningkatkan linkage program antara bank umum dengan BPR 2007

  b. Implementasi program aliansi strategis lembaga keuangan syariah dengan BPRS 2007

  c. Mendorong pendirian BPR dan BPRS di luar Pulau Jawa dan Bali 2006-2007

  d. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR dan BPRS bagi yang telah memenuhi 2004-2006
persyaratan
  e. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR dan BPRS (termasuk 2006-2007
Lembaga APEX )
3 Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKM  
  a. Memfasilitasi pembentukan dan monitoring skim penjaminan kredit dan pembiayaan 2004-2007

  b. Mendorong perbankan untuk meningkatkan pembiayaan kepada UMKM  2004-2009

  c. Meningkatkan akses pembiayaan syariah bagi UMKM 2010

  d. Mendorong bank-bank syariah untuk meningkatkan porsi pembiayaan berbasis bagi 2010
hasil
PROGRAM PENINGKATAN
FUNGSI PENGAWASAN
 Bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan
perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

 Dicapai dengan: peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan


koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis
risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi
sektor perbankan di Bank Indonesia.
Tahapan Program Peningkatan Fungsi
Pengawasan
No Kegiatan (Pilar III) Periode
Pelaksanaan
1 Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pengawas lain  
  a. Membuat MoU dengan lembaga pengawas lembaga keuangan lain 2004-2006
2 Melakukan reorganisasi sector perbankan di Bank Indonesia  

  a. Menyempurnakan High Level Organization Structure (HLOS) Sektor 2004-2006


Perbankan Bank Indonesia
  b. Mengkonsolidasikan satker pengawasan dan pemeriksaan termasuk 2004-2006
pembentukan Pooling Spesialist
  c. Mengkonsolidasikan Direktorat Pengawasan BPR dan Biro Kredit di Bank 2006-2007
Indonesia termasuk mengalihkan fungsi:
·      Penelitian dan pengembangan UMKM dari Biro Kredit ke Unit Khusus
Pengelolaan Aset
·      Pemeriksaan kredit dari Biro Kredit ke Direktorat Pengawasan Bank
Umum
  d. Menyempurnakan organisasi Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan 2005-2006
Rakyat (DPBPR)
  e. Menyempurnakan organisasi Direktorat Perbankan Syariah 2005-2006
3 Menyempurnakan Infrastruktur Pendukung Pengawasan Bank  
  a. Meningkatkan kompetensi pengawas bank umum dan BPR baik 2004-2005
konvensional maupun syariah
  b. Penyiapan SDM Pengawas Spesialis 2006-2007

  c. Menyempurnakan IT pengawasan bank 2005-2006


  d. Menyempurnakan sistem pelaporan BPR 2005-2007
  e. Menyempurnakan manajemen dokumen pengawasan bank 2005-2006
4 Menyempurnakan implementasi sistem pengawasan berbasis risiko 2004-2005
Menyempurnakan pedoman dan alat bantu pengawasan dalam
mendukungimplementasi pengawasan berbasis risiko bank umum konvensional dan
syariah
5 Meningkatkan efektivitas enforcement  
  a. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan perbankan 2004-2005

  b. Meningkatkan transparansi pengawasan dalam mendukung efektifitasenforcement 2006


  c. Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank 2006
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS MANAJEMEN
DAN OPERASIONAL PERBANKAN

 Bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance (GCG), kualitas


manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen
 Semakin tingginya standar GCG didukung oleh kemampuan operasional
diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan.
Tahapan Peningkatan Kualitas Manajemen dan
Operasional Perbankan
No Kegiatan (Pilar IV) Periode
Pelaksana
an
1 Meningkatkan Good Corporate Governance  

  a. Menetapkan minimum standar GCG untuk bank umum konvensional dan syariah 2004-2007

  b. Mewajibkan bank untuk melakukan self-assessment pelaksanaan GCG 2007

  c. Mendorong bank-bank untuk go public 2004-2007

2 Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan  

  a. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko bank umum konvensional dan syariah 2004-2007
  b. Meningkatkan kualitas dan standar SDM BPR dan BPRS antara lain melalui 2005-2008
program sertifikasi profesional bagi pengurus BPR dan BPRS
3 Meningkatkan kemampuan operasional bank  

  a. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing penggunaan fasilitas operasional 2006-2008


guna menekan biaya
  b. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka peningkatan operasional bank 2006-2008
PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PERBANKAN

 Bertujuan mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang


efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan
pengembangan skim penjaminan kredit.
 Credit bureau  organisasi yang mengumpulkan data dari berbagai sumber
untuk membuat catatan perilaku peminjaman dan pembayar hutang  individu
atau organisasi dengan tujuan— Mengumpulkan informasi dan data keuangan
organsasi dari berbagai sumber yang bervariasi
 Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam meningkatkan
kualitas keputusan kreditnya.
Tahapan Program Pengembangan
Infrastruktur Perbankan
No. Kegiatan (Pilar V) Periode
Pelaksanaan
1. Mengembangkan Credit Bureau 2004-2005
a. Melakukan inisiatif pembentukan credit bureau 2006-2008
b. Mengembangkan Sistem Informasi Debitur untuk Lembaga
Keuangan Non Bank
2. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah (Islamic 2006-2010
Financial Market)
a. Menyusun dan menyempurnakan peraturan pasar keuangan
syariah
b. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan instrument pasar
keuangan syariah
3. Peningkatan peran lembaga fatwa syariah dan lembaga arbitrase 2004-2010
syariah sebagai bagian dari upaya peningkatan kepatuhan bank
syariah terhadap prinsip-prinsip syariah
PROGRAM PENINGKATAN PERLINDUNGAN NASABAH

 Bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar


penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi
independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan
edukasi bagi nasabah.
Tahapan Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

No Kegiatan (Pilar VI) Periode


Pelaksanaan
1 Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
a. Menetapkan persyaratan minimum mekanisme pengaduan 2004-2005
nasabah
b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan yang 2006-2010
mengatur mekanisme pengaduan nasabah
2 Membentuk lembaga mediasi independen 2004-2008
- Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan
3 Menyusun transparansi informasi produk
a. Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi 2004-2005
informasi produk bank
b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ketentuan yang 2006-2010
mengatur transparansi informasi produk
4 Mempromosikan edukasi untuk nasabah
a. Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada Mulai 2004
nasabah mengenai produk-produk finansial
b. Meningkatkan efektifitas kegiatan edukasi masyarakat mengenai Mulai 2004
perbankan syariah melalui Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah
(PKES)
 Tantangan API kedepan: mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh,
perbaikan yang harus dilakukan dalam berbagai bidang, terutama menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapai. Tantangan-tantangan tersebut adalah
sebagai berikut:
 Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
 Struktur perbankan yang belum optimal
 Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang
dinilai oleh masyarakat masih kurang
 Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
 Kapabilitas perbankan yang masih lemah
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

 BCBS dibentuk pada 1974 oleh para Gubernur bank sentral dari negara-negara
maju yang tergabung dalam Group of Ten (G-10).
 Tujuan: menyusun dan menetapkan berbagai aturan bagi industri perbankan
termasuk kegiatan supervisi atas operasional perbankan dengan standar
internasional.
 Dalam API, terdapat 6 pilar yang salah satunya membangun industri perbankan
yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi dengan menciptakan GCG (Good
Corporate Governance), supaya industri perbankan memiliki ketahanan dalam
menghadapi risiko.
 Berkaitan dengan manajemen risiko tersebut, BCBS mengeluarkan ketentuan –
ketentuan untuk menghadapi risiko yang dapat dialami bank, ketentuan tersebut
terus berkembang dan diperbarui, mulai dari Basel I, Basel II, hingga Basel III.
Basel I (Basel Capital Accord) Tahun 1988

 1988 Basel Committee mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang dikenal
dengan Basel I, yanf dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi Risiko Kredit,
dengan mensyaratkan standar modal minimum 8%. Basel I memiliki tujuan fundamental:
1. Memperkuat kerangka dasar dan stabilitas atas sistem perbankan nasional.
2. Menciptakan kerangka dasar yang konsisten dan tidak memihak bagi bank – bank
internasional
 1996 BCBS mengamandemen Basel I untuk mengcover potensi kerugian akibat risiko pasar
karena perkembangan instrumen keuangan dan semakin kompleksnya usaha bank.
 Amandemen  memperhitungkan eksposur risiko pasar dalam menentukan kebutuhan
modal minimum serta menambahkan komponen modal Bank, yaitu diperhitungkannya
Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang hanya khusus digunakana untuk
memperhitungkan risiko pasar.
Basel II Tahun 2004
 Basel II  berdasarkan struktur dasar Basel I, kecukupan modal untuk menutup risiko kredit dan risiko
pasar, dan menambahkan perhitungan kecukupan modal untuk menutupi Risiko Operasional.
 Basel II kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta
memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Basel II
terdiri dari tiga pilar:
Pilar 1
 Membahas perhitungan modal minimum untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Risiko
kredit dihitung dengan : pendekatan standar (standardized approach), Foundation IRB (internal
rating-based), dan Advanced IRB. Risiko operasional dihitung dengan: pendekatan dasar (basic
indicator approach, BIA), pendekatan standar (standardized approach, STA), serta
advanced measurement approach (AMA). Risiko pasar VaR (value at risk).
Pilar 2
 Proses review dari supervisor atau regulator atas pengukuran internal kecukupan modal untuk
menutup risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional, juga membahas risiko yang tidak termasuk
dalam pilar 1, yaitu risiko suku bunga pada Banking Book, risiko konsentrasi kredit, risiko likuiditas,
dan risiko lainnya.
Pilar 3
 Ketentuan keterbukaan Bank dalam menguraikan mekanisme governance internal dan eksternal, juga
mencakup kebutuhan atas public disclosure yang harus dilakukan bank untuk meningkatkan
transparansi khususnya dalam hal portofolio asset bank dan profil risiko bank.
Kerangka Basel II telah diimplementasikan
secara penuh di Indonesia sejak akhir 2012
Pilar 1
 SE No. 13/6/DPNP mengenai Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.
 SE No. 14/21/DPNP tentang Perubahan atas SE No. 9/33/DPNP tanggal 18 Desember 2007 mengenai
Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum dengan memperhitungkan Risiko Pasar
 SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.
 SE No. 11/3/DPNP tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko
Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar.
Pilar 2
 PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bagi Bank Umum
 SE Ekstern No. 14/37/DPNP tentang KPMM sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital Equivalency
Maintained Assets (CEMA).
Pilar 3
 PBI No. 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
 SE No. 14/35/DPNP tentang Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang
Disampaikan kepada BI
 Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan.
 Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang
memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu
ke waktu.
Perbandingan antara Basel I dan Basel II
Basel I Basel II

Fokus pada satu pengukuran risiko Fokus pada metodologi internal.


(risiko kredit).

Pendekatan sederhana dan kurang Pendekatan lebih kompleks dan memiliki


sensitif terhadap risiko. tingkat sensitivitas yang lebih tinggi
terhadap risiko.

Menggunakan satu ukuran untuk semua Bersifat fleksibel dan sesuai dengan
risiko dan modal yang digunakan untuk kebutuhan bank.
berbagai jenis dan ukuran bank.
Introduksi Basel III

 Muncul sebagai akibat dari adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008-
2009.
 Modal yang dipersyaratkan dalam Basel II dinilai perlu pembaruan.
 Basel II diperbarui menjadi Basel III dengan tetap memberlakukan sistem 3 pilar,
dan menambahkan sejumlah aturan baru untuk menghadapi krisis ekonomi.
 September 2009 Basel III diterbitkan dengan fokus pada : modal inti, penyediaan
buffer atau cadangan modal, dan regulasi mengenai masalah likuiditas bank.
 Implementasi Basel III di Indonesia secara bertahap, diharapkan membuat
perbankan Indonesia memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri
memenuhi seluruh persyaratan permodalan (baik secara kualitas maupun
kuantitas) sesuai kerangka Basel III.

Anda mungkin juga menyukai