Anda di halaman 1dari 21

AL IJARAH

Hikmatul Aliyah
AKAD IJARAH DAN MODEL PENGEMBANGANNYA DI INDONESIA
( IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK (IMBT) DAN IJARAH SALE AND LEASED BACK )

1. PENDAHULUAN
Pengertian Ijarah, Dasar Hukum, Dan Rukunnya
Pengertian Ijarah
Dasar Hukum Ijarah
Rukun Ijarah
Ketentuan Terkait Ujrah
Jangka Waktu Sewa
Ragam Ijarah

2. MAHAL AL MANFAAH DAN CARA PEMANFAATNANNYA


3. IJARAH -JASA
4. LEASING DAN AKAD IMBT
5. AL-BAI’ WA ALISTI’JAR (IJARAH -SALE AND LEASE BACK)
6. KESIMPULAN
IJARAH MENURUT ETIMOLOGIS DAN BAHASA

Ijarah

ETIMOLOGIS BAHASA
Imbalan atas perbuatan atau sesuatu Jual-beli manfaat, sedangkan dalam
yang diberikan kepada orang yang kitab Maqayis al-Lughah dalam Az-
melakukan diberikan kepada orang Zuhaili (2007). ditegaskan bahwa arti
melakukan sebuah pekerjaan sebagai ijarah secara bahasa menunjukan salah
upah satu rukunnya, yaitu ujrah yang
(Mubarak & Hasanudin, 2017), (Al- merupakan imbalan atas kerja
Bugha, 2012). (Az-Zuhaili, 2007).
PENGERTIAN IJARAH MENURUT ULAMA
• ijarah adalah Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat
Hanafiyah yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa
dengan imbalan.
• ijarah sebagai akad atas suatu manfaat yang mengandung
Syafi’iyah maksud yang tertentu, mubah, serta dapat didermakan
dengan pengganti tertentu.
• ijarah adalah nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan
yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat
Malikiyah dipindahkan, ijarah adalah memberikan hak kepemilikan
manfaat sesuatu yang mubah dalam masa tertentu disertai
imbalan
TUJUAN IJARAH
Ijarah tujuannya adalah untuk memeperoleh manfaat, bukan untuk
memperoleh benda atau materi, oleh karena itu tidak boleh menyewakan
pohon untuk diambil buahnya, atau menyewakan binatang ternak untuk
diambil susu atau spermanya, karena itu semua adalah materi (Ibdalsyah &
Tanjung, 2014).
SINTESIS
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan,
dapat disintesiskan bahwa;
Akad ijarah merupakan transaksi yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan dan manfaat material dari sesuatu yang
mubah yang mana salah satu pihak berkedudukan sebagai
penyedia barang/jasa (mu’jir) dan pihak lain berkedudukan
sebagai pengguna atau penerima manfaat barang/jasa
(musta’jir).
DASAR HUKUM IJARAH
Ijarah dan jual-beli termasuk dalam transaksi pertukaran. Ijarah merupakan
pertukahan harta dengan manfaat. Karena pemahaman yang demikian maka para
ulama pada umumnya menjelaskan bahwa ijarah adalah jual-beli manfaat barang:
karena definisi jual-beli adalah pertukaran harta-dengan harta. Oleh karena itu,
ijarah merupakan bagian dari akad jual-bel yang objeknya:
 a. Ijarah yang objeknya manfaat barang/benda disebut sewa (al-ijarah )
 b. Ijarah yang objeknya jasa (tenaga atau keahlian manusia) disebut upah atau
buruh (al-kira’)
Ulama fiqih bersepakat atas legalnya akad ijarah, kecuali
Abu Bakar al-Asham, Ismail bin Ulayyah, Hasan Basri,
al-Qasyani, An-Nahrawani, dan Ibnu Kaisan.
DASAR HUKUM IJARAH
QS. At-Thalaaq: ayat 6 َ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآتُو ُه َّن أ ُ ُج‬
• ۖ ‫ور ُه َّن‬ َ ‫فَإ ِ ْن أ َ ْر‬
• “…kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahny…”.

• ‫ين ا َل إِنِي أ ُ ِري ُد أ َ ْن أ ُن ِك َح َك‬ ُّ ‫ت ْالقَ ِو‬


ُ ‫ي ْاْل َ ِم‬ َ ‫ت ا ْستَأ ْ ِج ْرهُ ۖ إِ َّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْر‬
ِ َ‫ت إِ ْح َدا ُه َما يَا أَب‬
ْ َ‫قَال‬
ْ
‫ي ِح َجج‬ َ ‫ي هَاتَي ِْن َعلَ ٰى أَن تَأ ُج َر ِني ث َ َما ِن‬ َّ َ ‫ِإ ْح َدى ا ْبنَت‬
• “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Ya bapakku ambillah
.QS Qashash: 26-27 ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya’. Berkatalah dia
(Syu'aib): ‘Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan
salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun’.”.
RUKUN IJARAH
Menurut Mubarak & Hasanudin, 2017) Rukun ijarah yang sifat umum adalah :
1. Dua pihak yang merdeka (mu’jir dan musta’jir atau mu’jir dan ajir);
2. Al-ma'qud 'alaihi (mahal al-manfa' ah/tempat terjadinya manfaat);
3. Manfa’ah (manfaat barang atau jasa seseorang);
4. Ujrah (imbalan atas jasa); dan
5. Shighat (pernyataan penawaran dan penerimaan/al-ijab wa al-qabul).
Ketentuan Terkait Ujrah
Akad ijarah menyangkut pada dua hal;
1. pertama penyerahan barang untuk dimanfa’atkan oleh musta’jir.
2. Kedua pembayaran ujrah (upah) kepada ajir.
Ujrah merupakan salah satu rukun ijarah. Ujrah merupakan ‘iwadh (imbalan/pembanding)
terhadap manfaat yang diterima oleh musta’jir
RAGAM IJARAH
Multijasa
Ajir-khash
Mahal- Orang
Manfa'ah
Ajir-
musytarak
Barang
Akad Ijarah

Tamlikiyyah IMBT
Tujuan 'ain-
Mu'ayyanah
Tasyghiliyyah Muwazi
Maushufah
al-dzimmah
MAHAL AL MANFAAH DAN CARA PEMANFAATNANNYA
Konsep ijarah adalah jual-beli manfaat atau pertukaran
harta dengan manafaat. Oleh karena itu, ulama sepakat
bahwa benda atau barang yang bersifat isti’amli (tidak
habis sekali pakai) pada umumnya dapat dijadikan mahal
al-manfa’ah. Syarat mahal al manfa’ah dalam akad ijarah
adalah harus harta dapat dan boleh dimanfaatkan serta
kekal zatnya. Oleh karena itu benda yang tidak kekal
karena diambil manfaatnya tidak boleh dijadikan mahal al-
manfaa’ah. (Mubarak & Hasanudin, 2017)
IJARAH-JASA (IJARAH AL-A’MAL ATAU IJARAT AL-ASYKHASH )
Akad ijarah atas kegiatan yang dilakukan seseorang untuk melakukan
pekerjaan tertentu dan karenanya berhak mendapatkan ujrah (upah)
Contoh: kegiatan belajar-mengajar di sekolah
ujrah atas kegiatan angkut barang.
Pembeda Akad Ijarah barag dan Jasa:

Ijarah Barang Ijatah Jasa


Subjek yang menyewakan Mu’ajir Mu’ajir
Subjek Penyewa Ajir Mus'tajir
LEASING
Menurut Mudzakkir & Graha (2015)
Leasing adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dan lesse (pihak yang menyewa guna usaha
barang) untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu
yang dipilih/ditentukan oleh lesse.
Hak pemilikan atas barang modal tersebut ada pada
lessor, sedangkan lesse hanya menggunakan barang
modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa
yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu.
LEASING DAN AKAD IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK (IMBT)

LATAR BELAKANG  Kebutuhan masyarakat untuk memeperoleh manfaat suatu


barang sering memerlukan pihak lain (Syukron, 2012).

Fatwa DSN-MUI No: 09/DSN MU I/IV/2000

Lembaga keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan


ijarah dapat memberikan layanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri
(Dewan Syari'ah Nasional-Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI), 2000).
LEASING DAN AKAD IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK (IMBT)

Dalam masyarakat telah umum


dilakukan praktik sewa-beli, Fatwa Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang IMBT
dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut,
lembaga Keuangan Syariah (LKS)
memerlukan akad sewa-beli yang Akad al-ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
sesuai dengan prinsip syari'ah (IMBT)
(Santoso & Anik, 2015). boleh dilakukan
(Dewan Syariah Nasional-Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
2002).
PENGERTIAN IMBT
• IMBT prinsipnya adalah akad mu’awadhat dan akad
tabarru’ (akad hibah) yang diselingi dengan jaji
Mubarak & bersyarat (wa’d bi syarth). IMBT secara terminology
Hasanudin, (2017) adalah akad yang diserta janji pemindahan
kepemilikan barang sewa (mahal al-manfa’ah) pada
akhir sewa, baik dipindahkan dengan akad hibah
maupun dengan akad jual-beli.
• Perpaduan antara akad jual-beli dan sewa atau lebih
Antonio tepatnya sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
ditangan si penyewa. Sifat perpindahan kepemilikan
(2001) ini merupakan hal yang paling membedakan dari
ijarah biasa.
SKEMA IJARAH BARANG-, JASA-, DAN IMBT
Gambar 1. Skema Tansaski Ijarah dengan Objek Manfaat Barang* Gambar 2. Skema Tansaski Ijarah dengan Objek Manfaat Jasa*

Gambar 3. Skema Tansaski Ijarah Muntahiya Bit-Tamlik (IMBT)**

IWAD
H
HAL-HAL TERKAIT IMBT
1. Secara praktis bank Syariah lebih banyak menggunakan ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) karena lebih memudahkan
dalam operasional bank (Muhaimin, Sumiati, & Bidi Sutrisno, 2018).
2. Dalam akad IMBT bank Syariah tidak direpotkan untuk mengurus pemelihara asset baik pada saat leasing maupun
sesudahnya. Karena pada akhir masa sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakan pada nasabah.
(Muhaimin, Sumiati, & Bidi Sutrisno, 2018).
3. Menurut Santoso & Anik (2015) pada dasarnya akad IMBT merupakan perpaduan antara sewa menyewa dengan jual
beli.
4. Ijarah Muntahiya Bittamlik harus dinyatakan secara eksplisit dalam akad. Pelaksanaannya akad IMBT didahului dengan
janji pemindahan kepemilikan yang tidak mengikat termaktub dalam akad ijarah. Adapun hal ini memungkinkan
terjadinya pencabutan barang jika sewaktu-waktu adanya ketidak mampuan pembayaran oleh musta’jir (Mudzakkir &
Graha, 2015).
5. Akad pemindahan kepemilikan hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah Muntahiya Bittamlik berakhir.
Musta’jir/penyewa dalam akad ijarah muntahiyah bittamlik dilarang menyewakan dan atau menjual ma’jur/benda
yang disewa(Munif, 2016).
6. Harga ijarah dalam akad Ijarah Muntahiya Bittamlik sudah termasuk dalam pembayaran benda secara angsuran
(Munif, 2016)
7. Pada prinsipnya dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad IMBT, tidak dibenarkan barang yang dibiayai
dibalik nama atas nama nasabah sejak awal atau sebelum masa sewa berakhir (Djamil, 2016). Bank Syariah sebelum
menjual atau menyewakan objeknya, secara nyata objek itu harus dimiliki Bank Syariah dulu yang diperoleh antara
lain melalui pembelian dari pihak ketiga.
AL-BAI’ WA ALISTI’JAR ( IJARAH -SALE AND LEASE BACK)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia
 Nomor 71 Tahun 2008 tentang Ijarah Sale and Lease Back, dan
 Nomor 72 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ijarah Sale
and Lease Back
 Nomor 76 Tahun 2010 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ijarah Asset
to be Leased.
PENGERTIAN IJARAH SALE AND LEASE BACK
Menurut Munir Fuady dalam Mubarak & Hasanudin (2017) Sale and lease back merupakan
suatu jenis pembiayaan yang barang sebenarnya berasal dari lessee, kemudian dibeli lagi
oleh lessor. Selanjutnya barang tersebut disewa kembali oleh lessee dari lessor untuk suatu
periode tertentu. Biasanya bentuk sale and lease back mengambil bentuk financial lease
karena leassor dari semula memang tidak berkeinginan memiliki barang tersebut, sehingga
bentuk sale and lease back mirip dengan utang uang untuk seuatu keperluan tertentu dengan
pembayaran cicilan, dimana barang tersebut dipergunakan sebagai jaminan utang (Mubarak
& Hasanudin, 2017)
Jenis sukuk ini dikategorikan ke dalam jenis sukuk yang merepresentasikan kepemilikan atas
aset berwujud yang disewakan (certificate of ownweship of leased asset), sebagaimana
mengacu pada AAOIFI Sharia Standards Nomor 17. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan
Sukuk Ritel atau Sukuk Negara Ritel sebanyak 9 (Sembilan) kali dalam waktu 9 tahun
(Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2018)
SUKUK AL INTIFA’A
Sukuk yang diterbitkan tas dengan Underlying Asset yang dimaksud disini tidaklah
berbentuk aktiva berwujud, melainkan dalam bentuk manfaat atas asset tersebut. Al
Intifa’a yang dimaksud memiliki arti―mengambil manfaat, yaitu manfaat dari aset
yang dijadikan sebagai Underlying Asset pada penjualan sukuk. Jadi investor atau
pemegang sukuk memiliki hak atas penggunaan manfaat aset penerbit sukuk, namun
tidak memiliki hak untuk memiliki aset tersebut. Dalam konteks pembahasan ini,
underlying asset yang akan digunakan berasal dari aset wakaf

Anda mungkin juga menyukai