Disusun oleh :
NIM : 2205036104
S1 PERBANKAN SYARIAH
2023
PENERAPAN AKAD IJARAH DALAM PRODUK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH
Oleh :
Abstrak
Segala macam usaha yang dijalankan seseorang tidak akan luput dengan akad ijarah (sewa).
Penerapan akad Ijarah dalam urusan bisnis berupa sewa tanah, gedung, jasa, dan lain-lain. Dalam
urusan bisnis, sering muncul permasalahan dalam akad Ijarah, begitu juga di bank
syariah.Menyikapi permasalahan tersebut, jurnal ini secara khusus memberikan solusi dan
informasi berupa pemahaman akad Ijarah yang dilakukan oleh bank syariah. Dengan metode
analisis deskriptif, penelitian ini menjelaskan tentang konsep akad ijarah berupa pengertian
ijarah, dasar hukum, keharmonisan dan persyaratan, berbagai macam ijarah, pembayaran gaji
dan sewa, pembatalan dan berakhirnya akad ijarah,retur sewa dan juga penerapan akad ijaroh
pada produk bank syariah.
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain baik untuk
bersosialisasi ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan primer, sekunder
dan tersier. Di dalam kehidupan ini terbagi 2 (dua) golongan masyarakat, yaitu golongan
masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Oleh karena itu
munculah lembaga keuangan bank maupun non-bank sebagai lembaga intermediasi antara 2
(dua) golongan masyarakat tersebut agar keseimbangan dapat terjadi dalam memenuhi
kebutuhan hidup masingmasing. Di Indonesia telah banyak lembaga-lembaga keungan bank
maupun non-bank baik yang konvensional maupun syariah yang menyediakan jasa pembiayaan
demi terpenuhinya kebutuhan manusia. Perbedaan yang mendasar diantara lembaga keuangan
konvensional dan syariah ini adalah penggunaan system bunga yang merupakan riba di lembaga
keuangan konvensional dan penggunaan system bagi hasil pada lembaga keuangan syariah.
salah satunya adalah pembiayaan ijarah yang merupakan akad untuk menjual manfaat
yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dengan menggunakan ketentuan syari‟at islam.
Pembiayaan ijarah ini mempunyai konsep yang berbeda dengan konsep kredit pada bank
konvensional, pembiayaan Ijarah juga dikatakan sebagai pendorong bagi sektor usaha karena
pembiayaan Ijarah mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan jenis pembiayaan syari‟ah
lainnya. Keistimewaan tersebut adalah bahwa untuk memulai kegiatan usahanya, pengusaha
tidak perlu memiliki barang modal terlebih dahulu, melainkan dapat melakukan penyewaan
kepada lembaga keuangan syari‟ah, sehingga pengusaha tidak dibebankan dengan kewajiban
menyerahkan jaminan, maka dapat dikatakan bahwa pembiayaan Ijarah lebih menarik
dibandingkan jenis pembiayaan lainnya seperti Mudharabah dan Musyarakah. Oleh karena itu,
peneliti membahas bagaimana penerapan dan perhitungan akad Ijarah pada lembaga keuangan
syariah.1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
dengan membayar upah dan tidak mengubah kepemilikan barang tersebut. Lebih singkatnya lagi
ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa. Secara etimologi al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadh (penggantian),
dari sebab itulah ats-tsawabu dalam konteks pahala dinamai juga al-ajru (upah.)
Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa ijarah adalah menukar sesuatu dengan
adanya imbalan kalau menurut bahasa indonesia adalah sewa menyewa dan upah mengupah.
Sewa menyewa adalah menjual manfaat dan upah mengupah adalah menjual tenaga atau
1
Harun Santoso, dkk, “Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam ,
(Vol. 01, No. 02, Juli /2015), hlm. 106-107
2
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN/MUI/IV/2000 tentang akad ijarah, pada
https://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/09-Ijarah.pdf, diakses pada Selasa 30 Mei 2023.
kekuatan. Dan bisa juga kita dapat intisarinya bahwa ijarah atau sewa menyewa yaitu akad atas
manfaat dengan imbalan dengan demikian objek sewa menyewa adalah manfaat atas suatu
barang (bukan barang).
ُُوف ۚ اَل تُ َكلَّف ِ َّضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْٱل َموْ لُو ِد لَهۥُ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْٱل َم ْعر َ ض ْعنَ َأوْ ٰلَ َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن ۖ لِ َم ْن َأ َرا َد َأن يُتِ َّم ٱلر
ِ ْت يُر ُ َو ْٱل ٰ َولِ ٰ َد
َ ِث ِم ْث ُل ٰ َذلِكَ ۗ فَِإ ْن َأ َرادَا ف ۢ
اض ِّم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر ٍ صااًل عَن تَ َر ِ ارِ ضٓا َّر ٰ َولِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو ٌد لَّ ۥهُ بِ َولَ ِد ِهۦ ۚ َو َعلَى ْٱل َو
َ ُنَ ْفسٌ ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت
وا ٱهَّلل َ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا َأ َّن ٱهَّلل َ بِ َما ِ ضع ُٓو ۟ا َأوْ ٰلَ َد ُك ْم فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َسلَّ ْمتُم َّمٓا َءاتَ ْيتُم بِ ْٱل َم ْعر
۟ ُُوف ۗ َوٱتَّق ِ ْفَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ وَِإ ْن َأ َرد ُّت ْم َأن تَ ْستَر
ِ َتَ ْع َملُونَ ب
صي ٌر
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Hadist
3
Yazid Afandi, “Fiqh Muamalah Dan Imlementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari‟ah”, (Yogyakarta:
Logung Pustaka, 2009), Hlm. 187-188.
4
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari‟ah”, Hlm. 99.
Bogor tetapi hanya ke Depok maka afwan harus tetap membayar sebesar
Rp.500.000,-/Hari.
Dalam hal lain, dinyatakan bahwa ujroh akan menjadi wajib dibayar oleh musta’jir dan
dapat dimiliki oleh mu’jir jika: i) dipersyaratkan segera dibayar sebagaimana terdapat dalam
kontrak, ii) menyegerakan pembayaran ujroh dengan tujuan untuk mempercepat berakhirnya
akad iii) membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan waktu penggunaan.
Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masa sewa berakhir maka
kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalah mengikuti kepemilikan manfaat objek sewa,
sedang kepemilikan manfaat objek sewa mengikuti perjalanan waktu. Menetapkan penyerahan
objek sewa dapat mengikuti perkembangan masa (waktu per waktu), namun hal tersebut sangat
susah diterapkan, oleh sebab itu ditetapkan bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau
mengikuti peringkat. Metode tersebut didasari pada dalil istihsan.
PENUTUP
5
Hamsah Hudaf, dkk, “ Penerapan Akad Ijarah dalam pembiayaan Bank Syariah”, Mutawazin, (Vol 2, No.
1, April/2021). Hlm. 50-52
A. Kesimpulan
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa. Atau ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut.
Ijarah terbagi menjadi dua yang mana kegiatan ini sering dilakukan dalam kehidupan saat
ini yaitu Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa menyewa dan Ijarah atas pekerjaan, disebut juga
upah mengupah.
Hukum asalnya menurut para jumhur ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan
dengan ketetuan yang ditetapkan oleh syara’ berdasarkan ayat al-quran, hadis-hadis nabi dan
ketetapan ijma’ ulama. Landasan ijma’nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang ulama
pun yang membantah kesepakatan ini. sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang
berbeda pendapat tetapi hal itu tidak dianggap.
Produk Pembiayaan Umroh pada Bank Syariah ini melibatkan akad ijarah pada
transaksinya, yang dimana ini sangat diperhatikan hukumnya secara khusus oleh syariat Islam
dari sisi karakter akadnya. Akad ijarah berbeda dengan transaksi jual-beli yang didalamnya ada
hutang piutang dikarenakan sifatnya temporal, sedangkan jual-beli sifatnya permanen karena
pengaruhnya dapat memindahkan kepemilikan suatu barang. Mengenai diperbolehkannya
sewamenyewa, semua ulama’ bersepakat bahwa sewa menyewa diperbolehkan. Diperkuat
dengan 3 dasar hukum Al-Qur’an, Al-Hadits dan Ijma’ maka hukum tersebut merupakan sumber
penggalian hukum Islam yang utama. Dari beberapa dasar hukum diatas, dapat dipahami bahwa
sewamenyewa itu diperbolehkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa
terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang satu dengan
yang lain selalu dan saling terikat.
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, (2007). Akad dan Produk Syari‟ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, ,
Hamsah Hudaf, dkk, “ Penerapan Akad Ijarah dalam pembiayaan Bank Syariah”, Mutawazin,
(Vol 2, No. 1, April/2021).
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN/MUI/IV/2000 tentang akad ijarah, pada https://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/09-Ijarah.pdf, diakses pada Selasa 30 Mei 2023.
Santoso, Harun, “Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah”, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam , (Vol. 01, No. 02, Juli /2015), hlm. 106-107
Yazid Afandi, (2009). “Fiqh Muamalah Dan Imlementasinya Dalam Lembaga Keuangan
Syari‟ah. (Yogyakarta: Logung Pustaka)