Anda di halaman 1dari 5

Pegadaian Islam

HUKUM PEGADAIAN- Gadai adalah satu dari sekian banyak kegiatan ekonomi yang
dilatarbelakangi oleh beragam aspek, terutama untuk memenuhi kebutuhan manusia akan uang,
emas dan lain sebagainya.

Jika kita mengamati di sekitar tempat tinggal, pasti akan bertebaran kantor-kantor
pegadaian, baik resmi dari pemerintah maupun swasta. Mereka banyak memberikan progam
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, diantaranya: menggadaikan barang untuk mendapatkan
pinjaman sejumlah uang, pegadaian emas, nabung emas, arisan emas dan lainnya.

Pengertian Gadai (Ar Rahn)

Gadai dalam bahasa Arab disebut ar rahn yang memiliki arti penetapan dan penahanan.

Sedangkan menurut istilah ar rahn adalah sebuah harta yang dijadikan jaminan pinjaman atau
hutang yang bertujuan bisa dijadikan sebagai alat pembayaran dengan nilai sebagian atau seharga
harta tersebut, jika hutang tidak dapat dilunasi.

Hukum pegadaian dalam islam pada dasarnya Boleh, seperti yang telah disebutkan dalam Al
Quran dan hadits.

‫َّللاَ َربَّهُ َو ََل تَ ْكت ُ ُموا‬


َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْلي َُؤ ِد الَّذِي اؤْ ت ُ ِمنَ أَ َمانَت َهُ َو ْليَت‬ُ ‫ضةٌ فَإ ِ ْن أ َ ِمنَ بَ ْع‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬ ٌ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َِجد ُوا كَاتِبًا فَ ِره‬
َ ‫َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َعلَى‬
َّ ‫ش َهادَة َ َو َم ْن يَ ْكتُ ْم َها فَإِنَّهُ آَثِ ٌم قَ ْلبُهُ َو‬
‫َّللاُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َع ِلي ٌم‬ َّ ‫ال‬

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.” (QS. Al Baqarah:
283)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

‫ َو َر َهنَهُ د ِْرعًا ِم ْن َحدِي ٍد‬، ‫ِى ِإلَى أَ َج ٍل‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
َ ‫ا ْشت ََرى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-‫ى‬
ٍ ‫ط َعا ًما ِم ْن َي ُهود‬

“Nabi SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi secara tidak tunai (utang), lalu beliau
SAW memberikan gadaian berupa baju besi” (HR. Bukhari no. 2068 dan Muslim no. 1603).

Para ulama juga menyepakati bahwasanya rahn dibolehkan dan hal ini sudah dilakukan sejak
zaman Nabi SAW sampai saat ini, dan tidak ada yang mengingkarinya.
Meskipun dalam ayat di atas hanya disebutkan gadai dalam keadaan safar saja, namun hal itu
bukan menunjukkan selain keadaan safar menjadi dilarang. Sebagaimana hadits Nabi
Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Bukhari no. 2916 berikut:

‫ير‬ َ ‫صاعًا ِم ْن‬


ٍ ‫ش ِع‬ ٍ ‫عهُ َم ْرهُونَةٌ ِع ْندَ يَ ُهود‬
َ َ‫ِى ِبثَلَثِين‬ َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫ َود ِْر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-ِ‫َّللا‬ َ ِ‫ت ُ ُوف‬
ُ ‫ى َر‬

“Ketika Rasulullah SAW wafat, baju besi beliau tergadaikan pada orang Yahudi sebagai jaminan
untuk 30 sho’ gandum (yang beliau beli secara tidak tunai)”

Aturan Umum Pegadaian dalam Islam


Muamalah gadai memiliki ketentuan umum yang harus diketahui oleh pemberi utang maupun
orang yang sedang menggadaikan barangnya sejak terjadinya serah terima barang gadai, antara
lain:

1. Barang yang Dapat Digadaikan

Adapun maksud dari barang yang dapat digadaikan ialah barang tersebut mempunyai nilai
ekonomi, hal ini dilakukan agar barang tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pemilik
uang.

Nah, sebaliknya barang yang tidak memiliki nilai ekonomi, tidak bisa diperjuAl belikan atau
bahkan barang yang haram, maka tidak dapat digadaikan.

Contoh barang yang dapat digadai adalah rumah, SAWah, kendaraan, perhiasan, alat elektronik,
surat berharga dan lainnya. Dan jikalau ada orang yang akan menggadaikan anjing, maka hukum
pegadaian ini tidaklah sah, sebab tidak halal memperjuAl belikan anjing.

‫ان ْالكَاه ِِن‬


ِ ‫ب َو َم ْه ِر ْال َب ِغ ِى َو ُح ْل َو‬
ِ ‫نَ َهى َع ْن ث َ َم ِن ْالك َْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-ِ‫َّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬

[su_note note_color=”#dcf7c8″]”Rasulullah SAW melarang hasil penjualan anjing, penghasilan


pelacur dan upah perdukunan.” (HR. Bukhari no. 2237 dan Muslim no. 1567)[/su_note]

2. Barang Gadai Merupakan Amanah

Bagi pemberi hutang, barang gadaian yang ia bawa merupakan sebuah amanah yang harus dijaga
dengan sebaik mungkin.

Namun, apabila ada kerusakan yang terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak ada kesalahan
sesuai prosedur yang telah disepakati dalam perawatan, maka pemberi hutang tidak memiliki
kewajiban untuk ganti rugi. Meskipun pihak penggadai memaksa untuk meminta ganti rugi,
dengan sendirinya syarat ini tidak sah dan tidak wajib dilaksanakan.
3. Barang Gadai Harus Dibawa Oleh Pemberi Hutang

Ketentuan yang ketiga adalah barang yang sedang digadaikan harus di tangan oleh orang yang
memberikan hutang selama masa perjanjian gadai tersebut berlangsung.

Ketentuan ini dijelaskan secara gamblang dalam surat Al Baqarah Ayat 283 yang telah
dijelaskan di atas.

4. Pemanfaatan Barang Gadai

Hukum pegadaian dalam Islam sangatlah adil bahkan rincian untuk pemanfaatan barang gadai
juga dipaparkan.

Nah, perlu kita ketahui bahwa pihak yang memberikan hutang tidak dibolehkan untuk
mengambil manfaat/keuntungan dari barang gadaian baik dengan izin atau tanpa seizin pemilik.
Karena sesungguhnya barang gadai tersebut ialah milik orang yang berutang dan yang berhak
memanfaatkan sepenuhnya adalah pihak yang berhutang.

Pemberi hutang hanya mempunyai hak untuk menahan saja sebagai jaminan atas uangnya yang
sedang dipinjang oleh pemilik hutang.

Memanfaatkan/mengambil keuntungan dari barang gadai tanpa seizin pemilik hukumnya adalah
Haram. Sebaliknya, mengambil keuntungan dari barang gadai hukumnya adalah Riba.

Demikianlah hukum pegadaian dalam islam yang menganut kaidah yang sama dengan hutang
piutang.

Lantas, bagaimana jika barang yang digadaikan akan rusak/binasa jika didiamkan saja seperti
halnya hewan peliharaan, hewan tunggangan, kendaraan, alat elektronik dan lainnya?

Mengenai hal ini, bisa dimanfaat sesuai dengan pengeluaran yang diberikan oleh pemberi hutang
dan tidak diperkenankan lebih dari itu. Rasulullah SAW. bersabda,

ُ‫ َو َعلَى الَّذِى يَ ْر َكبُ َويَ ْش َربُ النَّفَقَة‬، ‫ َولَ َبنُ الد َِّر يُ ْش َربُ بِنَفَ َقتِ ِه إِذَا َكانَ َم ْرهُونًا‬، ‫لرهْنُ ي ُْر َكبُ بِنَ َفقَتِ ِه إِذَا َكانَ َم ْرهُونًا‬
َّ

“Barang gadaian berupa hewan tunggangan boleh ditunggangi sesuai nafkah yang diberikan.
Susu yang diperas dari barang gadaian berupa hewan susuan boleh diminum sesuai nafkah yang
diberikan. Namun, orang yang menunggangi dan meminum susu berkewajiban untuk
memberikan makanan” (HR. Bukhari no. 2512).

5. Pelunasan Hutang dengan Barang Gadai

Jika waktu untuk melunasi hutang sudah jatuh tempo, maka orang yang berhutang memiliki
kewajiban untuk membayar. Apabila telah lunas, maka barang gadai dikembalikan kepada
pemiliknya.
Tetapi, jika orang yang berhutang tidak mempu membayar hutangnya, pihak pemberi hutang
mempunyai hak untuk menjual barang gadaian tersebut untu pelunasan hutang.

Andaikata ada sisa dari barang yang dijual, maka sisa uang itu menjadi milik orang yang
berhutang. Begitu juga sebaliknya, jikalau harga barang gadain tidak cukup untuk membayar
lunas hutang, maka orang yang menggadaikan masih memiliki tanggungan untuk sisa hutangnya.
Wallahu’alam bishawab.

Kesimpulan :
Gadai dalam bahasa Arab disebut ar rahn yang memiliki arti penetapan dan penahanan.

Sedangkan menurut istilah ar rahn adalah sebuah harta yang dijadikan jaminan pinjaman atau
hutang yang bertujuan bisa dijadikan sebagai alat pembayaran dengan nilai sebagian atau seharga
harta tersebut, jika hutang tidak dapat dilunasi.

Hukum pegadaian dalam islam pada dasarnya Boleh, seperti yang telah disebutkan dalam Al
Quran dan hadits.

‫َّللاَ َربَّهُ َو ََل تَ ْكت ُ ُموا‬


َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْلي َُؤ ِد الَّذِي اؤْ ت ُ ِمنَ أ َ َمانَتَهُ َو ْليَت‬ُ ‫ضةٌ فَإ ِ ْن أ َ ِمنَ بَ ْع‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬ٌ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َِجد ُوا كَاتِبًا فَ ِره‬
َ ‫َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َعلَى‬
َّ ‫ش َهادَةَ َو َم ْن يَ ْكتُ ْم َها فَإِنَّهُ آَثِ ٌم قَ ْلبُهُ َو‬
‫َّللاُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َع ِلي ٌم‬ َّ ‫ال‬

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.” (QS. Al Baqarah:
283)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

‫ َو َر َهنَهُ د ِْرعًا ِم ْن َحدِي ٍد‬، ‫ِى ِإلَى أَ َج ٍل‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
َ ‫ا ْشت ََرى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-‫ى‬
ٍ ‫ط َعا ًما ِم ْن َي ُهود‬

“Nabi SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi secara tidak tunai (utang), lalu beliau
SAW memberikan gadaian berupa baju besi” (HR. Bukhari no. 2068 dan Muslim no. 1603).
Aturan Umum Pegadaian dalam Islam

 Barang yang Dapat Digadaikan


Adapun maksud dari barang yang dapat digadaikan ialah barang tersebut mempunyai
nilai ekonomi, hal ini dilakukan agar barang tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan
untuk pemilik uang.

 . Barang Gadai Merupakan Amanah

Bagi pemberi hutang, barang gadaian yang ia bawa merupakan sebuah amanah yang
harus dijaga dengan sebaik mungkin.

 Barang Gadai Harus Dibawa Oleh Pemberi Hutang

Ketentuan yang ketiga adalah barang yang sedang digadaikan harus di tangan oleh orang
yang memberikan hutang selama masa perjanjian gadai tersebut berlangsung.

 Pemanfaatan Barang Gadai

Jika waktu untuk melunasi hutang sudah jatuh tempo, maka orang yang berhutang
memiliki kewajiban untuk membayar. Apabila telah lunas, maka barang gadai
dikembalikan kepada pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai