Anda di halaman 1dari 14

MUAMALAH

Pendahulua
ISLAM
n

ibadah
‘ARIYAH
‘Ariyah menurut etimologi diambil dari kata ‘Ara yang berarti datang dan
pergi. Menurut sebagian pendapat ‘Ariyah berasal dari kata at-Ta’aawuru,
yang berarti saling menukar dan mengganti, yakni dalam tradisi pinjam
meminjam. Menurut terminologi syara’ ulama fiqh berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya, antara lain :

• Menurut ulama Hanafiah, ‘Ariyah adalah kepemilikan atas manfaat


tanpa disertai dengan imbalan.
• Menurut Syafi’iyah dan Hambaliyah, ‘Ariyah adalah pembolehan
untuk mengambil manfaat dari orang yang berhak memberikan secara
sukarela dengan cara-cara pemanfaatan yang diperbolehkan
sedangkan bendanya masih utuh.

Jadi dapat kita simpulkan, ‘Ariyah adalah sesuatu yang diberikan kepada
orang lain, sehingga orang tersebut dapat memanfaatkannya hingga
waktu tertentu kemudian dikembalikan kepada pemiliknya. Contohnya, si
A meminjam bulpoin kepada si B.
• Al-Qur’an. QS. Al-Maidah:2
“Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa”.

• As-Sunnah dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Anas,


dinyatakan bahwa Rasulullah SAW. telah meminjam kuda dari
Abu Thalhah, kemudian beliau mengendarainya.

• Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu


Dawud
Dari Shafwan Ibn Umayyah, dinyatakan bahwa Rasulullah
SAW. pernah meminjam perisai dari Shafwan Ibn Umayyah pada
waktu perang Hunain. Shafwan bertanya, “Apakah engkau
merampasnya, ya, Muhammad?” Nabi menjawab, “Cuma
meminjam dan aku bertanggung-jawab.”
Secara umum, jumhur ulama fiqih menyatakkan bahwa
rukun‘Aariyah ada empat, yaitu:
• Mu’ir (peminjam)
• Musta’ir (yang meminjamkan)
• Mu’ar (barang yang dipinjamkan)
• Shighat (sesuatu yang menujukkan kebolehan untuk
mengambil manfaat, baik dengan ucapan maupun perbuatan)

Barang Temuan (Luqathah)
Barang temuan atau dalam bahasa Arab-nya sering disebut dengan barang
luqathah ini terkadang sering membuat seseorang yang menemukannya atau
mengambilnya ini bingung. Akan diapakan barang tersebut. Apakah mau
dipakai sendiri, atau mau diumumkan di kalangan umum, atau ditinggalkan
begitu saja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tentu sedikit sulit untuk menemukan


penjelasan kata dari kata ‘temuan’ ini. Lebih mudah, jika kita melihatnya dari
kata dasar ambil atau pungut. Hal ini didasarkan dari kata luqathah yang
mempunyai kata dasar bahasa Arab ‫قط‬##‫( ل‬lam-qaf-tha’), yang diterjemehkan
menjadi ‘mengambil atau memungut’.

Sehingga jika didefinisikan menurut istilah atau syara’, luqathah adalah


mengambil atau memungut harta atau barang dari suatu tempat, yang mana
tidak diketahui secara pasti siapa pemilik dari barang atau harta tersebut.
Jenis-Jenis Barang Temuan (Luqathah)
1. Barang atau benda temuan yang (mungkin) sudah tidak akan diambil atau
dicari lagi oleh pemilik barang tersebut, atau bahkan dilihat dengan detail
orang yang melewatinya. Hal ini dikarenakan barang tersebut mempunyai
nilai yang rendah.
Misalnya: botol bekas, baut, gantungan kunci, permen, atau uang recehan,
yang kadang terjatuh ketika dibawa pemiliknya, dan lain sebagainya.
2. Barang atau benda temuan yang bagi kita tidak perlu merawat dan
menjaganya, karena bagi pemiliknya mudah untuk mencari barang atau
benda tersebut.
Seperti berbagai itik dan hewan unggas lainnya, yang mana di pagi hari
dikeluarkan begitu saja oleh pemiliknya. Kemudian di siang atau sore hari
pemiliknya mencari hewan peliharaan tersebut untuk dimasukkan ke dalam
kandangnya .
3. Barang atau benda temuan yang sangat berharga dan punya nilai bagi
orang lain, dan membutuhkan perawatan dalam menjaga barang tersebut.
Sehingga mudah hilang, seperti uang dalam jumlah
besar, handycam, handphone, laptop, atau dompet yang berisikan berbagai
macam kartu identitas diri, atau hewan ternak sapi dan kambing dan lain-
lainnya.
Niat dan Hukum Orang yang Mengambil Barang Temuan
(Luqathah)
Hukum orang yang mengambil barang temuan ada beberapa macam:

Pertama, Wajib. Apabila dirinya merasa yakin bahwa dirinya bisa


mengembalikan barang tersebut. Sehingga barang tersebut tidak
tersia-siakan begitu saja.

Kedua, Sunnah. Apabila dirinya percaya bahwa dirinya bisa menangani segala
sesuatu yang bersangkutan dengan barang tersebut, baik perawatan
ataupun penjagaannnya sesuai dengan mestinya.

Ketiga, Makruh. Hal ini diberlakukan bagi orang yang merasa dirinya tidak
bisa percaya pada dirinya. Sehingga khawatir akan apa yang
diperbuatnya dengan barang tersebut di kemudian hari.
Kewajiban Orang yang Mengambil Barang Temuan

1. Menjaga dan merawat barang tersebut , dan berniat untuk mengembalikannya,


seperti yang dijelaskan dalam QS. al-Maidah: 32, yang (potongan) artinya
berbunyi: “ … Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya ….”

2. Mengumumkan barang yang ditemukan tersebut selama satu tahun, di tempat


umum. Bisa lewat papan pengumuman masjid atau berbagai media. Hal ini
berlaku untuk barang, atau benda yang mempunyai nilai tinggi.

Adapun setelah satu tahun belum ada yang pemiliknya yang datang,
maka barang tersebut boleh dimilikinya. Namun, tetap mempunyai kesiapan
untuk tetap mengembalikan atau menanggung barang tersebut ketika pemiliknya
datang sewaktu-waktu

3. Tidak diperbolehkan meminta biaya kepada pemilik barang tersebut. Kecuali biaya
pengganti atas perawatan barang yang telah ditemukannya tersebut atau hadiah
yang diberikan oleh pemilik barang.
GHOSOB

Menurut bahasa ghasab adalah mengambil sesuatu secara paksa dan terang-


terangan.

Sedangkan menurut istilah, ghasab berarti menguasai harta (hak) orang lain


dengan tanpa izin (melampaui batas). 

Ghasab ini dilakukan secara terang-terangan, hanya saja tanpa


sepengetahuan pemiliknya. Berbeda dengan pencurian yang memang
dilakukan secara diam-diam. Ghasab juga tidak harus berbentuk pada barang
yang konkret, hal yang abstrak seperti kemanfaatan juga masuk didalamnya.
Mulai dari duduk didepan teras rumah orang lain tanpa izin sampai numpang
bercermin di kaca spion motor milik orang lain.
Hukum Melakukan Ghasab
Berdasarkan sejumlah ayat, hadis, dan pendapat ulama’, ghasab itu hukumnya
haram.  Dalam kitab Kifayatu al-Akhyar, pekerjaan ghasab pada salah satu dosa
besar. Adapun firman Allah Swt. yang menjadi rujukan hukum ghasab ini adalah
Surat Al-Baqarah [2]: 188,

ِ ‫الن‬ ‫َأم َو ِال‬ 
‫وَأْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬ َ ِ‫بِاِإْل مْث‬ ‫َّاس‬ ِ ‫فَ ِري ًق‬ ‫لِتْأ ُكلُوا‬ ‫احْل َّك ِام‬  ‫هِب ا ِإىَل‬ ‫وتُ ْدلُوا‬ ‫اط ِل‬
ِ ِ
ْ ْ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬ َ ُ َ ْ ‫تَْأ ُكلُو‬  ‫َواَل‬
َ َ‫بالْب‬ ‫بْينَ ُك ْم‬ َ ‫َأم َوالَ ُك ْم‬ ‫ا‬
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
.benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui
LANJUTAN.....

Imam At-Thabari dalam kitabnya (Jami’ul Bayan Fi tafsir Al-Qur’an Lith-


thobari) menjelaskan bahwa maksud kata memakan dengan batil dari ayat
tersebut adalah dengan cara memakan yang tidak diperbolehkan oleh Allah
Swt.
Jadi, dapat ditarik simpulan bahwa ghasab (menggunakan milik orang lain
tanpa izin) berdasarkan ayat tersebut hukumnya haram dan sangat dilarang
oleh Allah. Entah ghasab pakaian, sandal, bantal, gayung, payung, dan
barang-barang yang lain, hukumnya sama-sama tidak boleh. Bahkan
berdasarkan ayat tersebut ketika dilihat dari kaca mata ushul fiqh maka ada 2
(dua) hal yang dapat kita simpulkan. Pertama, larangan (nahyi) tersebut
menunjukkan keharaman dari pekerjaan ghasab. Kedua, larangan tersebut
mewajibkan kita untuk menjahui perkara ghasab.
Tugas :
Kerjakan soal di bawah ini !
1. Tulislah rukun Ariyah adalah ...
2. Barang yang dipinjamkan, syaratnya harus ….
3. Memberikan manfaat suatu barang kepada orang lain tanpa merusak
barangnya disebut ….
4. Orang yang meminjamkan barang disebut …
5. Tulislah kewajiban bagi seorang peminjam ….
6. Tulislah pengertian Luqothoh !
7. Tulislah penjelasanmu tentang luqothoh yang berupa makanan !
8. Tulislah sikapmu bila ada luqothoh di jalan !
9. Tulislah sikap bila kita menemukan uang dijalan yang jumlahnya 1 juta !
10. Apakah yang dimaksud “ghosob” ? Jelaskan contoh dan hukum
ghosob dalam Islam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai