Anda di halaman 1dari 5

SOAL UAS SEMESTER III A 2021 STAI AL FALAH CICALENGKA

BANDUNG

Nama : Tuti Hartini ( 2019.01.075 )


Semester/Jurusan : 3A PAI
Tanggal UAS : 19 Januari 2021
Mata Kuliah : Fiqh Muamalah
Dosen : Dr.H. Ayit Irpani, M.Pd.I

SOAL !!!
1. Jelaskan menurut saudara pengertian Riba secara istilah dan bahasa, serta tulis

Dalil Al-Qur’an dan Hadis yang berkenaan dengan riba!


2. Para ulama membagi jual-beli menjadi akad Nafidz dan Maukuf jelaskan
Perbedaannya serta berikan contoh yang bisa disebut dengan akad maukuf !

3. Sebutkan dalil di syariatkannya wakaf dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadist


Serta jelaskan keunikan-keunikan wakaf dibandingkan dari sedekah yang lain!
4. Tuliskan praktik gadai yang terjadi pada masa Rasulullah serta sebutkan unsur
Gadai yang saudara ketahui!
5. Sebutkan syarat-syarat Ariyah yang saudara ketahui serta sebutkan dalil tentang
Kewajiban mengembalikan pinjaman!

Jawaban
1. menurut istilah riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara umum terdapat benang
merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi
jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muamalat dalam Islam.
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik
riba juga berarti tumbuh dan membesar.

Dalam surat Ali Imran ayat 130


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

َ ‫اع َف ًة َوا َّتقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬


‫ُون‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا ال َتْأ ُكلُوا الرِّ َبا َأضْ َعا ًفا م‬
َ ‫ُض‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imraan:
130)

Hadist yang menyampaikan bahwa Riba adalah haram


Sahabat Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
،‫ يدا بي))د‬،‫ سواء بسواء‬،‫الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مثال بمثل‬
‫ رواه مسلم‬.‫فمن زاد أو استزاد فقد أربى‬
“Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir
(salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual
dengan garam, (takaran / timbangannya) harus sama dan kontan. Barangsiapa yang
menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat riba.” (HR. Muslim dalam
kitabnya as-Shahih).

2. a) Akad yang nafidz (bisa dilangsungkan)


Pengertian akad nafidz adalah akad yang dilakukan oleh orang yang memiliki ahliyatul ada’
(kecakapan) dan kekkuasaan. Contohnya seperti akadyang dilakukan oleh orang yang baligh
berakal dan cerdas (mampu) mengurus hartanya sendiri atau oleh wali atau washiy dari anak
yang masih dibawah umur atau wakil (orang yng diberi kuasa oleh si pemilik). Hukum akad
semacam ini menimbulkan akibat-akibat hukum secara langsung tanpa menunggu
persetujuan orang lain.
b) Akad yang mauquf (ditangguhkan)
Pengertian akad mauquf adalah akad yang dilakukan oleh orang yang memiliki ahliyah
(kecakapan) untuk melakukan akad, tetapi ia tidak memiliki kekuasaan karena tidak
memperoleh mandat untuk melakukannya, contohnya seerti akad fudhuli akad yang
dilakukan oleh anak yang mumayiz yang spekulatif (mungkin menguntungkan, mungkin
merugikan). Hukumnya adalah akad semacam ini tidak menimbulkan akibat hukum kecuali
disetujui oleh orang-orang yang berkepentingan. Apabila tidak disetujui akad tersebut
hukumnya batal. Akan tetapi, menurut Syafi’iyah dan Hanabilah, akad ini hukumnya batal.

3. Keistimewaan wakaf:
-Harta wakaf bukan lagi hak milik wakif
Pada dasarnya, wakaf merupakan perbuatan wakif (pihak berwakaf) untuk memisahkan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum sesuai dengan
syariah.
Imam Syafii sendiri mendefinisikan wakaf sebagai tidak melakukan suatu tindakan atas suatu
benda, yang berstatus milik Allah, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada kebajikan
sosial.
Harta yang sudah diwakafkan secara utuh dan bulat menyebabkan kuasa kepemilikan si
pewakaf akan terhapus.
Dengan demikian, pewakaf tidak dapat melakukan apa pun terhadap harta tersebut, apalagi
memintanya kembali. Pewakaf juga tidak dapat melarang distribusi manfaat harta tersebut
kepada siapapun. Apabila pewakaf meninggal dunia, harta wakaf tidak dapat jatuh ke ahli
warisnya. Dalam konteks ini, harta yang sudah diwakafkan sepenuhnya menjadi milik Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
-Pahalanya terus mengalir walau wakif telah meninggal
Berwakaf hukumnya sunnah. Namun siapapun yang melakukannya, atas dasar keridhaan
Allah Ta’ala, niscaya mendapatkan ganjaran yang begitu besar. Hal ini karena pahala wakaf
akan terus mengalir, meskipun sang wakif telah tiada, selama pemanfaatan harta wakaf masih
berlangsung.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Keterangan mengenai pahala wakaf juga terdapat dalam sabda Rasulullah:
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, “Jika anak Adam meninggal,
maka amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak saleh yang senantiasa mendoakannya.” (Hr. Muslim)
-Membangun peradaban muslim yang kuat
Lain hal dengan zakat, penerima manfaat harta wakaf tidak terbatas golongan tertentu.
Terlebih, harta tersebut terus abadi lintas generasi. Bentuk fisiknya tetap utuh terpelihara,
terjamin kelangsungannya, dan tidak boleh hilang atau berpindah tangan.
Karena sifatnya yang demikian, wakaf sangat berguna demi memajukan dakwah Islam,
menghidupkan lembaga sosial keagamaan, mengembangkan potensi dan menyejahterakan
umat, memberantas kebodohan, memutus mata rantai kemiskinan, serta memupus
kesenjangan sosial. Produktivitas dari pengembangan harta wakaf tersebut niscaya semakin
mengokohkan persatuan umat dan meneguhkan peradaban Islam.
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa serta pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)
a. Dalil Qur'an
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫لَنْ َت َنا لُوا ْال ِبرَّ َح ٰ ّتى ُت ْنفِقُ ْوا ِممَّا ُت ِحب ُّْو َن  َۗ و َما ُت ْنفِقُ ْوا مِنْ َشيْ ٍء َف ِا نَّ هّٰللا َ ِبهٖ َعلِ ْي ٌم‬

"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha
mengetahui."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 92)
b. Hadis
Wakaf telah disyariatkan berdasar ijma’ ulama’, mengingat pentingnya wakaf, karena wakaf
ini bisa memberi manfaat bagi orang lain dan orang yang mewakafkan, baik ketika dia masih
hidup, atau setelah meninggal.
Rasulullah bersabda, dari Abu Huroiroh :

َ ‫ َأ ْو َولَ ٍد‬،ِ‫ َأ ْو عِ ْل ٍم ُي ْن َت َف ُع ِبه‬،ٍ‫ار َية‬


‫صال ٍِح َي ْدعُو لَ ُه‬ َ ْ‫ ِإاَّل مِن‬:ٍ‫ات اِإْل ْن َسانُ ا ْن َق َط َع َع ْن ُه َع َملُ ُه ِإاَّل مِنْ َثاَل َثة‬
ِ ‫ص َد َق ٍة َج‬ َ ‫ِإ َذا َم‬
Artinya: Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali dari 3
perkara, 1. shodaqoh jariyah, 2. ilmu yang bermanfaat, 3. anak sholih yang mendoakan
orang tuanya (H.R Muslim no. 1631)

4. Rasulullah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi tersebut karena ingin
membeli gandum untuk dimakan bersama keluarganya. Kisah tersebut diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya sebagai berikut :
"Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi
dengan pembayaran ditangguhkan dengan menggadaikan baju besinya.(HR. Bukhari dan
Muslim).
Namun, sampai wafatnya Nabi tidak sempat melunasi utang tersebut hingga pada akhirnya
Ali bin Abi Thalib lah yang membayarkannya.
"Rasulullah SAW wafat dan baju besinya masih menjadi barang gadai pada seorang Yahudi
dengan 30 sha’ gandum". (HR. Bukhari).
Unsur-unsur yang terdapat dalam gadai yaitu sebagai berikut:
-Hak yang diperoleh kreditor atas benda bergerak
-Benda bergerak itu diserahkan oleh debitor kepada kreditor
-Penyerahan benda tersebut untuk jaminan utang
-Hak kreditor itu adalah pelunasan piutangnya dengan kekuasaan melelang benda
jaminan apabila debitor wanprestasi
-Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditor-kreditor lain
-Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan benda jaminan dilunasi lebih dulu dari hasil
lelang sebelum pelunasan piutang

5. Syarat-Syarat ‘Ariyah:

-yang meminjam sah melakukan tindakan hukum

-barang yang dipinjam itu bermanfaat, dan ada hak meminjamkan dari pemiliknya.

-manfaat yang diambil oleh peminjam dibloehkan hukum

-kedua belah pihak melakukan serah terima baik secara lisan atau tulisan.

‫ان َس ِمي ْۢعً ا بَصِ يْرً ا‬ ‫هّٰللا‬ ُ ‫اس اَنْ َتحْ ُكم ُْوا ِب ْال َع ْد ِلؕ اِنَّ هّٰللا َ ِن ِعمَّا َيع‬ ٓ ٰ ِ ‫اِنَّ هّٰللا يْأ ُم ُر ُكم اَنْ ُت دُّوا ااْل َ ٰم ٰن‬
َ ‫ِظ ُك ْم ِبهٖ ؕ اِنَّ َ َك‬ ِ ‫ت اِلى اَهْ لِ َها ۙ َوا َِذا َح َكمْ ُت ْم َبي َْن ال َّن‬ ‫َؤ‬ ْ َ َ
"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.
Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Melihat."

(QS. An-Nisa': Ayat 58)

Ayat tersebut turun setelah fathu makkah.

dan hadis yang diriwayatkan Abu Daud:

“Barang peminjaman adalah benda yang wajib dikembalikan.”

Islam sangat memperhatikan habl minannas, salah satunya adalah 'ariyah ini. Oleh karena itu
sebaiknya kembalikanlah barang-barang yang kita pinjam karena barang itu adalah amanat.

Anda mungkin juga menyukai