Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Choirul Anwar

KELAS: HES 3C
NIM : 05030222093

PINJAM MEMINJAM (‘Ariyah)


A Pengertian Ariyah

Pinjam meminjam menurut ahli fiqih adalah transaksi antara dua pihak. Misalnya
orang menyerahkan uang (barang) kepada orang lain secara sukarela, dan uang (barang) itu
dikembalikan lagi kepada pihak pertama dalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa.
Perlu kita ketahui bahwa pinjam meminjam dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan
'ariyah yang artinya adalah pinjam. Sedangkan pengertian menurut istilah syari'at Islam,
pinjam meminjam adalah akad atau perjanjian yang berupa pemberian manfaat dari suatu
benda yang halal dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan dengan tidak
mengurangi ataupun merubah barang tersebut dan nantinya akan dikembalikan lagi setelah
diambil manfaatnya.
Al-ariyah adalah meminjamkan suatu benda kepada orang lain untuk diambil manfaat
atas benda tersebut, dengan ketentuan dikembalikan setelah selesai digunakan kepada
pemiliknya dan pada saat pengembaliannya, benda tersebut harus dalam keadaan utuh sesuai
dengan awal peminjaman.
Pinjaman (ariyah) berasal dari kata at-ta’wur yaitu gantimengganti pemanfaatan
sesuatu kepada orang lain. Adapun ariyah secara terminologis berarti pembolehan
pemanfaatan suatu barang (oleh pemilik kepada orang lain) dengan tetap menjaga keutuhan
barang itu. Pinjaman (Ariyah) atau dalam istilah Wahbah Zuhaili, I’arah berasal dari akar kata
a’ara, seperti dalam kalimat: َ ‫ ْء َيّش الُ َهاَر َعا‬artinya, ia memberinya pinjaman. Wahbah Zuhaili
mengemukakan bahwa lafal ariyah adalah nama bagi sesuatu yang dipinjam, diambil dari
kata a’ara (malu), karena sesungguhnya dalam mencari pinjaman tersebut ada rasa malu dan
aib. Tetapi pendapat tersebut disanggah, karena dalam kenyataannya Rasulullah SAW pernah
melakukannya. Andaikata meminjam merupakan perbuatan yang memalukan dan perbuatan
aib, maka sudah pasti Rasulullah SAW tidak akan melakukannya.

B Rukun dan syarat


Menurut ulama Hanafiyyah, rukun ariyah terdiri dari ijab dan qabul. Ijab qabul tidak
diwajibkan untuk diucapkan, namun cukup dengan menyerahkan pemilik kepada peminjam
barang yang dipinjam. Namun menurut sebagian besar ulama berendapat bahwa terdapat
beberapa rukun ariyah, yakni:
1) Mu’ir atau orang yang memberikan pinjaman dengan syarat:
 Inisiatif sendiri bukan paksaan.
 Dianggap sah amal baiknya, bukan dari golongan anak kecil, orang gila, budak
mukatab tanpa ijin tuannya dan bukan dari orang yang mengalokasikannya terbatasi
dengan sebab bangkrut atau tidak ada kecakapan dalam mengelola harta.
 Memiliki manfaat barang yang dipinjamkan meskipun tidak mempunyai hak pada
barang semisal dengan menyewanya bukan dengan hasil pinjaman dari orang lain
karena manfaat barang yang di pinjam bukan menjadi haknya melainkan
diperkenankan untuk memanfaatkannya.

2) Mutsa’ir atau orang yang mendapat pinjaman dengan syarat:


 Telah ditentukan, maka tidak sah akad ‘ariyah pada salah satu dari dua musta’ir yang
tidak ditentukan.
 Bebas dalam mengalokasikan harta benda, maka tidak sah dari anak kecil, orang gila
atau orang yang mengalokasikannya terbatasi dengan sebab tidak memiliki kecakapan
dalam mengelola harta kecuali melalui sebab tidak memiliki kecakapan dalam
mengelola harta kecuali melalui wali masing-masing.

3) Mu’ar atau barang yang dipinjamlan dengan syarat:


 Manfaatnya sesuai dengan yang dimaksud dari benda tersebut. Maka tidak sah akad
ariyah pada koin emas atau perak dengan maksud untuk dijadikan sebagai hiasan,
karena pada dasarnya manfaat dari koin tersebut bukan untuk hiasan.
 Musta’ir dapat mengambil kemanfaatan mu’ar atau sesuatu yang dihasilkan darinya
seperti meminjam kambing untuk diambil susu dan anaknya atau meminjam pohon
untuk diambil buahnya. Maka tidak sah akad ariyah pada barang yang tidak dapat
dimanfaatkan seperti sapi yang lumpuh.
 Mu’ar dimanfaatkan dengan membiarkannya tetap dalam kondisi utuh, Maka tidak
sah akad ariyah pada makanan untuk dikonsumsi atau pada sabun untuk mandi karena
pemanfaat tersebut dapat menghabiskan barang yang dipinjamkan.
C Macam-Macam Ariyah
1)Ariyah Mutlaqah
Yaitu pinjam meminjam barang yang dalam akadnya tidak dijelaskan persyaratan
apapun atau tidak dijelaskan penggunaannya. Misalnya meminjam sepeda motor di mana
dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan sepeda motor
tersebut. Meskipun demikian, penggunaan barang pinjaman harus disesuaikan dengan adat
kebiasaan dan tidak boleh berlebihan.
2)Ariyah Muqayyadah
Yaitu meminjamkan suatu barang yang dibatasi dari segi waktu dan kemanfaatannya,
baik disyaratkan oleh kedua orang yang berakad maupun salah satunya. Oleh karena
itu, peminjam harus menjaga barang dengan baik, merawat, dan mengembalikannya
sesuai dengan perjanjian.
D Dasar hukum pinjam meminjam (ariyah)

 Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 :

‫َو اَل َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اِاْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن َۖو اَّتُقوا َهّٰللا ِۗاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َقاِب‬
Artinya:… Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.
 AL-Qur’an surah Az-zumar ayat 10 :

‫ُقْل ٰي ِع َباِد اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُن وا اَّتُق ْو ا َر َّبُك ْم ِۗلَّل ِذ ْيَن َاْح َس ُنْو ا ِفْي ٰه ِذِه الُّد ْنَيا َح َس َنٌة‬
‫َۗو َاْر ُض ِهّٰللا َو اِسَع ٌة ِۗاَّنَم ا ُيَو َّفى الّٰص ِبُرْو َن َاْج َر ُهْم ِبَغْيِر ِح َس اٍب‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah
kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang
disempurnakan pahalanya tanpa batas.

 Al-Qur’an surah An-nisa ayat 58 :

‫ِاَّن َهّٰللا َي ْأُم ُر ُك ْم َاْن ُت َؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِآٰلى َاْهِلَه ۙا َو ِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّن اِس َاْن‬
‫َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِع َّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َسِم ْيًع ۢا َبِص ْيًرا‬
Artinya: sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaklah kamu
menetapkan dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang member pengajaran kepadamu.

Hadis
Hadis terkait tentang pinjam meminjam (al-ariyah) :
“Siapa yang meminjam harta manusia dengan kehendak membayarnya, maka Allah akan
membayarnya, barang siapa yang meminjam hendak melenyapkannya, maka Allah akan
melenyapkan hartanya.” (Riwayat Bukhari).

Masalah terkait dengan ariyah :


Pinjam meminjam ialah membolehkan kepada orang lain mengambil manfaat sesuatu yang
halal untuk mengambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, dan dikembalikan setelah
diambil manfaatnya dalam keadaan tetap tidak rusak zatnya. Pinjam meminjam itu boleh,
baik dengan cara mutlak artinya tidak dibatasi dengan waktu, atau dibatasi oleh waktu.

Referensi :
Abu Sura‟i Abdul Hadi, Bunga Bank dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 125
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.139
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010, hlm. 466

Anda mungkin juga menyukai