Anda di halaman 1dari 3

AKAD ARRIYAH

1. Pengertian Pinjam Meminjam (Ariyah)

Pinjam meminjam yaitu memperbolehkan seseorang mengambil manfaat sesuatu yang


halal tanpa merusak zatnya, dan setelah diambil manfaatnya lalu dikembalika dalam keadaan
tidak rusak zatnya. Diperbolehkannya pinjam meminjam, baik dengan cara mutlak yang
maknanya tidak dibatasi oleh waktu. menurut ahli fiqih dalam pinjam meminjam yaitu transaksi
antara dua pihak. Misalnyaseseorang yang menyerahkan uanngnya dengan sukarela, dan uang itu
dikembalikan lagi kepada pihak pertama dalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa.

Perlu kita ketahui bahwa pinjam meminjam dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan ‘ariyah
yang maknanya yaitu meminjam. Sedangkan pengertian menurut istilah syari’at Islam, pinjam
meminjam ialah akad atau perjanjian berupa pemberian manfaat dari suatu barang (benda) yang
halal dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan dengan tidak mengurangi ataupun
merubah barang tersebut dan nantinya akan dikembalikan lagi setelah diambil manfaatnya.

Menurut pengertian di atas, maka esensi yang dapat di ambil dari pengertian pinjam
meminjam ialah bertujuan untuk tolong menolong di antara sesama manusia baik melalui cara
meminjamkan suatu benda yang halal untuk diambil manfaatnya. dan Para ulama berpendapat
bahwa ‘ariyah adalah suatu hak seseorang untuk memanfaatkan suatu barang yang diterimanya
dari orang lain tanpa adanya imbalan dengan ketentuan barang tersebut tetap utuh dan pada suatu
saat harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Dalam definisi tersebut terdapat dua versi. Pertama malikiah dan hanafiah mendefinisikan ‘ariyah
dengan “tamlik al-manfaat” (kepemilikan atas manfaat). Dari definisi tersebut dapat kita pahami
bahwa adanya manfaat dari benda yang dipinjamkan oleh si peminjam sehingga ia boleh
meminjamkannya kepada orang lain. Sedangkan versi kedua, Syafi’iyah dan Hanabilah
mendefinisikan ‘ariyah dengan “ibahah al intifa” (kebolehan mengambil manfaat).

Dari definisi yang kedua dapat dipahami bahwa barang yang dipinjam hanya boleh dimanfaatkan
oleh peminjam, tetapi tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain. Terdapat pengertian lain
tentang pinjaman, yaitu pengalihan kepemilikan dengan jaminan mengeluarkan uang dari
kepemilikannya dan pihak lain menyatakan akan menjamin keutuhan bendanya jika berupa
barang dan menjaga nilainya jika berupa nilai. Hal-hal yang sejenis yakni yang satu dengan yang
lainnya sama, seperti uang, dan sebagainya
2. Dasar Hukum Pinjam Meminjam (‘Ariyah)
Pinjam Meminjam (‘Ariyah) merupakan perbuatan qurbah (pendekatan diri kepada Allah)
dan dianjurkan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalil dari Al-Qur’an dalam surah Al-Maidah
ayat 2 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.”
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan umat Islam untuk saling tolong-menolong dalam
mengerjakan kebaikan dan melarang untuk tolong-menolong dalam keburukan. Salah satu
perbuatan baik itu adalah ‘ariyah, yakni meminjamkan barang kepada orang lain yang dibutuhkan
olehnya
Al-Qur’an Dalam Surat Al-Baqarah ayat 245 :
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-nya lah
kamu dikembalikan.”

3. Rukun Ariyyah
 Pendapat ulama hanafiyah tentang arriyah hanyalah ihab yang mana meminjamkan
suatu barang, sedangkan qubul bukanlah rukun ariyah. Sedangkan menurut ulama
syafi’iyah dalam ilmu ariyah dharuskan adanya lafazh sighat akad yang mana
ucapan qobul dan qobul dari porang yang meminjamkan barang dan peminjam
barang pada waktu transaksi larena suatu barang yang dimanfaatkan bergantuk
kepada yang meminjamkan
 Selanjutnya terdapat dari sumber lain yang menybutkan dalam buku yang berjudul
fiqih muamalah bahwa rukun yang di perbandingkan dalam alariyah ada lima,
kelima rukunnya yaitu :
a) Al-mu’iir (orang yang meminjamkan barang )
b) Al-muta’ir (peminjam barang )
c) Al-‘iarah (peminjaman) suatu transaksi yangmerupakan suatu transaksi
pinjam meminjam atau suatu ungkapan pemberian pinjaman
d) Al-mu’ar ( suatu barang yang dipinjamkan)
e) Sighat : suatu bentuk yang diungkapkan dalam pemberian baik secara lisan
maupun suatu yang ditulis
4. Syarat ariyah
Ada beberapa syarat ariyah yang dapat kita ketahui
 Bagi orang yang meminjamkan :
Tidak akan sah rukun ariyah jikalau ahli ( berhak ) barbuat suatau kebaikan
sekehendaknya, anak kecil, dan orang yang di paksa untuk meminjamkan barang .
dan manfaat suatu barang yang akan di pinjamkan oleh orang yang meminjamkan
 Bagi peminjam : seeseorang yang ahli ( berhak ) menerima kebaikan,anak kecil,
atau orang gila sangat tidak diperbolehkan atau tidak sah meminjak, karena ia tidak
berhak melakukan transaksi pinjam meminjam
 Barang yang dipinjamkan :
a) Bagi barang yang akan di pinjamkan masih sangat bermanfaat bagi
peminjam
b) Sewaktu barang yang di pinjamkan tidak memiliki zat yang cepatbrukas
karena yang akan di ambil manfaat dari barang yang akan dipinjamkan oleh
peminjam, oleh karena itu makanan atau minuman tidak sah dipinjamkan
karena itu zat yang mudah hancur

Anda mungkin juga menyukai