BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, dalam kesehariannya
yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer atau pokok dalam
transaksi yang disebut dengan jual beli cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
dilakukannya suatu proses pinjam meminjam atau yang dalam istilah muamalah lebih
dikenal dengan istilah ’Ariyah, proses peminjaman ini biasanya dilakukan oleh
seseorang dengan keadaan ekonomi menengah kebawah hal ini karena proses pinjam
meminjam dapat dianggap sebagai suatu alternatif ketika seseorang tidak mampu
Dalam Suhendi (2010) ‘ariyah adalah meminjamkan suatu benda kepada orang
lain untuk diambil manfaat atas benda tersebut, dengan ketentuan dikembalikan
setelah selesai digunakan kepada pemiliknya dan pada saat pengembaliannya, benda
Tujuan utama adanya suatu proses pinjam meminjam adalah untuk menolong
sesama, sehingga ketika seseorang memberikan pinjaman kepada orang lain dengan
tujuan untuk menolong atau membantu sesama maka itu akan bernilai ibadah,
2
namun jika pemberian pinjaman tersebut bukan didasari dengan adanya keinginan
untuk menolong sesama maka hukumnya akan berbeda. Adapun hadis riwayat
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa hukum dari memberikan pinjaman
adalah sunah dan bernilai pahalam selama hal itu bertujuan untuk menolong sesama,
bahkan bisa saja akan menjadi wajib jika dalam keadaan darurat dan kepada orang
binatang yang hampir mati. Namun meminjam atau memberikan pinjaman juga bisa
menjadi haram jika barang tersebut diketahui akan dipergunakan untuk hal yang tidak
Maka dari itu kita sebagai muslim yang taat terhadap ketentuan agama islam
harus memperhatikan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh agama kita dan tidak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam pembahasan makalah ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ‘Ariyah
mengambil manfaat barang kepunyaan orang lain secara halal dengan jangka
waktu tertentu untuk dikembalikan lagi tanpa mengurangi atau merusak zatnya
(Al Aziz, 2005:390). Definisi ‘ariyah yang dikemukaan oleh para ulama adalah
sebagai berikut:
1. Ulama Hanafiah
dengan imbalan.
2. Ulama Malikiyah
3. Ulama Syafi’iyah
memberikannya.
4. Ulama Hanbaliyah
dari orang yang memberi pinjaman atau lainnya (Muslich, 2010: 467).
5
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Telah terjadi rasa ketakutan (atas
serangan musuh) di kota Madinah. Lalu Nabi S.A.W. meminjam seekor kuda dari
Setelah beliau kembali beliau bersabda, Kami tidak melihat apa-apa, dan yang
Menurut ulama’ Hanafiyah, rukun ‘ariyah adalah ijab dan qobul. Sedangkan
4. Shighat.
syarat-syarat ‘ariyah:
6
b) Berakal.
akan dipinjamkan.
b) Orang yang meminjam harus memiliki hak nafkah atau memiliki wali
maupun nanti.
4. Syarat-syarat shighat
kepada peminjam untuk memanfaatkan barang yang dimiliki oleh orang yang
meminjamkan.
D. Pembayaran Pinjaman
Setiap orang yang meminjam sesuatu kepada orang lain berarti peminjam
memiliki hutang kepada yan berpiutang (mu’ir). Setiap utang wajib dibayar
sehingga berdosalah orang yang tidak mau membayar utang, bahkan melalaikan
orang lain, kemudian rusak ditangan kedua, maka pemilik berhak meminta
jaminan salah seorang diantara keduanya. Dalam keadaan hal ini, lebih baik
8
pemilik barang meminta jaminan kepada pihak kedua karena dialah yang
Perubahan Status
aman.
F. Tatakrama Berhutang
sebagai berikut :
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
1. Untuk Musta’ir
b) Berniat melunasinya.
2. Untuk Mu’ir
berlebihan maupun karena yang lainnya. Demikian menurut Idn Abbas, Aisyah,
Abu Hurairah, Syai’I dan Ishaq dalam hadis yang diriwayatkan oleh Samurah,
hingga ia mengambilkannya”.
Daruquthin).
Kewajiban peminjam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengambil manfaat barang kepunyaan orang lain secara halal dengan jangka waktu
tertentu untuk dikembalikan lagi tanpa mengurangi atau merusak zatnya. Kemudian
untuk terciptanya proses ‘ariyah, terdapat beberapa rukun yang harus ada
didalamnya, yaitu orang yang meminjamkan, orang yang meminjam, shighat, serta
barang yang dipinjamkan. Tidak sampai kepada rukun saja, ada beberapa syarat yang
harus disanggupi demi terwujudnya proses ‘ariyah yang benar, yaitu orang-orang
imbalan), yang meliputi: Baligh, berakal, bukan orang yang boros atau pailit, dan
orang yang meminjamkan harus pemilik atas barang yang manfaat akan dipinjamkan.
Selanjutnya yaitu orang yang meminjam harus jelas dan orang yang meminjam
harus memiliki hak nafkah atau memiliki wali yang memiliki sumber nafkah. Tak
kalah penting, barang yang dipinjamkan memiliki kriteria syarat yaitu barang tersebut
bisa diambil manfaatnya, baik pada waktu sekarang maupun nanti, barang yang
dipinjamkan apabila diambil menfaatnya tetap utuh, barang yang dipinjamkan harus
berupa barang yang mubah, yakni barang yang diperbolehkan untuk diambil
B. Saran
segala kerendahan hati, kami siap menerima kritik dan saran yang membangun dari
teman-taman, dosen pengajar, dan pembaca lainnya agar menjadi motivasi untuk
kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Diah Qurniasari. “ Skripsi Tinjauan Etika Bisnis Islam Mengenai Sistem Jual Beli
Tengkulak (Studi Kasus di Desa Sribasuki Kecamatan Batang Hari
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013)”. Metro: STAIN Jurai Siwo
Metro.
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Karim, Helmi. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997.
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima MadzhabI. Jakarta: Lentera, 2013.
Rachmat Syafe’i. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Sri Prurwaningsih. “ Skripsi Praktik Jual Beli Cegat Dalan Tinjauan Sosiologi
Hukum Islam (Studi di Desa Mertelu dan Desa Tegalrejo Kabupaten
Gunung Kidul)”. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sayyid Sabiq, dalam; Fikh al-sunnah, hlm. 68.
Syaikh al-‘Allamah Muhammad. Fiqih Empat Madzhab, diterjemahkan oleh
‘Abdurrahman li ath-Thiba’ah, dari judul asli Rahmah al-Ummah
Muhammad. Bandung: Hasyimi, 2012.
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2012).
Yudha Kurniawan. “ Skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli
Hasil Pertanian Secara Tebasan di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon
Progo”. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
Zainuddin Ali. Hukum Ekonomi Syari’ah. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.