ARIYAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
RISKI
RESTU
RAKA
RISKI PM
SAAVITRI
MTsN 2 MUKOMUKO
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa ‘ariyah berarti pinjaman. Menurut istilah artinya adalah mengambil
manfaat barang kepunyaan orang lain secara halal dengan jangka waktu tertentu untuk
dikembalikan lagi tanpa mengurangi atau merusak zatnya. Kemudian untuk terciptanya
proses ‘ariyah, terdapat beberapa rukun yang harus ada didalamnya, yaitu orang yang
meminjamkan, orang yang meminjam, shighat, serta barang yang dipinjamkan. Tidak sampai
kepada rukun saja, ada beberapa syarat yang harus disanggupi demi terwujudnya proses
ariyah yang benar, yaitu orang-orang yang meminjamkan sesuatu harus memiliki kemampuan
tabarru’ (pemberian tanpa imbalan), yang meliputi: Baligh, berakal, bukan orang yang boros
atau pailit, dan orang yang meminjamkan harus pemilik atas barang yang manfaat akan
dipinjamkan. Selanjutnya yaitu orang yang meminjam harus jelas dan orang yang meminjam
harus memiliki hak nafkah atau memiliki wali yang memiliki sumber nafkah. Tak kalah
penting, barang yang dipinjamkan memiliki kriteria syarat yaitu barang tersebut bisa diambil
manfaatnya, baik pada waktu sekarang maupun nanti, barang yang dipinjamkan apabila
diambil menfaatnya tetap utuh, barang yang dipinjamkan harus berupa barang yang mubah,
yakni barang yang diperbolehkan untuk diambil manfaatnya menurut syara’ bukan barang
yang diharamkan. Maka sudah jelaslah perbedaan antara qardh dan ariyah yang dimana qardh
adalah pemberian barang yang dipinjamkan ke orang lain dan dikembalikan dengan jenis
yang serupa, terjadi pemindahan kepemilikan. Sedangakan ariyah tidak terjadi pemindahan
kepemilikan, yang dikembalikan barang yang dipakai.
B. Saran
Makalah ini merupakan bentuk dari hasil kerja kerja keras kami dalam memenuhi
tugas mata kuliah Fiqh Muamalah 2. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan baik
dari redaksi maupun penyusunan makalah secara
DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suhendi. FIQH MUAMALAH, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2011,
Lihat Sayyid Sabiq, dalam; Fikh al-sunnah,
Karim, Helmi. 1997. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
IbnuHajar al-Asqalani, Bulugh Al Maram Min Adillat Al Hakam, (Jakarta : Akbar,
2007)