Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyusun makalah burung merpatisebagai materi dalam matakuliah
Biologi.Makalah ini berjudul “Burung Merpati”.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan.Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan
penulis.Untuk itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat positif demi
tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistematika Burung Merpati ………………………………………………..5
B. Habitat dan Kehidupan Burung Merpati ……………. ……………………10
C. Respirasi pada Burung Merpati……………………………………………..11
Burung merpati merupakan salah satu unggas yang dekat dengan manusia.Merpati
merupakan burung yang mudah beradaptasi di daerah liar atau di kondisi lingkungan
pemukiman.Merpati tidak hanya dipelihara sebagai satwa kesayangan, yaitu sebagai ternak
hias dan balap, melainkan termasuk salah satu penghasil daging yang cukup baik. Sampai
saat ini, cara pemeliharaan burung merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati
dipelihara secara ekstensif, yaitu merpati dilepas dan sering berkeliaran mencari makan
sendiri.Pakan burung merpati berupa jagung, beras merah dan terkadang sisa makanan yang
ada di tanah.Burung merpati tersebar dimana-mana, bahkan dapat ditemukan diberbagai
belahan dunia, kehidupan burung merpati tergantung pada iklim lingkungan juga.
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung merpati sangat berbeda, pada
burung, aliran udara hanya satu arah.Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang
telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang
terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana sistematika pada burung merpati?
2. Bagaimana habitat dan kehidupan burung merpati?
3. Bagaimana respirasi pada burung merpati?
C. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
1. Penulis dapat mengetahui sistematika pada burung merpati;
2. Penulis dapat memahami habitat dan kehidupan burung merpati;
3. Penulis dapat mengetahui respirasi pada burung merpati.
BAB II
PEMBAHASAN
Burung merpati (Columba domestica) tubuhnya tertutup oleh bulu yang merupakan
modifikasi dari sisik dan dibedakan atas caput, cervix, truncus dan cauda.Cervixnya panjang
dan mudah digerakkan ke berbagai jurusan. Cauda berfungsi sebagai pengemudi dan sebagai
suatu permukaan untuk menyokong pada saat terbang. Dua buah sayap merupakan anggota
atas dan anggota bawahnya berupa tungkai. Merpati berkembang biak dengan cara bertelur
atau ovipar. Kerangka tubuh Aves berasal dari tulang sejati, kuat dan ringan (Radiopoetro,
1977). Burung merpati (Columba domestica) mempunyai paruh pendek dan ramping.
Kulitnya lunak, temboloknya besar, dan telurnya berwarna putih. Kulit penutup tubuhnya
dilengkapi dengan bulu-bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari suhu luar dan suhu
lingkungan (Hadjijah,1985). Burung merpati (Columba domestica) memiliki bulu berwarna
cokelat atau abu-abu yang sangat khas dengan bercak-bercak kontras dengan warna yang
lebih cerah.Bulunya lembut dan sering sekali tidak terpancang kokoh tapi kuat. Paruh bagian
atas burung merpati terdapat tonjolan daging yang disebut cerome (Djuhanda,1982). Burung
merpati (Columba domestica) digunakan sebagai bahan praktikum karena mempunyai tubuh
yang relatif besar sehingga mudah diamati.Merpati juga dapat diperoleh dengan mudah.
Columba domestica juga mempunyai organ-organ yang lengkap untuk mewakili class Aves.
Menurut Jasin (1989) klasifikasi Burung Merpati (Columba domestica) adalah sebagai
berikut :
Phylum : Chordata Subphylum
Vertebrata Classis : Aves
Ordo : Colombiformes
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba domestica
Tubuh burung dibedakan atas caput(kepala), cervix(leher) yang biasanya panjang, truncus
(badan) dan cauda (ekor). Sepasang extremitas anterior merupakan ala (sayap) yang terlipat
seperti huruf Z pada tubuh waktu tidak terbang. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging
paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar.Mulut mempunyai rostum (paruh)
yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah.Bagian dalam
rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus
selaput zat tanduk.Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada sebelah
dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan terletak sebelah lateral
pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial terdapat membrana
nicitan yang dapat ditarik menutup mata.Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat
lubang telinga yang tersembunyi di bawah bulu khusus.Di bawah ekor terdapat anus.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh
tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal
yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada
tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus,
sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai
bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
a) Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak
terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
b) Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan
detail.
c) Plumae, Bulu yang sempurna.
d) Barbae
e) Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
- Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
- Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
- Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di
dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
- Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang
lateral dari rachis. Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior,
sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada
saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
- Tectrices, bulu yang menutupi badan.
- Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi.
- Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
a. Remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal
pada metacarpalia.
b. Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
c. Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder
daerah siku.
- Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
- Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
1. Sistem Digestori
Tractus digestivus terdiri atas paruh, covum oris; yang di dalamnya terdapat lingua kecil
runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk.Sebagai lanjutannya adalah pharynx yang
pendek, kemudian œsophagus yang panjang dan beberapa burung terjadi perluasan yang
disebut crop, sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan.Dari crop
masuk saluran yang sering disebut gizard.Proventriculus menghasilkan cairan lambung
(asam) sedangkan ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel yang keras sebelah
dalam yang menghasilkan sekresi.Di dalam gizard sering terdapat batu kerikil yang berfungsi
membantu penggilingan makanan.Oleh karena itu beberapa jenis burung sengaja menelan
batu kerikil, sebagai pengganti tugas gigi yang tidak dimiliki oleh burung. Dari lambung akan
dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian halus dan bagian akhir adalah rectum
dan kemudian cloaca dan yang terakhir adalah anus. Pada intestinum terdapat rumbai-rumbai
sebagai cæcum yang merupakan saluran buntu.Di sebelah dorsal cloaca terdapat suatu bursa
fabricii pada hewan yang masih muda.Fungsi yang sebenarnya belum diketahui, hanya yang
jelas penting untuk determinasi.Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif besar,
bewarna merah coklat dengan beberapa lobi.Pada beberapa aves memiliki vesica fellea
sebagai penampung billus.Pada burung merpati vesica fellea tidak ada.Glandulæ pancreaticus
biasanya memiliki tiga saluran yang menyalurkan sekresinya ke intestinum.Sehubungan
dengan makanan, terjadi adaptasi paruh (Jasin, 1992).
2. Sistem Urogenital
Alat ekskresi berupa ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh
peritonium (retroperitonial).Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi.Dari dataran ren adalah ventral
keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca. Daeah yang berasal dari
arteri renalis akan disaring secara filtratis. Zat-zat yang tidak berguna dalam darah terutama
berupa ureum akan dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin, 1992).
Ginjal bertipe metanefros berwarna coklat tua.Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka
dan tidak ada kandung kemih.Ekskret semi solid (mengandung urat).Kelenjar adrenal
sepasang, pada pertukaran ventral ginjal.Sekret dari gonad mengatur karakteristik seksual
sekunder (bulu, jengger, dan gembel).Fertilisasi terjadi di dalam.Ovarium hanya satu yang
sebelah kiri.Sebelum telur dikeluarkan mendapat penutup albumin dan cangkang dalam
oviduk, maka inkubasi adalah 16-18 hari (Brotowidjoyo, 1989).Pada hewan jantan terdapat
sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan suatu
alat penggantung. Testis di sebelah kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing
testis terjulur saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter yang berawal dari ren.Pada
sebagian aves, memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat
kelenjar dan bagi tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui pupil
yang terletak pada kloaka.Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dekskum
mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi).Dari ovari menjulur oviduct panjang
berkelok-kelok, berlubang pada bagian cronial dengan bentuk corong.Lubang oviduct disebut
ostium abdomanalis.Fertilisasi terjadi di dalam tubuh dengan jalan mengadakan kopulasi
(Jasin, 1992).Waktu copulatio, maka proctoduea dari kedua jenis burung saling tempel kuat-
kuat, sehingga sperma yang keluar pada ejaculatio langsung masuk ke dalam proctodoeum
yang betina, untuk kemudian menuju oviduct.Organ reproduksi betina hanya terdiri dari satu
ovarium sebelah kiri.Tuba merupakan oviduct bagian rustral, terdapat kelenjar (Soewasono,
1989).
3. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang
sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh
lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu
bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.Karenanya,
paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan
burung.Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda.
Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran,
dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida
terjadi di sini.Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan
paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.
Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah.Udara baru datang pada ujung yang
satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan
persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan
tingkat energi yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus
Darwinisme yang terkenal menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut: Dalam hal burung,
bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi
tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut
parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran
sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru.Meskipun
kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru
burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru
pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas
dalam hal apa pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua
burung.Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan sayap.
Kantong udara terdapat pada :
- Pangkal leher (servikal)
- Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
- Antar tulang selangka (korakoid)
- Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
- Rongga perut (saccus abdominalis)
- Ketiak (saccus axillaris)
5. Sistem Saraf
Sistem regulasi aves sama seperti sistem regulasi vertebrata lainnya yaitu sistem saraf,
endokrin dan indra.Berikut ini merupakan susunan saraf
pada burung adalah:Otak dan sumsum belakang.
Otak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Otak besar. Pada otak besar tidak banyak mempunyai neuron dan bentuknya juga tidak
berlipat-lipat.
Otak kecil. Pada otak kecil mempunyai perkembangan yang berguna sebagai pengatur
keseimbangan pada waktu terbang atau melayang-layang.
Otak tengah. Pada otak tengah mempunyai perkembangan yang berguna sebagai fungsi
penglihatan.
Sumsum lanjutan.
Indra perasa terdapat kuncup-kuncup perasa pada lidah dan atap rongga mulut. Indra ini
memungkinkan aves memilih makanannya. Kemampuan memilih makanan ini dibantu oleh
reseptor tekanan pada paruh dan lidah. Organon visus relatid besar dan tajam dalam
kemampuan observasi. Indra pendengar berupa telinga yang terbagi atas tiga rongga yakni
rongga luar, tengah, dan dalam. Kelenjar endokrin terdiri atas: glandulae pituitaria atau
hypophysa sebagai ‘the master of glands’, terletak pada dasa otak ujung infundibulum:
Glandulae thvroidea yang terletak di bawah vena jugularis dekat asal cabang arteri subclavia
dan arteri carotis (Jasin, 1992).
1. Mekanisme Pernapasan
Proses pernapasan pada saat burung tidak terbang. Pada saat otot tulang rusuk
berkontaksi, tulang rusuk bergerak actor depan dan tulang dada bergerak ke bawah. Rongga
dada menjadi besar dan tekanannya menurun.Hal ini menyebabkan udara yang kaya dengan
oksigen masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam kantung-kantung
udara.Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak actor belakang dan
tulang dada bergerak.Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan
udara keluar dari paru-paru.Demikian juga udara dari kantung-kantung udara keluar melalui
paru-paru.Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan
ekspirasi.Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru.Inspirasi adalah udara kaya oksigen
masuk ke paru-paru.Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk
bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya tekanan udara dada menjadi kecil
sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil
menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan
udara.Ekspirasi adalah otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke
posisi semula.Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada
tekanan udara luar.Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.
Udara pada kantung-kantung udara dimanfaatkan hanya pada saat udara di paru-paru
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya.Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung udara di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada
tempat itu masuk ke paru-paru.Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila ototactorstal relaksasi
maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil
dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru
yang kaya karbon dioksida keluar.Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari
kantung udara masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di
paru-paru.Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun
inspirasi.
Ketika burung terbang gerakan otot dada dapat mengganggu pengambilan oksigen oleh
paru-paru.Karena itu, selain dengan bernapas dengan paru-paru, pada saat terbang burung
bernapas dibantu dengan kantong udara (air sacs). Kantong udara mempunyai fungsi antara
lain untuk membantu pernapasan pada waktu terbang, membantu memperbesar ruang siring
sehingga dapat memperkeras suara, menyelubungi alat-alat dalam rongga tubuh hingga tidak
kedinginan dan membantu mencegah hilangnya panas badan yang terlalu besar.
3. Kecepatan Bernafas
Kecepatan bernafas pada bangsa burung tergantung pada ukuran badan, seks,
rangsangan, dan berbagai actor lain. Pada umumnya bangsa burung yang lebih kecil
mempunyai kecepatan (frekuensi) pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lebih besar, misalnya pada bangsa unggas jantan seperti merpati, itik, angsa, kalkun, dan anak
ayam adalah 28, 42, 20, 28, dan 16 kali/menit secara berturut-turut; sedangkan yang betina
16, 110, 40, 49, dan 28 secara berturut-turut. Kecepatan bernafas bertambah bila suhu badan
meningkat. Pada anak ayam yang suhu badannya 43,5°C – 44,5°C, kecepatannya bisa
mencapai 140 – 170 kali/menit.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tubuh burung dibedakan atas caput(kepala), cervix(leher) yang biasanya panjang,
truncus (badan) dan cauda (ekor). Sepasang extremitas anterior merupakan ala (sayap) yang
terlipat seperti huruf Z pada tubuh waktu tidak terbang. Burung merpati tersebar dimana-
mana, bahkan dapat ditemukan diberbagai belahan dunia.Contohnyaburung
Merpati (Columba Livia) adalah salah satu burung yang masuk dalam famili Columbidae
yang berasal dari Afrika, Eropa dan Asia Tenggara, dimana burung ini banyak ditemukan
tersebar di seluruh belahan dunia. Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung
merpati sangat berbeda, pada burung, aliran udara hanya satu arah.Udara baru datang pada
ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini
memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi
kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi.
B. SARAN
Diharapkan pembaca dapat memberikan masukan kepada kami untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA