Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

BIOSISTEMATIKA HEWAN

“KELAS AVES”

Disusun Oleh: Kelompok 9

Dwi Indah P. (1710211010)

Annisa Fitriya (1710211012)

M. Fanny Adam B. (1710211014)

Dosen Pembimbing:

Novy Eurika, S.Si. MPd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019
KATA PENGATAR

Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga tugas makalah ini yang membahas tentang “ Kelas Aves” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Serta kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Biosistematika Hewan Ibu Novy Eurika, S.Si. M.Pd. yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami. Makalah ini juga sebagai tugas yang harus
dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kami mata kuliah Biosistematika Hewan.

Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami kutib
dari berbagi sumber literatur, baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi dari
makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini.
Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Jember, 28 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II ISI...........................................................................................................................3

2.1 Pengertian Aves dan Karakteristik Aves..............................................................3

2.2 Morfologi Aves, Anatomi Aves, dan Fisiologi Aves.............................................4

2.3 Habitat Aves, Ciri-ciri Aves, dan Klasifikasi Aves..............................................7

2.4 Peranan Kelas Aves................................................................................................

BAB III: PENUTUP..........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biosistematik atau sistematik adalah studi tentang
keanekaragaman organisme dan hubungan kekerabatan antar
organisme-organisme tersebut (Simpson, 2006). Misalnya, suatu
kelompok organisme hewan yang memiliki kekebaratan dengan
organisme lain adalah anggota kelompok hewan kelas Aves. Aves
atau sebutan untuk anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kelompok hewan Aves
ini berkerabat dekat dengan reptil bersama kerabatnya terdekat,
yaitu suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk
kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung
berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, dimana terdapat cakar
yang memendek di depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badannya. Pada awalnya sayap primitif yang merupakan
perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang dan hanya membantunya untuk bisa
melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah (Jasin,
1984:75).
Hewan kelas aves ini atau burung terdapat bulu yang di
modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari
reptilia. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal
sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi,mulai
dari burung kalibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih
tinggi dari orangg. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800-10.200
spesies burung di seluruh dunia, sekitar 1.500 jenis di antaranya
ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah
digolongkan ke dalam kelas Aves (Jasin, 1984:75). Aves juga
merupakan kelas dalam kelompok hewan lainnya yang cukup unik
dengan memiliki berbagai macam tipe kaki, tipe paruh, tipe postur
badan, serta juga tipe sayap. Sehingga, dari hal tersebut materi
tentang kelas Aves akan diulas lebih luas lagi pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan karakteristik anggota hewan kelas
Aves?
2. Bagaimana morfologi, antomi, dan fisiologi anggota hewan kelas
Aves?
3. Bagaimana sebaran habitat anggota hewan kelas Aves?
4. Apa saja peranan penting dari anggota hewan kelas Aves?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dan
karakteristik dari anggota hewan kelas Aves.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang morfologi, antomi,
dan fisiologi anggota hewan kelas Aves.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang sebaran habitat
anggota hewan kelas Aves.
4. Untuk mengetahui dan memahami peranan penting dari anggota
hewan kelas Aves.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Anggota Hewan Kelas


Aves
2.2 Anatomi dan Fisiologi Anggota Hewan Kelas Aves
2.2.1 Morfologi Aves
Menurut (Jasin, 1984: h. 74-75) aves memiliki ciri-ciri
morfologi diantaranya adalah :
1. Tubuh terdiri atas caput atau bagian kepala, collum atau
cervix yang biasa disebut sebagai leher yang bentuknya
panjang, mudah digerakkan ke berbagai arah dilindungi oleh
bulu-bulu halus.
2. Mulut mempunyai rostrum atau paruh yang dibangun oleh
maxilla pada bagian atas dan mandibulla pada bagian bawah.
3. Pada bagian atas paruh terdapat lubang hidung yang terdiri
dari nares interna pada sebelah dalam dan nares externa
terletak di sebelah luar.
4. Pada basis rostrum atau paruh bagian atas terdapat suatu
tonjolan kulit yang lunak yang disebut dengan cerome.
5. Mata atau organon visus, dikelilingi oleh kulit yang berbulu
mempunyai ukuran yang cukup besar terletak di sebelah
lateral dari kepala, dan mata dilengkapi oleh iris yang
berwarna agak jingga ke merah-merahan. Selain itu pada
mata juga terdapat pupil yang bentuknya relatif besar bila
dibandingkan dengan besarnya mata. Sedangkan membrana
nictitans terdapat pada bagian sudut medial mata yang
biasanya dapat ditarik menutupi mata.
6. Pada bagian belakang di bawah kedua pasang mata atau di
sebelah dorso-caudal dari mata terdapat porus acusticus
externus atau lubang telinga luar, sedang membrana
tympani terdapat di bagian dalamnya yang berfungsi untuk
menangkap getaran suara.
7. Truncus atau badan ditumbuhi oleh bulu-bulu yang biasanya
memiliki warna yang indah, cauda atau ekor bentuknya
pendek biasanya dikenal dengan uropygium. Bulu-bulu yang
menutupi ekor disebut rectrices. Pada uropygium pada
bagian dorsal terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula
uropygialis yang berfungsi untuk meminyaki bulu-bulu agar
tetap mengkilap.
8. Bangsa burung dalam melakukan gerakan terutama pada
waktu terbang dilakukan dengan menggunakan sayap dan
bila berjalan dengan menggunakan kaki. Selain itu cauda
atau ekor berfungsi sebagai pengemudi pada waktu terbang.
2.2.2 Anatomi Aves
1. Sistem rangka
Sistem rangka tubuh aves (burung) memiliki bentuk yang
unik. Secara umum anggota hewan kelas aves memiliki tulang
ringan, terutama pada spesies aves yang dapat terbang. Kemudian,
anggota hewan kelas aves ini juga memiliki tulang besar yang
mengandung lubang berisi udara berkaitan dengan system
pernafasan. Tulang tengkorak, sebagian besar menyatu dan bagian
tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama disebut
kondilus oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas memanjang
sebagai penopang paruh. Gigi seluruhnya lenyap pada burung
modern. Pada rahang bawah terdiri atas 5 tulang dan bersambungg
dengan tulang tengkorak serta juga alat quadrat yang akan
bergerak. Pada kolumna verebralis burung mengalami banyak
adaptasi. Vertebra servikalis bersifat flekssible karena terdapat
artikulasi pada permukaan persendian yang memungkinkan
gerakan bebas. Persendian ini disebut dengan herocoelus. Selain
itu, pada vertebrata toraksis anteriror mampu bergerak. Menurut
Brotowidyoyo (1994: 227) menyatakan bahwa burung memiliki
tulang pelvis yang bersatu dengan bagian lumbar, sakrum, dan
aterior kaudal membentuk sinsakrum. Pada beberapa vertebra
caudal bebas dan bagian distal bersatu membentuk pigostile
sebagai ekor pendek.

Gambar Kerangka Tubuh Burung


Sumber: Feistyhome (1999)
Menurut Cochran (2004) skeleton terdiri atas ddua bagian
yaitu axial dan appendicular. Axial tersusun atas tulang yang
mengelilingi pusat gravitasi tubuh yaitu skull, vertebrae hyoid
apparatus, ribs, dan sternum. Sedangkan, appendicular tersusun
atas tulang belakang. Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
terdiri atas dua faktor yaitu faktor endogenus yang dipengaruhi oleh
hormon dan eksogenus yang dipengaruhi oleh pakan. Menurut
sukiya (2005: 74) menyatakan bahwa tulang iga burung memiliki
bentuk yang rata dan semuanya (selain iga pertama dan terakhir)
membentuk processus uncinatus yang saling berhubungan dengan
iga berikutnya. Processus uncinatus memiliki fungsi untuk
memperkuat torax dan sebagai perlekatan otot. Sternum atau
tulang dada sangat lebar dan rata sehingga memungkinkan untuk
terbang. Namun, untuk burung yang termasuk ke dalam kelompok
yang tidak bisa terbang (ratitae) merupakan cerinatae yaitu burung
carina sterni tempat letaknya otot.otot untuk terbang (pectoralis
mayor dan pectoralis minor). Menurut Brotowidjoyo (1994: 227).
menyatakan bahwa otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang
sternum, dan menarik tulang humerus ke bawah (berarti
menariksayap ke bawah). Hal ini berbeda dengan otot pektoralis
minor yang menarik sayap ke atas. Sehingga, dari hal itu dalam
anggota hewan kelas aves terdapat burung yang bisa terbang dan
juga ada burung yang tidak bisa terbang. Aves juga meemiliki
tulang belakang yang sebagian besar menyatu. Tulang dada
bersambung dengan perantara tulang iga dan ini memberikan
kerangka sangat kuat meskipun tulang yang terdapat pada anggota
kelas aves pada dasarnya relatif ringan. Pada anggota hewan kelas
aves memiliki modofikasi rangka yang paling mencolok yaitu pada
anggota bagian depan yaitu hanya terdapat dua unsur karpal yang
ditemukan. Dimana dua unsur tersebut terdiri dari, radiale dan
ulnare yang masing-masing bersambung dengan radius dan ulna.
Pada anggota bagian belakang tidak mengalami perubahan seperti
bagian ddepan tetapi tetap menunjukkan kekhususan yang menarik
yaitu tulang betis (fibula) secara prporsional kecil dan sebagian
besar bersatu dengan tulang kering (tibia).
Pada anggota hewan kelas Aves memiliki bagian-bagian
tulang yang dapat dibedakan menjadi:
a. Tulang Tarsus
Menurut McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang tarsus
sebagai tulang campuran yang dibentuk dari gabungan baris distal
dari tulang tarsal ke tiga yaitu tulang-tulang metatarsal (digit II,III,
dan IV). Menurut Tyne dan Berger dengan ujung proksimal tiga
tulang metatarsal. Dan tulang tarsus ini adalah tulang yang ditutupi
oleh bulu seluruh atau sebagian saja.
b. Tulang Digit
Menurut McLelland dan King (1975) pada sebagian besar
burung ditemukan digit I sampai IV dengan jumlah tulang jari dua,
tiga, empat, dan lima. Jari pertama secara tepat berada paling
belakang. Posisi dari jari-jari dapat digunakan untuk kepentingan
taksonomi yang berkaitan dengan posisi burung saat bertengger
ataupun tidka bertengger.

Gambar. Bagian Tulang Kaki Burung


Sumber: Tyne dan Berger (1976)
c. Tulang Sayap

Hickman e al. (2007) menyatakan bahwa sayap pada burung


memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan
perkembangan yang disesuaikan dengan habitatnya. Menurut Tyne
dan Berger (1976) tulang sayap burung terdiri atas tulang
humerus,radius, ulna, dua tulang carpai, carpometacarpu, dan tiga
jari atau tulang digit.

Bagian Tulang Sayap Burung

Sumber: Tyne dan Berger (1976)

2. Sistem Otot
Sistem otot burung berbeda dengan banyak hal dari
kebanyakan vertebrata daratan lainnya. Pada burung memiliki otot-
otot leher dan rahang yang menunjukkan banyak spesialisasi yang
dikaitkan dengan kebiasaan makan, fungsi paruh, dan mobilitas
gerakan leher. Pada burung memiliki otot perut yang kurang
berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik terutama otot
pektoralis mayor, menunjukkan perkembangan yang sangat baik
terutama pada burung-burung yang dapat terbang. Otot pektoralis
mayor merupakan otot depresor dan berkaitan dengan gerakan
menurunkan sayap saat terbang. Sedangkan, otot pektoralis minot
berperan dalan mengangkat sayap saat terbang.
Pada burung juga memiliki otot suprakorakid. Otot tersebut
berkaitan dengan gerakan sayap ke atas, dimana terletak pada
sternum arah proksimal dari pektoralis mayor dan masuk pada sisi
atas humerus. Otot deltoid dan latissimus dorsi memiliki aksi yang
sama dengan suprakorakoid. Salah satu penegang (tensor) dikenal
sebagai longus, yang memanjang dari pangkal humerus sepanjang
batas pangkal petagium hingga pergelangan. Pada burung juga
memiliki otot instrinsik yang berkaitan dengan gerakan merunduk,
membentangkan dan merotasikan sayap saat terbang. Pada burung
pemakan ikan yakni otot yang paling penting adalah otot fleksor
(pelentur) yang memungkinkan jari kaki bisa menangkap ikanikan
kecil.
3. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada burung sudah lebih berkembang dari
kelas sebelumnya. Sistem sirkulasi burung sama halnya dengan
sirkulasi pada mammalia. Menurut Brotowidjoyo (1994: 228)
menyatakan bahwa sistem peredaran darah tipikal burung seperti
pada mammalia bedanya hanya lengkung arteri tunggal yang
terletak pada sebelah kanan, sedangkan pada mammalia hanya
berada pada sebelah kiri.

Gambar. Jantung Pada Aves


Sumber: Johnson, Raven. 2002.
Organ sirkulasi yang paling utama adalah jantung. Jantung
terdiri atas 4 ruang yaitu atrium siniter (serambi kiri) dan dexter
(kanan), serta ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (kanan). Pada
atrium dan ventrikel sudah terdapat alat pemisah sempurna
sehingga darah vena dan arteri terpisah. Sistem aorta
meninggalkan bilik kiri dan membawa darah ke kepala dan seluruh
tubuh melalui arkus aortikus kanan ke empat.
Pada burung umumnya memiliki 2 arteri karotis dan ada dua
pembuluh prevaka fungsional dan postkava lengkap. Prekava
terbentuk oleh penyatuan pembuluh darah dari kerongkongan dan
bagian tulang selangka (sublakiva) pada tiap sisi. Pada postkava
menerima darah dari anggota badan melalui saluran gerbang ginjal
(porta renalis), yang lewat melalui ginjal tetapi tidak terpecah
menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak dapat disamakan
dengan portal renalis dari vertebrata rendah. Burung memilikii
eritrosit yang lebih besar jika dibandingkan dengan mammalia.

Gambar. Sistem Sirkulasi Pada Aves


Sumber: Johnson, Raven. 2002
4. Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan makanan anggota hewan kelas aves
yakni dimulai dari mulut → kerongkongan → tembolok → lambung
kelenjar → lambung otot atau empedal (ventrikulus) berdinding
tebal → usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum yang
digantung oleh mesentrium → usus besar (terdapat sepasang usus
buntu diantara usus halus dan usus besar) → bermuara pada kloaka
di bawah ekor. Empedal pada aves (burung) berfungsi untuk
menghancurkan makanan. Mempunyai kelenjar ludah, kelenjar
pancreas, dan hati yang menghasilkan empedu (Brotowidjoyo,
1990: 227).
Pada mulut anggota hewan kelas aves terdapat paruh yang
sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan. Makanan
yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut
lalu menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan membesar
berupa kantong yang disebut tembolok. Kemudian masuk ke
lambung kelenjar. Disebut lambung kelenjar karena dindingnya
mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang
berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi. Kemudian makan
masuk menuju lambung pengunyah. Disebut lambung pengunyah
karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk
menghancurkan makanan. Di dalam hati,empedal sering terdapat
batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara
mekanis. Kemudian, makanan masuk menuju usus halus. Enzim
yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus
halus. Hasil pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh
kapiler darah pada dinding usus halus. Burung mempunyai dua usus
buntu yang terletak antara lambung dan usus. Usus buntu berguna
untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan
didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan
akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.

Gambar. sistem pencernaan pada burung


5. Sistem Respirasi atau pernafasan
Organ pernafasan pada aves melalui hidung, faring yang
menghubungkan rongga mulut dengan trakea, trakea atau batang
tenggorok yang di dalam percabangan batang tenggorok terdapat
pita suara yang disebut syrink. Suara dihasilkan oleh getaran dari
membran semilunaris. Kemudian alat selanjutnya adalah sepasang
paru-paru. Selain paru-paru, burung biasanya memiliki 4 pasang
perluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau kantung
udara (saccus pneumaticus) yang menyebar sampai ke perut, leher,
dan sayap. Kantung-kantung udara ini terdapat pada pangkal leher
(saccus cervicalis), rongga dada (saccus thoracalis anterior dan
posterior), antara tulang selangka atau korakoid (saccus
interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus
atau rongga perut (saccus abdominalis). Kantung udara
berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak terjadi
difusi udara pernapasan. Adanya kantung udara mengakibatkan,
pernapasan pada burung menjadi efisien (Radiopoetro, 1988: 544).
Aves (burung) bernafas dengan paru-paru yang berhubungan
dengan kantong-kantong udara (sakus pneumatikus) yang
berhubungan pula dengan tulang-tulang pipa. Fungsi kantong udara
:
1) membantu pernafasan terutama saat terbang
2) menyimpan cadangan udara (oksigen)
3) memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung
berenang
4) mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak.

Gambar inspirasi dan ekspirasi pada burung


1. Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume
rongga dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk
melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke
paru-paru dan O2berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian
udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara
(Radiopoetro, 1988: 545).
2. Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula –
rongga dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara
dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-
sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2
diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2
(Radiopoetro, 1988: 545).
I. Pernapasan burung pada waktu istirahat:
Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan
tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke
arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang. Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar
masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada,
paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantung udara
kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui
parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga fungsi
paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
II. Pernafasan burung pada waktu terbang:
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat
berlangsung karena tulang-tulang dada dan tulang rusuk
merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang.
Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara
diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke
atas dan ke bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan
kantong udara tersebut sehingga terjadilah pertukaran udara
didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang, burung harus semakin
cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak
oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit,
sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.
6. Sistem Eskresi
Burung memiliki sepasang ginjal yang bertipe metanefros
dengan masing-masing terdiri atas 3 lobi. Ginjal burung secara
proporsional besar, lobus tidak teratur dan dengan bentuknya yang
menyesuaikan ke dalam depresi sinsakrum. Terdapat pembuluh
yang menuju ke ginjal yang disebut arteriae renalis. Selain itu, juga
terdapat saluran ekskresi yang keluar ginjal yang disebut ureter.
Ureter ini berupa tubulus yang sempit dan bermuara langsung ke
dalam kloaka karena sebagian besar burung tidak memiliki vesica
urinaria dalam sistem ekskresinya sehingga urin bercampur dengan
fesesnya, kecuali Ostrich (burung unta) merupakan satu-satunya
burung yang diketahui memiliki vesica urinaria. Ginjal burung
seperti halnya ginjal mamalia, yaitu tersusun atas nefron
jukstamedulari yang dikhususkan untuk penghematan air. Akan
tetapi, nefron burung mempunyai lengkung Henle yang lebih
pendek jika dibandingkan dengan nefron mamalia sehingga ginjal
burung tidak dapat memekatkan urin hingga mencapai osmolaritas
yang dicapai seperti pada ginjal mamalia (Boolotian, 1979: 293).
7. Sistem Reproduksi
Burung berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan
pembuahannya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Contoh
aves antara lain burung elang, burung merati, burung merak,
burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis burung lainnya.
Sebagian besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan
telur dan mengeraminya, jumlah telur yang di letakan dalam
sarangnya yang bervariasi tergantung spesiesnya, ada yang hanya
1,3, atau ada yang sampai 14 butir. Masa inkubasi (pengeraman)
pada burung berbeda-beda. Burung-burung darat yang kecilnya
masa inkubasinya kurang lebih 14 hari, ayam peliharaan 21 hari,
burung kuau 21 hari, bebek dan rajawali masa inkubasinya 28 hari,
sedangkan burung unta 42-60 hari. Anak-anak burung yang bersifat
atricial membutuhkan kurang lebih seminggu setelah menetas
untuk meninggalkan sarang. Semua anak-anak burung memerluka
pemeliharaan setelah ditetaskan yang berupa pemberian makan
penjagaan atau perlindungan dari sinar matahari dan hujan.
Pembuahan sel telur dan sperma/fertilisasi terjadi di dalam
tubuh induk (fertilisasi internal). Hal ini dilakukan dengan cara
saling menempelkan kloaka. Pada hewan jantan, terdapat sepasang
testis, sedangkan ovarium hanya satu dan tumbuh dengan baik di
sebelah kiri pada hewan betina (Brotowidjoyo 1990: 231).

Gambar system reproduksi aves


(Sumber : Brotowidjoyo, 1990: 230)
8. Sistem Saraf
Menurut Radiopoetro (1988 : 552) sistem saraf pusat berupa
otak dengan 12 pasang saraf cranial yang terdiri dari saraf olfaktori,
saraf opticus, saraf oculomotorius, saraf trochlearis, saraf
trigeminus, saraf abduscens, saraf facialis, saraf vestibule-
cochlearis, saraf glossophayngeus, vagus, saraf accessories, dan
saraf hypoglossus. Selain itu juga terdapat saraf spinal yaitu pada
burung berleher panjang beberapa nervi membentuk plexus yang
disebut plexus cervica brachialis. Kemudian terdapat plexus
umbosacralis yang terbagi dalam plexus lumbaris yang menuju
membrane posterior bagian proximal, lexus sacralis yang menuju
membrane posterior bagian distal dan plexus pudendalis yang
menuju ke kloaka dan daerah ekor.
Terdapat kelenjar tiroid, adrenal, dan endokrin pituitary
(hipofisis) yang terletak di dasar otak. Bentuk otak dan bagian-
bagiannya tipikal pada burung, lobus olfaktorius kecil, serebrum
besar. Pada ventro kaudal serebrum terletak serebellum, dan
ventral lobus optikus (Manter & Miller, 1959: 452).
9. Organ Indera
a. Mata
Mata besar dengan pekten, yaitu sebuah membrane, bervaskulasi
dan berpigmen yang melekat pada mungkok optic, dan melanjut ke
dalam humor vitreus. Saraf optic memasuki sclera mata di tempat
yang disebut bingkai skeral. Mata dengan kelenjar air mata.
Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi
(berfokus) pada berbagai jarak (Brotwidjoyo, 1990:229).

Gambar organ mata pada aves


(sumber : www.infoburung.com)
b. Hidung
Pada lubang hidung satu pasang dengan indera pencium yang
kurang baik.pemilihan makanan dengan organ perasa yang berada
di sisi lidah dan langit-langit. Sistem saraf pusat berupa otak dengan
12 pasang saraf cranial. Terdapat kelenjar tiroid, adrenal, dan
endokrin pituitary (hipofisis) yang terletak di dasar otak.
c.Telinga
Lubang telinga Nampak dari luar dengan meatus auditori
eksternal kemudian ke membrane timpani. Telinga tengah dengan
saluran-saluran semisirkular kemudian ke koklea. Pendengaran
burung dara termasuk baik karena menjadi organ kedua setelah
mata yang berfungsi secara sempurna. Dari telinga tengah ada
saluran Eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-
langit bagian belakang (Brotwidjoyo, 1990:229).
d.Organ perasa (lidah)
Lidah pada umumnya tak dapat dijulurkan. Organ perasa ini
terletak di langit-langit mulut dan sisi lidah. Pemilihan makanan
mungkin hanya tergantung pada oran perasa itu.
2.2.3 Fisiologi Aves
2.3 Sebaran Habitat Anggota Hewan Kelas Aves
2.4 Peranan Penting Anggota Hewan Kelas Aves

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Kusbiyanto. Ciri-ciri dan Pola Perkembangan Tubuh Hewan


Vertebrata. Internet Online.
http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-M1.pdf. Diakses
pada tanggal 31 Maret 2019 pukul 21:32 WIB.

https://www.scribd.com/doc/309513562/Makalah-Aves

https://www.scribd.com/doc/258382507/Makalah-Aves

https://www.academia.edu/7471946/LAPORAN_PRAKTIKUM_AVES

Anda mungkin juga menyukai