Anda di halaman 1dari 59

MENGENAL KARAKTERSITIK

&
KLASIFIKASI AVES

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH ZOOLOGI VERTEBRATA
“MENGENAL KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI AVES”

OLEH
ANUGRAH APRIAN ADEMULLAH E1A016005
IZZA MELATI SUKMA E1A016029
ERDIANA LARASATI E1A016015
FITRI WAHYURIANY E1A016019
BAIQ FITRI RAUDATUL H. E1A016009
HILMIATI E1A016023
YUSRI HAYATI E1A016081
ANIKE JUNIKA AJAMI E1A016085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “ MENGENAL KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI
AVES “.

Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah


ZOOLOGI VERTEBRATA. Kami mengucapakan terima kasih kepada bapak
Drs. Muh. Yamin, M.Si. yang telah memberikan tugas penyusunan makalah ini
kepada kami, sehingga kami dapat memperluas ilmu tentang AVES.
Pembahasan makalah ini yang kami sajikan berdasarkan kajian pustaka dari
berbagai sumber.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Kami sadar makalah ini masih memiliki kekurangan, kami berharap
agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun mengenai
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Mataram, 3 Juni 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II: KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI AVES......................... 4

A. Kepala .................................................................................................. 5
B. Badan ................................................................................................... 8
C. Ekor...................................................................................................... 11
D. Bulu...................................................................................................... 12

BAB III: ANATOMI AVES .......................................................................... 15

A. System Pencernaan .............................................................................. 15


B. System Reproduksi .............................................................................. 17
C. System Ekskresi ................................................................................... 19
D. System Sirkulasi................................................................................... 20
E. System Respirasi .................................................................................. 22
F. System Saraf ........................................................................................ 25
G. Sistem Indra ......................................................................................... 27

BAB IV: Sistem Kelenjar .............................................................................. 30

A. Kelenjar Endokrin ................................................................................ 30


ii
B. Sistem Kerja Hormon .......................................................................... 34

BAB V: HABITAT DAN PERANAN AVES............................................... 35

A. Habitat.................................................................................................. 35
B. Peranan................................................................................................. 36

BAB VI: KLASIFIKASI ............................................................................... 38

A. Sub-Klas Archeonithes ........................................................................ 38


B. Sub-Klas Neornithes ............................................................................ 39

BAB VII: PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 50
B. Saran .................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... v

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aves adalah hewan vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, Aves
dapat terbang karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi
anggota gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh
tengah dan distal. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger,
atau berenang. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal
sebagaiArchaeopteryx.Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari
burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari
orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di
seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Nama kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari
burung ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu orniss.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu,
yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan
dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh
terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu
ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh,
dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya,
terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun
rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak
air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga
udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya
tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot
terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan

Zoologi Vertebrata | 1
dari zat tanduk. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram
mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar
berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut
musuhnya. Struktur tubuh dari burung menjadikannya lebih mudah dan
lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di
muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis,
mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir
pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-
masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Aves telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan
manusia. Beberapa jenis aves seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah
didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting,
yakni daging maupun telurnya. Di samping itu, orang juga memelihara
aves/burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah merpati,
perkutut, murai batu dan lain-lain. Tidak terkecuali dengan elang yang kerap
dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu.
Banyak jenis aves/burung telah semakin langka di alam, karena diburu
manusia untuk kepentingan perdagangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aves?
2. Bagaimana karakteistik dan sifat dari aves?
3. Bagaimana klasifikasi dari aves?
4. Bagaimana morfologi dari aves?
5. Bagaimana anatomi dan system organ pada aves?
6. Bagaimana system saraf, indera dan kelenja endokrin pada aves?
7. Bagaimana cara hidup dan habitat dari aves?
8. Bagaimana persebaran aves?
9. Bagaimana manfaat aves dalam kehidupan?

Zoologi Vertebrata | 2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aves
2. Untuk mengetahui karakteistik dan sifat dari aves
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari aves
4. Untuk mengetahui morfologi dari aves
5. Untuk mengetahui anatomi dan system organ pada aves
6. Untuk mengetahui system saraf, indera dan kelenja endokrin pada aves
7. Untuk mengetahui cara hidup dan habitat dari aves
8. Untuk mengetahui persebaran aves
9. Untuk mengetahui manfaat aves dalam kehidupan

Zoologi Vertebrata | 3
BAB II
KARAKTERISTIK & MORFOLOGI AVES

Burung merupakan hewan yang tubuhnya diselaputi oleh bulu-bulu. Anggota


depannya berubah menjadi sepasang sayap. Burung merupakan hewan yang paling
banyak diketahui dan mudah dikenali, karena burung banyak diketahui disekitar
manusia dan aktif pada siang hari. Burung memiliki ciri yang khas yaitu memiliki
bulu yang menutupi dan melindungi tubuhnya sehingga dapat mempertahankan
suhu tubuh yang berbeda dengan suhu lingkungannya. Selain itu bulu burung sangat
berperan saat waktu terbang, selain burung tidak ada hewan lain yang memiliki
bulu. Dengan memiliki kemampuan terbang burung dapat menghuni oleh hewan
lainnya. Hamper setiap bagian dari anotomi burung yang khas termodifikasi dalam
beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang, dan tulang- tulang burung
memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah yang membuat mereka
kuat namun ringan. Burung membentuk kelas yang beragam dari spesies (Aves),
mulai dari kolibri yang kecil meleset sampai burung unta yang tidak terbang dengan
tinggi sampai 8 kaki, dengan sekitar 9.000 spesies yang terkenal. Burung berbagi
beberapa karakteristik dengan kelas-kelas lain dari kindom hewan, termasuk
kerangka tulang punggung dengan sumsum tulang belakang, jantung 4 bilik dan
mahluk berdarah panas. Karakteristik lainnya yang unik adalah tubuh aves pada
umumnya terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Tubuhnya ditutupi oleh bulu,
lengan depan mengalami modifikasi sebagai sayap umumnya yang digunakan
untuk terbang. Alata gerak belakang digunakan untuk berjalan dilengkapi dengan 4
jari. Mulut aves meluas sebagai paruh dan tidak bergigi. Burung mempunyai
berbagai bentuk paruh berdasarkan makananya, begitu pulai dengan berbagai
macam kaki yang juga menyesuaikan dengan habitatnya.

Kelas aves adalah kelompok hewan vertebarata dengan ciri hampir semua
tubuhnya tertutup oleh bulu. Topografi luar atau ciri morfologi aves secara umum
yakni seluruh tubuh ditutupi oleh bulu dengan ukuran yang berbeda antara yang di
kepala, tubuh dan sayap serta ekor.

Zoologi Vertebrata | 4
Gambar II.1. Topograf Kelas Aves

Dengan mengetahui ciri-ciri morfologi, kita akan dapat lebih mudah untuk
mengidentifikasi suatu jenis burung. Bagian-bagian utama dari morfologi pada
kelas aves dibedakan atas empat bagian, yaitu; Kepala; Leher; Badan; dan Ekor.
A. Kepala
Terdapat paruh dari zat tanduk, lubang hidung dan tonjolan kulit
yang lemah (cera). Alat penglihatan dikelilingi oleh kulit yang berbulu dan
irisnya berwarna. Umumnya kelas aves memiliki penglihatan yan luar biasa,
misalnya pada burung Elang yang mampu melihat kelinci pada jarak 1.5
km. Membran nictitan terdapat pada sudut medial mata. Lubang telinga luar
(porus acusticus externus) ditutupi oleh bulu-bulu halus dan sangat peka.
Beberapa jenis aves mampu mendeteksi mangsa melalui pendengaran.

Zoologi Vertebrata | 5
Gambar II.2. Morfologi Kepala Burung

Zoologi Vertebrata | 6
1. Bentuk paruh

Bentuk paruh pada aves


menunjukkan jenis makanannya.
Adapaun ciri-ciri morfologi paruh
pada aves antara lain:
 Panjang apabila ukurannya
lebih panjang dari kepala.
 Pendek apabila ukurannya lebih
pendek dari kepala.
 Berkait apabila bagian atas
lebih panjang serta melengkung
menutup bagian bawah. kadang-
kadang dikatakan berkait, bila
ujungnya melengkung.
 Pipih datar apabila paruh itu
lebih mendatar dari pada
meninggi.
 Lurus apabila garis antara
bagian atas dan bagian bawah
lurus dari pangkal sampai ujung
paruh.
Gambar II.3 Bentuk Paruh
 Bergerigi apabila tepi paruh bagian atas bergerigi.
 Berkantung lebar apabila dagu dan tenggorokan melebar
membentuk kantung.

Zoologi Vertebrata | 7
B. Badan
Badan berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu yang bermacam-
macam. Seluruh badan ditutupi bulu, badan terdapat sayap yang berfungsi
untuk terbang (Ekstremitas atas) dan kaki untuk berjalan (Ekstremitas
bawah). Dibagian ekor (uropygoium) berpangkal bulu-bulu ekor. Di daerah
ini ada papilla yang mempunyai lubang sebagai muara kelenjar minyak
(glandula uropygialis). Fungsinya untuk mengeluarkan minyak guna
meminyaki bulu-bulu tubuh.
1. Ekstremitas Atas
Bagian ekstremitas atas dari tubuh burung termodifikasi menjadi alat
terbang. Pada bagian ini biasanya tertutupi oleh bulu – bulu yang tebal.
Berdasarkan letak bulu pada tulang sayap, bulu burung terbagi menjadi
bulu primer dan bulu sekunder.

Gambar II.4. Bentuk Sayap Burung

2. Ekstremitas Bawah
Pada bagian ini memiliki kesamaan ciri dengan klas reptile. Bagian kaki
burung biasanya tertutupi oleh sisik yang tebal. Berdasarkan struktur
bentuk dan susunan sisiknya, kaki burung terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu:

Zoologi Vertebrata | 8
 Scutellata, apabila sisik tersusun saling menutup
 Reticullata, bila sisik tidak teratur
 Serrata, apabila sisik pada tepi posterior tersusun berigi-rigi
 Boated, apabila kaki tersusun tidak bersisik.
Jika meninjau dari letak jari pada aves, maka bentuk kaki aves trbagi
menjadi:
 Anisodactyl, kaki Anisodactyl ditandai dengan tiga jari menghadap
ke depan (jari ke 2-4) dan satu kaki (Jari pertama) menghadap ke
belakang. Kaki anisodactyl merupakan yang paling umum: burung
penyanyi (Ordo Passeriformes) dan sebagian besar burung lain yang
bertengger memiliki kaki anisodactyl.
 Zigodactyl, kaki tipe zygodacttyl ditandai dengan dua jari kaki
menghadap ke depan (jari ke 2 dan 3) dan dua jari kaki menghadap
ke belakang (jari 1 dan 4): jenis ini ditemukan di sebagian besar
pelatuk (family Picidae), burung hantu (ordo Strigiformes), Kedasih
(ordeo Cuculiformes), sebagian besar beo (ordo Psittaciformes),
mousebirds (order Coliiformes).
 Heterodactyl, kaki heterodactyl sama seperti kaki zygodactyl
bedanya kaki bagian dalam dibalik (angka 3 dan 4 menghadap ke
depan, 1 dan 2 menghadap ke belakang). Kaki Heterodactyl hanya
ditemukan pada trogons (ordoTrogoniformes).
 Syndactyl, kaki Syndactyl ditandai dengan perpaduan dari jari jari
kaki kedua dan ketiga (dalam dan jari-jari tengah) sepanjang bagian
dari kaki mereka. Kondisi ini ditemukan di kingfishers dan anggota
lainnya dari Ordo Coraciiformes.
 Pamprodactyl, tipe kaki pamprodactyl semua empat jari kaki
menghadapi ke depan semua.

Zoologi Vertebrata | 9
Gambar II.5. Susunan Jari Aves: (a) anisodactyla; (b)
zygodactyla; (c) heterodactyla; (d) syndactyla; (e) pamprodactyla.

Kaki aves termodifikasi sesuai dengan habitat dan jenis makanan,


berdasarkan hal tersebut kaki aves terbagi menjadi:
 Palmate, kaki tipe palmate ditandai dengan selaput antara tiga
jari depan (jari kaki 2, 3, dan 4). Tipe kaki berselaput ini adalah
yang paling umum. Jenis kaki berselaput, dan ditemukan di
bebek, angsa, dan angsa (ordo Anseriformis), burung camar dan
terns (family Laridae) dan burung air lainnya.
 Totipalmate, tipe Totipalmate memiliki selaput antara
keempat jari kaki, dan ditemukan dalam semua anggota dari
ordo Pelecaniformes (pelikan, kormoran, gannets, boobies, dan
lain-lain).
 Semipalmate, memiliki selaput yang tereduksi antar 3 jari
bagian depan (jari kaki 2, 3, dan 4). Tidak seperti halnya kaki
palmate, selaput pada tipe ini tidak memanjang hingga ujung
jari-jari. Kondisi ini ditemukan di beberapa Ordo
Charadriiformes, bangau (famili Ciconiidae), semua belibis
(family Phasianidae).
 Lobate, kaki lobate merupakan alternatif evolusioner untuk
kaki berselaput dan ditandai dengan jari-jari kaki yang pipih

Zoologi Vertebrata | 10
dan beringsu serta fleksibel. Kaki lobate ditemukan pada ordo
podicipedidae dan family Rallidae.
 Reptorial, karakteristik dari kaki tipe reptorial ini jari kaki
panjang dan kuat dilengkapi dengan cakar sebagai bagian yang
digunakan untuk menangkap, manahan dan membunuh
mangsa. Kaki tipe reptorial ini ditemukan pada ordo
falconiformes.

Gambar II.6. Modifikasi Kaki Aves

C. Ekor
Ekor aves memiliki bulu-bulu yang berperan sebagai kemudi.
Pengertian ekor adalah bulu-bulu ekor (Rectriches). Panjang pendeknya
rectriches pada tepi posterior ekor berbeda-beda dan memiliki ciri yang
spesifik. Beberapa ciri ekor pada burung yakni:
 Panjang apabila ukurannya lebih panjang dari badan.
 Pendek apabila ukurannya lebih pendek atau sama dengan panjang
badan.
 Rata apabila semua bulu sama panjang.
 Bulat apabila bulu tengah jauh lebih panjang, makin ke tepi berangsur
memendek.

Zoologi Vertebrata | 11
 Runcing apabila bulu tengah jauh lebih panjang dari pada bulu yang
lain terbentuk.

Gambar II.7. Bentuk Ekor Burung

D. Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata
lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik
berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk
bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk
bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan
mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya. Bulu pada kelas aves
dibedakan atas dua macam:
 Bulu lengkap (plumae), bulu ini tersusun atas: batang bulu dan
lembaran bulu. Susunan batang bulu terdiri atas: calamus dan rachis.

Zoologi Vertebrata | 12
Lembaran bulu, tersusun atas deretan barbae, diantara barbae terdapat
barbulae berkait.
 Bulu tak lengkap dibedakan atas (a) Plumulae, dengan bagian-
bagian: calamus (pendek), barbae (tidak membentuk lembaran bulu),
barbulae (tak berkait). (b) Filoplumae, dengan bagian-bagian:
calamus dan rachis (batas tak jelas), berbae (pada bagian ujung). Pada
bulu ini tidak dijumpai adanya barbulae.

Gambar II.8. Bagian – Bagian Bulu

Zoologi Vertebrata | 13
Gambar II.9. Bulu Lengkap dan Tidak Lengkap

Berdasarkan letaknya pada tubuh aves, bulu aves terbagi menjadi tiga
yaitu:
 Remiges berupa bulu besar yang terdapat pada sayap, bentuknya
simetris, digunakan untuk terbang.
 Tectrises bulu – bulu kecil yang menutupi tubuh burung.
 Rectrises merupakan bulu – bulu ekor yang bentuknya simetris dan
berfungsi sebagai kemudi saat terbang.

Zoologi Vertebrata | 14
BAB III
ANATOMI AVES

A. Sistem Pencernaan
Berdasarkan jenis pencernaannya, system pencernaan pada aves dibagi
menjadi tiga:
1. Sistem Pencernaan Secara Mekanik
Sistem pencernaan secara mekanik pada burung terjadi di rongga mulut
dengan bantuan lidah, yang akan mendorong makanan menuju
kerongkongan. Kemudian dari kerongkongan ke tembolok dan menuju
ke empedal.
2. Sistem Pencernaan Secara Enzimatis
Sistem pencernaan secara enzimatis terjadi di mulut dengan bantuan
enzim ptialin, di lambung dengan bantuan asam kloroda, di dalam usus
halus dengan bantuan enzim yang di hasilkan ole prankreas.
3. Sistem Pencernaan Secara Biologis
Sistem pencernaan secara biologis di bantu dengan bakteri, atau disebut
mikrobiologi, biasanya terjadi di dalam usus besar.
Saluran pencernaan pada aves terdiri dari mulut, esophagus,
lambung, usus halus, usus besar dan berakhir di kloaka. Kelenjar
pencernaan burung merpati diantaranya adalah pancreas dan hati. Klas
aves tidak memiliki vesica felea, karena merupakan hewan pemakan biji -
bijian yang tidak mengandung banyak lemak sehingga tidak memiliki
vesica felea yang berfungsi untuk mengemulsi lemak.Berikut ada susunan
saluran pencernaan pada pada aves:
1. Rongga Mulut, dalam rongga mulut, makanan dicampur dengan air
ludah dan enzim ludah (Saliva). Air ludah berfungsi sebagai bahan
lubrikas dan juga sebagai enzim dalam proses pencernaan secara
enzimatis.
2. Kerongkongan, merupakan saluran antara rongga mulut dan lambung.
Bagian bawahnya berupa kantong yang disebut tembolok.

Zoologi Vertebrata | 15
3. Tembolok (Crop), terdapat didalam tenggorokan bagian akhir,
tenggorokan merupakan saluran penghubung antara rongga mulut
dengan lambung. Di bagian ini pakan tidak mengalami proses
pencernaan apapun, pakan hanya melewati saluran ini. Tembolok juga
berfungsi sebagai tempat menimbun makanan dan minuman.
4. Lambung (Proventrikulus), aves memiliki dua jenis lambung yaitu
lambung kelenjar dan lambung otot. Lambung kelenjar menghasilkan
kelenjar sehingga makanan akan mengalami pencernaan secara
enzimatis. Lambing akan akan menghasilkan enzim pepsin, renin dan
asam klorida (HCL). Pada lambung otot makanan akan mengalami
pencernaan secara mekanik. Fungsi utama lambung ialah untuk
menyimpan makanan sekaligus mencerna makanan.
5. Ampela (Gizzard), dalam ampela terjadi proses pelumatan makanan
yang dibantu denga grit. Grit umumnya berupa kerikil/batu kecil,
pecahan kaca, remukan kerang dll. Grit ini membantu gizzard dalam
melumatkan pakan menjadi partikel-partikel kecil agar permukaan
pakan lebih mudah dicerna dan lebih luas menerma penetrasi enzim-
enzim pencernaan.
6. Usus Halus, pada burung terususun atas doudenum, jejenum dan ileum.
Di doudenum terjadinya proses penyerapan makanan. Proses
pencernaan usus halus di bantu dengan enzim prankreas, cairan empedu
dan enzim usus. Empedu berfungsi untuk mengelmulsikan lemak dan
mengaktifkan lipase dan menghidrolisis lemak. Fungsi utama usus
adalah melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam dari
lambung.
7. Usus Besar, dalam usus besar masih terdapat substansi makanan yang
belum di cerna dan tidak terabsorbsi oleh usus halus, seperti selulosa
dan hemiselulosa. Sebagian besar air akan di serap di dalam usus besar,
selanjutnya akan bermuara di rektum dan akan di buang melalui kloaka.
8. Kloaka, burung dan beberapa hewan vertebrata lainnya tidak memiliki
anus, namun memiliki saluran pembuangan yang disebut kloaka. Kloaka

Zoologi Vertebrata | 16
adalah sistem pencernaan terakhir, yaitu tempat pembuangan dari
saluran urin, saluran reproduksi dan saluran pencernaan.

Gambar III.1. Pencernaan Aves

B. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksinya, hewan jantan memiliki sepasang testis yang bulat,
berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat
penggantung. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada yang kiri. Masing-
masing testis terjulur saluran vasa deferrens sejajar dengan ureter yang
berasal dari ren. Sebagian besar aves memiliki vesicular seminalis yang
merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat menampung
sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada
kloaka. Kloaca pada beberapa species memiliki penis sebagai alat untuk
menuangkan sperma ke kloaka hewan betina.

Zoologi Vertebrata | 17
Gambar III.2. Sistem Reproduksi Jantan

Hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum


mengalami otrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Ovari menjulur
oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan
suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium opdominalis.
Dinding oviduct selanjutnya tersusun atas muskulus dan epithelium yang
bersifat glandulair, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur,
yaitu albumen sebagai putih telur, membran tipis disebelah luar albumen
dan cangkok yang berbahan zat kapur yang dibuat oleh kelenjar di sebelah
caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada.

Gambar III.3. Sistem Reproduksi Betina

Zoologi Vertebrata | 18
C. Sistem Ekskresi
Ginjal merupakan salah satu alat ekskresi pada burung merpati. Ginjal
terletak di sebelah dorsal. Ginjal pada semua vertebrata terdiri atas unit-unit
yang disebut tubulus ginjal atau nefron yang ujungnya buntu dan menerima
filtrat dari darah. Saluran keluar pada aves mengarah ke posterior yaitu
ureter yang bermuara ke vesica urinaria. Langkah pertama dalam
pembentukan urin adalah penyaringan atau filtrasi. Sisa-sisa dan materi lain
dibawa ke aliran darah oleh arteria renalis dan arteriola ke glomerulus.
Langkah kedua yaitu penghisapan differensial oleh sel-sel tubulus
convoluted proximal dan loop of handle serta tubulus convoluted distalis.

Gambra III.4. Ginjal Pada Aves

Aves mensekresikan sisa – sisa nitrogen dalam bentuk asam urat.


Pada cangkang telur, keseluruhan zat sisa di pertahankan bersamaan dengan
pertumbuhan embryo. Asam urat dikristalisasi dari wujud cair dan disimpan
pada cangkang telur. Burung dapat mensekresikan 1 g asam urat dari 1.5
sampai 3 ml air yang diminum. Asam urat yang terkonsentrasi akan masuk
ke dalam kloaka jika telah tercampur dengan zat sisa hasil pencernaan dan
sisa air yang tereabsorbsi.
Ginjal aves umumnya tidak dapat menyaring konsentasi garam –
garam mineral seperti sodium, potassium, dan clorida. Untuk mengurangi

Zoologi Vertebrata | 19
dampak yang diakibatkan oleh kurangnnya kemampuan ginjal tersebut,
aves memiliki kelenjar yang berfungsi untuk mensekresikan garam – garam
mineral tersebut. Kelenjar ini disebut dengan nasal gland yang terletak
diantara kedua mata aves.

Gambar III.5. Nasal Gland

D. Sistem Sirkulasi
Pada dasarnya sistem peredaran darah pada kelas Aves hampir mirip dengan
sistem peredaran darah pada kerja jantung kelas Mamalia. Sistem peredaran
darah pada kelas Aves juga menggunakan peredaran darah ganda dan
sistem peredaran darah tertutup. Oleh karena itu, dalam satu kali darah
mengalir, darah melewati jantung sebanyak dua kali yaitu saat peredaran
darah kecil (jantung -- paru – paru -- jantung) dan pereradan darah besar
(jantung – seluruh tubuh – jantung). Peredaran darah aves tersusun atas
jantung sebagai pusat peredaran darah, darah, dan pembuluh-pembuluh
darah.

Zoologi Vertebrata | 20
Gambar III.6. Sistem Peredaran Darah Aves

Bagian – bagian pada jantung (cardio) kelas aves mirip dengan


jantung kelas mamalia. Jantung memiliki empat ruang seperti atrium kanan,
atrium kiri, bilik kanan, dan bilik kiri, diantara ruang – ruang pada jantung
juga terdapa sekat (septum) yang bentuknya sudah sempurna sehingga
darah yang kaya akan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) tidak akan
tercampur. Proses peredaran darah yang terjadi pada aves sebagai berikut:
 Darah yang kaya akan karbon dioksida (CO2) yang berasal dari seluruh
tubuh mengalir ke jantung, pada atrium kanan lalu ke ventrikel kanan.
 Dari ventrikel kanan darah dipompa menuju paru-paru melalui arteri
pulmonalis.
 Dari paru – paru darah yang kaya oksigen (O2) mengalir menuju ke
atrium kiri melalui ventrium kiri untuk dipompa melalui Aorta.
 Dari Aorta darah kaya oksigen (O2) akan diedarkan ke seluruh tubuh.
 Darah mengandung karbon dioksida (CO2)dari kapiler jaringan tubuh
akan dialirkan kembali ke atrium kanan jantung.
Peredaran darah kecil pada aves yaitu berawal dari darah mengalir
yang berasal dari seluruh tubuh ke ventrikel kanan. Kadungan karbon

Zoologi Vertebrata | 21
dioksida pada jantung dipompa menuju paru – paru melalui arteri
pulmonalis untuk melepaskan kandungan karbon dioksida (CO2) pada
darah dan mengikat oksigen (O2). Darah tersebut akan mengalir dan masuk
ke atrium kiri dan akhirnya darah ke ventrikel kiri.
Perdaran darah besar pada kelas Aves sama dengan peredaran
darah kecil hanya saja sitambah dengan proses selanjutnya yaitu darah kaya
oksigen (O2 )yang berasal dari ventrikel kiri diedarkan menuju ke seluruh
tubuh tepatnya sel – sel tubuh. Pada sel- sel tubuh ini kandungan oksigen
(O2) dalam darah akan dilepaskan dan karbondioksida (CO2) diikat sebagai
sisa metabolism sel tubuh. Kelmudian darah yang banyak mengandung
karbon dioksida (CO) akan dialirkan kembali menuju jantung tepatnya pada
atrium kiri.

E. Sistem Respirasi
Aves (Burung) adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia
sehingga suhu pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki
reseptor pada bagian otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga
burung dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda
Burung menggunakan paru-paru dan pundi hawa (pundi-pundi udara)
sebagai alat pernafasanya. Burung memiliki dua lubang hidung, yaitu:
1. Lubang hidung luar terletak pada pangkal paruh bagian atas
2. Lubang hidung dalam terletak pada langit- langit rongga mulut
Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang
rawan yang berbentuk cincin-cincin. Trakea bercabang menjadi bronkus
kanan dan kiri. Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring
dengan paru-paru. Didalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput
yang dapat bergetar menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-
paru yang menempel pada dinding bagian dalam. Paru –paru sendiri
terbungkus oleh selaput paru-paru (pluera) yang berhubungan dengan
pundi-pundi hawa. Paru-paru burung tidak memiliki alveolus sebagai ganti
fungsinya adalah parabronki (Pembuluh kapiler yang berdampingan dengan

Zoologi Vertebrata | 22
kapiler darah). Selain itu burung juga tidak memiliki diafragma sehingga
dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale) dibantu oleh rongga seluruh
tubuh.
Pundi-pundi hawa pada burung berjumlah sembilan yaitu:
1. 2 kantong di leher (servikal)
2. 1 kantong di antara tulang selangka (korakoid/interclavicular)
3. 2 kantong di dada depan (toraks anterior)
4. 2 kantong di dada belakang (toraks posterior)
5. 2 kantong di perut (abdominal)
Fungsi pundi-pundi hawa pada burung:
1. untuk bernapas saat terbang
2. memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring
3. mencegah kedinginan dengan menyelubungi organ dalam dengan
rongga udara
4. mengurangi hilangnya panas tubuh
5. memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh (berguna saat
berenang).

Gambar III.7. Organ Pernapasan Aves

Zoologi Vertebrata | 23
Mekanisme pernafasan burung sebagai berikut:
1. Pernafasan burung saat tidak terbang
a. Fase Inspirasi: tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga
dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui
saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-
paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara
dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara.
b. Fase Ekspirasi: tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga
dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam
alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama
keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat
oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan
demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat
inspirasi dan ekspirasi.
2. Pernafasan burung saat terbang
Pundi hawa sangat berperan penting ketika burung mulai terbang,
dikarenakan burung yang terbang tidak dapat menggerakan tulang
rusuknya, sehingga pundi hawalah yang dipergunakan oleh burung
untuk bernafas. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian
oleh pundi-pundi hawa.
a. Fase Inspirasi: pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang,
akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru,
terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2.
b. Fase Ekspirasi: sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa
ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid
mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa
melewati paru-parusehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati
paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara
inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat

Zoologi Vertebrata | 24
terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga
berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

Gambar III.8. Mekanisme Pernapasan Aves

F. Sistem Saraf
Sistem saraf pada ungags berintegrasi dengan fungsi tubuh yang diatur oleh
sistem saraf yang berpusat di otak. Elemen pokok sistem saraf adalah sel
nerves yang berfungsi memerintah untuk menjalankan proses. Sel-sel
nervous terpusat di otak, spinal cord, dan ganglion. Sistem saraf dibagi
menjadi dua, yaitu somatik atau serebro-spinal yang merupakan bagian dari
sistem saraf pusat yang mengontrol aktivitas tubuh dan sistem anatomi yang
bertanggung jawab terhadap koordinasi gerakan yang tidak diatur sistem
anatomi, yaitu gerakan jantung, usus dan aliran darah. Ipotalamus yang
terdapat pada otak mengatur mekanisme kenyang dan lapar, regulasi sekresi
dan pituitaria anterior, agresivitas, dan kompartemen seksual. Saraf optik
berkembang dengan baik sehingga unggas dapat dengan segera mengenal
warna seperti halnya responsif terhadap suara. Sebaliknya, saraf perasa dan
pembau kurang berkembang dengan baik, namun ayam mampu
membedakan pakan.
Otak burung telah berkembang cukup baik. Otak besar dan otak
kecilnya berukuran relatif besar. Permukaan otak besar tidak berlipat. Otak
tengah berbentuk gelembung, berkembang dengan baik dan merupakan

Zoologi Vertebrata | 25
pusat saraf penglihat. Otak kecil permukaanya berlipat-lipat sehingga
mampu menampung sel saraf dalam jumlah yang banyak. Otak kecil
sebagai pusat pengatur keseimbangan burung pada waktu terbang. Bentuk
otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung terdiri atas Lobus
olfaktorius kecil, serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum
terletak serebellum dan ventral lobus optikus.lubang telinga nampak dari
luar, dengan meatus auditoris eksternal terus ke membran tympani (gendang
telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi sirkulat terus ke
koklea.

Gambar III.9. Anatomi Otak Aves

Sistem syaraf pada unggas sangat sama dengan syarat manusia dan
juga hewan mamalia yang menyusui lainnya. Susunan ini terdiri dari otak,
dan juga sumsum belakang. Namun, otak unggas terdiri dari empat otak
yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum lainnya
1. Serebrum (otak besar)
Otak besar merupakan otak yang mengatur segala aktivitas. Pengaturan
itu berupa kepandaian, ingatan, tingkat kesadaran, dan juga
pertimbangan. Otak besar ini memberikan gerakan reflek yang sadar
atau sesuai dengan keinginan. Otak besar ini memiliki warna abu-abu
yang memiliki peran menerima rangsangan. Letak serebrum ini di

Zoologi Vertebrata | 26
belakang mata unggas yang memiliki struktur Immunoreakif yang
terdapat telensefalon dan Diensefalon
2. Mesensefalon (otak tengah)
Otak tengah ini terletak di bagian depan otak kecil, dan di bagian otak
tengah ini terdapat talamus dan juga kelenjar hiposis yang berfungi
untuk mengatur kerja kelenjar endokrin. Selain itu, otak tengah ini juga
memiliki peran penting untuk mengatur reflek gerakan mata unggas
berupa penyempitan pupil mata, dan pusat pendengaran unggas
3. Otak Kecil
Otak kecil pada unggas atau burung aves ini memiliki lipatan – lipatan
yang dapat menampung jumlah neuron yang sangat banyak. Selain itu,
otak kecil ini berguna untuk mengatur keseimbangan pada burung saat
terbang.
4. Medulla Oblongata (Sumsum sambung)
Sumbungan sambung ini memiliki peran untuk mengantarkan impuls
yang datang dari medula spinalis menuju ke otak unggas. Selain itu,
sumsum ini juga dapat mempengaruhi gerakan fisiologi unggas, detak
jantung, tekanan darah dan juga kecepatan pernafasan pada unggas.

G. Sistem Indera
1. Mata
Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan
baik. Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang
lurus, menukik, atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan
burung terletak di dalam rongga telinga dan berhubungan dengan otak
kecil. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran bervaskulasi
dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut
kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat
yang disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata.
Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada
berbagai jarak.

Zoologi Vertebrata | 27
Gambar III.10. Anatomi Mata Aves

Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik


sebagai pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian
besar burung memiliki indra penglihat yang sangat membantu burung
untuk mendapatkan makanan, untuk menemukan musuh, maupun untuk
terbang. Mata burung mampu berakomodasi dengan cara mengubah
bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat benda yang jauh, lensa
mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat benda
yang dekat, lensa mata burung akan mencembung.
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya
agar dapat melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar
kepala. Beberapa jenis burung pemangsa, misalnya burung hantu,
memiliki mata yang menghadap ke depan. Pandangan binokuler ini
memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda yang dekat
dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu
penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap
mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari. Oleh
karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau

Zoologi Vertebrata | 28
sensitif terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada
siang hari. memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel
kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada
retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari
saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya
terkandung banyak pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui
secara pasti, diduga berhubungan dengan indra penentu arah. Pektin
pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang
dengan baik.
2. Telinga
Alat pendengaran pada burung sudah berkembang lebih baik daripada
reptil. oleh karena itu menjadi lebih sensitif. Merpati misalnya dapat
menerima getaran suara 40-14000 CPS. Pendengaran burung darat
sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran eustachius menuju ke faring
dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
3. Hidung
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang
berupa celah pada dorsal paruh. Indra penciuman burung tidak
berkembang dengan baik. Akan tetapi, burung kiwi merupakan
perkecualian. Indra penglihatan burung kiwi kurang berkembang
dengan baik, namun burung kiwi mampu menggunakan indra
pembaunya yang berupa lubang hidung pada ujung paruhnya untuk
membaui makanan yang ada dalam tanah.

Zoologi Vertebrata | 29
BAB IV
SISTEM KELENJAR

A. Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang
tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari
kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon berasal dari kata hormaein yang
artinya “membangkitkan”. Hormon adalah suatu senyawa kimia organik
yang disentesis oleh kelenjar dan disekresikan dalam jumlah sedikit
langsung ke sasarannya berupa jaringan atau organ tanpa melalui saluran
khusus. Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh
hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,
pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
1. Kelenjar Pineal
Merupakan kelenjar yang kecil, bulat dan terletak di hemisphaerium
cerebri. Hormone yang dihasilkan belum jelas fungsinya.
2. Kelenjar Ptuitary
Kelenjar hipofise atau pituitari (hypophysisor pituitary glandl) terletak
di dalam rongga kepala dekat dasar otak dan berbentuk seperti ginjal.
Terdiri dari dua bagian yaitu PPA (anterior pars pituitary), dan PPP
(posterior pars pituitary).
a. PPA menghasilkan hormon-hormon diantaranya yaitu:
 FSH (Follicle Stimulating Hormone), berfungsi untuk
menstimulasi pertumbuha folikel (calon telur) dalam ovarium
dan mengaktifkan ker ovarium untuk mempersiapkan ayam
betina bereproduksi. Hormone FSH mempunyai berat molekul
antara 30.000-67.000 Dalton. FSH memiliki sifat larut dalam air
dan molekul cukup stabil pada pH 4-11. Titik isoelektrik FSH
pada pH 4,8. Pada umumnya FSH mengandung fruktosa,
heksosa, heksosamin, dan asam sialat. Asam sialat berperan
pentinguntuk fungsi biologi FSH, jika asam sialat dihancurkan

Zoologi Vertebrata | 30
atau lepas dari rangkaian asam amino maka FSH kehilangan
daya kerja.
 LH (Luteimizing Hormone), adalah hormone gonadrotopin yang
bereperan dalam proses ovulasi folikel yolk yang telah masak.
Hormone LH merobek membrane vetilen folikel ada bagian
stigma sehingga ovum bisa diovulasikan dari ovarium. Hormone
LH memiliki berat molekul sekitar 32.000 Dalton dengan jumlah
asam amino kurang lebih 216 molekul. LH terdiri atas dua sub
unit yaitu sub unit alfa dengan jumlah asam amino sedikit (96
buah) dan sub unit beta mempunyai asam amino banyak (120
buah). Hormone LH mengandung sedikit asam sialat.
 LTH (Luteotropic Hormone) / Prolaktin, adalah hormone yang
dihasilkan dari pituitary anterior yang berpengaruh negative
terhadap kerja hormone gonadrotopin. Hormpn prolactin
menyebabkan sifat mengeram dan berhentinya produksi telur.
Hormone prolactin pada ayam secara alami disekresi pada akhir
periode bertelur.mekanisme mengeram diawali dari hasil akhir
aktivitas hormone endokrin yang merupakan mediator untuk
sekresi vasoactive intestinal polypeptude (VIP) yang merupakan
28 asam amino neuropeptide. VIP dihasilkan dari bagian utama
hipotalamus yang mengaktifkan sekresi prolactin dari pituitary
anterior. Hormone prolactin mempertahankan kebiasaan
mengeram dengan adanya aksi gen reseptor prolactin. Hormone
prolactin terdiri dari terdiri dari 198 asam amino yang memiliki
berat molekul sekitar 23.300 Dalton dengan titik isoelektrik pada
pH 5,7.
 TH (Thyrotropic Hormone), berfungsi dalam stimulasi glandula
tiroid
 ATH (Adenotropic Hormone), berfungsi dalam stimulasi
glandula adrenal

Zoologi Vertebrata | 31
 GPH (Growth Promoting Hormone), berfungsi dalam stimulasi
proses pertiumbuhan bulu.

b. PPP menghasilkan hormon-hormon duiantaranya yaitu:


 Oksitosin / Pitosin, adalah hormone yang berperan terhadap
proses peneluran (oviposition) yaitu menstimulasi kontraksi
oviduk untuk mengerakkkan telur keluar dari oviduk. Injeksi
homon oksitosin secara intravena mampu mempercepat proses
peneluran dan menstimulasi ayam untuk bertelur.
 Vasopresin / Pitesin, berfungsi dalam kontraksi saluran darah
3. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid (thyroid glands) atau kelenjar gondok terletak di leher
bagian depan. Kelenjar ini berbentuk bulat kecil, berwarna coklat muda,
jumlahnya ada dua buah dan terletak dekat vena jugularis pada batas
leher. Hormon yang dihasilkannya thyroxin. Tiroksin berfungsi untuk
pertumbuhan dan pigmentasi bulu dan kecepatan metabolisme tubuh.
Ada dua senyawa sintesis yang mirip dengan thyroxin, yaitu
thyroprotein atau protamon indicated casein. Senyawa ini dapat
mempercepat proses metabolisme yang dapat dipengaruhi thyroxin.
4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini kecil, terletak dekat kelenjar thyroid. Hormone yang
dihasilkan yaitu parathormon. Fungsi parathormon yaitu mengatur
deposisi kalsium pada tulang dan kerabang telur.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal atau suprarenalis merupakan bangunan bulat dan kecil,
berwarna kekuning-kuningan terletak di bagian dorsal rongga tubuh
tepatnya di depan ginjal. Hormone yang dihasilkannya adalah hormone
adrenalin yang berfungsi mengatur tekanan darah dan juga
mempengaruhi aktifitas dari kelenjar sex, dan cortin yang berfungsi
sebagai fasilitator konversi protein menjadi KH.

Zoologi Vertebrata | 32
6. Pulau Langerhans
Terletak di dalam jaringan kelenjar pancreas. Pankreas berfungsi
sebagai kelenjar endokrin dan sebagai organ asesoris pada sistem
digestivus. Hormone yang dihasilkan adalah hormone insulin. Hormon
insulin pada aves berfungsi untuk metabolisme KH (pengeluaran energi
dan cadangan energi, dan mengatur metabolisme karbohidrat.
7. Kelenjar Gonad
a. Kelenjar Testis
Testis menghasilkan hormone yang bertanggung jawab atas
perbedaan sifat antara jantan dan betina. Kelenjar testis
menghasilkan hormon endrogen dan testosteron. Hormon
testosteron berfungsi menstimulir pertumbuhan comb, pial, bulu
(bulu leher, ekor dan punggung) dan meningkatkan sel-sel darah
merah pada ayam jantan. Sehingga lebih banyak dari pada ayam
betina serta memperlancar proses metabolisme menjadi lebih cepat.
Hormon endogen berfungsi untuk perkembangan karakter sekunder,
produksi sperma (spermatogenesis) dan tingkah laku produksi.
b. Kelenjar Ovarium
Ovarium menghasilkan hormone yang membedakan jantan dan
betina. Hormone yang dihasilkan ovarium adalah hormone estrogen,
progesterone dan androgen.
 Hormon estrogen adalah hormone steroid yang dihasilkan
ovarium, tersusun atas 18 atom karbon dengan inyi steroid
cyclopentano perhydro phenantren. Hormone estrogen berperan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan folikel serta
menstimulasi pelepasan LH. Selain itu, hormone estrogen juga
berfungsi dalam perkembangan karakter sekunder betina,
pigmentasi bulu ayam betina, perkembangan oviduk untuk
persiapan telur, mempengaruhi perkembangan tulang pubis dan
kloaka sehingga mempermudah proses bertelur , meningkatkan
metabolism kalsium untuk pembentukan kerabang telur,

Zoologi Vertebrata | 33
meningkatkan metabolism lemak untuk pertumbuhan yolk, dan
mengatur tingkah laku kawin dan mengeram.
 Hormon progesterone dihasilkan dari epitelium supervisial
ovum. Hormone progesterone berfungsi menstimulasi
hipotalamus untuk mengaktifkan factor releasing hormone agar
memicu sekresi LH dari pituitary anterior. Fungsi lainnya yaitu
bersama dengan androgen mengatur perkembangan oviduk.
 Hormone androgen berfungsi dalam pertumbuhan comb.
Placenta dapat juga dikategorikan sebagai kelenjar endokrin
karena menghasilkan hormon.
-
B. Sistem Kerja Hormon
Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas
terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan
ditransformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan
mensekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan
hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari
pars anterior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon
yang sifatnya dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin.
Beberapa hormon yang disekresikan PPA antara lain Thyroid-stimulating
hormone (TSH), Adrenocorticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua
jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing berefek pada
aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar kelamin dan juga
menghasilkan Growth hormone (GH) yang mengatur pertumbuhan tubuh
unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terangsang untuk menghasilkan
hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu.

Zoologi Vertebrata | 34
BAB IV
HABITAT DAN PERANAN AVES

A. Habitat
Ekologi burung memang dapat diteliti secara langsung dari segi jenis
makanan, perilaku mencari makan atau dinamika populasinya, tetapi
pengetahuan mengenai habitat juga sangat penting diketahui. Habitat yang
dipilih harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk melindungi dan
mempertahankan diri siang dan malam, dan jika memungkinkan untuk
sepanjang musim.
Hampir semua habitat yang ada di alam ini ditempati oleh burung.
Keberadaan jenis dan penyebaran (distribusi) burung sangat ditentukan oleh
kondisi habitat. Selain itu, habitat alami yang dihuni oleh burung bersama
binatang dan tumbuhan liar lainnya memiliki nilai keanekaragaman yang
tidak terhingga Salah satu habitat bagi burung dengan keanekaragaman
jenis yang tinggi adalah di kawasan hutan tropis. Burung-burung di hutan
tropis yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, tapi terkenal sulit
untuk ditemukan. Hal ini disebabkan karena struktur habitat yang sangat
kompleks dengan vegetasi bertajuk tinggi dan kadang penutupan bawahnya
rapat, burung juga dapat dijumpai pada berbagai tipe habitat mulai dari
hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan perbukitan sampai pada hutan
pegunungan. Namun ada beberapa jenis yang dapat hidup pada berbagai
habitat yang berbeda karena adaptasinya yang sangat tinggi.Atas dasar ini
maka burung termasuk kelompok hewan yang memiliki penyebaran yang
sangat luas (kosmopolitan).
Umumnya habitat dapat mengalami perubahan struktur dan
ketersediaan pakan yang disebabkan oleh kondisi musiman. Pergantian dan
perubahan habitat seperti punggung gunung dan dasar lembah, demikian
juga aliran sungai dan rawa-rawa, terutama di daerah kering atau selama
musim kemarau, maupun kawasan hutan merupakan tempat yang menarik
bagi burung, baik sebagai habitat maupun tempat untuk mencari makan. Di

Zoologi Vertebrata | 35
dalam suatu kawasan, habitat dengan segala sumberdaya yang tersedia
merupakan bagian penting bagi keberadaan jenis, jumlah individu masing-
masing jenis dan distribusi burung di habitat tersebut.

B. Peranan
1. Burung dan Manusia
 Di bidang pertanian, manusia memanen kotoran burung untuk
digunakan sebagai pupuk. Kotoran ini memiliki kandungan tinggi
nitrogen, fosfat, dan kalium, tiga nutrisi penting bagi pertumbuhan
tanaman.
 Ayam juga digunakan sebagai sistem peringatan dini penyakit pada
manusia, seperti virus West Nile. Nyamuk membawa virus West
Nile, menggigit ayam muda dan burung lainnya, dan menginfeksi
mereka dengan virus. Ketika ayam atau burung lainnya terinfeksi,
manusia juga dapat menjadi terinfeksi dalam waktu dekat.
 Burung memiliki hubungan budaya yang penting dengan manusia.
Burung adalah hewan peliharaan yang umum di dunia Barat. Burung
sebagai Hewan peliharaan yang umum termasuk burung kenari,
burung beo, kutilang, dan parkit. Kadang-kadang, orang bertindak
kooperatif dengan burung. Sebagai contoh, orang-orang Borana di
Afrika menggunakan burung untuk membimbing mereka untuk
mendapatkan madu yang mereka gunakan dalam makanan.
 Burung juga memainkan peran menonjol dan beragam dalam cerita
rakyat, agama, dan budaya populer. Mereka telah ditampilkan dalam
seni sejak zaman prasejarah, ketika mereka muncul di lukisan gua
zaman dulu. Anak muda mungkin kenal dengan Big Bird, burung
kenari sangat besar dari Sesame Street yang terkenal.
 Bulu juga digunakan di seluruh dunia untuk menjejalkan bantal,
kasur, kantong tidur, mantel, dan quilting. Bulu angsa lebih disukai
karena mereka lunak. Produsen sering mencampur bulu angsa
dengan bulu bawah untuk memberikan kelembutan ekstra.

Zoologi Vertebrata | 36
2. Burung dan Ekosistemnya
Burung jelas anggota penting dari banyak ekosistem. Mereka adalah
bagian integral dari rantai makanan dan jaring makanan. Dalam
ekosistem hutan misalnya, beberapa burung mengambil makanan
terutama dari tanaman. Lainnya terutama memakan hewan kecil seperti
serangga atau cacing tanah. Burung dan telur burung, pada gilirannya,
berfungsi sebagai makanan bagi hewan seperti rubah, musang, dan ular.
Hubungan antara makan semua hewan dalam ekosistem membantu
mencegah satu spesies menjadi terlalu banyak. Burung memainkan
peran penting dalam menjaga keseimbangan alam ini. Selain menjadi
bagian penting dari jaring makanan, burung memainkan peran lain
dalam ekosistem.
 Burung pemakan serangga. Mereka adalah cara alami untuk
mengendalikan hama di kebun, di ladang, dan tempat-tempat lain.
Sekelompok burung meluncur melalui udara bisa dengan mudah
makan ratusan serangga setiap hari. Burung yang memakan
serangga termasuk warblers, Blue Birds dan pelatuk.
 Burung ikut berperan dalam penyerbukan bunga, itu karena mereka
dapat memindahkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga yang lain
untuk membantu menyuburkan sel kelamin dan menciptakan
tanaman baru. Kolibri, sunbirds, dan burung pemakan madu adalah
penyerbuk yang paling umum.
 Banyak burung pemakan buah membantu menyebarkan biji.
Setelah makan buah, mereka membawa benih dalam usus mereka
dan menyimpan mereka di tempat-tempat baru. Burung pemakan
buah termasuk mockingbird, kepodang, kutilang dan robin.
 Burung sering penting bagi pulau ekologi. Di Selandia Baru,
Kereru dan Kokako adalah peramban penting, atau hewan yang
makan atau menggigit pada daun, tunas muda lembut, atau vegetasi
lainnya Burung laut menambah nutrisi ke tanah dan air dengan
produksi mereka guano, kotoran mereka.

Zoologi Vertebrata | 37
BAB VI
KLASIFIKASI

Terdapat lebih dari 10.000 jenis burung yang ada dan tersebar di seluruh permukaan
bumi. Burung termasuk jenis hewan yang termasuk hewan bertulang belakang
(vertebra) dan masuk ke dalam klas aves. Klas aves terbagi menjadi dua sub-klas,
yaitu sub-klas Archaeonithes (dalam bentuk fosil) dan sub-klas Neornithes (burung
– burung sejati).

Gambar VI.1. Klasifikasi Aves

A. Sub-klas Archeonithes
Memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Aves purba (dari dugaan fosil)
2. Hiidup pada 150 juta tahun yang lalu
3. Memiliki tiga digit jari yang dilengkapi dengan cakar
4. Tulang ekor panjang (teridiri dari 13 vertebra)
5. Contoh spesies: Archeopteryx

Zoologi Vertebrata | 38
B. Sub-klas Neornithes
1. Super Ordo Paleognatha
Sebagiang aves pada golongan ini tidak dapat terbang. Terbagi kedalam
lima ordo, yaitu;
a. Ordo Apterygformes
Ordo Apterygiformes adalah ordo aves yang tidak bisa terbang
dengan ciri-ciri tulang coracoid dan scapula kecil; tidak bisa
terbang; terestrial; bulu seperti rambut dan tidak memiliki aftershaft;
sayap rudimenter; paruh panjang dan ramping; lubang hidung di
ujung paruh; leher dan tungkai pendek; tungkai dengan empat buah
jari; tulang sternum tidak memiliki carina sterni. Contoh
spesies ordo Apterygiformes:
 Apteryx australis (burung kiwi)

b. Ordo Casuariiformes
Ordo Casuariiformes adalah ordo aves dengan ciri-ciri bentuk tubuh
besar; tidak bisa terbang; terestrial; kepala berbulu tipis; bulu
memiliki aftershaft yang panjang; bentuk sayap kecil dan
rudimenter; tungkai memiliki tiga buah jari; tulang sternum tidak
memiliki carina sterni. Contoh spesies ordo casuariiformes:
 Casuarius casuarius (Kasuari Gelambir Ganda)
 Casuarius bennetti (Kasuari Kerdil)

c. Ordo Rheiformes
Ordo Rheiformes adalah salah satu ordo dari kelas aves yang
memiliki ciri-ciri tidak bisa terbang; tidak memiliki gigi pada
rahangnya; terestrial; kepala, leher, dan paha berbulu, bulu tidak
memiliki aftershaft; tungkai memiliki tiga jari; tulang sternum tidak
memiliki carina sterni. Contoh spesies spesies ordo Rheiformes:
 Rhea americana (burung nandus)

Zoologi Vertebrata | 39
d. Ordo Struthioniformes
Ordo Struthioniformes adalah salah satu ordo dari kelas aves dengan
ciri-ciri termasuk kelompok burung yang tidak bisa terbang; bentuk
tubuhnya besar; terestrial; kepala, leher, dan tungkai memiliki bulu
yang tipis; kepala bentuknya kecil; paruh pendek dan lebar; lehernya
panjang dan fleksibel; bulu tidak memiliki aftershaft; tungkai berjari
dua buah dan dapat lari dengan cepat; tulang sternum tidak memiliki
carina sterni; memiliki simfisis pubis. Contoh spesies ordo
Struthioniformes:
 Struthio camelus (Burung unta)

e. Ordo Tinamiformes
Ordo Tinamiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri
ukuran sayap kecil dan bulat; tulang dada / sternum memiliki lunas
(lempengan datar yang lebar); bulu ekor dan pygostylus menyusut;
telur mengkilat; pemakan tumbuhan. Contoh spesies ordo
inamiformes:
 Tinamus osggodi

2. Super Ordo Neognatha


Sebagian besar aves pada golongan ini dapat menggunakan sayapnya
dengan baik. terbagi kedalam 35 ordo, namun kami hanya membahas 25
ordo pada bahasan ini.
a. Ordo Accipitriformes
Ordo Accipitriformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri
paruh tajam dan melengkung yang dilengkapi dengan cere
(membran dari pangkal rahang atas burung dimana lubang hidung
terbuka); sayap panjang dan lebar dengan 4-6 bulu di bagian tepi
luarnya; dapat terbang lama tanpa mengepakkan sayap; memiliki
kaki dan cakar kuat; karnivora; diurnal (aktif siang hari).
Sebelumnya kelompok ini masuk ke dalam ordo Falconiformes,

Zoologi Vertebrata | 40
namun dipisahkan berdasarkan karakter DNA-nya yang cukup jauh
dengan ordo Falconiformes. Contoh spesies ordo accipitriformes:
 Accipiter trivirgatus (Elang alap Jambul)
 Pernis ptilorhynchus (Sikep-madu Asia)
 Aquila gurneyi (Rajawali Kuskus)
 Spizaetus bartelsi (Elang Jawa)

b. Ordo Anseriformes
Ordo Anseriformes Falconiformes adalah ordo dari aves dengan
ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang;
memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh
besar, lebar dan tertutup lapisan tanduk yang tipis; bagian tepi paruh
memiliki lamela; lidah berdaging; tungkai pendek dan berselaput
renang; ekor pendek; waktu muda memiliki bulu seperti kapas.
Contoh spesies ordo anseriformes:
 Dendrocygna guttata (Belibis Totol)
 Anas gracilis (Itik Kelabu)
 Cygnus atratus (Angsa Hitam)

c. Ordo Apodiformes
Ordo Apodiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri
bertubuh kecil; ukuran tungkai sangat kecil; bentuk sayap runcing;
ukuran paruh kecil serta lunak dan ada yang langsing dengan lidah
berbentuk bulu panjang. Contoh spesies ordo apodiformes:
 Collocalia vanikorensis (Walet Polos)
 Hirundapus caudacutus (Kapinis jarum Asia)
 Hemiprocne longipennis (Tepekong Jambul)

d. Ordo Bucerotiformes

Zoologi Vertebrata | 41
Ordo Bucerotiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri
paruh besar dan kokoh tulang vertebrae bagian axis dan atlas
menyatu; 18% jantan lebih besar daripada betina; monogami.
Contoh ordo spesies bucerotiformes:
 Berenicornis comatus (Rangkong Jambul)
 Buceros rhinoceros (Rangkong Cula Badak)
 Rhinoplax vigil (Rangkong Gading)

e. Ordo Caprimulgiformes
Ordo Caprimulgiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri
memiliki paruh dengan ukuran kecil dan lunak; bentuk mulut lebar,
tepi paruh di bagian atas ditutupi dengan bulu-bulu peraba yang
berbentuk seperti rambut-rambut kaki; bulu-bulunya halus; ukuran
kaki kecil dan lunak; aktif di malam hari (nocturnal); pemakan
serangga (insektivora). Contoh spesies ordo caprimulgiformes:
 Batrachostomus stellatus (Paruh kodok Bintang)
 Eurostopodus mystacalis (Taktarau Kumis)
 Caprimulgus indicus (Cabak Kelabu)

f. Ordo Cariamiformes
Ordo Cariamiformes adalah kelompok burung yang sebelumnya
masuk ke dalam ordo Gruiformes namun dipisahkan karena ada
perbedaan pada morfologi dan genetiknya. ordo ini terdiri dari famili
Cariamidae yang hanya ada dua spesies dan ordo aves yang telah
punah yakni famili Phorusrhacidae, Bathornithidae, Idiornithidae
dan Ameghinornithidae. Contoh spesies ordo cariamiformes:
 Cariama cristata
 Chunga burmeisteri

g. Ordo Charadriiformes

Zoologi Vertebrata | 42
Ordo Charadriiformes adalah ordo dari aves yang memiliki ciri-ciri
sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; kaki panjang dan
langsing; jari kaki berselaput renang; bulu tebal; paruh panjang dan
melengkung ke bawah / atas.
 Irediparra gallinacea (Burung sepatu Jengger)
 Charadrius veredus (Cerek Asia)
 Larus ridibundus (Camar Kepala-hitam)
 Sterna hirundo (Dara laut)

h. Ordo Ciconiiformes
Ordo Ciconiiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; leher dan tungkai
panjang; jari-jari tidak berselaput; paruh lurus atau bengkok; suka
hidup di air; penyebaran bulu di sebagian betis tidak terdapat bulu.
Contoh spesies ordo ciconiiformes:
 Ardea cinerea (Cangak Abu)
 Ardeola speciosa (Blekok Sawah)
 Leptoptilos javanicus (Bangau Tongtong)
 Phoenicopterus sp. (Famingo)

i. Ordo Coliiformes
Ordo Coliiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri
memiliki kaki dengan tipe paserin (tiga jari kearah depan, satu jari
kearah belakang); jari kaki ke-1 dan ke-4 bersifat reversibel;
memiliki ekor sangat panjang; pemakan serangga (insektivora) dan
pemakan buah (frugivora). Contoh spesies ordo Coliiformes:
 Colius macrourus

Zoologi Vertebrata | 43
j. Ordo Columbiformes
Ordo Columbiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh pendek dan
langsing; pada umumnya tarsus lebih pendek daripada jari-jari; kulit
tebal dan halus; tembolok besar dan menghasilkan cairan pigeon
milk untuk anaknya; graminivorous (pemakan biji) dan fragivorous
(pemakan buah). Contoh spesies ordo columbiformes:
 Treron capellei (Punai Besar)
 Ptilinopus cinctus (Walik Putih)
 Columba livia (Merpati Batu)
 Streptopelia chinensis (Tekukur)
 Geopelia striata (Perkutut Jawa).

k. Ordo Coraciiformes
Ordo Coraciiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-
ciri paruhnya kuat; jari ke-3 dan ke -4 menyatu di bagian pangkal.
Contoh spesies ordo coraciiformes:
 Alcedo atthis (Raja udang)
 Ceyx erithaca (Udang Api)
 Lacedo pulchella (Cekakak Batu)

l. Ordo Cuculiformes
Ordo Cuculiformes adalah ordo dari kelas aves yang memiliki ciri-
ciri terdapat dua buah jari kaki kearah depan dan dua buah jari kaki
yang lain ke belakang; jari bagian luar dapat dibalikan kearah depan;
kaki tidak cocok untuk mencengkram; ekor panjang; ukuran paruh
sedang; sebagian besar kelompok familia ordo ini bersifat parasit
yakni burung betina menitipkan telur-telurnya di sarang burung
yang lain. Contoh spesies ordo cuculiformes:
 Cuculus crassirostris (Kangkok Sulawesi)

Zoologi Vertebrata | 44
 Cacomantis sonneratii (Wiwik Lurik)
 Chrysococcyx xanthorhynchus (Kedasi Ungu)
 Centropus rectunguis (Bubut Hutan)

m. Ordo Falconiformes
Ordo Falconiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh pendek,
melengkung, dan tepinya tajam; kaki memiliki cakar yang tajam dan
runcing untuk memangsa. Mampu terbang dengan cepat serta dapat
melakukan manuver. Contoh spesies ordo Falconiformes:
 Microhierax fringillarius (Alap-alap Capung)
 Falco cenchroides (Alap-alap Layang)
 Falco severus (Alap-alap Macan)

n. Ordo Galliformes
Ordo Galliformes adalah kelompok dari aves yang memiliki ciri-ciri
sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh pendek;
bulu bercabang; kaki perjal untuk mengais/berlari; terestrial; terbang
pendek; graminivorous (pemakan biji/rerumputan). Contoh
spesies ordo Galliformes:
 Talegalla fuscirostris (Maleo Paruh-hitam)
 Melanoperdix nigra (Puyuh Hitam)
 Gallus gallus (Ayam)

o. Ordo Gaviiformes
Ordo Gaviiformes adalah ordo dari kelas aves dengan ciri-ciri
tungkai pendek pada ujung posterior badan; bulu kaku; jari kaki
berselaput renang; sayap berkembang baik; dapat terbang; memiliki
pygostylus. Contoh spesies ordo Gaviiformes:

Zoologi Vertebrata | 45
 Gavia immer

p. Ordo Gruiformes
Ordo Gruiformes adalah ordo dari aves yang memiliki ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh berukuran
besar; tidak pandai terbang; tungkai panjang. Contoh spesies ordo
Gruiformes:
 Turnix maculosa (Gemak Totol)
 Turnix suscitator (Puyuh / Gemak Loreng)
 Fulica atra (Mandar Hitam)

q. Ordo Passeriformes
Ordo Passeriformes adalah anggota burung dengan karaker kaki
yang memiliki empat jari dengan tiga jari kearah depan dan satu
kearah belakang; paruh dapat digunakan untuk memotong. Contoh
spesies ordo Passeriformes:
 Corydon sumatranus (Madi Kelam)
 Mirafra javanica (Branjangan Jawa)
 Hirundo rustica (Layang-layang Asia)
 Coracina fortis (Kepudang sungu Buru)
 Pycnonotus zeylanicus (Cucak Rawa)
 Pycnonotus aurigaster (Cucak Kutilang)
 Zoothera interpres (Anis Kembang)
 Cettia vulcania (Ceret Gunung)
 Rhinomyias gularis (Sikatan rimba Gunung).

r. Ordo Pelecaniformes
Ordo Pelecaniformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki

Zoologi Vertebrata | 46
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; ukuran nares
(lubang hidung) kecil; memiliki kantung pada daerah leher;
memiliki jari kaki berselaput renang; paruh panjang dan besar serta
dapat membuka lebar; menyukai air. Contoh spesies ordo
Pelecaniformes:
 Pelecanus onocrotalus (burung pelikan/undan putih)
 Phalacrocorax niger (Pecuk-padi Kecil)
 Fregata minor (Cikalang Besar)
 Phaethon rubricauda (Buntut-sate Merah)

s. Ordo Piciformes
Ordo Piciformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki
paruh kuat; bulu di bagian ekor kaku dan ujungnya runcing; ujung
lidah kasar serta dapat dapat dijulurkan. Contoh spesies ordo
Piciformes:
 Psilopogon pyrolophus (Takur Api)
 Megalaima haemacephala (Takur Ungkut-ungkut)
 Indicator archipelagicus (Pemandu lebah Asia)
 Picus vittatus (Pelatuk Hijau)
 Dendrocopos canicapillus (Caladi Belacan).

t. Ordo Podicipediformes
Ordo Podicipediformes adalah kelompok burung dengan cii-ciri
memiliki tungkai yang terletak jauh di bagian belakang tubuh; kaki
berlebus; memiliki ekor pendek; bentuk tarsus pipih; memiliki
tempurung lutut (patella) besar; hidup di air tawar dan pandai
menyelam. Contoh spesies ordo Podicipediformes:
 Tachybaptus ruficollis (Grebe kecil)

Zoologi Vertebrata | 47
u. Ordo Procellariiformes
Ordo Procellariiformes adalah ordo dari kelas aves yang memiliki
ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang;
memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; nares
berbentuk tubuler; selubung barung terdiri dari beberapa keping
bahan tanduk; jari pertama kaki kecil atau tidak ada; sayap panjang
dan sempit; termasuk burung laut; sangat tahan terbang melayang
tanpa mengepakkan sayap.Contoh spesies ordo Procellariiformes:
 Puinus pacificus (Penggunting-laut Pasiik)
 Daption capense (Petrel Tanjung)

v. Ordo Psittaciformes
Ordo Psittaciformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap
berkembang baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki
pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh pendek,
sempit, tepinya tajam dan ujungnya berkait; paruh bagian atas
memiliki sendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak; memiliki
bulu berwarna hijau, kuning, atau biru; tipe kaki zygodactylus (dua
jari kearah depan dan dua jari kearah belakang); jari bagian luar
bersifat irreversible (tidak dapat dibalikkan ke depan). Contoh
spesies ordo Psittaciformes:
 Chalcopsitta sintillata (Nuri Aru)
 Lorius lory (Kasturi Kepala-hitam)
 Cacatua sulphurea (Kakatua Jambul-kuning)
 Tanygnathus sumatranus (Betet-kelapa Punggung-biru)
 Loriculus pusillus (Serindit Jawa)

w. Ordo Sphenisciformes
Ordo Sphenisciformes adalah salah satu ordo dari kelas aves dengan
ciri-ciri carina sterni berkembang dengan baik; burung air; tidak
dapat terbang namun dapat berenang; memiliki bulu kecil seperti

Zoologi Vertebrata | 48
sisik; sayap seperti dayung untuk berenang; tungkai memiliki
selaput pada jari-jarinya; tungkai memiliki empat buah jari kaki
yang menghadap ke depan. Contoh spesies ordo Sphenisciformes:
 Spheniscus demersus (Pinguin)

x. Order Strigiformes
Order Strigiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri
ukuran kepala besar dan bulat; memiliki mata besar serta
menghadap ke depan, tubuh dikelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun
secra radial (menjari); memiliki lubang telinga yang lebar namun
seringkali tertutupi oleh lipatan kulit; ukuran paruh pendek; jari kaki
memiliki cakar yang tajam untuk mengcengkeram; termasuk burung
yang aktif pada waktu malam (nocturnal); bersifat predator. Contoh
spesies ordo Strigiformes:
 Tyto alba (Burung Hantu / Serak)
 Otus sagittatus (Celepuk Besar)
 Ninox rufa (Pungguk Merah)

y. Ordo Trogoniformes
Ordo Trogoniformes adalah anggota burung dengan ciri-ciri
memiliki paruh pendek; bahu terdapat “rambut-rambut bahu” di
bagian pangkalnya; ukuran kaki kecil dan lunak; memilliki bulu
dengan warna cerah dan seringkali dengan warna hijau. Contoh
spesies ordo Trogoniformes:
 Apalharpactes reinwardtii (Luntur Jawa)
 Apalharpactes mackloti (Luntur Sumatera)
Harpactes duvaucelii (Luntur Putri)

Zoologi Vertebrata | 49
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aves adalah hewan vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu,.
Topografi luar atau ciri morfologi aves secara umum yakni seluruh tubuh
ditutupi oleh bulu dengan ukuran yang berbeda antara yang di kepala, tubuh
dan sayap serta ekor. Bagian kepala aves terdiri dari paruh, lubang hidung,
mata, serta membrane niktican. Bentuk paruhnya berbeda-beda sesuai
dengan jenis makanannya. Badan aves berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu
yang bermacam-macam. Pada badan terdapat sayap yang berfungsi untuk
terbang (Ekstremitas atas) dan kaki untuk berjalan (Ekstremitas bawah).
Dibagian ekor (uropygoium) berpangkal bulu-bulu. Di daerah ini ada
papilla yang mempunyai lubang sebagai muara kelenjar minyak (glandula
uropygialis) yang berungsi untuk mengeluarkan minyak guna meminyaki
bulu-bulu tubuh. Bulu pada aves dibedakan atas dua macam yaitu bulu
lengkap (plumae) dan bulu tidak lengkap (plumulae dan filoplumae).
Anatomi tubuh aves terdiri dari organ-organ yang menyusun sistem
organ, diantaranya yaitu sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem
eksresi, sistem sirkulasi dan sistem respirasi. Sistem pencernaan pada aves
dapat dibedakan menjadi sistem pencernaan mekanik, enzimatis dan
biologis. Sistem pencernaan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan,
tembolok, lambung, ampela, usus halus, usus besar, dan berakhir di kloaka.
Sistem reproduksinya, yaitu hewan jantan memiliki sepasang testis yang
bulat, berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat
penggantung dan sebagian besar aves memiliki vesicular seminalis yang
terletak pada kloaka. Pada dasarnya sistem peredaran darah pada kelas Aves
hampir mirip dengan sistem peredaran darah pada kerja jantung kelas
Mamalia. Sistem peredaran darah pada kelas Aves juga menggunakan
peredaran darah ganda dan sistem peredaran darah tertutup. Burung

Zoologi Vertebrata | 50
menggunakan paru-paru dan pundi hawa (pundi-pundi udara) sebagai alat
pernafasanya. Pundi-pundi udara membantu burung untuk bernafas pada
saat terbang.
Sistem saraf pada aves berintegrasi dengan fungsi tubuh yang diatur
oleh sistem saraf yang berpusat di otak. Susunan istem syaraf pada aves ini
terdiri dari otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil
(serebelum), dan medulla oblongata. Sistem indera pada aves meliputi mata,
hidung, dan telinga. Indra penglihat dan indra keseimbangan burung
berkembang dengan baik. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan
cepat berakomodasi pada berbagai jarak. Alat pendengaran pada burung
sudah berkembang lebih baik daripada reptil. Dari telinga tengah ada
saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langit bagian
belakang. Indra penciumn burung tidak berkembang dengan baik kecuali
pada burung kiwi. Semntara itu, sistem endokrin atau disebut juga sistem
kelenjar buntu pada aves terdiri dari kelenar pineal, kelenjar pituitary,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, pulau langerhans, seta
kelenjar gonad. Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon
pada unggas terdapat pada hipothalamus.
Aves / burung dapat ditemukan hampir di berbagai belahan bumi
seperti di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi
pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di
rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu,
perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan
lingkungan hidup dan makanan utamanya. Aves memiliki peranan bagi
manusia maupun ekosistem. Peranan aves bagi manusia diantara adalah
sebagai sumber makanan, sebagai sistem peringatan dini penyakit, dapat
dijadikan hewan peliharaan, dan kotorannya dapat digunakan sebagai
pupuk. Sedangkan manfaat aves bagi ekosistem diantaranya yaitu sebagai
cara alami untuk mengendalikan hama, berperan dalam penyerbukan bunga,
membantu menyebarkan biji, dan penting bagi pulau ekologi.

Zoologi Vertebrata | 51
Burung termasuk ke dalam filum vertebrata klas aves. Klas aves
terbagi menjadi dua sub-klas yaitu Archeonithes (aves purba) dan
Neornithes (aves modern). Sub-klas Archeonithes merupakan kelompok
aves yang primitive yang dipelajari berdasarkan temuan fosil. Sub-klas
Neornithes terbagi menjadi dua super ordo yaitu Paleognatha (burung yang
tidak dapat terbang) dan Neognatha (burung sejati).

B. Saran
Burung merupakan salah satu vertebrata yang banyak memberikan manfaat
bagi kehidupan maupun ekosistem. Oleh karena itu sebaiknya masyarakat
menjaga kelestarian burung yang beranekaragam dan juga menjaga
habitatnya terutama pada burung-burung yang terancam punah.

Zoologi Vertebrata | 52
DAFTAR PUSTAKA

Aidah. (2016). Sistem Endokrin pada Aves. Diakses melalui


https://www.slideshare. net/aidah 2811/sistem-endokrin-pada-aves pada
hari Minggu, tanggal 3 Juni 2018 pukul 14 22 WITA.

Alters, Sandra. (1999). Biology. Boston USA: Jones and Braflet Publisher.
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Andris. (2012). Aves. Diakses melalui: http://andrispobi.blogspot.com/


2012/11/aves.html pada hari Minggu, 3 Juni 2018 pukul 13.45.

Anonim. (2014). Sistem Indera pada Hewan. Diakses melalui


http://www.artikelsiana. com/2014/10/sistem-indra-hewan-enis-jenis-
macam-macam.html pada hari Minggu, tanggal 3 Juni 2018 pukul 21.30
WITA.

Anonim. (2017). Sistem Endokrin. Diakses melalui http://duniapeternakan-animal


husbandry.blogspot.com/2017/03/sistem-endokrin.html pada hari Minggu,
tanggal 3 Juni 2018 pukul 14.50 WITA.

Campbell, Neil A., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Minorsky, Peter V.,
Wasserman, Steven A., and Reece, Jane B. 2017. Biologi, eleventh
edition. New York: Mc-Graw Hill.
Djuhanda, T. (1982). Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Bandung:
Amrico.

Hickman, Cleveland P. Jr., Roberts, Larry S., Keen, Susan L., Larson, Allan.,
I’Anson, and Helen., Eisenhour, David J. Principles of Zoologi,
fourteent edition. New York: Mc-Graw Hill.
Hildebrand, M. (1984). Analysis of Vertebrate Structure Second Edition. , New
York: Jhon Wiley & Sons.
Jasin, M. (1989). Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Surabaya: Sinar
Wijaya.

Moment, G. B. (1967). General Zoology, second edition. Boston: Bentley Glass.

Nurulary. Aves. (2010). Diakses melalui http://nurulary.blogspot.com/2010/08/


blog-post.html pada hari Minggu, tanggal 3 Juni 2018 pukul 17.13 WITA.

Radiopoetro. (1977). Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Simamora, Leimena. (2015). Mekanisme Sensoris dan Motoris Indra Penfengaran.


Diakses melalui http://leimenasimamora.blogspot.com/2015/01/
mekanisme-sensoris-dan-motorik-indra.html pada hari Minggu, tanggal 3
Juni 2018 pukul 14.50 WITA

Sridianti. (2018). Peranan Burung Bagi Manusia dan Ekosistem. Diakses melalui
http://www.sridianti.com/peranan-burung-bagi-manusia-dan- ekosistem.
html pada hari Minggu, tanggal 3 Juni 2018. 17.30 WITA.

Storer, T.I dan R.L. Usinger. (1978). General Zoology. , New York: Mc Graw-Hill.

Villee, Barnes. (1988). General Zoology 6th Edition. London: W. B. Saunders


Company.

Walter, H. E, dan Leonard P. Sayles. (1959). Biology of The Vertebrates.New York:


The Macmilan Company.

Yuwanta, Tri. (2004). Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai