Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PNDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reptilia merupakan salah satu vertebrata yang bergerak merayap di
permukaan tanah sehingga disebut juga hewan melata. Reptil hidup talah
menyesuaikan diri dengan lingkungan kering. Sebagai ciri adaptasi terhadap
lingkungan maka kulit keras dan bersisik untuk perlindungan. Kulit reptil
mengalami proses penandukan atau cornificatio kulit untuk menjaga agar tidak
banyak kehilangan cairan dari tubuh (Jasin, 1989: Findua et al, 2016). Kulit pada
sebagian kelompok reptil juga berfungsi sebagai tempat pertukaran udara
khususnya pada reptil perairan. Misalnya kura-kura, penyu, dan ular laut
(Sridianti, 2014).
Secara umum reptil bernapas dengan menggunakan paru-paru yang berada
dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida terjadi di dalam paru-paru. Keluar masuknya udara
dari paru-paru disebabkan karena adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk
Mardiastuti dan Soehartono, 2003). Saluran pernapasan terdiri dari lubang hidung
(nostril) yang terdapat di dekat ujung moncong, trakea, bronkus dan paru-paru .
Paru-paru reptil lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang
berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru-paru reptil disesuiakan
dengan habitat dan kondisi lingkungan tempat ia berada. Pada kadal, kura-kura,
dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belah-belahan yang
membuat paru-paru bertekstur seperti spons. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara (Sridianti, 2014).
Kulit yang keras dan bersisik dapat mengambat proses pertukaran gas pada
reptil. Oleh karena itu, beberapa kelompok reptil memiliki bagian-bagian khusus
yang dimodifikasi yang berfungsi sebagai jalan bagi pertukaran udara. Hal ini
dapat menyebabkan reptil tetap memperoleh udara yang cukup sebagai bahan
bakar metabolisme yang tinggi.

1
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk membahas tentang sistem dan
mekanisme respirasi pada reptil, baik reptil yang berada di darat maupun di
perairan.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sistem dan mekanisme respirasi beberapa jenis reptil.
2. Mengetahui bentuk adaptasi respirasi reptil di darat dan perairan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Respirasi Reptilia


Salah satu kelas hewan vertebrata adalah reptil atau reptilia. Tidak seperti
hewan amphibi yang hidup di dua habitat yakni air dan darat, hewan reptil hanya
menghabiskan hidupnya di darat meskipun ada beberapa spesies reptil yang hidup
diperairan. Menurut Jasin (1989), hewan reptil dikategorikan menjadi empat ordo
utama yakni;
Ordo Crocodilia contohnya buaya, aligator dan 23 spesies lainnya.
Ordo Sphenodontia contohnya tuatara Selandia Baru terdiri 2 spesies
Ordo Squamata , ordo ini merupakan ordo dengan spesies terbanyak yakni
sekitar 7900 spesies tersebar diseluruh dunia, contoh hewan yang termasuk
ordo squamata adalah kadal, ular dan amphisbaenia (worm-lizards)
Ordo Testudinata yang terdiri dari 300 spesies termasuk kura-kura, labi-labi
dan penyu.
Secara umum reptil bernapas menggunakan paru-paru, tetapi pada
beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka.
Udara luar pada reptilia umumnya masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus,
dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di ujung kepala atau
moncong. Udara keluar dan masuk ke dalam paru-paru karena gerakan tulang
rusuk. Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-parunya lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang
berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada kadal, kura-kura, dan
buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan yang teksturnya seperti
spons (Sridianti, 2014).

Gambar 1.1. Paru-paru reptil

3
Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi. Ventilasi paru
paru reptil lebih efisien daripada paru-paru amfibi oleh karena memiliki kelebihan
sarana seperti adanya bronkus sejati yang diperkuat dengan cincin-cincin tulang
rawan, area permukaan difusi yang lebih luas, memiliki tulang rusuk, memiliki
trakea. Hal-hal seperti itu belum ada pada amfibi sehingga amfibi masih
memerlukan tambahan area permukaan difusi yaitu kulit. Sebagian besar reptil
tidak memiliki palatum (atap rongga mulut) sekunder. Hal ini mengakibatkan
reptil harus menahan napas ketika menelan makanan. Spesies lain seperti buaya
telah berevolusi dan memiliki rongga mulut sekunder yang memungkinkan
mereka untuk tetap bernapas saat menyelam. Sementara itu, ular dapat
mengembangkan trakeanya menjadi lebih luas, dan memungkinkan ular dapat
menelan mangsanya tanpa merasakan sesak napas (Das, 2010: Findua et al, 2016).

2.2. Sistem respirasi reptil darat


Salah satu reptil yang hidup di darat adalah ordo squamata seperti ular dan
kadal. Ular memiliki lubang kecil di belakang lidah yang disebut glotis, yang
membuka ke trakea, atau tenggorokan. Tidak seperti mamalia, glotis reptil selalu
tertutup, membentuk celah vertikal, kecuali jika ular menarik napas. Sepotong
kecil tulang rawan di dalam glotis bergetar saat ular dengan kuat mengeluarkan air
dari paru-parunya. Ini menghasilkan desisan khas ular. Trachea pada ular adalah
struktur yang panjang yang didukung oleh cincin tulang rawan. Struktur cincin ini
lebih mirip seperti huruf C daripada O. Selaput tipis melengkapi bagian terbuka C.
Konfigurasi ini juga terlihat pada kadal. Trakea biasanya berakhir tepat di depan
jantung, dan pada titik ini terbagi menjadi dua bronki utama, saluran udara yang
mengarahkan udara ke paru kiri atau kanan (Mader, 2017).

Gambar 1.2. Penampang dari trakea ular (panah kuning), pembuluh darah
di leher (panah biru), dan pembuluh arteri (panah merah).

4
Ular bernafas dengan cara kontraksi otot-otot diantara tulang rusuknya.
Tidak seperti mamalia, reptil tidak memiliki diafragma. dan pernapasan diatur
oleh otot intercostae. Ketika otot intercostae berkontraksi, rongga dada membesar
dan volume udara mengecil sehingga udara masuk melalui lubang hidung dan
selanjutnya diteruskan ke laring, trakea dan paru-paru. Ketika otot intercostae
berelaksasi rongga dada mengecil dan udara yang mengandung karbon dioksida
akan keluar melalui lubang hidung. Bagian paru-paru ular yang terletak dekat
kepala memiliki fungsi respirasi dimana terjadi pertukaran oksigen. Sedangkan
bagian yang terletak di dekat ekor disebut kantong udara. Bagian dalam dari
kantong udara ini berbentuk seperti balon dan tidak terjadi pertukaran gas di
bagian ini. (Mader, 2017).

Gambar 1.3. Bagian paru-paru (huruf L), bagian kantung udara (huruf AS)
dan hati (Li).
Paru-paru kadal sudah berkembang baik dan ukurannya cukup besar.
Bagian sirkulasi kadal berupa jantung yang dibungkus membran transparan
(pericardium) dan dibatasi oleh endokardium. Sistem respirasi terdiri dari struktur
yang terletak diantara nostril (hidung) dan paru-paru yaitu glottis dan laring.
Trakhea dan bronkhus berbentuk panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang
rawan.

Gambar 1.4. Saluran pernapasan kadal

5
Karena kebanyakan reptil (termasuk kadal) tidak memiliki diafragma,
maka mereka bernafas dengan merenggangkan otot tubuh mereka. Karena kadal
perlu menggunakan otot mereka untuk bernafas, maka ketika melakukan aktivitas,
kadal sering menahan napasnya. Beberapa jenis kadal dapat mengatasi hal ini
dengan menggunakan otot-otot tenggorokan mereka untuk menarik udara ke paru-
paru mereka selama aktivitas berlangsung (Danil, 2013).

2.3. Sistem respirasi reptil Perairan


Kelompok Crocodilian mencakup buaya, aligator, caimans dan gharials.
Reptil ini telah mengembangkan metode respirasi yang lebih efisien daripada
yang terlihat pada kadal dan ular. Kelompok ini lebih banyak menghabiskan
sebagian waktunya di dalam air. Anggota kelompok reptil ini menghirup udara
melalui lubang hidungnya yang membuka ke atas dan mengalirkannya ke paru-
paru. Ketika menyelam lubang hidung akan ditutup oleh klep serta lubang batang
tenggorokan dapat ditutup oleh lipatan kulit, sehingga air tidak masuk ke dalam
paru-paru. Buaya memiliki otot diafragma disebut juga piston hepatik yang
melekat pada hati dengan sisi berlawanan hati melekat pada paru-paru. Ketika otot
pada reptil ini berkontraksi, hati bergerak ke bawah di tubuh mereka untuk
memberi paru-paru lebih banyak ruang untuk berkembang sehingga bisa menahan
lebih banyak udara (Campbell et al, 2003).
Paru--paru buaya memiliki alveoli dan saat buaya melakukan inspirasi
udara, diafragma, hati dan organ lainnya bergerak ke arah ekor yang
memungkinkan udara masuk ke paru-paru dengan kekosongan yang tercipta. Hal
ini mirip dengan peran diafragma pada manusia. Kebalikannya terjadi saat
ekspirasi. Namun berbeda dengan mamalia, buaya yang memiliki aliran udara
searah di paru-paru mereka yang mirip dengan sistem pernapasan unggas (unggas)
meskipun buaya tidak memiliki kantung udara dimana oksigen disimpan pada
burung. Udara yang masih bergerak dalam satu arah, lalu mengalir dari bronkus
yang lebih kecil ke jalan napas yang dilalui dan kemudian keluar dari paru-paru,
menyelesaikan loop satu arah. Sistem pertukaran gas ini jauh lebih efisien karena
memungkinkan lebih banyak oksigen terinspirasi dari setiap nafas karena bisa
disimpan (Penfold, 2016).

6
Organ khusus lain dari sistem pernafasan dan sirkulasi buaya adalah
jantungnya. Mirip dengan manusia, buaya memiliki jantung dengan empat bilik
dan sistem sirkulasi ganda. Adaptasi pertama dari jantung buaya adalah bahwa
darah dengan konsentrasi oksigen tinggi dan rendah dicampur oleh katup yang
disebut foramen panizzae yang ditempatkan di antara aorta kanan dan kiri.
Adaptasi ini terjadi untuk memperlambat metabolisme buaya sehingga tidak
banyak membutuhkan oksigen untuk respirasi (Penfold, 2016).

Gambar 1.4. Saluran pernapasan buaya


Kura-kura dan penyu bernapas dengan paru-paru dengan menghirup udara
memalui lubang hidung ketika di darat. Namun akan berbeda mekanismenya
ketika menyelam di dalam air. Selama menyelam, kura-kura dan penyu akan
menutup lubang hidung untuk menghindari masuknya air ke saluran pernapasan.
Untuk mempertahankan kehidupannya di dalam air mereka harus tetap memasok
oksigen untuk bernapas dan sebagai bahan bakar metabolisme tubuhnya. Oksigen
yang dihirup merupakan oksigen terlarut yang ada di air. Pengambilan oksigen
dibantu oleh lapisan kulit tipis dengan bayak kapiler darah yang ada di sekitar
kloaka. Air dan oksigen disaring melalui selaput di bagian kloaka, oksigen akan
disalurkan oleh pembuluh darah ke dalam paru-paru dan air akan di buang
kembali melaui kloaka. Kloaka merupakan muara bersama saluran reproduksi,
saluran ginjal, dan saluran pencernaan makanan (Hikmat, 2014)

2.4. Mekanisme respirasi Reptilia


Menurut Hikmat (2014), mekanisme respirasi reptil secara umum yaitu
sebagai berikut:

7
Fase Inspirasi: otot tulang rusuk berkontraksi sehingga rongga dada membesar
yang diikuti paru-paru mengembang, akibatnya udara dari luar masuk melalui
lubang hidung, trakea, bronkus, dan paru-paru.
Gas O2 dalam udara masuk melalui hidung rongga mulut anak tekak
trakea yang panjang bronkiolus dalam paru-paru dari paru-paru O2
diangkut darah menuju ke seluruh jaringan tubuh.
Fase ekspirasi: otot tulang rusuk relaksasi sehingga rongga dada dan paruparu
mengecil, akibatnya udara dari paru-paru keluar melalui paru-paru, bronkus,
trakea, dan lubang hidung.
Dari jaringan tubuh gas CO2 di angkut darah menuju jantung kemudian
menuju ke paru-paru untuk dikeluarkan bronkiolus trakea yang panjang
anak tekak rongga mulut dan terakhir melalui lubang hidung.
menggunakan otot-otot tenggorokan mereka untuk menarik udara ke paru-paru
mereka selama aktivitas berlangsung.

8
BAB III
RINGKASAN

Reptil bernapas dengan menggunakan paru-paru. Paru-paru reptilia berada


di dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru mereka lebih
sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Udara luar pada reptilia masuk melalui lubang hidung
yang berada pada bagian ujung kepala, trakea, bronkus, dan akhirnya masuk ke
paru-paru. Proses inspirasi dan ekspirasi ekspirasi ini berlangsung disebabkan
karena adanya gerakan tulang rusuk. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida
terjadi pada bagian alveolus di dalam paru-paru. Dari dalam paru-paru oksigen
akan diangkut ke seluruh jaringan tubuh oleh pembuluh darah.
Reptil yang berada di air juga bernapas dengan paru-paru. Oksigen
diperoleh melalui proses penyaringan air pada bagian kulit berupa gill atau
lembaran tipis yang berada pada kloaka. Hal ini dilakukan agar tetap memperoleh
udara untuk bernapas di dalam air karena udara tidak dapat dihirup melului lbang
hidung yang tertutup. Keadaan ini akan menyebabkan reptil akan mampu
berlama-lama bertahan di air tanpa perlu mengambil udara ke permukaan. Selain
itu, reptil dapat juga memiliki bagian tambahan pada organ respirasi seperti pundi
udara cadagan pada bunglon Afrika sehingga udara dapat disimpan ketika ia dapat
melayang di udara.
Mekanisme pernapasan reptil darat dan laut adalah sama, udara yang di
hirup akan masuk ke dalam saluran trakea, hingga masuk ke dalam paru-paru.
Namun perbedaannya adalah reptil darat memperoleh udara secara langsung
dengan menghirup secara bebas di udara dan terjadi proses inspirasi dan ekspirasi,
sementara tidak pada reptil air. Reptil air menggunakan bagian kulit di kloaka
untuk mengambil oksigen terlarut dan mengumpulkannya di paru-paru.

9
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchel. 2003. Biologi.


Terjemahan dari Biology 5th edition, oleh Wasmen Manalu,
Erlangga, Jakarta.

Das, I. 2010. Reptils of South-East Asia. New Hollad Published


Ltd, United Kingdom.

Daniel, david. 2013. Makalah tentang Vertebrata (Kadal) Biologi.


http://ibanez-powell.blogspot.com/2013/10/makalah-
tentang-vertebrata-kadal-biologi.html. Diakses pada
tanggal 24 April 2017.

Findua A. W., S. P. Harianto, dan N Nurcahyani. 2016. Keanekaragaman Reptil di


Repong Damar Pekon Pahmungan Pesisir Barat (Studi Kasus Plot
Permanen Universitas Lampung). Jurnal Sylva Lestari. 4(1): 51-54.
Hikmat. 2014. Sistem Pernafasan pada Reptil.
http://hikmat.web.id/biologi-klas-xi/sistem-pernapasan-
pada-reptil/. Diakses pada tanggal 24 April 2017.

Jasin, M. (1989). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinarwijaya,


Surabaya.

Mader, D. 2017. Snake Respiratory System Anatomy.


http://www.reptilesmagazine.com/Kid-Corner/Beyond-
Beginners/Snake-Anatomy-Respiratory/. Diakses pada
tanggal 24 April 2017.

Mardiastuti A., T. Soehartono. 2003. Konservasi amfibi dan reptil di indonesia.


Jurnal Bogor: Indonesian Reptile and Amphibian Trade Association
(IRATA).1(1):131-144.
Penfold, M. 2016. Respiratory System of A Crocodile.
http://mattpenfold.weebly.com/biology-blog/-respiratory-
system-of-a-crocodile. Diakses pada tanggal 24 April 2017.

Sridianti. 2014. Sistem Respirasi pada Reptil.


https://www.google.co.id/amp/www.sridianti.com/sistem-pernapasan-
pada-reptil.html/amp. Diakses pada tanggal 24 April 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai