Oleh :
Nama : Weni Rahayu Putri
NIM : B1J013094
Rombongan : VII
Kelompok :3
Asisten : Dini Prataksita Windriya
A. Latar Belakang
Mamologi adalah bagian dari ilmu zoologi yang mempelajari tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan hewan mamalia. Hewan mamalia merupakan kelompok yang
hewan yang memiliki rambut dan kelenjar susu aktif menghasilkan susu pada saat
menyusui anaknya. Karakter inilah yang merupakan pembeda antara kelas Mamalia
dengan kelas lainnya (Jenkins, 2002). Banyak dari daratan di Indonesia yang sekarang
atau pun yang dahulu ditutupi oleh hutan, di mana hal ini sangat menguntungkan bagi
jenis-jenis mamalia yang hidup di pohon. Sementara itu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan proses evolusi mereka mempunyai jari-jari untuk menggenggam,
kaki yang dapat menjepit, ekor yang dapat membelit dahan atau tapak yang dapat
melekatkan jari-jarinya untuk bantuan memanjat, atau pun selaput untuk melayang yang
menjadikannya dapat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa meyentuh tanah
(Payne et al., 2000).
Di dalam mamalia terdapat dua subkelas yaitu Prothoteria yang terbagi dalam satu
ordo saja yaitu Monotremata dan dan subkelas yang kedua yaitu Theria yang mempunyai
17 ordo di antaranya: Rodentia, Marsupalia, Primata, Lagomorpha, Insectivora dan lain
-lain. Secara umum ciri-ciri dari hewan mamalia adalah mempunyai banyak kelenjar
(Kelejar keringat, bau dan kelenjar mamae), memiliki rambut (ada yang hanya pada fase
embrio contohnya Paus), melahirkan anak kecuali pada dalam mamalia yang paling
sederhana), gigi umumnya heterodont kecuali paus,dan terdiri dari 2 set gigi (gigi susu
dan permanen), mempunyai telinga, rangkanya mengalami penyederhanaan, mempunyai
cerebre corteks yang mengalami diferensiasi (Kant, 2001).
Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan termasuk
dalam kelas ini adalah : tikus, kelelawar, kucing kera, ikan paus, kuda, kijang, manusia
dan lain-lain. Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau
sedikit dan berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya
kelenjar mamae pada hewan betina untuk menyusui anaknya yang masih muda.
Pengasuhan terhadap anaknya berkembang dengan baik sekali dan puncaknya terdapat
pada manusia. Mamalia hidup diberbagai habitat mulai dari kutub hingga ekuator, dari
dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir. Banyak yang hidup secara nocturnal dan
banyak juga hidup secara diurnal. Spesies tertentu sebagai hewan buas yang diburu,
spesies lainnya jinak. Beberapa pemakan daging dan buah-buahan, dan beberapa sebagai
sumber penyakit. Hewan ternak mamalia adalah penting sekali bagi manusia sebagai
bahan makanan, bahan pakaian, dan alat transportasi (Jasin, 1992 ). Sebutan mamalia
berasal dari keberadaan glandula (kelenjar) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi
sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina menyusui
anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut.Walaupun mamalia jantan
tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae.Semua
mamalia memilikii kelenjar mamae, tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini tidak
berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Jafnir, 1992).
B. Tujuan
Mamalia atau binatang menyusui ialah berada dalam kelas hewan vertebrata
yang secara utama dicirikan dengan adanya suatu kelenjar susu, yang berada pada
betina , mamalia tersebut menghasilkan susu ialah sebagai sumber makanan anaknya.
Otak pada mamalia tersebut mengatur suatu sistem peredaran darah, termasuk pada
jantung yang beruang 4(empat). Mamalia tersebut terdiri lebih dari 5.000 genus
(jenis), yang tersebar dalam 425 keluarga dan juga hingga pada 46 ordo, meskipun
begitu hal tersebut tergantung dari klasifikasi ilmiah yang dipakai.Mamalia
ialah semua turunan dari mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau
marsupial) dan juga nenek moyang monotremata (seperti echidna) dalam Secara
filogenetik (Campbell, 1999). Menurut Bromham (2015), karakteristik dari mamal
ini memiliki ukuran tubuh yang cukup besar. Mamalia yang berukuran kecil
mempunyai kemampuan hidup lebih cepat, mati muda dan kehilangan anaknya, dan
akhirnya mamal yang berukuran besar lebih lama hidupnya, dengan penuaan yang
lebih lama dan memiliki beberapa anak.
Sebagian besar mamalia tersebut melahirkan dengan keturunannya,
namun terdapat beberapa jenis mamalia yang tergolong kedalam jenis monotremata
yang bertelur. Kelahiran tersebut juga terjadi kepada banyak spesies non-mamalia,
seperti contohnya pada ikan guppy dan juga hiu martil; dikarenakan melahirkan
tersebut bukan dianggap ialah sebagai ciri khusus mamalia. demikian juga dengan
sifat endotermik yang dipunyai oleh burung. Monotremata tersebut tidak
mempunyai puting susu, tetapi tetap mempunyai kelenjar susu. Artinya ialah,
monotremata itu memenuhi syarat untuk dapat masuk ke dalam kelas Mamalia
(Binatang Menyusui). Perlu untuk diketahui bersama bahwa taksonomi yang sering
digunakan tersebut belakangan ini sering sekali menekankan pada kesamaan pada
nenek moyang; diagnosa karakteristik tersebut sangat sekali berguna dalam suatu
identifikasi asal usul suatu makhluk. Apabila terdapat salah satu anggota Cetacea
tersebut ternyata tidak mempunyai karakteristik mamalia, maka dari itu ia akan tetap
dianggap ialah sebagai mamalia dikarenakan nenek moyangnya tersebut sama
dengan mamalia lainnya (Storer, 1991).
Mamalia tersebut mempunyai 3 tulang pendengaran didalam tiap telinga dan
juga 1 tulang (dentari) pada setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang juga
memiliki telinga ini namun hanya mempunyai 1 tulang pendengaran (yakni, stapes)
didalam tiap-tiap telinga dan juga paling tidak 3 tulang lain pada tiap sisi rahang.
Mamalia tersebut juga mempunyai integumen yang terdiri atas 3 lapisan yakni :
paling luar ialah epidermis, yang tengah ialah dermis, paling dalam ialah hipodermis
(Storer, 1991).
Epidermis tersebut biasanya terdiri dari 30 lapis sel yang berguna
untuk menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari pada lapisan epidermis ini sering
sekali terkelupas. Epidermis pada bagian paling dalam tersebut sering membelah
dan juga sel anakannya terdorong keatas (kearah luar). Bagian tengah, dermis,
tersebut mempunyai ketebalan hingga 15-40 kali dibanding dengan epidermis.
Dermis tersebut terdiri atas berbagai komponen seperti contohnya ialah : pembuluh
darah dan kelenjar (Sukiya, 2001).
Hipodermis tersebut tersusun dari jaringan adiposa dan juga berguna untuk
menyimpan lemak, penahan pada benturan, dan juga insulasi. Ketebalan pada
lapisan ini sangat bervariasi pada tiap-tiap spesies. Ciri-ciri hewan mamalia adalah :
Memiliki kelenjar susu, berdarah panas, menyusui, tubuh nya di penuhi oleh rambut
atau bulu, cara berkembang biak nya dengan cara melahirkan, dan daerah tinggal nya
sebagian besar di daratan (Flannery, 1995).
Jenis hewan mamalia tersebut terbagi dari 2(dua) golongan atau juga 2(dua)
kelompok yakni hewan mamalia pemakan daging dan juga hewan mamalia pemakan
tumbuhan. Contoh hewan mamalia pemakan tumbuhan antara lain , sebagai berikut :
Banteng, jerapah, gajah, sapi, domba, kambing, antilop, kerbau, rusa. Contoh hewan
mamalia pemakan daging antara lain , sebagai berikut: Serigala, anjing, dubuk,
kucing, harimau, macan tutul, cheetah, cerpelai, singa (Alikodra, 1990).
Melalui karakter morfologinya, gigi-geligi yang tersusun pada rahang
mamalia dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu gigi seri (incisor). Gigi taring
(canine), gigi geraham depan (premolar) dan gigi geraham belakang (molar). Setiap
setengah bagian pada sebuah rahang, empat jenis gigi tersebut menyusun suatu
formula gigi tertentu. Gambaran jumlah umum dimiliki mamalia diketahui melalui
data fosil mamalia berplasenta. Hewan ini memiliki enam gigi seri, dua gigi taring,
delapan gigi geraham depan dan enam gigi geraham belakang pada setiap setengah
bagian rahang. Tipe gigi molar antara lain; bunodont yaitu gigi geraham pada hewan
omnovora, Secodont yaitu gigi geraham pada hewan karnovora, Lopodont yaitu gigi
geraham pada hewan herbivora, Bilopodont yaitu gigi geraham pada hewan
herbivora dengan khas pengengat, dan Selodont yaitu gigi geraham pada hewan
herbivora berkaki genap (Romer & Parson, 1986). Postur kaki pada hewan mamalia
antara lain; Plantigrade yaitu mamalia yang berjalan dengan telapak kaki, Digitigrade
yaitu mamalia yang berjalan dengan menggunakan jari, Unguligade yaitu mamalia
yang berlajan dengan menggunakan kuku (Flannery, 1995).
Dari hasil pengamatan morfologi terhadap kelinci (Oryctolagus cuniculus)
dapat diamati bagian yang terdapat pada kepala (cepala) yaitu: kumis, mata sebagai
alat penglihatan, hidung sebagai alat penciuman, mulut yang digunakan untuk
memakan makanan. Leher yang merupakan penghubung antara kepala dan badan,
terdapat bagian belakang kelinci, kaki bagian depan dan kaki bagian belakang yang
digunakan sebagai alat gerak pada kelinci. Bagian ekor (caudal) merupakan bagian
belakang dari tubuh kelinci, terdapat anus yang merupakan tepat pembuangan sisa
metabolisme (Flannery, 1995).
Klasifikasi kelinci Menurut Jasin, 1992 yaitu;
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Caviidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
Kelelawar merupakan hewan yang memiliki kekhasan. Kelelawar termasuk
dalam ordo Chiroptera. Hewan yang di antara mamalia yang dapat terbang dengan
menggunakan sayap yang termodifikasi dari kulit atau selaput yang menyatu dengan
jari lainnya. Hewan ini juga biasanya aktif(mencari makanan dan aktif terbang) pada
malam hari saja(nukturnal), sehingga kelelawar memerluka tempat bertengger
(roosting area) dan tidur dengan cara bergelantung terbalik pada siang hari. Tempat
tinggal mereka di tempat yang gelap seperti lubang-lubang tanah (gua), ataupun
rumah yang telah lama di tinggal. Sayap kelelawar sangat sensitive terhadap
dehidrasi atau kekurangan air (Alikodra, 1990).
Klasifikasi kelelawar Menurut Alikodra, 1990 yaitu;
Kingdom : Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Mammalia
Ordo :Chiroptera,
Sub-ordo :Megachiroptera
Famili : Rhinolophidae
Genus : Rhinolophus
Species : Rhinolophus megaphyllum
Tikus putih merupakan hewan pengerat. Tikus putih (Rattus norvegicus)
sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian,
dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, yang mana
manusia juga merupakan dari golongan mamalia, sehingga kelengkapan organ,
kebutuhan nutrisi, metabolisme bio-kimianya, sistem reproduksi, pernafasan,
peredaran darah, serta ekskresi menyerupai manusia.
Tikus putih juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti : cepat
berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan
ukurannya lebih besar dari pada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino,
kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya
cepat, tempramennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arseni
tiroksid (Jenkins, 2002)
Klasifikasi tikus putih menurut Jenkins, 2002 yaitu;
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Materi
B. Metode
A. Hasil
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
2. Karakter pada mamalia yang dapat digunakan identifikasi dan klasifikasi antara lain
adalah tubuh diselimuti oleh rambut, memilki kelenjar mamae, kelenjar sebaceous,
endothermi, organ perndengaran dengan tiga ossicle pada telinga tengah, dan tipe gigi
khusus.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah alangkah lebih baik jika gambar yang
dibagikan ke paraktikan sesuai dengan preparat yang digunakan serta pemberitahuan
pembahasan agar disegerakan, tidak mepet waktu praktikum selanjutnya.
DAFTAR REFERENSI
Flannery, T. 1995. Mammals of New Guinea. Cornell University Press, New York.
Jenkins, B. 2002. Learning Mamalia. Dominant Publisher and Distributors. New Delhi.
Kant, G. C., R. K. Carr.2001. Comparative of the Anatomy Vertebrates Ninth Edition. Mc
Graw Hill Companies Inc, New York.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan
Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah
Society, Wildlife Conservation Society-Indonesia Programme dan WWF
Malaysia.
Romer, A.S. and Parsons, T.S. 1986. The Vertebrate Body. CBS College Publishing,
Philadelphia.
Storer. 1991. General Zoologi. Mc Grawn Hill Book Company. United State America.
Husain, Z., Dharmono., Kaspul. 2010. Jenis dan Kerapatan Burung di Kawasan
Agropolitan Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Wahana-
Bio 4 : 47-58.
Jurati., Ade, F.Y., Dahlia. 2015. Jenis-Jenis Burung (Aves) di Persawahan Desa Pasir
Baru Kabupaten Rokan Hulu Riau. Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian.
Mangi, H., Ningsih, S.M., Ihsan, M. 2013. Asosiasi Burung Julang Sulawesi (Rhyticeros
cassidix) dengan Pohon Eboni (Diospyros celebica Bakh) di Cagar Alam
Pangi Binangga Desa Pangi Kabupaten Parigi Moutong. Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako.
Pough, F.H., Janis, C.M. Heiser, J.B. 2005. Vertebrate Life. Sevent Edition. Pearson
Education Inc. New Jersey.
Proctor, N.S., Peterson, R.J., Lynch, P.J. 1993. Manual of Ornithology: Avian Structure &
Function. New Haven: Yale University Press.
Symonds, M.R.E., dan Tattersal, G.J. 2010. Geographical Variation in Bill Size across
Bird Species Provide Evidence for Allen’s Rule. The American Naturalist
176(2).
Worthy, T. H. and Walter, E.B. 2011. Australlus, a New Genus For Gallinula disneyi
(Aves : Rallidae) and a Description of a New Species from Oligo-Miocene
Deposits at Riversleigh, Northwestern Queesland, Australia. Journal
Compilation Australian Museum Sydney. Vol. 63: 61-77.