Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSISTEMATIKA AVERTEBRATA

MODUL I
ANNELIDA

DISUSUN OLEH:
NAMA : NENI KARLINA
NIM : G40120038
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : TRY STAR GABRIEL

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN DAN EVOLUSI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2021
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Annelida berasal dari kata Annulus (cincin) dan sebutan itu cocok dengan
bentuk tubuh yang beruas-ruas (bersegmen) dan memanjang. Annelida
adalah hewan yang memiliki tubuh paling sederhana bila dibandingkan
dengan plathihelminthes dan nemathelminthes. Annelida memiliki ciri-ciri
tubuh bilateral simetri, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya
bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal
maupun internal, sebagian spesies memiliki setae berupa rambut dan setiap
ruasnya memiliki banyak setae dan ada annelida yang memiliki tentakel
dan para podia dibagian kepala contohnya pada polichaeta. Rongga tubuh
annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakan annelida dan
sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar
(sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Sutarno, 2009).

Filum Annelida atau cacing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu, kelas
Oligochaeta atau kelompok cacing tanah, kelas Hirudinea atau kelompok
lintah, dan kelas Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea ini hidup di
darat dan air tawar, sedangkan kelas Polychaeta terutama hidup di laut.
Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya
yang bersegmen. Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya
sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen
tubuhnya (Barnes, 1982).

Berdasarkan uraian di atas, maka yang melatarbelakangi praktikum ini


adalah untuk mengenal karakteristik anggota filum annelida khususnya
kelas oligochaeta yang penting dalam proses identifikasi serta belajar
mengidentifikasi menggunakan kunci determinasi.
1.2 Tujuan

Mengenal karakteristik anggota filum annelida khususnya kelas


oligochaeta yang penting dalam proses identifikasi serta belajar
mengidentifikasi menggunakan kunci determinasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Annelida berarti “cacing kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan
serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas dari filum annelida.
Terdapat sekitar 15.000 spesies filum annelida yang panjangnya berkisaran antara
1 mm sampai 3 mm pada cacing tanah Australia. Anggota filum annelida hidup
dilaut, sebagian besar habitat hidup di air tawar dan tanah lembab. Kita dapat
menjelaskan anatomi filum annelida menggunakan anggota filum yang terkenal,
yaitu cacing tanah. Selom cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran
pencernaan, pembuluh darah longitudinal dan tali saraf menembus septa
memanjang disekujur tubuh cacing tanah (Campbell dkk, 2008).

Annelida merupakan hewan yang berkembang baik secara seksual, pada cacing
proses penyatuan kedua gamet (fertilisasi) dilakukan di dalam tubuh (internal) dan
ada pula yang terjadi di luar tubuh (eksternal). Beberapa annelida ada yang
mempunyai dua alat kelamin dalam satu tubuh (hemaprodit) dan adaa pula yang
berkelamin terpisah. Cacing tanah bersifat hemafrodit dan fertilisasi secara
internal, di mana suatu organisme cacing melakukan pembuahan dengan cacing
lainnya di mana sperma cacing lain akan masuk ke dalam klitellum, dan
kemudian tiap-tiap cacing akan menghasilkan telur yang akan didorong ke
segmen untuk dibuahi. Setelah fertilisasi terjadi maka telur akan dilindungi oleh
lendir yang disebut kokos. Lalu kokon akan dilepaskan dan menjadi individu
cacing yang baru (Wiwik, 2010).

Bagian-bagian tubuh pada hewan annelida ini sudah lengkap terutama pada
pencernaannya terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), usus dan
anus. Annelida sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem
peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna
merah. Pembuluh darah yang melingkari esophagus berfungsi memompa darah ke
seluruh tubuh. Tubuh cacing ini ditutupi kutikula tipis dan lembab yang
mengandung banyak sel-sel kelenjar dan sel sensoris di atas epitel kolumnar.
Dinding tubuhnya terdiri dari lapisan otot circular, coelom berkembang disebut
schizocoelom. Alat pencernaan lengkap memanjang sepanjang tubuhnya. Sistem
peredaran darah pada cacing ini peredaran darah tertutup yang memanjang dengan
cabang-cabang lateral pada setiap ruas. Plasma darah yang berisi haemoglobin dan
amoebocyte yang bergerak bebas. Pada cacing tanah respirasi yang dilakukan
dengan epidermis atau permukaan tubuh. Sistem respirasi menggunakan sepasang
nephiridia pada setiap ruas. Sistem saraf dengan sepasang ganglia cerebral (otak)
dihubungkan ke tali saraf (Sutarno, 2009).

Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah lengkap


dan sudah terpisah dari cardiovaskular. Saluran pencernaan ini terdiri dari mulut,
pharink, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin dan anus. Mulut cacing
tanah terletak didalam rongga oris atau rongga buccale. Faring terdapat di dalam
sigmen, bersifat muscular dan berguna untuk menghisap partikel-partikel
makanan. Esophagus terletak di ujung faring memanjang. Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan di
simpan, dinding proventriulus tipis (Kastawi, 2005).

Pada habitatnya, cacing tanah menempati bagian-bagian permukaan tanah yang


didominasi dengan bahan organik hingga kedalaman tanah tertentu yang
didominasi dengan sedikit bahan organik. Cacing tanah yang terdapat di tanah
memiliki jenis yang berbeda sehingga distribusi cacing tanah dapat berupa
distribusi horizontal, vertikal maupun temporal. Distribusi horizontal merupakan
faktor-faktor di dalam tanah yang mempengaruhi distribusi cacing tanah seperti
physico-chemical (suhu, kelembaban, pH dan temperatur), ketersediaan makanan
(seresah dan bahan organik), serta potensi reproduksi dan kemampuan migrasi.
Faktor-faktor ini saling terkait satu sama lainnya. Selain itu, senyawa-senyawa
dari hasil dekomposisi bahan organik tanah dan jenis tanah dapat mempengaruhi
distribusi cacing tanah secara horizontal. Distribusi vertikal merupakan
penyebaran cacing tanah yang dipengaruhi oleh kondisi habitat dan ketersediaan
makanan. Distribusi temporal merupakan penyebaran cacing tanah yang
dipengaruhi oleh musim (Yulipriyanto dkk, 2010).
Pada umumnya annelida hidup bebas, ada yang dalam liang, beberapa bersifat
komensal pada hewan-hewan aquatic dan ada juga yang bersifat parasit pada
veterbrata. Annelida disamping tubuhnya bersegmen-segmen juga tertutup oleh
kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis yang sudah mempunyai
sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup dan sudah ada rongga badan atau
celom (Radiopoetro, 1996).

Annelida berbeda dengan kelompok-kelompok cacing yang lain dalam hal- hal
misalnya, tubuhnya dibagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa
yang juga disebut metamer (metamere) atau somit (somites) yang kelihatan dari
luar dan karena adanya cekungan yang mengelilingi tubuh dan kelihatan dari
dalam karena adanya sekat yang dinamakan septa atau sekat, rongga tubuh antara
saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya.
Hewan ini mempunyai satu ruas pra-oral yang dinamakan prostomium, sistem
saraf teridiri dari satu pasang ganglia pra-oral dorsal, otak dan satu pasang benang
saraf ventral khas dengan satu pasang ganglia dalam setiap ruas, serta kutikula
bukan dari bahan kitin (Rohmimoharto dkk, 2007).

Dinding tubuh cacing tanah mempunyai dua lapis otot, yaitu (stratum circulare
(lapisan otot sebelah luar) dan stratum longitudinal (lapisan otot sebelah dalam).
Jika otot ini berkontraksi maka akan menimbulkan gerakan menggelombang dari
cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestin juga mempunyai lapisan
otot, yaitu stratum longitudinal. Jika otot ini berkontraksi maka akan timbul
gerakan peristaltik yang mendorong makanan dalam saluran pencernaan dan
mendorong keluar sisa-sisa pencernaan. Ada juga otot di dalam dinding-dinding
pembuluh darah, di dalam pipa-pipa muscular pada nephridia dan dibagian luar
berkas saraf. Pada faring juga ada otot yang melekatkan faring pada dinding
tubuh. Sementara itu, setae (bulu-bulu halus) digerakkan oleh dua berkas otot,
yaitu muscular protactor yang mendorong setae keluar dan muscular recractor
yang menarik kembali setae masuk ke dalam rongganya. Kedua berkas musculi ini
melekat pada ujung-ujung dalam dari setae. Jadi cacing tanah bergerak dengan
setae dan kontraksi otot-otot dinding tubuh (Kastawi, 2005).
Sistem reproduksi cacing tanah bersifat hermaphrodit. Sepasang ovarium
menghasilkan ova dan terletak dalam segmen ke-13. Kedua oviducnya juga
terletak di dalam segmen ke-13 dan infun dibulumnya bersilia. Oviduc melalui
septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14 dan di segmen ke-14
membesar membentuk kanting telur. Testis (ductus spermaticus atau vas
deferentia masing-masing ada dua pasang), sedangkan vesicular seminalisnya ada
tiga pasang. Testis terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-
dinding vesicular seminalis (Kastawi, 2005).

Jantung ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis yang
terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan disebelah dorsal truncus
nervosus. Plasma darah dan beberapa corpuscular membentuk limfa yang keluar
dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan- jaringan dan
mengangkut karbondioksida dan sisa-sisa metabolisme masuk ke dalam peredaran
darah melalui kapiler-kapiler darah (Kastawi, 2005).

Sistem saraf cacing tanah terletak disebelah dorsal faring di dalam segmen ketiga
dan terdiri atas ganglion cerebrale dan berkas saraf ventralis dengan cabang-
cabangnya (Kastawi, 2005).

Sistem eksresi cacing tanah berupa nephridia (nephridios = ginjal). Pada setiap
segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali tiga segmen yang pertama dan
segmen yang terakhir. Tiap nephridium terdiri atas suatu bangunan berbentuk
corong dan bersilia (nephrostoma) dan saluran atau pipa yang berkelok-kelok.
Jika silia itu bergetar akan timbul aliran cairan tubuh yang mengandung sisa-sisa
metabolism dari selom masuk ke dalam saluran eksresi. Kemudian cairan ini
keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus, yaitu sebuah lubang kecil yang
merupakan muara keluar dari saluran eksresi dan terletak pada permukaan ventral
tubuh cacing. Diantara nephrostoma dan saluran eksresi terdapat sekat yang
disebut septum intersegmentale (Kastawi, 2005).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 November


2021 pukul 09.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di
Laboratorium Biosistimetika Hewan dan Evolusi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu, mikroskop yang


berfungsi mengamati cacing tanah yang ukurannya sangat kecil,
contohnya pada seta. Cawan petri yang berfungsi untuk meletakkan
spesimen cacing tanah, pingset yang berfungsi mengambil
spesimen cacing pada dalam botol, botol sampel yang berfungsi
sebagai tempat spesimen cacing tanah, dan papan bedah yang
berfungsi sebagai tempat meletakkan spesimen cacing tanah.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu cacing tanah


(Polypheretima sp.) untuk di amati, dan alkohol 96% sebagai
pembius pada cacing tanah.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah disiapkan alat
dan bahan seperti mikroskop, cawan petri, papan bedah, pingset, alat tulis,
cacing tanah dan alkohol 96%. Setelah itu, diambil cacing tanah diletakkan
didalam cawan petri atau papan bedah. Kemudian amati morfologi dari
cacing tanah dan gambarkan bagian-bagiannya serta membuat
klasifikasinnya.

4.2 Pembahasan

Hewan filum annelida berasal dari kata “annul” yaitu cincin dalam bahasa
yunani yaitu “eidos” yaitu bentuk yang dikenal sebagai cacing gelang.
Tubuh anggota filum ini bersegmen tertutup kutikula yang merupakan
hasil sekresi dari epidermis, terdapat rongga tubuh (coelom), dengan
metamerisme sebagai ciri utamanya pembagian rongga tubuh, dan sistem
eksresinya metameric (Rikky, 2011).

Pada pengamatan morfologi annelida didapatkan bagian-bagiannya yaitu


prostomium (mulut) yang berfungsi agar cacing tanah lebih peka terhadap
benda-benda di sekelilingnya sehingga menemukan bahan-bahan makanan
sebagai makanannya, peristomium adalah segmen pertama pada cacing
tanah, clitellum adalah segmen 14-16 yang berfungsi melindungi sel telur
pada cacing tanah, pygidium berfungsi sebagai penanda segmen akhir pada
cacing, anus yang berfungsi sebagai saluran pembuangan kotoran pada
cacing, dan chaeta atau rambut halus pada cacing tanah yang berfungsi
mempermudah cacing tanah bergerak di atas tanah, female pores (kelamin
betina) pada segmen ke-14 yang berfungsi menghasilkan ovum, male
pores (kelamin jantan) pada segmen ke-18 berfungsi menghasilkan sel
pembuahan dan yang terakhir segmen. Pengamatan yang di hasilkan pada
cacing tanah yaitu termasuk lumbricine (sedikit seta).

Pada pengamatan anatomi pada sistem pencernaan terdapat bagian-bagian


yaitu crop yang berfungsi tempat penyimpanan makanan, esophagus yang
berfunsgsi menyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung,
pharynx yang berfungsi sebagai penyalur jadi udara yang masuk ke tubuh
cacing disalurkan lewat faring ke trachea, dan mouth yang berfungsi
cacing lebih peka terhadap benda-benda di sekelilingnya sehingga
menemukan bahan-bahan makanan sebagai makanannya. Dan pada
pengamatan spermatechae terdapat bagian-bagian yaitu doubla
diverticulata, clavate (club shoped) dan multiloculate.

Pada pengamatan sistem saraf terdapat bagian-bagian yaitu prostomium


(mulut), mouth (mulut), Buccal cavity (rongga mulut), circumphary
connective (circumphary ikat), carabral ganglia (otak), subpharyngaes
ganglion pharynx (faring), nerve cord (tali serat) dan latoral nerves (saraf
latoral).

Pada pengamatan reproduksi terdapat bagian-bagian yaitu spermatechae


(tempat penyimpanan sperma sementara), vesikula seminalis (kandung
kemih), dan prostat glend (kelenjar prostat).

Berdasarkan jurnal penelitian menemukan cacing tanah termasuk famili


Megascolascidae dari sub genus Planapheretima. Berdasarkan
karakteristik morfologi dari Planapheretima sp cacing ini memiliki
panjang 16 cm, diameter 0,6 cm, dan jumlah segmen 213. Karakter
eksternal meliputi male pore satu pasang pada segmen 18, clitellum
annular pada segmen 14-16, female pore pada segmen 14, prostomium
tipe open epilobous, jumlah seta per segmen banyak (lebih dari 8 seta)
(Hasma dkk, 2017).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah:

1. Pada pengamatan morfologi annelida terdapat bagian-bagiannya yaitu


Prostomium (mulut), Peristomium (segmen pertama), pygidium
(segmen terakhir), Chaeta (bulu-bulu kaku), Female pores (kelamin
betina), Male pores (kelamin jantan). Female pores terdapat pada
segmen ke-14, sedangkan Male pores terdapat pada segmen ke-18,
Clitellum terdapat pada segmen ke 14-16. Pengamatan yang di
hasilkan pada cacing tanah yaitu termasuk Lumbricine (sedikit seta).

2. Pada pengamatan anatomi pada sistem pencernaan terdapat bagian-


bagian yaitu Crop (tembolok), Esophagus (kerongkongan), pharynx
(faring), Prostomium (mulut). Dan pada pengamatan spermatechae
terdapat bagian-bagian yaitu doubla diverticulata, clavate (club
shoped) dan multiloculate. Dan pada pengamatan sistem saraf terdapat
bagian-bagian yaitu prostomium (mulut), Buccal cavity (rongga
mulut), circumphary connective (circumphary ikat), carabral ganglia
(otak), subpharyngaes ganglion pharynx (faring), nerve cord (tali
serat) dan latoral nerves (saraf latoral). Dan pada pengamatan
reproduksi terdapat bagian-bagian yaitu spermatechae (tempat
penyimpanan sperma sementara), vesikula seminalis (kandung kemih),
dan prostat glend (kelenjar prostat).

5.2 Saran

Saran saya pada praktikum ini, sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum


kali ini, waktu yang telah di tetapkan di gunakan sebaik- baiknya agar
praktikum dapat berjalan sesuai dengan harapan dan juga sebaiknya
menyimak agar dapat mengetahui morfologi, anatomi, sistem
pencernaan, sistem saraf dan sistem reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.D. 1982. Invertebrate Zoology. Holt-Saunders Internation Editions.


Tokyo, Japan: 1089 pp.

Campbell, Recce dan Michael. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Hasma, annawaty, fahri, (2017). Identifikasi dan Populasi Cacing Tanah di Sekitar
Lubang Resapan Biopori (LRB) Yang di Isi Media Limbah Kulit Buah
Kakao. Jurnal Ilmiah. Vol 12 No.2

Kastawi, Y. (2005). Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang


Press.

Radiopoetro. (1996). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Rohmimohtarto, K dan Sri Juwana. (2007). Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan


Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambata.

Rikyy. (2011). Biologi. Jakarta: Erlangga

Sutarno. (2009). Hand Out Zoologi Invertebrata. Bandung: UPI.

Wiwik, E. M. (2010). Mengenal Hewan Invertebrata. Bekasi: Mitra Utama.

Yulipriyanto, Hieronymus. (2010). Biologi tanah dan strategi pengelolaannya.


Graha Ilmu.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : NENI KARLINA


NIM : G40120038
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : TRY STAR GABRIEL

No. Hari/tanggal Koreksi Paraf


1. 12 November 2021 Pebaiki

2. 13 November 2021 Perbaiki lagi

3.

Anda mungkin juga menyukai