Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KELAS MAMALIA

Dosen Pengampu:
Bagus Priambodo, S.Si., M.Si., M.Sc. dan Farid Akhsani, S.Si., M.Si.

Nama: Yulia Dewi Wulandari


NIM : 190342621201
Kelas/Offering : I

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan


Jurusan Biologi, Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan mamalia disebut juga sebagai hewan yang menyusui dikarenakan mamalia adalah
hewan yang menyusui anaknya, dengan adanya kelenjar susu sehingga betina dapat
menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Tubuh mamalia ditutupi oleh rambut
dan termasuk ke dalam hewan homoioterm atau berdarah panas. Sebagian besar mamalia
berkembang biak dengan melahirkan, tetapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam
Monotremata yang bertelur. Monotremata tidak memiliki puting susu, namun tetap memiliki
kelenjar susu. Otak pada mamalia dapat mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung
yang memiliki empat ruang. Mamalia memiliki lebih dari 5000 spesies yang tersebar di
seluruh benua dunia. Indonesia memiliki sekitar 165 spesies endemic mamalia. Adapun ciri-
ciri mamalia sebagai berikut:
a. Memiliki anggota gerak untuk berjalan,berenang, ataupun memegang sesuatu
b. Memiliki kelenjar susu (glandula mammae)
c. Bertulang belakang (vertebrata)
d. Memiliki rambut yang menutupi tubuhnya
e. Pada bagian jari mamalia memiliki kuku dan cakar untuk menangkap makanan dan
memanjat
f. Memiliki gigi taring, gigi seri, ataupun gigi geraham
g. Alat pernapasan adalah paru-paru
h. Pembagian organ jantung adalah 2 serambi dan 2 bilik
i. Pengaturan suhu termasuk homoioterm
j. Berkembang biak dengan cara vivipar dan fertilisasi secara internal
k. Tempat perkembangbiakan embrio di dalam rahim (uterus)
Mamalia dibagi menjadi beberapa ordo, yaitu:
1. Ordo Dermoptera
Hewan mamalia yang memiliki parasut berbulu (patagium) di sela empat kakinya.
Parasut tersebut didapatkan dari kulit atau membrane sel yang terhubung antara
keempat kaki hewan. Makanan mamalia ini dedaunan dan buah.

2. Ordo Chiroptera
Mamalia yang dapat terbang, pada bagian kaki depan dan belakang terdapat
membrane interdigital, walaupun kaki yang belakang lebh kecil. Mereka tergolong
hewan nocturnal dan makanan berupa buah-buahan

3. Ordo Primata
Ordo primate termasuk jenis omnivore yang memiliki ciri bentuk jari panjang dan
besar, jari tangan dan kaki umumnya berjumlah lima, memiliki kelenjar susu pada
spesies betina.
4. Ordo Rodentia
Hean mamalia yang tidak memiliki taring sehingga biasanya hidup sebagai pengerat.
Hewan ini memiliki ciri-ciri gigi seri yang tebal dan besar, dapat hidup di segala
habitat

5. Ordo Carnivora
Mereka merupakan sekumpulan hewan pemakan daging, memiliki gigi taring yang
tajam, dan cakar yang runcing sebagai alat untuk berburu dan mengoyak daging
mangsanya.

6. Ordo Laghomorpha
Memiliki gigi molare yang dapat tumbuh terus, mempunyai gigi seri 4 atau lebih,
memiliki ekor yang pendek, kuat, dan dapat digerakkan

7. Ordo Cetacea
Golongan mamalia yang tergolong ke dalam ordo ini adalah mamalia yang hidup di
laut, kaki depannya seperti dayung serta tidak memiliki tulang belakang

8. Ordo Proboscidea
Bentuk tubuh yang besar, mempunyai probossoidea dengan dua lubang hidung serta
dapat digunakan untuk memegang. Berat badan mencapai sekitar 3,5 sampai 5 ton
dengan umur mencapai 50 tahun. Berleher pendek, kepala besar, dan telinga lebar

9. Ordo Perissodactyla
Mamalia herbivora dengan kepemilikan kuku berjumlah jari kaki ganjil dan tidak
memiliki tanduk

10. Ordo Artiodactyl


Mamalia yang memiliki jumlah kuku genap pada setiap kakinya dan pada umumnya
merupakan herbivora

11. Ordo Marsupilia


Mamalia ini merupakan kelompok hewan mamalia yang betinanya memiliki kantong
perut (marsupium) sehingga dikenal sebagai hewan berkantung. Fungsi kantung ini
adalah menyimpan anak yang baru lahir terutama anak yang premature.

12. Ordo Insectivora


Merupakan golongan mamalia yang menjadikan serangga sebagai makanan
utamanya, memiliki mata yang tertutup, memiliki cakar yang besar/

1.2 Tujuan Praktikum


a. Memahami klasifikasi dan morfologi dari orang utan
b. Memahami klasifikasi dan morfologi dari tikus
c. Memahami klasifikasi dan morfologi dari kucing

1.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah morfologi dan klasifikasi pada orang utan?
b. Bagaimanakah klasifikasi dan morfologi pada tikus?
c. Bagaimanakah klasifikasi dan morfologi pada kucing?

1.4 Manfaat Praktikum


Melalui praktikum ini, Mahasiswa dapat memahami dan menjadi informasi tambahan
mengenai morfologi dan klasifikasi pada berbagai spesies pada kelas Mamalia, orang utan,
tikus, dan kucing. Melalui pemahaman morfologi diharapkan Mahasiswa dapat
menggolongkan spesies lain pada Mamalia dengan tepat.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu


a. Hari dan Tanggal : Kamis, 10 November 2020
b. Tempat : Rumah Pribadi (Gg. Pandawa RT 07 RW 06, Ngijo,
Karangploso)

2.2 Alat dan Bahan


a. Alat
 Gawai/Smartphone
 Laptop

b. Bahan
 Paket data

2.3 Langkah Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk studi


literatur

Dicari klasifikasi dan morfologi dari orang utan, tikus,


dan kucing

Setelah itu, dicari gambar morfologi dari orang utan,


tikus, dan kucing

Hasil studi literatur disusun dalam bentuk laporan


praktikum
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Orang Utan


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Homonidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongo pygmaeus

Gambar: Orangutan Borneo (kiri) dan Orangutan Sumatra (kanan)


Sumber: primate.ipb.ac.id

Orangutan Kalimantan atau Borneo termasuk ke dalam Famili Hominidae dengan


penyebaran di Kalimantan, Sabah dan Serawak. Orangutan Kalimantan adalah salah satu
dari satwa endemic di Indonesia. Orangutan di Kalimantan terbagi dalam tiga sub-jenis
berdasarkan variasi mrofologi dan genetik, yaitu: Pongo pygmaeus, Pongo pygmaeus
wurmbii, dan Pongo pygmaeus morio (Wrren dkk, 2012). Orangutan Kalimantan memiliki
warna rambut yang lebih gelap dan tubuh lebih besar dibanding Orangutan Sumatera.
Orangutan Kalimantan bergerak lebih lambat dan sering melakukan aktivitas turun dari
pohon dan menginjak tanah. Orangutan Borneo adalah bagian dari keluarga besar kera dan
merupakan mamalia arboreal terbesar. Satwa ini memiliki rambut panjang dan kusut
berwarna merah gelap kecokelatan, dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah
muda, merah, hingga hitam. Berat Orangutan Borneo jantan dewasa bisa mencapai 50
hingga 90 kg dan tinggi badan mencapai 1,25 hingga 1,5 meter. Sementara betina dewasa
memiliki berat 30-50 kg dan tinggi 1 m. bagian tubuh seperti lengan yang panjang dan tidak
hanya berfungsi untuk meraih makanan seperti buah-buahan, tetapi juga untuk berayun dari
pohon sat uke pohon lainnya, menggunakan jangkauan dan kaki untuk pegangan yang kuat.
Pelipis seperti bantal yang dimiliki oleh Orangutan Borneo antan dewasa membuat
wajahnya terlihat lebih besar. Namun, tidak semua Orangutan jantan memiliki pelipis bantal.
Jakun yang dimiliki dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras yang digunakan
untuk memanggil dan memberitahu keadaan mereka.
Orangutan betina sudah matang secara seksual pada umur 7 tahun dan siap bereproduksi
pada umur 14 tahun. Namun ada penemuan yang menemukan seekor Orangutan betina telah
bereproduksi pada umur 11 tahun dengan lama kehamilan rata-rata 254 hari (8 bulan 20
hari). Setiap kelahiran hanya menghasilkan satu bayi dengan jarak kelahiran 6-9 tahun.
Orangutan jantan mengalami dikatakan matang secara seksual pada umur 11 tahun dan
tumbuh ke arah sempurna pada umur 15 tahun yang ditandai dengan mulai tumbuhnya
bantalan pipi yang lebr pada bagian muka. Spesies jantan dewasa juga sering mengeluarkan
seruan panjang, yaitu suara yang dikeluarkan berulang-ulang dan dapat terdengar dari jarak
jauh yang memiliki peranan penting dalam reproduksi, yaitu berperan dalam merangsang
perilaku seks pada betina atau melarang jantan lain untuk masuk ke dalam wilayahnya.
Seruan panjang Orangutan Kalimantan dapat terdengar hingga sejauh lebih dari 2 km.
reproduksi orangutan dilakukan secara internal karena adanya organ intromitten (penis pada
jantan dan vagina pada betina).
Jika diamati menggunakan mikroskop, jenis Orangutan Kalimantan memiliki rambut
pipih dengan kolom pigmen hitam yang tebal di tengah, jenis dari Sumatera berambut lebih
tipis, membulat, mempunyai kolom pigmen gelap yang halus dan sering patah di bagian
tengahnya, biasanya di bagian ujung dan luarnya berwarna hitam. Orangutan Kalimantan
memiliki rambut yang pendek dan kurang padat, Orangutan Sumatera memiliki rambut yang
panjang, lebih tebal, dan lebih berbulu (wolly) (Meijaard et al, 2001). Orangutan Kalimantan
lebih tegap dan mempunyai kulit, wajah, dan warna rambut lebih gelap daripada spesies
Sumatera. Orangutan Kalimantan memiliki kantung tenggorokan yang besar dan terjumbai,
sedangkan Orangutan Sumatera memiliki kantung tenggorokan yang lebih kecil. Orangutan
Kalimantan memiliki pinggiran (flange) muka yang cenderung melengkung ke depan,
sebaliknya Orangutan Sumatera jantan memiliki pinggiran muka yang datar. Orangutan
merupakan salah satu hewan herbivora karena sebagian besar makanannya berupa tumbuhan
terutama buah-buahan. Kedua jenis orangutan ini merupakan arboreal yang lebih banyak
menghabiskan waktunya di atas pohon dan bergerak berpindah tempat dari tajuk ke tajuk
lainnya. Orangutan Sumatera diketahui lebih arboreal karena di Sumatera terdapat predator
daratan yaitu Harimau. Orangutan Sumatera memiliki persentase makan buah lebih banyak
dibandingkan Orangutan Kalimantan. Orangutan Kalimantan diketahui juga banyak
mengonsumsi umbut dari pohon rotan atau dari pohon palem.
3.2 Tikus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novegicus

Gambar: Rattus novegicus


Sumber: agefotostock.com

Tikus ini merupakan hewan berkaki empat yang persebarannya luas. Sinonim spesies ini
adalah Mus norvegicus, R. nervogicus javanus. Hewan ini merupakan hewan rodentia yang
memiliki bentuk kepala agak tirus di bagian anterior dan lubang hidungnya yang terlihat
sebagai dua belahan. Mulutnya terletak pda bagian bawah lubang hidung dan dilengkapi
oleh dua bibir. Pada bagian kanan dan kiri moncongnya, mempunyai struktur berupa misae
(kumis) yang dikenali sebagai vinrisa. Vibrisa bertindak sebagai organ sentuhan yang
sensitive untuk tikus. Matanya berukuran kecil dan berwarna hitam, daun tellinga tipis,
kecil, dan bulat. Rambut R. norvegicus tumbuh di seluruh permukaan badan dan tidak
tertumpu pada bagian tulang belakangnya. Spesies ini tergolong dalam kumpulan mamalia
kecil karena berat badannya kurang dari 5 kg, aktif, serta pergerakan yang tinggi.
Keuntungan menjadi mamalia kecil adalah memudahkan untuk melindungi dan
menyembunyikan diri dari pemangsa. R. norvegicus memiliki berat 140-500 gr, rata-rata 400
gr. Pejantan biasanya lebih besar dari betina. Tikus ini memiliki moncong tumpul, telinga
dan mata kecil, kotoran berbentuk kapsul dengan ukuran 2 cm, umur hidup 5-12 bulan,
bahkan hingga 3 tahun, dewasa dalam usia 2-3 bulan, jumlah anak tiap kelahiran 8-12 ekor.
R. norvegicus memiliki tekstur rambut kasar dan agak panjang, bentuk badan silindris dan
membesar ke belakang. Panjang ekor 160-210 mm, panjang total 310-460 mm, lebar daun
telinga 18-24 mm (berambut), panjang telapak kaki belakang 40-47 mm, lebar gigi pengerat
3,5 mm, rumus mamae 3+3 = 12. Spesies ini jarang hidup lebih dari 3 tahun.
Tikus ini lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman dan lebih
mudah berkembang biak. Spesies ini dapat berkembang biak hingga 7 kali per tahun. Musim
kawin/perkembangbiakan terjadi sepanjang tahun, tetapi kurang menonjol pada musim
dingin. Jumlah keturunan 2-14 (rata-rata 8). Periode kehamilan 22-24 hari. Berat lahir rata-
rata 5,81 gram. Umur kematangan seksual reproduksi betina 3-4 bulan, sedangkan jantan 3-4
bulan. Rata-rata usianya adalah 2 tahun. Seekor betina bisa dikawini 200-500 kali dalam
masa subur dalam waktu 6 jam. Siklus estrus terjadi sekali setiap 4 hari. Tikus ini termasuk
hewan nocturnal tetapi kadangkala juga dijumpai pada siang hari. Kebiasaan makannya
menggunakan indera penciuman dan sentuhan. Mereka mampu bertahan cukup mudah jika
terdapat pasokan sisa makanan. Kebiasannya makannya merupakan omnivora.

3.3 Kucing
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Family : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis catus

Gambar: Felis catus


Sumber: birdid.no
Kucing memiliki bentuk yang sangat beragam mulai berbentuk memanjang. Panjang
kucing mencapai 25-40 cm bahkan labih tergantung dengan jenisnya. Kucing juga memiliki
warna yang sangat bervariasi mulai dari warna abu-abu, hitam pekat, kecoklatan, kuning
bergaris putih, hitam putih, putih pekat, dan lain sebagainya. Bulu pada kucing sangat
lembut, tebal dan mudah rontok. Bulu pada kucing sangat lembut, tebal, dan mudah rontok.
Bulu pada kucing sangat rentan terhadap suhu lingkungan sekitar. Kumis pada kucing
dangat sedikit dan terdapat di bagian hidung bawah, kumis kucing terdapat 3-6 kumis di
bagian hidung bawah. Kumis kucing ini memiliki panjang 1-1,5 cm, berbentuk bulat
memanjang dan berwarna putih, dan ada juga berwarna kehitaman. Kumis ini berfungsi
untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke hidung. Kaki kucing memiliki 2 pasang, 1
pasang bagian depan, dan 1 pasang bagian belakang. Kaki kucing memiliki bulu yang
warnanya juga bervariasi tergantung pada jenis kucingnya. Kucing memiliki kuku yang
sangat tajam berwarna abu-abu atau keputihan. Kuku kucing berfungsi untuk melindungi
dirinya sendiri dari ancaman lingkungan. Ekor kucing memiliki bentuk bulat memanjang
dengan panjang 5-8 cm hingga lebih.
Felis catus memiliki massa sekitar 4,1 kg sampai 5,4 kg dengan panjang rata-rata 76,2
cm. variasi kawin silang ditentukan berdasarkan jenis bulu dan warna atau pola bulu. Kucing
rumahan memiliki kurang lebih 244 tulang di tubuhnya. Banyak ruas tulang belakang kucing
sangat fleksibel dan dapat memutar setengah dari tulang punggungnya 180°. Mereka
memiliki kemampuan loncat lima kali lebih tinggi dari dirinya sendiri dan mampu
menyelinap melalui ruang sempit karena tidak memiliki ruang selangka dan tulang belikat.
Setiap lengan depan (manus) memiliki lima digit jari dan kaki belakang 4 digit jari. Mereka
memiliki cakar yang dapat ditarik. Mereka memiliki 26 gigi yang biasanya berkembang
dalam tahun pertama. Rumus gigi untuk spesies ini adalah 3/3, 1/1, 2/2, 1/1. Ketika anak
kucing berusia sekitar 2 minggu, mereka mengembangkan gigi sulung atau susu di atas gusi.
Pada akhir bulan keempat gigi seri susu diganti dengan gigi permanen. Kucing rumahan
bersifat poligini karena jantan dan betina memiliki banyak pasangan. Masa estrus sekitar
setiap 21 hari selama musim kawin yang biasanya terjadi pada bulan Maret hingga
September di belahan bumi utara dan dari bulan Oktober hingga Maret di belahan bumi
selatan. Betina menginduksi ovulasi yang dirangsang selama senggama. Masa kehamilan
sekitar 60-67 hari. Massa neonates berkisar antara 110 hingga 125 gram. Sebagian besar
anak kucing disapih pada 7-8 minggu setelah lahir dan benar-benar mandiri dalam usia 12
minggu. Kematangan seksual betina pada umur 6 bulan dan pada jantan pada umur 8 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Prayoga, H. dkk. 2014. Karakter Kunci Pembeda Antara Orangutan Kalimantan (Pongo
pygmaeus) dengan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati dan Fisik, 16(1), 52-58. ISSN 1411-0903.

Meijaard, E., Rijsken, H.D., Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan!, Kondisi Orangutan Liar
di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari. Jakarta: The Gibbon Foundation
Indonesia.

Dewi, Dian Indra. 2012. Tikus Riul (Rattus norvegicus). Serba Serbi Vektor.

Nizam, F. 2008. Kajian Umur, Pembiakan, Pertumbuhan, dan Saiz Kawasan Rayau Tikus Rattus
norvegicus di Sekitar Pulau Pinang: Universiti Sains Malaysia.

Kurniawan, Fredi. 2012. Klasifikasi dan Morfologi Kucing (Felis silvestris catus). Dari
fredikurniawan.com. Pada 10 Desember 2020.

Toenjes, Nicolle B. A. 2007. Felis catus Domestic Cat. Dari animaldiversity.org, pada 10
Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai