Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI DAN PENENTUAN BAKTERI AMILOLITIK, LIPOTLITIK, DAN

PROTEOLITIK DARI LIMBAH PABRIK TAPIOKA

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh
Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. Pd. dan Kennis Rozana, S. Pd., M. Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 3/Offering I
1. Dea Audina (190342621264)
2. Dipta Septiya Rena Ningtiyas (190342621306)
3. Hanif Amirusdi Puteno (170342615586)
4. Luthfi Angely Pinandhita R. (190342621238)
5. Yulia Dewi Wulandari (190342621201)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 BIOLOGI
April 2021
A. Topik
Isolasi dan Penentuan Bakteri Amilolitik, Lipolitik, dan Proteolitik dari Limbah Pabrik
Tapioka
B. Tanggal
Senin, 5 April 2021
C. Tujuan
- Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri amilolitik dari limbah pabrik tapioka
- Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri lipolitik dari limbah pabrik tapioka
- Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri proteolitik dari limbah pabrik tapioca
- Untuk menguji kemampuan menghidrolisis amilum
- Untuk menguji kemampuan menghidrolisis protein
- Untuk menguji kemampuan menghidrolisis lemak
D. Dasar Teori
Tapioka adalah tepung yang terbuat dari ketela pohon dan merupakan salah satu
bahan untuk keperluan industri makanan. Selama proses pengolahan tepung tapioka,
limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair dan gas. Ketela pohon yang digunakan
sebagai bahan baku tapioka mempunyai kandungan racun yang sangat kuat yaitu linamarin
dan lostaustralin. Kedua racun tersebut termasuk kelompok glikosida sianogenik yang oleh
enzim linamarase diubah (Ariyanti, 2010). Menurut Sumiyati (2009), tapioka dapat
mengakibatkan komunitas lingkungan air di sungai terancam kepunahan, karena limbah
cair tapioka mengandung senyawa racun CN atau HCN yang sangat tinggi. Dampak
negatif dari limbah cair mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, bau yang tidak
sedap dan beberapa sumur warga yang tidak layak untuk dikonsumsi. Kandungan limbah
cair tapioka diantaranya adalah gula 21.067%, karbohidrat 18.900% dan vitamin C sebesar
51.040% (Kholifah, 2012).
Limbah yang dihasilkan dari pembuatan tepung tapioka ada dua macam yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat masih dapat digunakan untuk keperluan lain
misalnya makanan ternak dan asam cuka, sedangkan limbah cair dibuang begitu ke
lingkungan. Limbah cair dari industri tepung tapioka mengandung senyawa-senyawa
organik tersuspensi protein, lemak, karbohidrat yang mudah menimbulkan bau tak sedap
atau senyawa anorganik yang berbahaya seperti CN, nitrit, ammonia, dan sebagainya. Hal
inilah yang dapat menjadi keluhan utama bagi masyarakat yang berada di sekitar industri
tersebut karena dapat membahayakan kesehatan serta merusak keindahan (Riyanti, 2010).
Bakteri amilolitik adalah bakteri yang dapat memecah amilum menjadi glukosa.
Bakteri ini menghasilkan enzim amilase, yang merupakan produk metabolisme primer dari
bakteri tersebut, yang digunakan untuk memecah amilum. Enzim amilase dapat
dimanfaatkan dalam berbagai industri, sepert: industri makanan dan minuman, pembuatan
sirup, susu fermentasi, etanol, food and pit (makanan ternak), suplemen, alkohol, kertas,
dan deterjen (Budiyanto, 2002). Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi
enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel
kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam
sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler (Suriawiria, 2008). Bakteri
lipolitik adalah bakteri yang dapat memecah lipid. Bakteri ini menghasilkan enzim lipase,
yang merupakan produk metabolisme primer dari bakteri tersebut, yang digunakan untuk
memecah lipid. Lipase dari bakteri kebanyakan diproduksi secara ekstraselular (Pingkan,
2012).
E. Alat dan Bahan
1. Alat
1. Jarum inokulasi lurus 5. Gelas ukur 10 ml
2. Pipet 6. Lampu spirtus
3. Tabung reaksi 7. Beaker glass 400 ml
4. Inkubator 8. Rak tabung reaksi

2. Bahan
1. Biakan murni Escherchia coli 7. Medium nutrient cair (NC)
2. Biakan murni Bacilus subtilis 8. Lisol
3. Biakan murn Staphyllococcus 9. Sabun cuci
aurens
4. Medium amilum agar (AA) 10. Lap
5. Medium Skim Milk Agar (SMA) 11. Larutan iodium
6. Medium NA yang mengandung 1% 12. Alkohol 70%
lemak mentega atau minyak zaitun
dan neutral red

F. Prosedur Kerja
1. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Amilum
a. Medium lempeng amilum agar disediakan sebanyak 3 buah, diberi kode A, B, dan
C. Tiap medium dibagi menjadi 2 bagian, dibuat garis tengah pada bagian cawan
petri.
b. Bakteri murni E. coli diinokulasikan menggunakan jarum inokulasi pada setengah
bagian medium A, biakan murni bakteri B. subtilis pada setengah bagian medium
B, biakan murni bakteri S. aureus pada setengah bagian medium C, sedangkan
setengah bagian yang tersisa dipakau untuk kontrol. Kemudian, diinkubasikan pada
suhu 37℃ selama 2 × 24 ja,
c. Larutan iodium dituangkan ke permukaan medium dan diperhatikan warna yang
terjadi di sekeliling goresan garis inokulasi. Bagian jernih di sekeliling koloni
bakteri menunjukkan adanya hidrolisis amilum oleh bakteri tersebut, sedangkan
bagian lainnya berwarna biru kehitaman.
2. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Protein
a. Medium lempeng Skim Milk Agar disediakan sebanyak 3 buah, diberi kode A, B,
dan C
b. Biakan murni E. coli diinokulasikan pada setengah bagian medium A, biakan murni
bakteri B. subtilis diinokulasikan pada setengah bagian medium B, dan biakan
murni bakteri S. aureus pada setengah medium C. Setengah bagian yang tersisa
dipakai untuk kontrol. Kemudian diinkubasikan pada suhu 37℃ selama 2 × 24 jam.
c. Warna medium diamati. Koloni bakteri yang dapat menghidrolisis kasein akan
dikelilingi oleh daerah jernih, sedangkan bagian lainnya akan Nampak tetap
berwarna putih susu.
3. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Lemak
a. Medium lempeng NA yang mengandung 1% lemak mentega atau minyak zaitun
disediakan sebanyak 2 buah dan inkubator Neutral Red
b. Prosedur pada nomor 1b dan 2b dilakukan ulang
c. Warna medium diamati. Koloni bakteri yang dapat menghidrolisis lemak akan
menyebabkan penurunan pH medium, sehingga terbentuk warna merah pada
bagian bawah koloni bakteri. Jika tidak terjadi hidrolisis lemak, maka medium tetap
dalam pH mendekati netral dan berwarna kuning pada bagian bawah koloni bakteri.

A
B

A B
Gambar 1 Ilustrasi Inokulasi Bakteri pada Medium Lempeng
Sumber: PPT Praktikum Mikrobiologi, 2021

G. Data
Tabel 1 Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri Amilolitik, Lipolitik, dan Proteolitik dari Limbah
Pabrik Tapioka

Kode Isolat Sifat Bakteri


Amilolitik Lipolitik Proteolitik
A + - +
B - + -
C + - +
D - + -
E + + +
F - - -

Keterangan:
+ : mempunyai sifat amilolitik, lipolitik, dan proteolitik
˗ : tidak memiliki sifat amilolitik, lipolitik, dan proteolitik
Tabel 2 Hasil Pengamatan Perubahan Warna dari Isolasi Bakteri Amilolitik, Lipolitik, dan
Proteolitik dari Limbah Pabrik Tapioka
No. Medium Foto Hasil Pengamatan Keterangan
1. Medium Amilum Gambar a yang
Agar ditunjuk oleh anak
panah menunjukkan
tidak terbentuknya
zona jernih, sehingga
bakteri bukan
merupakan bakteri
amiolitik

Gambar 1a. Hasil Negatif

Gambar b yang
ditunjukkan oleh
anak panah
membentuk zona
jernih di sekitar
koloni. Sehingga
bakteri tersebut
merupakan bakteri
amilolitik karena
Gambar 1b. Hasil Positif dapat menguraikan
amilum pada medium
AA
2. Medium Nutrien Gambar a yang
a
Agar + lemak 1% ditunjuk oleh panah
+ Neutral Red menunjukkan bahwa
koloni berwarna
putih/krem dan
bagian bawah koloni
berwarna
kekuningan. Bakteri
pada medium tidak
menguraikan lemak,
Gambar 2a. Hasil Negatif sehingga tidak
termasuk bakteri
lipolitik

Bagian yang ditunjuk


b oleh anak panah pada
gambar b
menunjukkan adanya
koloni berwarna
merah. Hal tersebut
menunjukkan bakteri
dapat menguraikan
lemak (bakteri
lipolitik) dan
mengubah pH
Gambar 2b. Hasil Positif
medium menjadi
asam
3. Medium Skim Pada gambar a tidak
Milk Agar (SMA) terbentuk zona jernih
a.
di sekitar koloni,
sehingga bakteri
tersebut bukan
bakteri proteolitik

Gambar 3a. Hasil Negatif


Bagian yang ditunjuk
b. oleh anak panah pada
gambar b adalah zona
jernih yang ada di
sekitar koloni.
Sehingga bakteri
tersebut adalah
bakteri proteolitik

Gambar 3b. Hasil Negatif

H. Analisis Data
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada tiga tipe bakteri, yaitu amilolitik,
lipolitik, dan proteolitik dengan menggunakan tiga medium berbeda, yaitu medium
Amilum Agar (AA), Medium Skim Milk Agar (SMA), Medium Nutrien Agar (NA) yang
mengandung 1% lemak mentega atau minyak zaitun dan neutral red. Biakan murni bakteri
E. coli, B. subtilis, dan S. aureus diinokulasikan pada setengah bagian medium yang diberi
kode A, B, dan C lalu diinkubasikan pada suhu 37℃ selama 2 × 24 jam. Lalu perubahan
warna pada medium diamati.
Berdasarkan hasil uji aktivitas proteolitik, amilolitik, dan lipolitik (Tabel 1)
diperoleh bahwa isolate dengan kode A dan C memiliki aktivitas amilolitik dan proteolitik,
isolate dengan kode B dan C memiliki aktivitas lipolitik, isolate dengan kode E memiliki
multiaktivitas sehingga dapat menghidrolisis amilum (amilolitik), protein (proteolitik), dan
lemak (lipolitik). Sedangkan, isolate dengan kode F tidak menunjukkan aktivitas amilolitk,
lipolitik, maupun proteolitik.
Tabel 2 menunjukkan perubahan warna pada ketiga medium yang berbeda. Setelah
diinokulasikan pada medium Amilum Agar dan diinkubasi selama 2 × 24 jam pada suhu
37℃ terjadi perbedaan warna pada medium yang mengandung bakteri amilolitik dan
bakteri yang tidak memiliki aktivitas amilolitik. Medium AA mengandung amilum.
Apabila amilum terurai menjadi senyawa sederhana, maka tidak berikatan dengan iodium.
Bakteri amilolitik yang menguraikan amilum pada medium AA membentuk ikatan iod-
amilum sehingga berubah warna menjadi biru dan menyebabkan terbentuknya zona jernih
di sekitar koloni (Gambar 1b), sedangkan pada Gambar 1a tidak terbentuk zona jernih
sehingga bakteri tersebut bukan bakteri amilolitik. Gambar 2 menggunakan medium
Nutrien Agar dan 1% lemak serta mengandung neutral red . Anak panah pada Gambar 2a
menunjukkan bahwa koloni yang terbentuk berwarna putih/ krem dan bagian bawah koloni
berwarna kekuningan, sedangkan pada Gambar 2b koloni bakteri berwarna merah hal ini
menunjukkan bahwa bakteri dapat menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Hidrolisis pada lemak menyebabkan pH medium menurun sehingga terbentuk warna
merah pada bagian bawah koloni bakteri. Gambar 3 adalah uji aktivitas proteolitik
menggunakan medium Skim Milk Agar. Medium ini digunakan untuk membuktikan bahwa
bakteri mampu menghidrolisis protein. Pada gambar 3a tidak terbentuk zona jernih,
sedangkan pada Gambar 3b terbentuk zona jernih yang ditunjukkan oleh anak panah.
Terbentuknya zona jernih menandakan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri proteolitik.
I. Pembahasan
Isolate bakteri yang menghasilkan amilase terlihat dari pembentukan zona bening
di sekitar koloni bakteri. Zona bening bakteri amilolitik menunjukkan bahwa amilum yang
ada di dalam media dihidrolisis oleh amilase menjadi senyawa yang sederhana. Bagian
medium yang berwarna biru tua menandakan iodium yang tidak terhidrolisis oleh bakteri
amilolitik (Silitonga, 2019). Bakteri amilolitik dapat menghidrolisis amilum menjadi
sakarida yang lebih sederhana lagi seperti maltosa dan glukosa. Terdapat tiga jenis enzim
amilolitik yaitu α-amilase, β-amilase, dan glukoamilase. Pada hidrolisis pati enzim yang
berperan adalah α-amilase yang bekerja memutuskan ikatan dengan konfigurasi α pada pati.
Enzim α-amilase (α-1,4-D-glukan glukanohidrolase, endoamilase) adalah enzim yang
menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik dari pati dan maltodekstrin secara acak dari bagian
dalam molekul polisakarida menghasilkan maltose dan beberapa oligosakarida rantai
pendek (Asadullah, 2014). Hidrolisis pati oleh enzim α-amilase terbagi ke dalam dua jalur
yaitu hidrolisis amilosa dan hidrolisis amilopektin. Tahap pertama adalah penguraian
amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Penguraian ini terjadi
secara cepat yang diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Aktivitas α-amilase
ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari penurunan kadar pati yang
larut atau dari kadar dekstrinnya dengan menggunakan substrat jenuh. Hilangnya substrat
dapar diukur dengan pengurangan derajat perwarnaan iodium terhadap substrat (Asadullah,
2014). Keaktifan enzim ini juga dapat dinyatakan dengan pengukuran viskositas dan
jumlah produksi yang terbentuk. Tahapan kedua berlangsung sangat lambat dengan
pembentukan glukosa dan maltose sebagai hasil akhir (Wahyuni, et al., 2014). Bakteri yang
memiliki aktivitas amilolitik salah satunya adalah Bacillus subtilis dengan indeks
amilolitik tertinggi sebesar 0,68 cm (Fitriani, 2013). Secara umum bakteri yang tergolong
dalam kelompok bakteri amilolitik berasal dari Genus Bacillus, Clostridium, Bacteriodes,
Lactobacillus, Micrococcus, Thermus, dan Actinomycetes (Asadullah, 2014).
Kandungan protein yang tinggi menyebabkan mikroorganisme dalam limah sangat
berlimpah dan berpotensi untuk menjadi media tumbuh bakteri. Mikroorganisme
menggunakan oksigen untuk mengoksidasi bahan organik menjadi energi sehingga lambat
laun kadar oksigen terlarut dalam perairan berkurang dan nilai BOD meningkat. Jika
oksigen terlarut habis, maka proses perombakan bahan organik akan berlangsung dalam
kondisi anaerob. Proses ini menghasilkan senyawa-senyawa yang selain berbau busuk juga
bersifat racun bagi hewan dan manusia (Karina, et al., 2013). Bahan organik yang
merupakan sumber bahan pencemar kualitas air umumnya adalah bahan organik yang
terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. Menurut Yusriah dan Kuswytasari (2013)
beberapa bakteri proteolitik yang menghasilkan enzim protease digunakan dalam skala
industri detergen, farmasi, produk-produk kulit, pengempukan daging, hidrolisat protein,
produk-produk makanan, maupun pengolahan limbah industri. Bakteri yang termasuk ke
dalam kelompok bakteri proteolitik, seperti E. coli, Klebsiella, dan Pseudomonas (Winarwi,
2006). Kelompok bakteri tersebut menghasilkan enzim protease. Enzim protease bekerja
dengan mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Enzim protease mempunyai
dua pengertian, yaitu proteinase yang mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi
fragmen-fragmen besar, dan peptidase yang menghidrolisis fragmen polipeptida menjadi
asam amino. (Winarwi, 2006). Enzim proteolitik yang berasal dari mikroorganisme adalah
protease yang mengandung proteinase dan peptidase. Berdasarkan letak pemecahan ikatan
peptide, protease dibedakan menjadi eksoprotease dan endoprotease. Eksoprotease
menguraikan protein dari ujung rantai sehingga dihasilkan satu asam amino dan sisa
peptida. Golongan endoprotease menguraikan ikatan peptide pada bagian dalam rantai
protein sehingga dihasilkan peptida dan polipeptida. Protease mengkatalisis degradasi
kasein pada medium Skim Milk Agar dengan memutuskan ikatan peptide CO-NH (Winarwi,
2006). Aktivitas degradasi kasein oleh enzim protase menyebabkan terbentuknya zona
bening pada sekitar koloni. Indeks proteolitik isolate bakteri memiliki peningkatan dan
penurunan aktivitas seiring dengan masa inkubasi bakteri pada media uji. Hal ini
disebabkan oleh fase eksponensial atau logaritmik bakteri. Kecepatan pembelahan bakteri
bergantung pada produksi protease aktivitas protease bakteri pada masa pertumbuhan.
Kecepatan pembelahan bakteri bergantung pada jenis bakteri dan faktor lingkungan, seperti
substrat, suhu, pH, dan lainnya. E. coli memiliki aktivitas protease tertinggi pada 48 jam
setelah inkubasi (Asril, et al., 2019). Keberadaan enzim protease ekstraseluler juga
berperan penting untuk kelangsungan hidup bakteri dalam menyediakan kebutuhan
senyawa bernitrogen yang dapat diangkut ke dalam sel. Jenis-jenis bakteri yang memiliki
kemampuan menyekresikan enzim protease dapat dimanfaatkan sebagai agensia pembersih
bahan pencemar yang mengandung protein (Setyati & Subagyo, 2012).
Bakteri lipolitik adalah bakteri yang membutuhkan konsentrasi lemak minimal
tertentu untuk pertumbuhannya, hal ini dapat terjadi karena bakteri menghasilkan enzim
lipase. Banyak bakteri yang bersifat aerobic dan proteolitik aktif dan bersifat lipolitik.
Triasil Gliseril Hidrolase atau lipase merupakan suatu asil hydrolase yang bersifat dapat
larut dengan baik dalam air. Enzim ini mengkatalisis reaksi hidrolisis lemak dan minyak
dengan cara memutuskan rantai panjang trigliserida pada lemak menjadi bentuk lipid
polarnya (Chairunnisa, 2018). Enzim lipolitik dapat mengkatalisis berbagai macam reaksi,
seperti hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, dan aminolisis. Lipase diproduksi oleh berbagai
jenis mikroba, seperti Pseudomonas aeruginosa, Serratia narcescens, Staphylococcus
aureus, dan Bacillus subtilis (Chairunnisa, 2018). Salah satu karakteristik utama dari lipase
yaitu enzim ini dapat bekerja pada lapisan antar muka karena adanya perbedaan kepolaran
antara lipase dengan substrat yang dikatalisisnya. Lipase cenderung bersifat polar,
sedangkan substratnya berupa senyawa non-polar, sehingga lipase bekerja pada bagian
permukaan antara fase yang larut dalam air dan fase minyak dari substratnya. Aktivasi pada
lapisan permukaan lipase akan meningkat ketika substrat yang tersedia berada dalam
bentuk emulsinya. Dengan demikiam, kinetika lipase tidak mengikuti aturan klasik model
Michaelis-Menten (Chairunnisa, 2018) . Substrat dan produk yang dihasilkan dari katalitik
lipase terkadang bersifat tidak dapat larut dengan baik dalam media air. Hal ini
menyebabkan dapat dengan mudah dipisahkan dari substrat dan produknya (Yapasan,
2008). Aktivitas lipase sangat dipengaruhi oleh jenis mikroba, substrat, konsentrasi, suhu
serta waktu inkubasi yang berhubungan dengan fase pertumbuhan mikroba (Bestari, et al.,
2015).
J. Kesimpulan
- Pada hasil pengamatan sifat bakteri kode isolat A,C dan E menunjukkan bahwa kode
isolat A mempunyai sifat amilolitik sedangkan kode isolat B, D, dan F tidak
mempunyai sifat amilolitik
- Pada hasil pengamatan sifat bakteri kode isolat A, C dan F tidak mempunyai sifat
lipolitik, sedangkan pada pengamatan kode isolat B, D dan E menunjukkan sifat
lipolitik.
- Pada hasil pengamatan sifat bakteri kode isolat A, C dan E menunjukkan sifat
proteolitik sedangkan pada pengamatan kode isolat B, D dan F tidak memiliki sifat
proteolitik
- Pada hasil pengamatan dengan menggunakan medium AA diperoleh bahwa bakteri
amilolitik dapat menghidrolisis amilum. Hal ini ditandai dengan terbentuknya zona
bening di sekitar koloni dan perubahan warna medium menjadi kebiruan disebabkan
oleh ikatan iod-amilum antara larutan iodium dan medium.
- Pengamatan dengan menggunakan medium Skim Milk Agar (SMA) menunjukkan
bahwa bakteri bersifat proteolitik dapat menghidrolisis kasein pada medium sehingga
terbentuk zona bening di sekitar koloni.
- Pengamatan dengan menggunakan medium Nutrien Agar (NA) yang mengandung 1%
lemak mentega atau minyak zaitun dan neutral red menunjukkan bahwa bakteri yang
dapat menghidrolisis lemak memiliki koloni berwarna merah. Bagian bawah substrat
atau medium juga berwarna merah karena disebabkan oleh penurunan pH akibat proses
hidrolisis.
K. Diskusi
Diskusi PPT

1. Bagaimana cara saudara memastikan bahwa isolat bakteri yang terisolasi dari suatu tempat
merupakan bakteri:
Jawab:
a. Amilolitik
Cara memastikan bahwa isolat bakteri yang terisolasi merupakan bakteri amilolitik
dengan cara melihat adanya zona bening yang mengelilingi koloni. Zona bening
yang dihasilkan isolat menunjukkan kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim
amilase. Semakin besar zona bening di sekitar isolat berarti semakin besar pula
kemampuan isolat tersebut dalam menghasilkan enzim amilase (Yusmarini Y., dkk.
2017) jika isolat tersebut tidak terdapat zona bening berarti bukan merupakan
bakteri amilolitik.
b. Lipolitik
Cara memastikan bahwa isolat bakteri yang ditemukan merupakan bakteri lipolitik
dengan cara melihat adanya koloni bewarna merah. Kelompok bakteri lipolitik
memproduksi lipase yaitu enzim yang mengkatalisis hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
c. Proteolitik
Cara memastikan bahwa isolat bakteri yang ditemukan merupakan bakteri
proteolitik adalah dengan melihat adanya zona bening di sekitar koloni. Bakteri
proteolitik merupakan bakteri yang mampu menghasilkan enzim protease.
2. Mengapa pencemaran suatu ekosistem perairan sulit diatasi walaupun dalam ekosistem
tersebut ditemukan bakteri amilolitik, proteolitik dan lipolitik?
Jawab:
Hal ini dapat terjadi jika bakteri amilolitik, proteolitik, dan lipolitik yang berada di
ekosistem perairan tersebut hanya terdapat populasi yang sedikit. Pencemaran pada
ekosistem perairan tersebut cukup parah sehingga membunuh bakteri yang menjadi
bioremediasi bahan kimia peran bakteri yang masih tersisa sedikit tersebut tidak mampu
untuk mengatasi pencemaran yang parah. Maka dari itu ekosistem tersebut sulit untuk
diatasi.
3. Apakah bakteri amilolitik dan lipolitik yang ditemukan dalam sungai yang tercemar oleh
limbah tapioka dapat dimanfaatkan untuk keperluan bioremediasi ekosistem sungai didekat
pabrik tapioka di tempat lain?
Jawab:
Bakteri amilolitik dapat dimanfaatkan untuk keperluan bioremediasi ekosistem sungai
sedangkan bakteri lipolitik tidak. Bakteri lipolitik adalah bakteri yang dapat memecah lipid
dengan menghasilkan enzim lipase. Limbah tapioka tidak menghasilkan minyak yang
dapat dihidrolisis oleh bakteri lipolitik sehingga bakteri lipolitik tidak dapat dimanfaatkan
untuk keperluan bioremediasi ekosistem sungai tersebut.. Bakteri amilolitik mampu
menghasilkan enzim amilase. Enzim amilase yang diproduksi selanjutnya akan
menghidrolisis amilosa yang terdapat pada limbah tapioka. Reddy dkk. (2003) menyatakan
bahwa enzim amilase akan memutus ikatan glikosida yang terdapat pada molekul amilum.
Hasil Hidrolisis berupa maltosa, glukosa dan dekstrin.

Diskusi Buku Petunjuk Praktikum

1. Adakah perbedaan kemampuan menghidrolisis amiilum, protein, dan lemak antara bakteri
E.coli, B.subtilis dan S. Aureus?
Jawab:
Bakteri E,coli merupakan bakteri yang mampu menghidrolisis protein. Aktivitas
proteolitik E. coli yang ditumbuhkan pada media Skim Milk Agar ditunjukkan dengan
terlihatnya zona bening yang muncul disekitar koloni yang terbentuk. Menurut (Palsaniya
et al. 2012), jenis bakteri lainnya memiliki aktivitas protease tertinggi pada 48 jam inkubasi
seperti E.coli, Bacillus Sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. Kemampuan ini
menunjukkan bahwa bakteri E.coli merupakan bakteri proteolitik.
Bakteri B. subtilis memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein. Fungi atau bakteri
yang memproduksi amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim
amilolitik tersebut amat luas antara organisme diantaranya bakteri bacillus macerans,
bacillus polymyxa, dan bacillus subtilis ( sukatminah, 2010).

Haba dkk., (2000) mendapatkan Staphylococcus aureus CECT 9 yang ditumbuhkan dalam
media mengandung substrat Minyak zaitun bekas pakai sebanyak 2 % memiliki aktivitas
lipase paling tinggi sebesar 0,7 U/ml setelah 72 jam inkubasi. Penelitian ini menunjukkan
bahwa Staphylococcus aureus memiliki kemampuan untuk menghidrolisis lemak.

2. Adakah perubahan yang terjadi pada medium setelah dilakukan pengujian adanya
hidrolisis amilum, protein, dan lemak? Bila ada berikan penjelasan.
Jawab:
a. Amilum
Terdapat perubahan yang terjadi pada medium amilum agar. Perubahan tersebut
adalah adanya zona bening yang mengelilingi koloni bakteri. Zona bening yang
dihasilkan isolat menunjukkan kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim
amilase. Semakin besar zona bening di sekitar isolat berarti semakin besar pula
kemampuan isolat tersebut dalam menghasilkan enzim amilase (Yusmarini Y., dkk.
2017) jika isolat tersebut tidak terdapat zona bening berarti bukan merupakan
bakteri amilolitik.
b. Protein
Pada medium lempeng Skim Milk Agar, terdapat perubahan pada medium yaitu
adanya zona bening di sekitar koloni bakteri yang tumbuh. Bakteri ini merupakan
bakteri proteolitik. Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mampu
menghasilkan enzim protease untuk menghidrolisis protein.
c. Lemak
Pada medium lemak terdapat perubahan berupa koloni berwarna merah. Koloni
bakteri yang berubah warna menjadi merah merupakan bakteri lipolitik. Kelompok
bakteri lipolitik memproduksi lipase yaitu enzim yang mengkatalisis hidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
L. Daftar Rujukan

Asadullah. 2014. Skripsi: Isolasi Bakteri Amilolitik dari Bekatul dan Uji Kemampuan
untuk Produksi Enzim Amilase Kasar pada Berbagai Jenis Media Produksi.
Jurusan Kimia. Universitas Negeri Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Ariyanti, S. 2010. Hubungan Antara Jarak Sumur Gali Dari Sungai Tempat Pembuangan
Limbah Cair Tapioka Dengan Kadar Sianida (Cn) Air Sumur Gali Di Desa
Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Jurnal Lingkungan,
1(2).
Asril, Muhammad, et al. 2019. Isolasi dan Seleksi Bakteri Proteolitik Asal Limbah Cair
Tahu sebagai Dasar Penentuan Agen Pembuatan Biofertilizer. Journal of Islamic
Science and Technology, 5(2). DOI: 10.23373/ekw.vSi.4356.
Baharta M. Dan Zulfa F. 2018. Potensi Antibakteri Isolat Actinomycetes terhadap Aktivitas
Proteolitik dan Amilolitik Escherichia Coli ATTC 25922. Jakarta : UPN
“VETERAN“.

Bestari, Niken C., et al. 2015. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Isolasi Bakter Lipolitik dari
Limbah Cair Pabrik Pengolahan Ikan Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Jurnal
Biotropika, 3(3), 151-155.
Budiyanto, A. K. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press.
Chairunnisa. 2018. Skripsi: Isolasi dan Uji Bakteri Lipolitik dalam Mendegradasi Minyak
pada Limbah Cair Kelapa Sawit di Kebun Marihat, Pematang Siantar.
Universitas Medan Area.
Fitriani, A., Supriyanti, F.M.T., dan Heryanto T.E. 2013. Penentuan Aktivitas Amilase
Kasar Termofil Bacillus subtilis Isolat Kawah Gunung Darajat Garut, Jawa Barat.
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 15(2), 107-113.
Haba, E., O. Bresco, C. Ferrer, A. Marques, M. Busquets, A. Manresa. 2000. Isolation Of
lipase secreting bacteria by deploying Used frying oil as selective substrate. J.
Enzyme Microbial. Techno;.26:40-44.
Karina, Andri Nindya, et al. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik dari Saluran
Pembuangan Limbah Industri Tahu. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. (online), (https://core.ac.uk/),
pada 9 April 2021.
Kholifah, Khusnul. 2012. Uji Kemampuan Scenedesmus sp. sebagai Bioremidiator Limbah
Cair Tapioka. Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Kuswytasari dan Yusriah. 2013. Pengaruh pH dan Suhu terhadap Aktivitas Protease
Penicillium sp. Jurnal Sains dan Semi Pomits, 2(1). Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh November.
Oktavia, D.A. & Wibowo. 2016. Penapisan dan Identifikasi Bakteri Lipolitik yang
Diisolasi dari Air Limbah Pengolahan Surimi dan Pengalengan Rajungan.
Jakarta Pusat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Palsaniya, P., Mishra, R., Beejawat, N., Sethi S., and Gupta, B.L. (2012). Optimization of
Alkaline Protease Production From Bacteria Isolated From Soil. J. Microbiol
and Biotechnol Res, 2(6), 858-865.

Pingkan, Fitriana Puspitasari. 2012. Kelimpahan Bakteri Indigenous Dekomposer Senyawa


Organik Pada Reaktor Pengolahan Limbah Cair. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga.
Riyanti, F. 2008. Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK
pada Limbah Cair Tepung Tapioka. Jurnal Penelitian Sains, 13.
Setyati, Willis & Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim Ekstraseluler
(Proteolitik, Amilolitik, dan Selulolitik) yang Berasal dari Sedimen di Kawasan
Mangrove. Ilmu Kelautan, 17(3), 164-168.
Silitonga, L. Rotua, et al. 2019. Isolation, Identification, and Sensitivity of Amilolitic
Bacteria from Mangrove Ecosystem Sediment in Purnama Marine Station
Dumai on the Pathogenic Bacteria. Asian Journal of Aquatic Sciences, 2(3), 257-
266.
Sumarinah E., dkk. 2010. Mikrobiologi Pangan. Bandung : Universitas Padjadjaran.

Sumiyati. 2009. Kualitas Nata De Cassava Limbah Cair Tapioka Dengan Penambahan
Gula Pasir Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda. Skripsi.
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: P.T. Alumni.
Wahyuni, Sri, et al. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Manolitikasal Bonggol Pohon
Sagu. Jurnal Agroteknis, 4(3), 174-179.
Winarwi. 2006. Skripsi: Uji Viabilitas Bakteri dan Aktivitas Enzim Bakteri Proteolitik
pada Media Carrier Bekatul. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Yapasan, Ece. 2008. Partial Purificationand Characterization of Lipase Enzyme From a
Pseudomonas Strain. Thesis of Izmir Institute of Technology. Izmir.
Yusmarini Y., dkk. 2017. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik dari Industri
Pengolahan Pati Sagu. Pekan Baru : Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai