Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PREPARAT POLLEN

Zahra Auliya
Nama

2239099090
NIM/ Kelas

3A
Golongan

Erlinda Puspitasari
Asisten

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
ACARA 2
PREPARAT POLLEN

A. TUJUAN

1. Mengetahui cara pembuatan preparat pollen tumbuhan Dicotyledone/


Monocotyledone

B. DASAR TEORI
Bunga berdasarkan bagian-bagiannya terbagi menjadi dua yaitu bunga
lengkap dan bunga tidak lengkap, perbedaan bunga lengkap dan bunga tidak
lengkap yaitu jika salah satunya tidak mempunyai putik atau benang sari. Benang
sari yang nantinya akan menghasilkan serbuk sari. Setiap tanaman memiliki ciri
morfologi serbuk sari yang berbeda-beda (Umami dkk., 2021).
Serbuk sari merupakan alat perkembangan generatif yang di dalamnya
terdapat sel kelamin jantan pada tumbuhan berbiji. Serbuk sari yang matang terdiri
dari satu inti vegetatif dan sel generatif. Sel generatif membelah menjadi dua sel
gamet jantan (sel sperma). Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan dua sel sperma.
Dinding sel serbuk sari terdiri dari dua lapisan utama, yaitu eksin yang keras
dibagian luar dan intin yang lunak di bagian dalam (Zahrina dkk., 2017).
Beberapa karakterisitik polen yang akan diamati yaitu aperture, unit polen,
penebalan dinding sel, dan ornamentasi eksin. Apertura merupakan salah satu
karakter pada polen yang terdapat pada dinding butir polen memiliki fungsi
sebagai tempat keluarnya tabung polen saat proses perkecambahan. Apertura
dibagi menjadi dua yaitu apertura yang berbentuk panjang disebut alur (kolpi) dan
apertura yang berbentuk pendek disebut lubang (pori). Unit polen terbagi menjadi
beberapa yaitu bentuk monad (tunggal), diad (ganda dua), tetrad (ganda empat),
dan polyad (banyak atau gerombol). Polen monad merupakan polen yang
berbentuk tunggal atau saling bebas satu sama lainnya (soliter). Penebalan dinding
sel terbagi menjadi dua yaitu penebalan sentrifugal ke arah luar dan penebalan
sentripetal kearah dalam. Ornamentasi eksin dibagi juga menjadi beberapa tipe
yaitu psilate, verrucate, scabrate, perforate, foveolate, gemmate, clavate,
echinate, regulate, reticulate, baculate, dan striate (Umami dkk., 2021).

1
Metode yang biasa digunakan dalam mengamati preparat pollen ialah
dengan metode asetolisis. Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat
serbuk sari yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan
asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari
ornamentasi dari serbuk sari tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah
menghasilkan polen lebih bersih sehingga morfologi polen dapat terlihat lebih
jelas di bawah mikroskop cahaya (Winantris dkk., 2012).

2
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Alat yang digunakan pada acara ini adalah mikroskop, optilab, botol flakon,
sentrifugasi, waterbath, fortex, batang gelas, dan bunsen.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada acara ini adalah antera asam asetat glasial, asam
sulfat pekat, pipet tetes, akuades, saftranin 0,01%, gliserin jeli, gelas benda, gelas
penutup, dan parafin.

3
D. CARA KERJA

Hari ke-1 Fiksasi Pollen-pollen yang diambil dari antera, dikumpulkan dalam botol flakon yang
sudah diisi dengan asam asetat glasial. Bahan tersebut dibiarkan selama 24 jam.

Cairan dibuang dan diganti dengan


Bahan dipindahkan dalam
Hari ke- 2 campuran asam asetat glasial dan
tabung sentrifus. Lalu disentrifus
selama 10 menit, 1700 rpm asam sulfat pekat perbandingan 9:1

Disentrifus dan cairan dibuang Tabung-tabung dipanaskan dalam


diganti dengan akuades. Kemudian waterbath selama 5-10 menit.
disentrifus kembali. Lalu cairan Setelah itu pemanasan dihentikan
dibuang dan endapannya dicuci dan tabung diambil didiamkan
dengan akuades 3 kali, setiap selama ± 10 menit.
pencucian harus di fortex dan
disentrifus lagi masing-masing
selama 10 menit.

Dengan menggunakan batang


Pewarnaan dengan safranin 0,01%, gelas, bahan diambil dan
kemudian di fortex dan disentrifus. ditaruh pada gelas benda
Safranin dibuang dan dicuci dengan kemudian ditutup dengan gelas
akuades setiap pencucian harus penutup, pada sudut-sudut dari
disentrifus lagi. Akuades dibuang dan gelas penutup diberi potongan
diganti dengan gliserin jeli. parafin, dilalukan di atas api
agar paraffin meleleh.

Diamati dengan menggunakan optilab, diukur panjang


dan lebar pollennya, tipe ornamentasi eksinnya

4
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Bentuk Pollen

Preparat 1.1. : Pollen Gladiol (Gladiolus)


Familia : Gladiolaceae
Perbesaran : 40 x

Gambar:
Karakteristik Pollen
Ukuran : memiliki panjang 49,15 μm
dan lebar sekitar 34,85 μm
Tipe aperture : colpus
Tipe ornamentasi : Reticulate/Strite

Preparat 1.2. : Pollen Amarilis Merah (Red amaryliis)


Familia : Amaryllidaceae
Perbesaran : 40 x

Gambar: Karakteristik Pollen


Ukuran : memiliki panjang 56,68 μm
dan lebar 34,69 μm
Tipe aperture : colpus
Tipe ornamentasi : Raticulate/ strite

5
Preparat 1.3. : Pollen Amarilis Putih (amaryliis sp)
Familia : Amaryllidaceae
Perbesaran : 40 x

Gambar: Karakteristik Pollen


Ukuran : memiliki panjang 66,37 μm
dan lebar 48,72 μm
Tipe aperture : colpus
Tipe ornamentasi : Raticulate/ strite

6
7
F. PEMBAHASAN
Serbuk sari merupakan alat perkembangan generatif yang di dalamnya
terdapat sel kelamin jantan pada tumbuhan berbiji. Serbuk sari yang matang
terdiri dari satu inti vegetatif dan sel generatif. Sel generatif membelah menjadi
dua sel gamet jantan (sel sperma). Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan dua sel
sperma. Dinding sel serbuk sari terdiri dari dua lapisan utama, yaitu eksin yang
keras dibagian luar dan intin yang lunak di bagian dalam (Zahrina dkk., 2017).
Metode yang biasa digunakan dalam mengamati preparat pollen ialah
dengan metode asetolisis. Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat
serbuk sari yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan
asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari
ornamentasi dari serbuk sari tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah
menghasilkan polen lebih bersih sehingga morfologi polen dapat terlihat lebih
jelas di bawah mikroskop cahaya (Winantris dkk., 2012).
Pelisisan terjadi pada waktu merendam serbuk sari pada Asam Acetat
Glasial (AAG). Fungsi sentrifus (pengocokan) dengan Asam Acetat dan Sulfat
adalah untuk mengendapkan serbuk sari, sehingga mudah untuk memisahkannya
dari kotoran pada waktu pergantian cairan. Proses ini dapat dilakukan beberapa
kali sampai serbuk sari dapat benar – benar bersih dari kotoran. Setelah itu
diwarnai dengan safranin dan ditutup dengan gelas penutup yang sebelumnya
serbuk sari ditetesi dengan gliserin jeli sebagai perekat dan setiap sudut gelas
penutup diberi sedikit potongan kecil parafin. Penutupan dilakukan dengan hati –
hati untuk memperkecil kemungkinan timbul gelembung (Sahromi dan
Sudarmono, 2012).
Serbuk sari merupakan alat perkembangan generatif yang di dalamnya
terdapat sel kelamin jantan pada tumbuhan berbiji. Serbuk sari yang matang terdiri
dari satu inti vegetatif dan sel generatif. Sel generatif membelah menjadi dua sel
gamet jantan (sel sperma). Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan dua sel sperma.
Dinding sel serbuk sari terdiri dari dua lapisan utama, yaitu eksin yang keras
dibagian luar dan intin yang lunak di bagian dalam (Zahrina dkk., 2017). Eksin
tersusun atas sporopolenin, sedangkan intin ters usun atas selulosa. Lebih lanjut
eksin terbagi atas dua lapisan, yaitu seksin dan neksin. Seksin merupakan lapisan
yang memiliki ornamentasi, sedangkan neksin tidak. Struktur dinding serbuk sari,

8
khususnya bagian eksin, merupakan salah satu karakter yang digunakan dalam
identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tektat,
semitektat, dan intektat. Serbuk sari umumnya 3 – 8 kolpat (colpate), jarang
kolporat (colporate) (Sahromi dan Sudarmono, 2012).
Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan pada pollen amarilis
putih, pollen amarilis merah, dan pollen gladiol didapatkan hasil sebagai berikut.
Pollen gladiol memiliki ukuran yaitu panjang 49,15 μm dan lebar sekitar 34,85
μm dengan tipe aperture nya colpus dan tipe ornamentasi nya reticulate/strite.
Kemudian untuk pollen amarilis merah memiliki panjang 56,68 μm dan lebar
34,69 μm dengan tipe aperture nya colpus dan tipe ornamentasi nya
reticulate/strite. Lalu untuk pollen amarilis putih memiliki panjang 66,37 μm dan
lebar 48,72 μm dengan tipe aperture nya colpus dan tipe ornamentasi nya
reticulate/strite. Selanjutnya komponen nya tersusun atas papilla, eksin, dan
nektin.
Penggunaan pewarna pada preparat bertujuan untuk mempertajam dan
memperjelas gambaran sel-sel sehingga mempermudah untuk diteiliti di bawah
mikroskop. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan
panjang gelombang tertentu sehingga jaringan akan tampak berwarna (Jannah
dkk., 2019). Pewarnaan pada pembuatan preparat pollen ini bertujuan untuk
meningkatkan kontras warna serbuk sari sehingga mmapu mempermudah
pengamatan di bawah mikroskop. Menurut Wahyuni (2015), seiring dengan
kebutuhan preparat mikroteknik, maka perlu diupayakan dalam peningkatan
kualitas proses pembuatan preparat, misalnya dalam teknik pewarnaan. Waktu
perendaman yang tidak sesuai atau terlalu lama juga dapat mengakibatkan warna
preparat menjadi gelap dan semua jaringan dapat terwanai, sehingga tidak dapat
mengamati atau membedakan jaringan yang menjadi target amatan.

9
G. KESIMPULAN

1. Pollen yang memiliki ukuran besar adalah pollen amarilis putih yang memiliki
panjang 66,37 μm dan lebar 48,72 μm dibandingkan dengan pollen gladiol dan
pollen amarilis merah. Tipe aperture dari pollen gladiol, pollen amarilis
merah, dan pollen amarilis putih adalah colpus dan tipe ornamentasi nya
reticulate/strite
2. Langkah-langkah dari proses asetolis ini antara lain adalah fiksasi, pemanasan,
pencucian, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan labelling.

10
H. DAFTAR PUSTAKA

Jannah. N., Mahmud. R. N., Karo. K. A. N., dan Nurhalifah. 2019. Pemanfaatan Filtrat
Bunga Flamboyan (Delonix regia (Hook.) Raf.) sebagai Pewarna Alternatif dalam
Pengamatan Preparat Jaringan Tumbuhan. Jurnal Biosains dan Edukasi, 1(1): 5-9
Sahromi., dan Sudarmono. 2012. Aspek Morfologi, Sistematika Dan Aplikasinya Pada
Tumbuhan Keluarga Mentol. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 2(1):
12-16
Umami. K. E., Sa’adah. N. N., Ramadhani. T. M., Izzati. A. O., Nurrohman. E., dan
Pantiwati. Y. 2021. Studi Eksplorasi Morfologi Serbuk Sari Berbagai Famili
Tumbuhan . Lombok Journal of Science, 3(2): 16-21
Wahyuni. S. 2015. Identifikasi Preparat Gosok Tulang (Bone) Berdasarkan Teknik
Pewarnaan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi, Malang: 21 Maret. Hal
657-666
Winantris., Syafri. I., dan Rahardjo. A. T. 2012. Oncosperma Tigillarium Merupakan Bagian
Palino Karakter Delta Plain Di Delta Mahakam, Kalimantan. Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati dan Fisik, 14(3): 228-236
Zahrina., Hasanuddin., dan Wardiah. 2017. Studi Morfologi Serbuk Sari Enam Anggota
Familia Rubiaceae. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah, 2(1): 114-123

11

Anda mungkin juga menyukai