Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II


“KEANEKARAGAMAN LICHENES”

Dibuat oleh:
Muhammad AmmarNurHandyka
NIM. 24020119130106

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ACARA III
KEANEKARAGAMAN LICHENES
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh jenis Lichenes

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Lichenes
Lichen merupakan suatu organisme tunggal, yang berasosiasi simbiotik
dengan organisme lain. Organisme simbion tersebut andalah antara fungi dengan
alga dan/atau cyanobacteria. Fungi membutuhkan karbon sebagai sumber nutrisi, ini
disediakan oleh simbionnya yaitu alga dan/atau cyanobacteria yang berfotosintesis.
Simbiosis yang dilakukan oleh lichen adalah simbiosis mutualisme, karena baik
fungi maupun alga tau yang diistilahkan dengan rekanan fotosintetiknya, yang
disebut photobiont sama – sama diuntungkan (GG, I, A., & A, 2011). Fungi dan alga
bersimbiosis membentuk lichen baru hanya jika bertemu dengan jenis yang tepat
(Pertiwi, 2015).
Lichenes atau lumut kerak biasanya dianggap sebagai kelompok khusus,
walaupun pada dasarnya merupakan suatu asosiasi simbiosis antara cendawan dan
alga. Tercatat sebanyak 18.000 spesies yang tersebar luas di berbagai habitat. Sangat
khas bahwa bentuk kehidupan dan perilakunya jauh berbeda dengan komponen
masing-masing. Mereka tumbuh pada pohon, kayu membusuk, bebatuan, dan di atas
tanah. Dapat bertahan dalam keadaan panas, dingin dan kering yang luar biasa.
Tubuh lichen dinamakan Thallus yang secara vegetatif mempunya kemiripan dengan
alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (Fithri, 2017).
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar klasifikasinya secara umum
adalah Jenis jamur yang bersimbiosis, tipe pembentukan tubuh buahnya
(ascocarpium. Perithesium, dan klestotechium), dan tipe thallusnya :crustose, foliose,
fruticose, dan squamulose (Hasanuddin dkk, 2014).

(Pakdezaki, 2015)
2.2. Fruticose
Lichenes Fruticose berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk
seperti pita, rambut atau tali. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas
dan bawah. Salah satu contoh yaitu Ramalina stenospora (Fithri, 2017). Talus
Fruticose merupakan tipe talus kompleks dengan cabang-cabang yang tidak teratur.
Talus ini memiliki bentuk cabang silinder atau pita. Talus hanya menempati bagian
dasar dengan cakram bertingkat. Lumut kerak Fruticose ini memperluas dan
menenjukkan perkembangan hanya pada batu-batuan, daun, dan cabang pohon
(Wijaya, 2019).

Pada tipe talus fruticose mempunyai struktur umum yang hampir sama namun
jaringannya cenderung membentuk silinder dan bukan lapisan horizontal. Beberapa
jenis dari lichen ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker (Laksono,
2016).Lichen (lumut kerak) adalah spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah
besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Adanya kemampuan ini menjadikan
lichen sebagai bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada
suatu daerah yang tercemar atau sebaliknya (Utari, 2017). Fruticose menjadi jenis
lichen yang paling sensitif terhadap pencemaran udara (Roziaty, 2016).

(Chapman, 2009)
2.3. Foliose
Lichenes Foliose berbentuk daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan
seperti daun yang mengkerut berputar (Fithri, 2017). Thallusnya berbentuk lembaran
dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu , dinding dan
kulit kayu pohon tropika . Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan
atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai
15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan (Pertiwi, 2015).
Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga
berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia,
Peltigera, Parmelia, dan lain-lain. Lichenes Foliose memiliki empat bagian tubuh,
yaitu Korteks atas, lapisan alga medulla, dan korteks bawah. Lapisan teratas disebut
sebagai lapisan hifa fungi, terdiri atas jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma
dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Lapisan Alga tepat berada dibawah
lapisan korteks atas. Lapisan ini merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak
di bawah korteks atas yang terdiri atas lapisan gonidial. Lapisan medulla merupakan
lapisan yang terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah
yang luas dan longgar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada
beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan
oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi
(Simanjutak dkk, 2015).

(Martin, 2014)
2.4. Crustose
Lichen crustose adalah salah satu lichen yang berbentuk kerak mirip kulit
yang keras biasanya menempel pada pepohonan. Lichen crustose banyak ditemukan
diwilayah Indonesia (Utari, 2017). Lichen crustose berbentuk seperti coret-coret
kecil dan pada batang kayu yang sudah mati (Pertiwi, 2015). Lichen crustose
memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat pada batang pohon
sehingga lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak, dari hal
tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah tumbuh
(Handoko, et al., 2015).
Lichen crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh
buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik dan yang tumbuh terbenam
pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar
dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose. Contoh :
Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium (Simanjutak
dkk, 2015). Lichen berjenis crustose dapat dijadikan sebagai teknologi konservasi air
dan sebagai indikator pencemaran udara (Nurjannah, Yousep, Mubaidullah, &
Bashri, 2012). Jumlah lichen dengan tipe thallus crustose lebih banyak ditemukan
dari pada lichen tipe thallus foliose, karena lichen tipe thallus crustose memiliki
ukuran signifikan, yaitu datar, tipis biasanya tanpa lobus yang berbeda seperti lapisan
tipis atau kerak yang menempel ketat. Lichen tipe thallus crustose nampak dilukis
pada kulit atau substrat yang keras (Utari, 2017).
(Tanneberger, 2010)
2.5. Squamulose
Lichen Squamulose memiliki lobus- lobus seperti sisik. Lobus lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertinding. Lobus ini
juga sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh dari lichen
squamulose adalah Psora pseudorusselli, dan Cladonia carneola (Mulyadi, 2014).
Lichen squamulose merupakan campuran dari bentuk kerak dan daun (Pertiwi,
2015).

(John and Kendra Abott, 2017)


III. METODE

3.1 Alat dan Bahan

1) Handphone/Laptop
2) Buku Laporan Sementara
3) Alat Tulis
4) Gambar Referensi Graphis sp.
5) Gambar Referensi Parmelia sp.
6) Gambar Referensi Usnea sp.

3.2 Cara Kerja

1) Alat dan bahan disiapkan.


2) Bahan diamati.
3) Hasil pengamatan didokumentasikan dan ditulis dibuku laporan sementara.
IV. HASIL PENGAMATAN
No Nama Gambar Referensi Gambar Pribadi Keterangan
Species
1 Graphis sp. 1. Thallus
2.Substrat
(Pohon)

(Tanneberger, 2010) (Dokumentasi pribadi, 2020)

2 Parmelia sp. 1. Rhitin


2. Substrat
3. Thallus

(Martin, 2014) (Dokumentasi pribadi, 2020)


3 Usnea sp. 1. Thallus
2. Substrat
3. Rhitin

(Chapman, 2009)
(Dokumentasi pribadi, 2020)

V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II Acara IV tentang Keankeragaman Lichenes bertujuan
untuk mempelajari beberapa contoh jenis Lichenes. Praktikum dilaksanakan pada hari
Senin, 20 April 2020 secara daring (online) melalui aplikasi Microsoft Teams dan Kulon
Undip. Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi laporan sementara, Hp/Laptop, alat tulis,
Gambar Referensi Graphis sp., gambar Referensi Parmelia sp., dan gambar Referensi
Usnea sp.. Cara kerjanya adalah bahan diamati dan ditulis di laporan sementara, serta
didokumentasikan.
Lichen atau biasa disebut dengan lumut kerak adalah salah satu tanaman yang
merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga ciri cirinya merupakan satu kesatuan.
Hal ini disampaikan oleh Simanjutak dkk(2015) Lichenes (lumut kerak) merupakan
gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu
kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di
daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang
tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan
tanah.

5.1 Fruticose
Lichen fruticose merupakan salah satu lumut kerak yang berbentuk semak dan
memiliki banyak cabang. Cabang dari lichen fruticose berbentuk seperti rambut. Hal
ini disampaikan oleh Fitri (2017) Lichenes Fruticose berupa semak dan memiliki
banyak cabang dengan bentuk seperti pita, rambut atau tali. Thallus tumbuh tegak atau
menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan
antara permukaan atas dan bawah. Salah satu contoh yaitu Ramalina stenospora. Talus
yang dimiliki oleh lichen fruticose termasuk kedalam tipe talus yang kompleks dengan
cabang-cabang yang tidak teratur. Hal ini dijelaskan oleh Wijaya (2019) Talus
Fruticose merupakan tipe talus kompleks dengan cabang-cabang yang tidak teratur.
Talus ini memiliki bentuk cabang silinder atau pita. Talus hanya menempati bagian
dasar dengan cakram bertingkat. Lumut kerak Fruticose ini memperluas dan
menenjukkan perkembangan hanya pada batu-batuan, daun, dan cabang pohon.
1. Usnea sp.
Usnea sp. merupakan salah satu tanaman lumut kerak yang termasuk dalam
class Ascholichenes dengan subclassnya Discomycetales. Hal ini dikarenakan
Usnea memiliki bentuk tubuh buah berupa aposetium. Hal ini disampaikan oleh
Asnah (2018) Discomycetales yang membentuk tubuh buah berupa aposetium.
Aposetium pada Lichenes ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan
mempunyai askus yang berdinding tebal, contoh : Usnea.
Usnea sp. memiliki ciri umum sebagai subclass Discomycetales yang memiliki
tubuh berbentuk buah berupa aposetium hal ini sesuai dengan pendapat Asnah
(2018) Discomycetales yang membentuk tubuh buah berupa aposetium.. Rindiani
(2018) berpendapat bahwa Ganus Usnea memiliki Talus berbentuk semak
(fruticose) atau terjumbai, berwarna hijau keabu-abuan, hingga kehijauan-putih,
terkadang berwarna kekuning-kuningan. Lichen Usnea sp. berkembangbiak dengan
cara fragmentasi talus. Hal ini disampaikan oleh Prasetyo (2019) Talus liken yang
bertumbuh kemudian akan memisahkan diri dari indukan sehingga terbentuk
indivodu baru. Peristiwa ini dinamakan fragmentasi talus. Kebanyakan reproduksi
aseksual liken golongan Fruticose terjadi melalui fragmentasi talus. Tanaman ini
termasuk dalam tipe Corticulous,yaitu Lichen yang memiliki habitat di pohon,
kebanyakan daerah tropis dan subtropis dengan kelembaban tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Asnah(2018) Corticulous, merupakan Lichenes yang hidup di
pohon yang berperann sebagai epifit, kebanyakan di daerah tropis dan subtropis
dengan kelembaban yang tinggi, contoh: Usnea articulate, U. Ceranita, U. Hirta,
dan Artaria radiate.
Tanaman lichen Usnea sp memiliki suatu senyawa pahit berwarna kuning
yang disebut asam usnic. Asam usnic ini berfungsi sebagai antibiotik. Lumut ini
juga memiliki senyawa organic lain seperti usnaric, thamnolic, locaric, dan asam
stictinic. Samsali (2008) menyampaikan bahwa senyawa utama yang terkandung
dalam Usnea ialah senyawa yang pahit berwarna kuning dan merupakan asam
polipenol yang disebut dengan asam usnic. Asam usnic memungkinkan fungsinya
digunakan tidak hanya sebagai bahan antibiotik tetapi juga anti inflamasi, analgesik,
dan anti kanker. Selain asam usnic, usnea juga mengandung asam organik lainnya
namun dalam jumlah yang sedikit seperti usnaric, thamnolic, locaric, dan asam
stictinic.

5.2 Foliose
Tanaman lumut kerak dengan tiper pertumbuhan foliose merupakan lumut
kerak yang berbentuk daun. Lichen Foliose memiliki ciri talus datar, lebar, dan
memiliki banyak lekukan. Hal ini disampaikan oleh Fithri (2017) Lichenes Foliose
berbentuk daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar. Pertiwi (2015) menyampaikan bahwa thallusnya berbentuk lembaran dan
mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu , dinding dan kulit
kayu pohon tropika . Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan atas
merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40
cm pada lingkungan yang menguntungkan.
1. Parmelia sp.
Parmelia sp. termasuk dalam kelas Asolichenes. Hal ini disampaikan oleh
Laksono (2016) Parmelia sp. termasuk dalam kelas Asolichenes, karena
penyusunnya tergolong dalam Pyrenimycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan
berupa peritesium. Parmelia sp. termasuk dalam family Parmeliaceae. Hal ini
dikarenakan Parmelia sp memiliki bentuk berupa lembaran, berwarna hijau hingga
hijau keabuan, dan memiliki talus berbentuk seperti daun. Pernyataan tersebut
merujuk pada pendapat Panjaitan (2012), Lichen Parmeliaceae bentuknya seperti
lembaran daun, warnanya hijau hingga hijau keabu abuan, talusnya berbentuk
seperti daun atau dikenal dengan foliose
Tanaman ini memiliki ciri umum sebagai kelompok foliose, yaitu Thallusnya
berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak
pada batu , dinding dan kulit kayu pohon tropika . Permukaan bawah melekat pada
substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Hal ini disampaikan
oleh Roziaty (2016) Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus. Lichen in relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Lumut
kerak ini melekat pada batu, ranting dengan rhizin. Menurut Putri dkk (2019)
Struktur parmelia sp terdiri dari korteks atas pada daerah alga, medulla, dan korteks
bawah berupa rhizines. Rhizines berfungsi sebagai alat untuk mengabsorsi makanan
bagi lichen, sehingga Lichen Parmelia dapat tumbuh dengan baik walaupun berada
pada lingkungan yang tercemar dan sebagai perintis pada kondisi lingkungan yang
ekstrim.
Reproduksi pada tanaman ini merupakan produksi seksual. Hal ini
dikarenakan pada permukaan lumut Parmelia sp. terdapat spora. Hal ini
disampaikan oleh Putri dkk (2019) Permukaan pada lumut ini kasar dan terdapat
spora atau diaspora vegetatif dan menyediakan kelembaban dalam waktu yang lama
Roziaty (2016) menyampaikan bahwa Untuk melakukan reproduksi seksual tersebut
dibutuhkan dua tipe gen yang inti haploid (n + n), atau sebuah diploid (2n). Pada
kasus 2 inti haploid mereka harus bergabung terlebih dahulu untuk membentuk inti
diploid, melalui mekanisme pembelahan sel meosis, yang di dalamnya terjadi proses
pembelahan inti sel yang berpotensi membawa variasi dalam progenitas. Proses ini
diikuti dengan pembentukan spora (ascospore), yang pada banyak kasus memiliki
kemampuan bertahan yang tinggi dalam segala kondisi. Thallus lichen
direkonstruksi melalui penggabungan germinasi askospora dan alga.
Spora yang dimiliki oleh Parmelia sp. termasuk dalam spora sederhana. Hal
ini disampaikan oleh Roziaty (2016) Spora sederhana. Lichen yang bersifat
uniseluler dan tidak memiliki septat, berukuran kecil (10 – 30 µm) dengan dinding
sel yang sangat tipis pada Lecanora, Parmelia dan Usnea. Parmelia sp. merupakan
tumbuhan yang termasuk dalam Corticulous. Menurut Roziaty (2016) Parmelia
yang ditemukan termasuk ke dalam Corticulous lichen berkembang di permukaan
atau batang pohon dan tergantung pada kestabilan pohon, tekstur, ph dan
ketersediaan air. Lumut ini memiliki manfaat sebagai pelapuk bebatuan, sebagai
vegetasi perintis, membantu proses pembentukan tanah, dan sebagai bioindikator
pencemaran udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Laksono (2016) Parmelia sp.
memiliki manfaat untuk membantu melapukkan batu-batuan, sebagai vegetasi
perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, dan sebagai
bioindikator pencemaran udara.
5.3 Crustose
Lichen Crustose merupakan salah satu lichen yang berbentuk kerak. Lichen
crustose banyak ditemukan menempel pada pohon. Hal ini sesuai dengan pendapat
Utari (2017) Lichen crustose adalah salah satu lichen yang berbentuk kerak mirip kulit
yang keras biasanya menempel pada pepohonan. Lichen crustose banyak ditemukan
diwilayah Indonesia. Pertiwi (2015) juga berpendapat bahwa Lichen crustose
berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati. Lichen
dengan tipe pertumbuhan crustose merupakan lichen yang tidak memerlukan air yang
banyak dalam pertumbuhannya. Tanaman dengan tipe ini menunjukkan bahwa talus
dapat tumbuh dengan mudah. Hal ini merujuk pada pernyataan Handoko, et al. (2015)
Lichen crustose memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat pada
batang pohon sehingga lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak,
dari hal tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah tumbuh.
1. Graphis sp.
Graphis sp. merupakan lumut kerak yang termasuk dalam famili
Graphidaceae. Hal ini dikarenakan Graphis sp. memiliki ciri bentuk askokarp
linier, elongate, irregular, memanjang atau berbentuk unik seperti hieroglyph. Hal
ini tertera dalam penelitian Murningsih dan Husna M (2016) Sebagian besar lichen
yang ditemukan termasuk ke dalam famili Graphidaceae. Terdapat 14 jenis Graphis
sp. yang ditemukan. Panjaitan (2012) menyampaikan bahwa karakteristik khas dari
famili Graphidaceae yaitu bentuk askokarp linier, elongate, irregular, memanjang
atau berbentuk unik seperti hieroglyph.
Lichen Graphis sp. memiliki ciri umum sebagai kelompok crustose,
diantaranya adalah memiliki thalus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu
melekat di permukaan batu atau tumbuhan lain. Hal ini disampaikan oleh Roziaty
(2016) Thalus Crustose lichen merupakan lumut kerak yang memiliki thallus yang
berukuran kecil,datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon,
atau tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Graphis
sp. memiliki ciri khusus thalus berbentuk membulat dan membentuk koloni yang
besar dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini merujuk pada pendapat Asnah
(2018) Thalus Graphis sp. memiliki bentuk yang cenderung membulat dan
membentuk koloni yang besar dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Pada Thalus
terdapat bintik bintik hitam pada bagian atas yang biasa dinamakan isidia. Graphis
sp memiliki satu bagian menonjol yang dinamakan isidia. Hal ini disampaikan oleh
asnah (2018) pada thalus terdapat bintik-bintik hitam pada bagian tengah thalus
yang meninjil keluar dari korteks bagian atas yang biasa dinamakan isidaia. Isidia
berfungsi sebagai alat propagasi vegetatif, meningkatlan luas permukaan, dan
kapasitas asimilasi thalus.
Graphis sp merupakan lumut kerak yang berkembangbiak secara vegetatif.
Alat yang digunakan Graphis sp. untuk berkembangbiak dinamakan isidia. Hal ini
disampaikan oleh Resa (2019) . Perkembangbiakan secara vegetatif terbagi menjadi
Fragmentasi, Isidia, Soredia. Perkembangbiakan dengan isidia terjadi karena isidia
lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium yang
lepas akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai. Lichen Graphis sp
yang termasuk dalam tipe thalus crustose tumbuh menempel pada substrat,
diantaranya adalah pohon. Handoko, et al. (2015) menyampaikan bahwa lichen
crustose memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat pada batang
pohon sehingga lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak, dari
hal tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah tumbuh.
Lichen ini memiliki kandungan ekstrak meranol yang berfungsi untuk
menghambat aktivitas tirosin, induksi aktivasi teleocodin B-4 terhadap virus,
menghambat aktivitas bakteri, dan menghambat kegiatan superoksida. Hal ini sesuai
dengan pendapat Permatasari et. al. (2016) Ekstrak metanol dari kultur jaringan G.
scripta menunjukkan penghambatan aktivitas tirosin, induksi aktivasi teleocidin B-4
(antikanker ) terhadap virus Epstein-Barr, menghambat aktivitas bakteri gram+
(Bacillus subtilis, Staphyrococcus aureus, Propionibacterium acnes) dan
menghambat kegiatan superoksida dismutase.

VI. KESIMPULAN

Lichen merupakan suatu organisme tunggal, yang berasosiasi simbiotik dengan


organisme lain. Organisme simbion tersebut andalah antara fungi dengan alga dan/atau
cyanobacteria. Fungi membutuhkan karbon sebagai sumber nutrisi, ini disediakan oleh
simbionnya yaitu alga dan/atau cyanobacteria yang berfotosintesis. Simbiosis yang
dilakukan oleh lichen adalah simbiosis mutualisme. Tubuh lichen dinamakan Thallus
yang secara vegetatif mempunya kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna
abu-abu atau abu-abu kehijauan (Fithri, 2017). Lichenes memiliki klasifikasi yang
bervariasi dan dasar klasifikasinya secara umum adalah Jenis jamur yang bersimbiosis,
tipe pembentukan tubuh buahnya (ascocarpium. Perithesium, dan klestotechium), dan tipe
thallusnya :crustose, foliose, fruticose, dan squamulose.

DAFTAR PUSTAKA
Asnah. 2018. Inventarisasi Lumut Kerak (Lichene) Epifit Di Hutan Wisata Loang Gali,
Lenek Ramban Biak, Lombok Timur. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Mataram : Mataram
Fithri, Safiratul. 2017. Keanekaragaman Lichenes Di Brayeun Kecamatan Leupung Aceh
Besar Sebagai Referensi Mata Kuliah Mikologi. Tidak diterbitkan. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Ar-Raniry : Banda Aceh
GG, A., I, C., A., M., & A, M. (2011). Monitoring Epiphytic Lichen Biodiversity to Detect
Environmental Quality and Air Pollution: the Case Study of Roccamonfina Park
(Campania Region - Italy). In A. Moldoveanu, Air Pollution (p. 324). Italy: InTech.
Handoko, A., Tohir, R. K., Sutrisno, Y., Brillianti, D. H., Tryfani, D., Oktorina, P., Hayati, A.
N. (2015). Keanekaragaman Lumut Kerak (Lichens) Sebagai Bioindikator Kualitas
Udara di Kawasan Asrama Internasinal IPB. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Hasanuddin. 2014. Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry
Laksono, Agung. 2016. Identifikasi Jenis Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara Di
Kampus Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Tidak diterbitkan.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Lampung : Lampung.
Mulyadi, H. 2014. Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh : Syah Kuala University Press.
Murningsih dan Husna, M. 2016. Jenis-Jenis Lichen Di Kampus Undip Semarang. Bioma,
18(1) : 20-29
Nurjannah, S., Yousep, Mubaidullah, S., & Bashri, A. (2012). Keragaman dan Kemampuan
Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kediri. Jurnal
Pendidikan Biologi Universitas Nusantara, 1-8.
Panjaitan, Desi Maria, Fitmawati dan Atria Martina. 2012. Keanekaragaman Lichen
SebagaiBioindikator Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Volume 01
: Hal 01 – 17. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unriau.
Permatasari, R. E. et. al. 2016. Studi Pendahuluan Keanekaan Likhen Di Kawasan Geopark
Ciletuh Sukabumi, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
Pertiwi, I., L. 2015. Keanekaragaman Jenis Lumut (Bryophyta) dan Lumut Kerak (Lichen)
Yang Menempel Pada Pohon Di Desa Triyoso Kecamatan Belitang Kabupaten Oku
Timur dan Pengajarannya Di SMA Negeri 4 Palembang. Tidak diterbitkan. Fakultas
Keguruuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang : Palembang
Prasetyo, R. T. 2019. Identifikasi dan Inventarisasi Liken (Lichen) Di Kawasan Gunung
Gumitir Kabupaten Jember dan Pemanfaatannya Sebagai Booklet. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember : Jember
Putri, S. E. et. al. 2019. Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut Di Kawasan Hutan Adat Bukit
Benuah Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari, 7(3) : 1036-1047
Resa, D, R. M. 2019. Jenis-Jenis Lichenes Pada Tanaman Kopi Desa Paya Tumpi Baru
Kecamatan Kebayakan Sebagai Referensi Pendukung Pembelajaran MAN 1 Aceh
Tengah. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
: Banda Aceh
Rindiani, A. T. 2018. Penggunaan Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara dan
Gangguan Faal Paru Pada Masyarakat Di Kawasan Industri Genteng. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember : Jember
Roziaty, E. 2016. Review: Kajian Lichen : Morfologi, Habitat dan Bioindikator Kualitas
Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Bioeksperimen 2(1) : 54-66
______, _. ____. REVIEW LICHEN : KARAKTERISTIK ANATOMIS DAN
REPRODUKSI VEGETATIFNYA. Jurnal Pena Sains, 3(1) : 45-54
Samsali, Oga. 2008. Tumbuhan Epifit Berkhasiat Obat Di Sepanjanng Jalur Pendakian
Cemara Sewu Gunung Lawu. Naskah Publikasi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Simanjutak, H. dkk. 2015. Inventarisasi Tumbuhan Lichenes (Di Halaman Belakang Masjid
Universitas Negeri Medan). Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan
Sudrajat . Wendi. . dan Mukariina . 2013 . Keanekaragaman Lichen Coerticoious pada Tiga
Jalur Hijau di Kabupaten Kuba Raya. Tidak diterbitkan. Pontianak : FMIPA
Universitas Tanjungpura Pontianak
Utari, R., T. 2017. Karakteristik Morfologi Lichen Crustose Di Kawasan Hutan Sekipan
Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Tidak
diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Surakarta
Wijaya, Sony. 2019. Kelimpahan Rumput Kerak (Lichenes) Di Situs Gunung Padang
Kabupaten Cianjur. Skripsi(S1) Thesis. FKIP UNPAS : Bandung

Anda mungkin juga menyukai