Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : 4
KEANEKARAGAMAN LICHENES

Nama : Faradila Rahmita Andari


NIM : 24020120120037
Kelompok :6
Hari, tanggal : Senin, 22 Maret 2021
Asisten : Dwi Rahmawati

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ACARA IV
KEANEKARAGAMAN LICHENES

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lichenes dikenal dengan nama lumut kerak, karena bentuknya
menyerupai kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing atau batuan.
Lichenes (lumut kerak) sebenarnya bukan golongan lumut, tetapi merupakan
tumbuhan perintis hasil simbiosis antara golongan algae dan jamur. Apabila
sayatan tubuh Lichenes disayat tipis dan dilihat menggunakan mikroskop
maka akan terlihat adanya jalinan hifa atau miselium jamur yang teratur dan
di bagian lapisan permukaanya terdapat kelompok algae bersel satu atau
benang yang dijalin oleh hifa itu. Lichenes merupakan bentuk asosiasi alga
dan fungi yang hidup bersama di dalam hubungan simbiosis yang
menghasilkan tubuh baru dalam bentuk thalus lichenes. Lichenes menyerap
mineral-mineral yang dibutuhkan dari substrat tanah dan air hujan hanya
pada saat untuk bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, namun yang utama lichenes menyerap air dan kebutuhan
lainnya dari udara. Lichenes pada umumnya hidup sebagai epiphyta, tahan
terhadap kekeringan. Berkembang biak dengan fragmentasi thallus atau
soredium, yaitu potongan yang dapat tumbuh membesar. Pada mulanya
Lichenes terjadi bila spora jamur yang tumbuh bertemu dengan algae yang
sesuai. Satu hal yang tidak disukai oleh tumbuhan ini adalah udara dan air
yang beracun. Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan ini
tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka ini lichens sering
dipakai sebagai indikator (penunjuk) adanya pencemaran udara disuatu
daerah.
1.2 TUJUAN
Mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh jenis Lichenes.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lichenes

Gambar 2.1 Lichenes


(Gadek, 2021)

Lichenes merupakan thallus yang paling sering dijumpai dalam


kehidupan sehari hari, baik pada bebatuan, permukaan tanah dan
permukaan kulit pohon serta memiliki bentuk dan warna thallus yang
beragam. Lichenes sangat sensitif terhadap polutan karena tidak memiliki
kutikula sehingga dapat menyerap partikel polutan secara langsung melalui
permukaan thallusnya, khususnya sulfur dioksida (SO2), sehingga saat ini
Lichenes digunakan sebagai bioindikator terhadap pencemaran udara.
Lichenes juga digunakan sebagai sumber karbohidrat pada saat makanan
sulit didapat dengan mencampurnya dengan tepung, di Jepang disebut
Iwatake. Senyawa asam usnat yang terdapat pada ekstrak Lichenes jenis
Usnea telah digunakan pada salep antibiotik, deodorant dan herbal tincture
dan juga sebagai pencegah virus tembakau. Selain itu ekstraksi Evarina,
Permalia dan Ramalina menghasilkan minyak yang dimanfaatkan untuk
pembuatan sabun dan parfum serta beberapa Lichenes lainnya yang
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna tekstil (Ernilasari, 2015).
Lumut kerak merupakan tumbuhan indikator yang peka terhadap
pencemaran udara. Lumut kerak merupakan hasil simbiosis antara fungi dan
alga. Simbiosis tersebut menghasilkan keadan fisiologi dan morfologi yang
berbeda dengan keadaan semula sesuai dengan keadaan masing-masing
komponen pembentukannya. Lumut kerak mampu hidup pada lingkungan
ekstrim, tetapi juga sangat peka terhadap polusi (Rasyidah, 2018). Banyak
jenis Ascomycotina dan beberapa jenis Basidiomycotina hidup bersimbiosis
dengan alga hijau atau alga biru yang umumnya bersel satu yang
membentuk lichenes (Lukmana, 2012).
2.2 Klasifikasi Lichenes
2.2.1 Crustose

Gambar 2.2.1 Crustose


(Deglina, 2011)

Lichen crustose adalah salah satu lichen yang berbentuk kerak


mirip kulit yang keras biasanya menempel pada pepohonan. Lichen
crustose banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Pada penelitian
(Handoko, et al., 2015). Lichen crustose memiliki sifat morfologi
bentuk kerak dan cenderung melekat pada batang pohon sehingga
lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak, dari hal
tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah
tumbuh. Dari hasil eksplosi yang dilakukan, jumlah lichen dengan tipe
thallus crustose lebih banyak ditemukan dari pada lichen tipe thallus
foliose, karena lichen tipe thallus crustose memiliki ukuran signifikan,
yaitu datar, tipis biasanya tanpa lobus yang berbeda seperti lapisan
tipis atau kerak yang menempel ketat, lichen tipe thallus crustose
nampak dilukis pada kulit atau substrat yang keras (Utari, 2017).
Lichen crustose memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung
melekat pada batang pohon sehingga lichen crustose tidak
memerlukan kebutuhan air yang banyak, dari hal tersebut
menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah tumbuh
(Handoko,2015). Morfologi lichen crustose memiliki bentuk seperti
kerak (kulit keras) datar, tipis dan melekat pada permukaan pohon
yang bersifat susah dicabut tanpa merusak substratnya. Ketinggian
berpengaruh pada sebaran lichen, artinya semakin tinggi ketinggian
tempat semakin banyak dan bervariasi pada koloni lichen crustose
(Utari, 2017).
Crustose lichenes seperti pada umumnya tumbuh di permukaan
batu dalam beberapa koloni, umumnya berwarna kehijauan dan putih
atau putih keabuan. Thallus berwana pucat. Kadang berwarna coklat
pucat. Thallus memiliki lobus yang kecil memusat yang disebut
dengan crustaceous (Roziaty, 2016a). Tipe thallus crustose paling
efesien dibandingkan dengan tipe thallus lainnya. Tipe thallus crustose
dapat terlindung dari potensi kehilangan air dengan bertahan pada
substratnya. Tipe ini memiliki tipe jaringan thallus homoimerus yaitu
keadaan phycobion (alga) berada di sekitar hifanya (Muslim, 2018).
2.2.2 Foliose

Gambar 2.2.2 Foliose


(Brigitha, 2013)

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun


oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada
substratnya. Lumut kerak ini melekat pada batu, ranting dengan rhizin.
Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contoh foliose adalah Xantoria, Physicia, Peltigera, Parmelia. Lichen
foliose memiliki karakteristik daunnya seperti lobus. Dapat melebur
dengan lichen lainnya, menutupi substrat yang mereka tinggali.
Parmelia psysodes, tumbuh pada semak. diameter lobus berukuran
sekitar 1 cm, berwarna keabuan hingga kehitaman, Peltigera
polydactyla, tumbuh di tanah. Lobus semi tegak dengan diameter
sekitar 1 – 2cm, memiliki badan buah (ascocarpus) di bagian
ujungnya. Thallus berwarnakeabuan yang tampak kering, tapi akan
menjadi agak kehijauan ketika terkena percikan air (Roziaty, 2016).
Liken foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus dengan bentuk thalus datar, lebar, banyak lekukan
seperti daun yang mengkerut berputar. Liken ini relatif lebih longgar
melekat pada substratnya yaitu batu, dan ranting (Marianingsih,
2017). Lichen foliose memiliki bentuk pertumbuha nseperti lembaran
daun. Lichen foliose ini mudah untuk dipisahkan dari substratnya. Hal
ini dikarenakan adanya rhizine sebagai struktur perlekatan taluske
substrat (Fatma, 2017). Dari keempat kriteria bentuk lichenes terdapat
tiga lichenes sebagai indicator pencemaran udara yaitu Fruticose,
Foliose, dan Crustose. Sehingga kelompok foliose juga dapat
dimanfaatkan sebagai bioindikator pencemaran udara (Rahayu, 2015).
2.2.3 Fruticose

Gambar 2.2.3 Fruticose


(Namira, 2019)

Talus fruticose bentuknya seperti silinder, tegak dan


bercabang. Pada tipe ini mempunyai struktur umum yang hampir sama
namun jaringannya cenderung membentuk silinder dan bukan lapisan
horizontal. Tumbuh menempel pada subtrat oleh satu atau lebih akar.
Beberapa jenis dari lichenes ini mempunyai kandungan antibiotik dan
anti kanker. Hidup bergelantungan diudara, menempel pada pohon-
pohon-pohon di pegunungan. Contohnya adalah Usnea Longissi, dan
Ramalina Stenospora (Utami, 2017). Talus fruticose lichendibedakan
menjadi 2, yaitu berlubang dan padat (Susilawati, 2017).
Fruticose merupakan lichen yang memiliki thallus berupa
semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita.
Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau
cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan
bawah (Roziaty, 2017). Fruticose menjadi jenis lumut kerak yang
paling sensitif terhadap pencemaran udara contohnya usnea. Sehingga
jika di suatu daerah tidak terdapat fruticose maka daerah tersebut
dapat dikatakan tercemar (Mandira, 2018).
2.2.4 Squamulose

Gambar 2.2.4 Fruticose


(Ramadhan, 2016)

Squamulose lichenes memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus


ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling
bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia. Dari keempat kriteria bentuk lichenes terdapat tiga lichenes
sebagai indicator pencemaran udara yaitu Fruticose, Foliose, dan
Crustose. Squamulose lichen tidak bisa menjadi indicator pencemaran
udara karena tidak memiliki kepekaan terhadap pencemaran udara
yang sama seperti tiga tipe lichenes lainnya. (Rozita, 2016).
Squamulose memiliki thallus yang tipis mendatar pada kulit
pohon atau batu. Cladoniapyxidata tumbuh di tanah. Lichen ini
termasuk tipe squamulose (Roziaty, 2016). Lichenes squamulose
memiliki thallus dengan lobus bersisik, lobus ini disebut squamulus
yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih. Thallus ini juga
memiliki struktur tubuh buah yang disebut dengan podetia. Contoh
Lichenes tipe squamulose adalah Psora pseudorusselli (Lichenes tipe
Squamulose) (Roziaty, 2016). Talus utama squamulose, yaitu bentuk
talus yang menyerupai daun dengan ukuran < 1 cm, bagian
pangkalnya crustose (melekat pada substrat) dan bagian ujungnya
bebas, tidak memiliki korteks bawahs ehingga pada permukaan bawah
talus tampak helaian-helaian hifa. Podetia menyerupai batang yang
tumbuh tegak sebagai tangkai (berlubang) yang menopang apotesia (di
ujung podetia), muncul dari talus utama yang squamulose. Talus
squamulose besar (> 2 mm) melekat di pangkal podetia
(Susilawati,2017). Talus squamulose berbentuk seperti crustose tetapi
permukaannya tersusun oleh banyak cuping (lobes) tanpa rizin dan
dengan bagian tepi terangkat (Fandani, 2018).
III.METODE PENELITIAN
3.1 Alat
3.1.1 Hp dan Laptop
3.1.2 Alat tulis
3.1.3 Buku laporan sementara
3.2 Bahan
3.2.1 Vidio materi
3.2.2 Materi ppt
3.2.3 Gambar spesimen
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Alat dan bahan disiapkan.
3.3.2 Pengamatan dilakukan secara online dirumah masing-masing.
3.3.3 Bagian pada setiap spesies dan ciri-cirinya diamati.
3.3.4 Preparat Graphis sp. digambar di buku laporan sementara dan diberi
keterangan serta deskripsi.
3.3.5 Preparat Parmelia sp. digambar di buku laporan sementara dan diberi
keterangan serta deskripsi.
3.3.6 Preparat Usnea sp. digambar di buku laporan sementara dan diberi
keterangan serta deskripsi.
IV. HASIL PENGAMATAN

No Nama Spesies Gambar Referensi Gambar Pribadi Keterangan


.
1. Graphis sp. 1. Isidia
2. Thallus
3. Substrat tempat
menempel

(Abdurochmaan, 2012)

(Dok. Pribadi, 2021)


2. Parmelia sp. 1. Apotesia (Tepi
Thallus)
2. Thallus
3. Rhizines di
bawah Thallus

(Gadek, 2021) 4. Substrat tempat


(Dok. Pribadi, 2021) menempel

3. Usnea sp. 1. Thallus


2. Rhizines
3. Substrat tempat
menempel

(Bancroft, 2017) (Dok. Pribadi, 2021)


V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara IV yang berjudul “Keanekaragaman
Lichenes” telah dilaksanakkan pada Senin, 22 Maret 2021 pukul 13.00-15.50
WIB secara virtual via Microsoft Teams. Tujuan praktikum yaitu mempelajari
beberapa contoh jenis Lichenes. Alat yang digunakan adalah hp dan laptop, alat
tulis, dan buku laporan sementara. Bahan yang digunakan yaitu video materi,
materi ppt, dan gambar spesimen. Cara kerja yang dilakukan yaitu alat dan
bahan disiapkan. Pengamatan dilakukan secara online dirumah masing-masing.
Bagian pada setiap spesies dan ciri-cirinya diamati. Preparat Graphis sp.,
Paramelia sp., dan Usnea sp. digambar di buku laporan sementara dan diberi
keterangan serta deskripsi.
Lichenes (Lumut kerak merupakan simbiosis antara fungi dan algae
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Lumut ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah, batu cadas, di tepi pantai
atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis
dan ikut perperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik
karena dapat masuk pada bagian pinggir batuan. Dalam hidupnya Lichenes tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam
waktu yang lama Hal ini sesuai dengan pendapat Lukmana (2012), bahwa
Lumut kerak merupakan salah satu anggota dari tumbuhan tingkat rendah yang
mana belum mendapatkan perhatian yang maksimal seperti anggota yang
lainnya. Organisme ini sebenarnya merupakan kumpulan antara fungi dan alga,
tetapi sedemikian rupa, sehingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan
suatu kesatuan. Banyak jenis Ascomycotina dan beberapa jenis Basidiomycotina
hidup bersimbiosis dengan alga hijau atau alga biru yang umumnya bersel satu
yang membentuk lichens.
5.1 Crustose
Crustose merupakan tipe lichens berukuran kecil, datar tipis, dan
melekat pada permukaan substratnya Hal ini sesuai dengan pendapat
Marianingsih (2017), bahwa Crustose adalah tipe lichen dengan thalus
berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan
substratnya, sehingga liken jenis ini sangat sulit di lepaskan dari
substratnya. Lichenes mempunyai sifat morfologi yaitu berbentuk kerak dan
melekat pada batang pohon, tidak membutuhkan air yang banyak, mudah
tumbuh Hal ini selaras dengan pendapat Utari (2017), bahwa Lichen
crustose memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat pada
batang pohon sehingga lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air
yang banyak, dari hal tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat
dengan mudah tumbuh. Dari hasil eksplosi yang dilakukan, jumlah lichen
dengan tipe thallus crustose lebih banyak ditemukan dari pada lichen tipe
thallus foliose, karena lichen tipe thallus crustose memiliki ukuran
signifikan, yaitu datar, tipis biasanya tanpa lobus yang berbeda seperti
lapisan tipis atau kerak yang menempel ketat, lichen tipe thallus crustose
nampak dilukis pada kulit atau substrat yang keras.
5.1.1 Graphis sp.
Graphis sp. termasuk ke dalam kelompok crustose karena
memiliki bentuk talus yang berukuran kecil datar, datar, tipis yang
melekat pada substrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko
(2015) yang menyatakan bahwa Graphis scipta termasuk kedalam
famili graphidaceae. Tipe thallus yaitu Crustose. Warna thallusnya
keputihan dan menempel pada substratnya berupa pohon yang masih
hidup. Lichen crustose memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan
cenderung melekat pada batang pohon. Graphis sp. memiliki ciri
hidup menempel pada substrat, memiliki tubuh talus, bentuk talus
kecil datar dan tidak bias dipisahkan dari substrat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marianingsih (2017), bahwa Graphis sp. memiliki
ciri hidup menempel pada substrat, memiliki tubuh talus, bentuk talus
kecil datar dan tidak bias dipisahkan dari substrat.
Graphis sp. memiliki beberapa bagian tubuh yaitu thallus yang
berfungsi untuk melakukan semua fungsi sekaligus, yang akan
menjadi milik daun, batang atau akar secara terpisah dengan
organisasi yang sempurna Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Azizah (2012) bahwa thalus digunakan sebagai organ vegetative pada
tubuh linchen. Graphis sp. memiliki rhizome yang tersusun atas
lapisan fungi yang tidak rapat dan menempel kuat pada substrat,
Menurut Campbell dkk (2010) bahwa secara anatomi linchenes juga
memiliki bagian-bagian yang menarik karena adanya lapisan fungi
atau lapisan luar korteks yang tersusun atas sel-sel yang tidak rapat
dan menempel kuat pada substrat. Rhizines berfungsi untuk
menempel pada substrat dan sebagai alat absorbs makan. Pada thalus
Graphis sp. terdapat bintik-bintik hitam pada bagian tengah thalus
yang menonjol keluar dari kortek bagian atas yang biasa disebut
isdida Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Noer (2013) bahwa
pada thallus yang terdapat di Graphis sp. terdapat bintik-bintik hitam
di bagian tengah talus yang menonjol keluar dari kortek bagian atas
yang biasa dinamakan isdida. Isida berfungsi sebagai alat propagate
vegetative dan meningkatkan luas permukaan dan kapasitas thalus.
Menurut Noer (2013) isdida berfungsi untuk meningkat luas
permukaan dan kapasitas asimilasi thalus.
Seperti lichenes pada umunya, Graphis sp. dapat berkembang
biak dengan cara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual ini
pertemuan antara gamet jantan dan betina. Reproduksi aseksual
dengan cara fragmentasi (membelah diri), isidia yaitu melepaskan
bagian dari tubuh thallus yang kemudian akan berkembang, serta
soredia yaitu bagian sel alga yang akan berkembang dan akan lepas
dan membentuk individu baru Hal ini didukung oleh pernyataan
Ulfira (2017), bahwa reproduksi lichenes dengan cara seksual yaitu
dengan gamet jantan dan betina. Juga dapat dengan reproduksi
aseksual, yaitu dengan fragmentasi. Juga melalui isidia yaitu bagian
yang lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai
simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya
sesuai. Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang
membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu
badan yang dapat terlepas dari induknya.
Graphis sp. biasa ditemukan menempel kuat pada kulit pohon
yang permukaannya kasar Hal ini sesuai dengan pernyataan Muslim
(2018), Graphis scipta hanya tumbuh pada pohon yang memiliki
tekstur kasar dan memiliki diameter yang bulat yaitu pada pohon
palem raja karena jenis lichenes ini tidak terdapat pada pohon
mahoni, pohon saga dan pohon ketapang, tempat yang memiliki
banyak air, sinar matahari yang cukup serta kualias udara yang baik.
Graphis sp. biasanya hidup menempel pada batang pohon Hal ini
sesuai dengan pendapat Roziaty (2017), bahwa lichen hidup di di
tempat yang memiliki air, sinar matahari yang cukup serta kualias
udara yang baik. Manfaat Graphis sp. adalah dapat dijadikan
indikator pencemaran udara dan membantu proses pelapukan Hal ini
sesuai dengan pendapat Roziaty (2016), bahwa Graphis sp. dapat
dijadikan sebagai indikator pencemaran udara dan membantu proses
pelapukan.
5.2 Foliose
Lichens foliose merupakan jenis lichens yang memiliki ciri
berstukrur seperti daun, tersusun oleh lobus-lobus, bentuk talus datar, lebar,
dan benyak lekukan seperti daun. Lebih longgar, dan melekat pada batu dan
ranting Hal ini sesuai dengan pendapat Marianingsih (2017), bahwa Liken
foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus
dengan bentuk thalus datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar. Liken ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya
yaitu batu, dan ranting. Bentuk petumbuhan dari lichens foliose yaitu
seperti lembaran daun, lichens ini juga mudah dipidahkan dari substratnya
karena adanya rhizines Hal ini sesuai dengan pendapat Fatma (2017),
bahwa Lichen foliose memiliki bentuk pertumbuhan seperti lembaran daun.
Lichen foliose ini mudah untuk dipisahkan dari substratnya. Hal ini
dikarenakan adanya rhizine sebagai struktur perlekatan talus ke substrat.
5.2.1 Parmelia sp.
Parmelia sp. termasuk ke dalam kelompok foliose karena
memiliki talus yang berbetuk daun yang terdiri dari lobus-lobus. Hal
ini sesuai dengan pendapat Marianingsih (2017), bahwa lichen
foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus
dengan bentuk thalus datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar. Ciri-ciri Parmelia sp. yaitu memiliki thallus
datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut dan
berputar Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Murningsih
(2017) bahwa Pamerlia sp. memiliki thallus datar, lebar, banyak
lekukan seperti daun yang mengkerut. Parmelia sp .memiliki thallus
yang berwarna hijau Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Panjaitan (2014) bahwa Lichen Parmeliaceae bentuknya seperti
lembaran daun, warnanya hijau hingga hijau keabuabuan, talusnya
berbentuk seperti daun atau yang dikenal dengan foliose.
Parmelia sp. memiliki ciri hidup menempel pada substrat,
memiliki tubuh talus, bentuk talus seperti daun yang tersusun atas
lobus-lobus. Hal ini sesuai dengan pendapat Marianingsih (2017),
bahwa Parmelia sp. memiliki ciri hidup menempel pada substrat,
memiliki tubuh talus, bentuk talus seperti daun yang tersusun atas
lobus-lobus. Parmelia sp. terdiri atas rhizines, talus dan substrat.
Rhizines berfungsi untuk menempel pada substrat dan sebagai alat
absorbsi makan. Talus berfungsi sebagai tubuh Parmelia sp. yang
tidak memiliki akar batang daun sejati dan substrat sebagai tempat
melekatnya lichen Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2017),
bahwa Parmelia sp. terdiri atas rhizines dan talus. Rhizines
merupakan struktur yang terbentuk dari kumpulan hifa fungi yang
berfungsi untuk memperkuat kedudukan thalus, sehingga dapat
melekat pada substratnya. Talus berfungsi sebagai tubuh Parmelia
sp. yang tidak memiliki akar batang daun sejati. Dan substrat sebgai
tempat melekatnya lichen.
Daur hidup Parmelia sp. dengan cara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual ini menggunakan gamet jantan dan betina.
Reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi (membelah diri), isidia
yaitu melepaskan bagian dari tubuh thallus yang kemudian akan
berkembang, serta soredia yaitu bagian sel alga yang akan
berkembang dan akan lepas dan membentuk individu baru. Hal ini
sesuai dengan pendapat Handoko (2015) bahwa reproduksi Parmelia
sp. ini dengan cara seksual yaitu dengan pertemuan gamet jantan dan
betina. Juga dapat dengan reproduksi aseksual, yaitu dengan
fragmentasi. Juga melalui isidia yaitu bagian yang lepas dari thallus
induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium tumbuh
menjadi individu baru jika kondisinya sesuai. Soredia adalah
kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan
diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yang
dapat terlepas dari induknya. terjadi secara aseksual terjadi ketika
lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan soredia atau
isidia (bagian yang lebih tipis). Jika berbentuk secara beraturan
disebut soralia. Beberapa jenis mampu berdegerasi menjadi soredia
isidioid. Reproduksi seksual memungkinkan terjaidnya variasi pada
populasi. Reproduksi seksual membutuhkan dua tipe inti gen haploid
atau sebuah diploid yang kemudian harus bergabung membentuk inti
diploid selanjutnya mengalami pembelahan meiosis diikuti
pembentukan spora.
Habitat Parmelia sp. adalah di tempat yang memiliki air, sinar
matahari yang cukup serta kualias udara yang baik. Parmelia sp.
biasanya ditemukan hidup pada kulit kayu, tanah, tembok, dan batu
Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2017), bahwa lichen hidup
di tempat yang memiliki air, sinar matahari yang cukup serta kualias
udara yang baik. Manfaat Parmelia sp.adalah dapat dijadikan
sebagai zat anti mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat
Thippeswami (2012), bahwa Parmelia sp. memiliki kandungan
bioaktif yang dapat dijadikan sebagai antimikroba. Parmelia sp.
dapat digunakan sebagai bioindikator untuk memantau kualitas
udara. Hal ini sesuai dengan Monna (2011) bahwa Parmelia sp.
dapat digunakan untuk memonitor tingkat polusi udara.
5.3 Fruticose
Fruticose adalah lichens dengan bentuk thallus dan ciri yaitu
berupa semak, memiliki banyak cabang berbentuk pita, tumbuh tegak
ataupun menggantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2017),
bahwa Fruticose merupakan lichen yang memiliki thallus berupa semak
danmemiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh
tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak
terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Lichens jenis ini
merupakan lumut kerak yang sensitive terhadap pencemaran udara dan
dapat dijadikan sebagai pendeteksi pencemaran sebuah daerah Hal ini
sesuai dengan pendapat Mandira (2018), bahwa Fruticose menjadi jenis
lumut kerak yang paling sensitif terhadap pencemaran udara contohnya
usnea. Sehingga jika di suatu daerah tidak terdapat fruticose maka daerah
tersebut dapat dikatakan tercemar. Lichenes jenis Fruticose ini tidak dapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawahnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Puspita (2017), yang mengatakan bahwa Fruticose adalah bentuk
lichen jamur yang ditandai dengan karang, seperti semak atau struktur
pertumbuhan yang lebat. Tubuh fructicose terdiri dari thallus dan holdfast.
Terbentuk dari hubungan simbiotik dari photobiont seperti cyanobacteria
dan dua mycobiont. Bentuk thallus frucicose mirip rambut silinder atau
pipih. Thallus fructicose lichen dibedakan menjadi dua, yaitu berlubang dan
padat.
5.3.1 Usnea sp.
Usnea sp. termasuk ke dalam kelompok fruticose karena
memiliki bentuk talus seperti semak dam memiliki banyak cabang
dengan bentuk pita Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2017),
bahwa fruticose merupakan lichen yang memiliki thallus berupa
semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita.
Usnea sp. memiliki ciri hidup menempel pada substrat,
memiliki tubuh talus, bentuk talus seperti semak dengan banyak
cabang seperti pita. Hal ini sesuai dengan pendapat Marianingsih
(2017), bahwa Usnea sp. memiliki ciri hidup menempel pada
substrat, memiliki tubuh talus, bentuk talus seperti semak dengan
banyak cabang seperti pita. Usnea sp. terdiri atas rhizines dan talus.
Rhizines berfungsi untuk menempel pada substrat dan sebagai alat
absorbs makan. Talus berfungsi sebagai tubuh Usnea sp. yang tidak
memiliki akar batang daun sejati. Hal ini sesuai dengan pendapat
Roziaty (2017), bahwa Usnea sp. terdiri atas rhizines dan talus.
Rhizines berfungsi untuk menempel pada substrat dan sebagai alat
absorbs makan. Talus berfungsi sebagai tubuh Usnea sp. yang tidak
memiliki akar batang daun sejati.
Usnea sp. dapat berkembang biak secara generatif maupun
vegetatif. Reproduksi generatifnya ialah menggunakan
pseudophotecia. Sedangkan reproduksi vegetatifnya menggunakan
soredia dan isdia atau sorelia. Menurut Noer (2013), Usnea sp.
memperbanyak diri dengan cara generatif dan vegetatif. Alat
reproduksi generatifnya ialah pseudophotecia, yaitu dengan
pertemuan gamet jantan dan betina. Sedangkan alat reproduksi
vegetatifnya adalah soredia dan isidia atau sorelia. Isidia yaitu
melepas bagian dari thallus dan kemudian berkembang menjadi
individu baru. Soredia yaitu sel-sel alga yang membelah dan dapat
lepas dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu
baru.
Habitat Usnea sp. adalah di tempat yang memiliki air, sinar
matahari yang cukup serta kualias udara yang baik. Usnea sp.
biasanya hidu pmenggantung pada ranting dan dahan pohon. Hal ini
sesuai dengan pendapat Roziaty (2017), bahwa lichen hidup di di
tempat yang memiliki air, sinar matahari yang cukup serta kualias
udara yang baik. Manfaat Usnea sp. adalah dapat dijadikan
bioindikator perubahan lingkungan karena memiliki tingkat
sensitivitas paling tinggi terhadap perubahan lingkungan
dibandingkan kelompok lichen lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Roziaty (2016), bahwa Usnea sp. dapat dijadikan indikator
perubahan lingkungan. Selain itu, Usnea sp. juga dapat digunakan
sebagai jamu berbagai macam penyakit Hal ini sesuai dengan Noer
(2013) yang menyatakan bahwa Usnea sp. adalah salah satu lichen
kelompok fructicose yang sampai saat ini umum dimanfaatkan
masyarakat dalam formula jamu untuk obat sariawan, disentri,
masuk angin, ruam, kejang, nyeri haid, wasir, dan untuk
memudahkan persalinan.
VI. KESIMPULAN

Lichenes atau yang sering disebut lumut kerak ini memiliki jenis yang
beragam. Lichenes dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk thallusnya yaitu
crustose, foliose, fruticose dan squamulose. Crustose merupakan kelompok
lichenes yang memiliki talus kecil, datar, tipis, dan melekat kuat pada
substrat,contohnya adalah Graphis sp. Foliose merupakan kelompok lichenes
yang memiliki talus berbentuk daun yang berlobus-lobus, contohnya adalah
Parmelia sp. Fruticose merupakan kelompok lichenes yang memiliki talus
berupa semak dengan cabang berbentuk pita, contohnya adalah Usnea sp. Dan
Squamulose merupakan kelompok lichens yang memiliki talus yang tipis
mendatar pada kulit pohon atau batu, contohnya adalah Psora pseudorusselli.
DAFTAR PUSTAKA

Dandani, Septian T. 2018. Tingkat Penceamaran Udara di Desa Silo dan Desa Pace
Kecamatan Silo Kabupaten Jember dengan Menggunakan Lichen Sebagai
Bioindikator. Jember: Universitas Jember.

Ernilasari. 2015. Keanekaragaman Jenis Lichenes di Pegunungan Gle Jaba Kecamatan


Lhoong Aceh Besar. Prosiding Nasional Seminar Biotik. 1(1). 135-137.

Fatma, Yulya. 2017. Keanekaragaman Familia Physciaceae dan Lobariaceae di Taman


Hutan Raya Raden Soerjo sebagai Bahan Ajar pada Mata Kuliah Mikrobiologi.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 2(2): Hal 179-185.

Handoko, A. 2015. Keanekaragaman Lumut Kerak (Lichens) Sebagai Bioindikator


Kualitas Udara di Kawasan Asrama Internasional IPB. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Lukmana, Wulanti. 2012. Keanekaragaman Jenis Lichenes Pada Tegakan Pohon


Rasamala (Altingia excelsa) Di Tahura Bukit Barisan Tongkoh Kabupaten
Karo dan Hutan Aek Nauli Parapat Kab. Simalungun. Medan: Universitas
Negeri Medan.

Mandira, Unika W. 2018. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kelembaban Udara


Terhadap Keanekaragaman Lichen Di Taman Wisata Alam Bipolo, Kupang,
NusaTenggara Timur. Kupang: Unwira.

Marianingsih, Pipit. 2017. Keanekaragaman Liken Pulau Tunda Banten sebagai Konten
Pembelajaran Keanekaragaman Hayati Berbasis Potensi Lokal. Jurnal
Biodidaktika. 12(1): Hal 17-20.

Monna, F. 2011. Lichens Used as Monitors of Atmospheric Pollution Around Agadir


Case Study Predating Lead-Free Gasoline. Water Air Soil Pollut. 1(15): Hal
1263-1274.

Muslim dan Ashar Hasairin. 2018. Eksplorasi Lichenes Pada Tegakan Pohon Di Area
Taman Margasatwa (Medan Zoo) Simalingkar Medan Sumatera Utara. Jurnal
Biosains. 4(3): Hal 145-153.
Noer, Iin Supartinah. Dkk. 2013. Karakterisasi Dan Kekerabatan Janggot Kai (Usnea
sp.) Di Priangan. Jurnal IJAS. 3(2): Hal 66-73.

Roziaty, E. 2016, Lichen: Karakteristik Anatomis dan Reproduksi Vegetatifnya. Jurnal


Pena Sains. 3(1): Hal 53-58.

Roziaty, Efri. 2016. Kajian Lichen, Morfologi, Habitat dan Bioindikator Kualitas Udara
Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Jurnal Bioeksperimen. 2(1):
Hal54-66.

Roziaty, Efri. 2017. Jenis dan Morfologi Lichen Fruticose di Kawasan Hutan Sekipan
Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah. Proceeding Biology
Education Conference. 14(1): Hal 114-117.

Susilawati, Puspita R. 2017. Fruticose dan Foliose Lichen di Bukit Bibi Taman
Nasional Gunung Merapi. Jurnal Penelitian. 2(1): Hal 12-21.

Susilawati, Puspita Ratna. 2017. Fruticose dan Foliose Lichen di Bukit Bibi, Taman
Nasional Gunung Merapi. Jurnal Penelitian. 21(1): Hal 12-21.
Thippeswari. 2012. Antimicrobial property of bioactive factor isolated from Parmelia
perlata. International Multidisciplinary Research Journal. 2(2): Hal 1-5.

Utami, Roro S. 2017. Karakteristik Lichenes di Kawasan Perkebunan di Kawasan


Perkebunan Kopi Desa Bukit Mulie Kabupaten Bener Meriah Sebagai
Referensi Mata Kuliah Botani Tumbuhan Rendah. Aceh: Universitas Negeri
Ar-Raniry.

Utari, Ratih T. 2017. Karakteristik Morfologi Lichen Crustose di Kawasan Hutan


SekipanDesa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 22 Maret 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikan

ACC
Dwi Rahmawati
Faradila Rahmita Andari
24020118130134 24020120120037

Anda mungkin juga menyukai