Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : 5

KEANEKARAGAMAN LICHENES

Nama : Zanuba Khusnalmuna

NIM : 24020122120009

Kelompok : 1 (satu)

Hari, tanggal : Selasa, 28 Maret 2023

Asisten : Bella Sungkawa Zanuar R.

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
ACARA V
KEANEKARAGAMAN LICHENES

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lichen adalah organisme yang menempati habitat yang sangat luas di muka
bumi yaitu sekitar 8 % permukaan bumi. Lichen dapat dijumpai pada pohon, batu-
batuan, dan tanah. Lichen juga terkadang menempel pada berkas properti buatan
manusia seperti beton, besi tua mobil yang sudah tidak digunakan pemiliknya,
bangku-bangku taman bahkan di batu nisan pekuburan. Lichen merupakan tumbuhan
yang bersimbiosis antara fungi dan alga. Lichen memiliki karakteristik morfologis
yang unik yang berada diantara karakteristik baik morfologis, anatomis dan
reproduksi antara alga dan fungi. Lichen yang umumnya ditemukan terbagi menjadi
beberapa tipe yaitu berbentuk foliose, fruticose dan crustose serta squamulose.
Reproduksi lichen terdiri dari aseksual dan seksual. Aseksual melalui pembentukan
soredia, isidia dan lobules sedangkan yang seksual adalah dengan pembentukan spora
askus. (Roziaty, 2016). Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum
keanekaragaman lichen yang bertujuan untuk mempelajari berbagai macam jenis
lichen.
1.2. Tujuan
Mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh jenis lichen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
1.
2.
2.1. Lichenes
Lichen adalah organisme yang menempati habitat yang sangat luas di muka
bumi yaitu sekitar 8 % permukaan bumi. Lichen dapat dijumpai pada pohon, batu-
batuan, dan tanah. Lichen juga terkadang menempel pada berkas properti buatan
manusia seperti beton, besi tua mobil yang sudah tidak digunakan pemiliknya,
bangku-bangku taman bahkan di batu nisan pekuburan. Lichen adalah organisme
yang sebenarnya berasal dari dua organisme yang berbeda yang saling bersimbiosis.
Organisme tersebut yaitu fungi dan satu lagi adalah organisme fotosintetik, yaitu alga
atau cyanobacteria. Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan
massa, perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas
ketersediaan karbohidrat. Jamur dan alga akan bersama - sama mampu saling
bersinergi sehingga mampu bertahan dan menempati habitat yang sangat luas di muka
bumi. (Roziaty, 2016).

2.2. Klasifikasi Lichenes


Menurut bentuk pertumbuhannya, Lichenes terbagi menjadi empat tipe yaitu:
Crustose, Foliose, Fructicose dan Squamulose Crustose merupakan tipe lichen dengan
tubuh seperti crust (seperti lapisan kulit) dan umumnya menempel erat pada
substratnya (Chandra, 2015). Foliose merupakan tipe lichen dengan karakteristik
bentuk seperti lobus dan mudah dipisahkan dari substratnya (Fatma dkk, 2017).
Fructicose merupakan lichen yang memiliki thallus berupa semak dan memiliki
banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Sedangkan Squamulose merupakan
lichenes yang memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah
yang disebut podetia. (Jasmantika, 2019).
2.2.1. Crustose

(Mulyadi, 2017)
(Gambar 1. Lichenes Crustose)
Crustose merupaka jenis lichenes yang mempunyai thallus berukuran kecil,
datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini
susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh lichen crustose yaitu
Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidum. Endolitik
merupakan jenis lichenes yang tumbuh di dalam batu sehingga hanya bagian tubuh
buahnya yang berada di permukaan. Kemudian terdapat lichenes endoploidik atau
endoploidal yaitu lichenes yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan. Lichenes
yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
(Jasmantika, 2019).

2.2.2. Foliose

(Ossowska dkk, 2019)


(Gambar 2. Lichenes Foliose)
Lichenes Foliose merupakan jenis lichenes yang bentuknya seperti daun.
Lichenes jenis ini memiliki thallus yang datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Lichenes foliose pada bagian permukaan atas dan bawah
memiliki perbedaan. Lichenes ini biasanya ditemukan melekat pada batu dan pohon.
Bagian dari lichenes ini yaitu memiliki bagian rhizines yang berfungsi sebagai alat
untuk mengabsobsi makanan. Contoh dari lichenes Foliose yaitu Physcia aipolia,
Xantoria, Peltigera, dan Parmelia (Hasanuddin, 2014).
2.2.3. Fruticose

(Jasmantika, 2019)
(Gambar 3. Lichenes Fruticous)
Fruticous merupakan jenis lichenes yang memiliki thallusnya berupa semak.
Lichenes ini memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thalus tumbuh
tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Pada bagian
permukaan atas dan permukaan bawah tidak ada bedanya. Fruticous terdiri dari
beberapa jenis lichnenes yaitu contohnya Usnea, Ramalina dan Cladinia.
(Jasmantika, 2019).

2.2.4. Squamulose

(Fithri, 2017)
(Gambar 4. Lichenes Squamulose)
Squamulose atau scale lichenes merupakan jenis lichenes yang tidak memiliki
korteks bawah dan rimpang. Lichenes ini memiliki talus yang umumnya tersusun
menyerupai sisik kecil. Talus pada lichenes ini sering sebagian terangkat, dan
biasanya tumpang tindih, permukaan bawah sering berwarna putih dan berbulu.
Lumut kerak squamulose beberapa diantaranya menghasilkan tubuh buah yang
disebut podetium. Podetium memiliki struktur yang tegak, tangkai berongga,
menyerupai tee golf, tusuk gigi atau semak yang bercabang. (Maharani, 2018).

III. METODE
1.

2.

3.

3.1. Alat

3.1.1 Alat Tulis

3.1.2 Buku laporan sementara

3.1.3 Buku penuntun praktikum

3.1.4 Alat dokumentasi (handphone)

3.2. Bahan

3.2.1 Parmelia sp.

3.2.2 Usnea sp.

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Alat dan bahan disiapkan.

3.3.2 Spesies Parmelia sp. dan Usnea sp. diamati dan ditunjuk bagian-bagiannya.

3.3.3 Kemudian digambar pada laporan sementara, lalu diberi keterangan bagian-
bagian dan deskripsi singkat dari spesies tersebut.

3.
3.1.
3.2.
3.3.
IV. HASIL PENGAMATAN
1.
2.
3.
4.

No Nama Gambar Gambar Keterangan


Spesies Dokumentasi Pribadi
1 Parmelia sp. Thalus berbentuk daun yang terdiri
dari lobus-lobus, struktur thalus
lebih longgar, Parmelia sp.
berbentuk seperti lembaran daun.
Substrat berbentuk bulat, melekat
(Doc.Pribadi,
pada kulit pohon. Habitatnya
2023)
(Doc.Pribadi, ditempat lembab.
2023)
2 Usnea sp. Thalus berbentuk semak dengan
banyak cabang, termasuk jenis
fruticous bentuknya
askopapoterium. Perkembangan
seksual dan aseksual. Habitatnya
bergantung di udaram ditemukan di
(Doc.Pribadi, dataran tinggi.
(Doc.Pribadi,
2023)
2023)

V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara I yang berjudul “Keanekaragaman Lichenes” telah
di laksanakan pada Selasa, 28 Maret 2023 pukul 13.40-selesai di Laboratorium Biologi
Dasar. Tujuan praktikum Mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh jenis lichenes.
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, buku laporan sementara, buku penuntun praktikum,
dan alat dokumentasi (handphone). Bahan yang digunakan yaitu Parmelia sp. dan Usnea
sp. Cara kerja pada praktikum ini yaitu, alat dan bahan disiapkan, kemudian spesies
Parmelia sp. dan Usnea sp. diamati dan ditunjuk bagian-bagiannya. Kemudian digambar
pada laporan sementara, lalu diberi keterangan bagian-bagian dan deskripsi singkat dari
spesies tersebut.

Lichenes yaitu organisme yang sering dijumpai menempel pada pohon, batu, tanah,
batu nisan, besi tua, dan beton. Lichenes merupakan simbiosis antara dua organisme yaitu
alga dan fungi. Alga akan bertanggung jawab atas ketersediaan karbohidrat, sedangkan fungi
bertanggung jawab untuk menyediakan struktur, massa, dan perlindungan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Roziaty (2016), yang menyatakan bahwa lichen merupakan organisme yang
menempel pada pohon, batu-batuan, dan tanah, serta dapat menempel pada berkas properti
buatan manusia seperti beton, besi tua mobil yang sudah tidak digunakan pemiliknya,
bangku-bangku taman bahkan di batu nisan pekuburan. Lichen adalah organisme yang
sebenarnya berasal dari dua organisme yang berbeda yang saling bersimbiosis. Organisme
tersebut yaitu fungi dan satu lagi adalah organisme fotosintetik, yaitu alga atau cyanobacteria.
Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan massa, perlindungan, sedangkan
organisme fotosintetik bertanggung jawab atas ketersediaan karbohidrat. Jamur dan alga akan
bersama - sama mampu saling bersinergi sehingga mampu bertahan dan menempati habitat
yang sangat luas di muka bumi.

Berdasarkan morfologinya, lichenes dibagi menjadi 4 macam yaitu crustose, foliose,


feruticous, dan squamulose. Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2016), yang
menyatakan bahwa menurut klasifikasi morfologinya, lichen dibagi menjadi Crustose,
Foliose, Fruticous, dan Squamulose. Crustose merupakan lumut kerak yang memiliki thallus
yang berukuran kecil,datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau
tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Foliose merupakan jeni
lichenes yang memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Fruticose
merupakan jenis lichenes yang thalusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan
bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau
cabang pohon. Squamulose merupakan jenis lichen yang memiliki lobus-lobus seperti sisik,
lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.

1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Foliose
Foliose merupakan jenis lichenes yang memiliki bentuk seperti daun karena
memiliki thalus yang datar, lebar, dan banyak lekukan seperti daun yang mengerut
berputar. Lichenes jenis ini biasa ditemukan menempel pada batu dan pohon. Contoh
dari lichenes Foliose yaitu Physcia aipolia, Xantoria, Peltigera, dan Parmelia. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hasannuddin (2014) yang menyatakan bahwa, lichenes
Foliose merupakan jenis lichenes yang bentuknya seperti daun. Lichenes jenis ini
memiliki thallus yang datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar. Lichenes foliose pada bagian permukaan atas dan bawah memiliki
perbedaan. Lichenes ini biasanya ditemukan melekat pada batu dan pohon. Bagian
dari lichenes ini yaitu memiliki bagian rhizines yang berfungsi sebagai alat untuk
mengabsobsi makanan. Contoh dari lichenes Foliose yaitu Physcia aipolia, Xantoria,
Peltigera, dan Parmelia.
5.1.1. Parmelia sp.
Bagian-bagian dari Lichenes Parmelia sp. yaitu korteks atas, daerah alga,
rhizines, dan korteks bawah, juga memiliki apotesia dan thalus. Rhizines pada
Parmelia sp. berfungsi untuk mengabsorbsi makanan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hadiyati dkk (2013) yang menyatakan bahwa, struktur Parmelia terdiri
dari korteks atas, daerah alga, medulla, dan korteks bawah berupa rhizines.
Rhizines berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan bagi lichen.
Rhizines yang mengabsorbsi makanan membuat lichen Parmelia dapat tumbuh
dengan baik walaupun berada pada lingkungan yang tercemar.
Parmelia sp. merupakan jenis lichenes yang termasuk kedalam famili
Parmeliaceae dan termasuk kedalam kelompok foliose karena memiliki bentuk
thalus seperti daun yang terdiri dari lobus-lobus. Lichenes ini memiliki thalus
yang datar, lebar, dan banyak lekukan seperti daun yang mengerut berputar.
Parmelia memiliki perlekatan yang lemah dengan substrat, sehingga mudah
terlepas dari substratnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslim dan Hasairi
(2018) yang menyatakan bahwa, Parmelia sp termasuk kedalam famili
Parmeliaceae yang memiliki tipe talus foliose. Warna talus pada lichenes jenis
ini berwarna keabuan. Parmelia sp berbentuk agak bulat dan melekat pada
substrat pohon.
Parmelia sp. merupakan lichenes yang berada di Habitat dengan air dan
sinar matahari yang cukup serta kualitas udara yang baik, umumnya menempel
kayu, tanah, tembok / dinding, serta batu. Lichenes ini mampu hidup pada
kondisi lingkungan dengan tingkat polutan tinggi karena lichenes ini toleran
terhadap bahan pencemar udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiyati dkk
(2013) yang menyatakan bahwa, Parmelia tergolong dalam lichen yang toleran
terhadap bahan pencemar udara. Parmelia memiliki struktur morfologi yang
mendukung untuk dapat bertahan hidup pada kondisi dengan tingkat polutan
yang tinggi dibandingkan dengan lichenes yang lain.
Cara hidup Parmelia sp. yaitu melalui reproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi sesksual melalui apotheca dan peritheca, sedangkan
reproduksi aseksual terjadi ketika lichen membentuk badan soredia dan isdia.
Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2016) yang menyatakan bahwa,
Parmelia sp. memiliki cara hidup yaitu dengan reproduksi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual terjadi ketika lichen membentuk suatu badan yang
disebut dengan soredia atau isidia (bagian yang lebih tipis) pada permukaan
kulit pohon atau benda buatan lainnya. Beberapa lichen menghasilkan tubuh
jamur yang disebut dengan apotheca atau peritheca, badan ini yang
melaksanakan reproduksi seksual.
Parmelia sp. dapat dimanfaatkan sebagai anti jamur, bahan pewarna, dan
mampu berperan sebagai bioindikator lingkungan untuk memonitor tingkat
polusi udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Marantika dan Trimulyono (2019)
yang menyatakan bahwa Parmelia dapat digunakan sebagai antijamur. Menurut
Hadiyanti (2013), Parmelia dapat digunakan sebagi bioindikator lingkungan
untuk memonitor tingkat polusi udara. Menurut Andrea dkk (2018), Parmelia
sulcata digunakan untuk pewarna yaitu untuk pewarna wol, serta untuk

5.2. Fructicose
Lichenes Frutisous adalah jenis lichenes yang bentuknya seperti semak karena
memiliki thalus yang berupa semak. Lichenes jenis ini dapat ditemukan menggantung
pada batu, daun, dan cabang pohon. Contoh lichenes jenis fruticous yaitu Usnea,
Ramalina dan Cladinia. Hal ini sesuai dengan pendapat Jasmantika (2019) yang
menyatakan bahwa, Fruticous merupakan jenis lichenes yang memiliki thallusnya
berupa semak. Lichenes ini memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita.
Thalus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon.
Pada bagian permukaan atas dan permukaan bawah tidak ada bedanya. Fruticous
terdiri dari beberapa jenis lichnenes yaitu contohnya Usnea, Ramalina dan Cladinia.
5.2.1. Usnea sp.
Usnea sp. merupakan lichenes yang memiliki struktur atau bagian tubuh
yang terdiri dari rhizines dan thallus. Rhizines berfungsi untuk mengabsorbsi
makanan. Thalus pada Usnea merupakan thalus tipe fruticous karena
bentuknya yang seperti semak. Hal ini sesuai dengan pendapat Dekawati
(2017) yang menyatakan bahwa, Usnea memiliki thallus yang bertipe
fruticose, yang umumnya berbentuk silindris serta seperti semak belukar. Pada
umumnya thalus berwarna hijau tetapi ada juga yang berwarna merah. Usnea
memiliki thalus yang strukturnya halus dan terdapat jenis Usnea yang
memiliki thallus dengan ukuran panjang hingga mencapai 70 cm.
Usnea sp merupakan lichenes yang termasuk ke dalam famili
Parmeliaceae. Termasuk dalam kelompok fruticose karena memiliki thallus
yang berbentuk semak dengan banyak cabang menyerupai pita. Hal ini sesuai
dengan Jannah dan Afifah (2020) yang menyatakan bahwa, Usnea merupakan
salah satu genus terbesar dari famili Parmeliaceae. Lichenes jenis ini memilik
distribusi luas di dunia, dengan jumlah spesies ≥ 600 spesie. Usnea merupakan
lichenes yang termasuk ke dalam kelompok Fruticous.
Usnea sp. dapat hidup di habitat dengan air dan sinar matahari yang
cukup serta kualitas udara yang baik. Usnea hidup menggantung pada ranting
atau dahan pohon. Pada umumnya lichenes tumbuhan pada suhu kurang dari
40⁰C, karena pada suhu lebih dari 45⁰C dapat merusak klorofil pada lichenes.
Menurut Mafaza dkk (2019) bahwa suhu optimal bagi pertumbuhan lichen
adalah <40⁰C. Suhu udara 45ºC dapat merusak klorofil pada lichen, sehingga
aktivitas fotosintesis dapat terganggu. Nilai intensitas cahaya minimal yang
diperlukan lichen untuk berfotosintesis secara efektif adalah 1025 lux. Lichen
dapat tumbuh dan berfotosintesis pada kondisi habitat yang sangat lembab
(85%). Kelembaban di atas 85% dapat mengurangi efektivitas fotosintesis
lichen sebesar 35-40%.
Cara hidup Usnea sp. yaitu melalui reproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi sesksual melalui apotheca dan peritheca, sedangkan
reproduksi aseksual terjadi ketika lichen membentuk badan soredia dan isdia.
Hal ini sesuai dengan pendapat Roziaty (2016) yang menyatakan bahwa,
Usnea sp. memiliki cara hidup yaitu dengan reproduksi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual terjadi ketika lichen membentuk suatu badan
yang disebut dengan soredia atau isidia (bagian yang lebih tipis) pada
permukaan kulit pohon atau benda buatan lainnya. Beberapa lichen
menghasilkan tubuh jamur yang disebut dengan apotheca atau peritheca, badan
ini yang melaksanakan reproduksi seksual.
Usnea sp. dapat dimanfaatkan untuk membuat obat-obatan tradisional.
Usnea sering digunakan untuk campuran pembuatan jamu. Jamu tersebut
dapat mengobati bebrapa penyakit seperti darah tinggi, stroke, pegal linu, dan
batuk. Hal ini sesuai dengan Jannah dan Afifah (2020) yang menyatakan
bahwa, dimanfaatkan baik sebagai campuran racikan jamu. Jamu yang
mengandung Usnea dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti peluruh air seni, masuk angin, darah tinggi, stroke, jantung,
nyeri haid, pegel linu, dan batuk.

VI. KESIMPULAN
Lichenes yaitu organisme yang sering dijumpai menempel pada pohon, batu,
tanah, batu nisan, besi tua, dan beton. Berdasarkan morfologinya, lichenes dibagi
menjadi 4 macam yaitu crustose, foliose, feruticous, dan squamulose. Crustose
merupakan lumut kerak yang memiliki thallus yang berukuran kecil,datar, tipis, dan
selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau tanah. Foliose merupakan jenis
lichenes yang memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus.
Fruticose merupakan jenis lichenes yang thalusnya berupa semak dan memiliki
banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Squamulose merupakan jenis lichen yang
memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya
berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang
disebut podetia.

DAFTAR PUSTAKA
Andrea, E. S., Zuhri, R. Marlina, L. (2018). Identifikasi Jenis Lichen di Kawasan Objek
Wisata Teluk Wang Sakti. BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan
Biosains. 1(2):7-14.
Chandra, R. H. (2015). Akumulasi Timbal (Pb) Dan Keanekaragaman Jenis Lichen di
Taman Kota Medan. Jurnal Biologi Lingkungan, 2(1), 2550–1305.
Dekawati, H. S. (2017). Karakteristik morfologi lichen corticolous di Kawasan Hutan
Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
Publikasi Ilmiah. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fatma, Y., Mahanal, S., & Sari, M. S. (2017). Keanekaragaman Familia Physciaceae dan
Lobariaceae di Taman Hutan Raya Raden Soerjo sebagai Bahan Ajar pada Mata
Kuliah Mikrobiologi. Jurnal Pendidikan, 2(2), 179–185.
Hadiyati, M., Rima Setyawati, T., Studi Biologi, P., Mipa, F., Tanjungpura, U., & Hadari
Nawawi, J. H. (2013). Kandungan sulfur dan klorofil thallus lichen Parmelia sp.
dan Graphis sp. pada pohon peneduh jalan di Kecamatan Pontianak Utara. In
Protobiont (Vol. 2, Issue 1).
Hasanuddin, (2014). Botani Tumbuhan Rendah, Banda Aceh : UIN Ar-Raniry.
Jannah, M., & Afifah, N. (2020). Studi Kayu Angin (Usnea sp.) Sebagai Bahan Obat
Tradisional. Teknosains : Media Infomasi Sains dan Teknologi, 14(1).
Jasmantika. (2019). Keanekaragaman Lichenes di Kawasan Geothermal Kecamatan Wih
Pesam Kabupaten Bener Meriah Sebagai Referensi Mata Kuliah Mikologi.
Skripsi. Banda Aceh:UIN Ar-Raniry Darussalam.
Mafaza, H., Murningsih., Jumari. (2019). Keanekaragaman Jenis Lichen di Kota
Semarang. Jurnal Life Science. 8(1):10-16.
Maharani, N. (2018). Identifikasi Keanekaragaman Lumut Kerak (Liken) Pada Pohon
Peneduh di Tiga Jalan Protokol Kota Jember serta Pemanfaatannya Sebagai Buku
Ilmiah Populer. Skripsi. Jember:Universitas Jember.
Marantika, V. M., Trimulyono, G. (2019). Aktivitas Antifungi Ekstrak Lichen Parmelia
sulcata terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria porri Antifungal Activity of
Lichen Extract Parmelia sulcata to the Growth of Alternaria porri. Jurnal
LenteraBio. 8(3):231-236.
Mulyadi. (2017). Jenis Lichenes di Kawasan Pulo Breuh Kecamatan Pulo Aceh
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik. 5(20:83-87.
Muslim., Hasairin, A. (2018). Eksplorasi Lichenes Pada Tegakan Pohon Di Area Taman
Margasatwa (Medan Zoo) Simalingkar Medan Sumatera Utara. Jurnal Biosains,
4(3).
Ossowska, E., Guzow-Krzemińska, B., Kolanowska, M., Szczepańska, K., & Kukwa, M.
(2019). Morphology and secondary chemistry in species recognition of Parmelia
omphalodes group – evidence from molecular data with notes on the ecological
niche modelling and genetic variability of photobionts. Journal of MycoKeys, 61,
39–74.
Roziaty, E. (2016). Review Lichen : Karakteristik Anatomis dan Reproduksi
Vegetatifnya. Jurnal Pena Sains, 3(1).
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 28 Maret 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikan

(Bella Sungkawa Zanuar Riyanti) (Zanuba Khusnalmuna)


NIM. 24020120140051 NIM. 24020122120009
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai