Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISASI TALUS PADA LICHENES DI TAMAN HUTAN

RAYA (TAHURA) BUKIT BARISAN BERASTAGI TANAH KARO


PROVINSI SUMATERA UTARA

Characterization Of Talus In Lichenes In Taman Hutan Raya (Tahura) Berastagi Karo Land, Sumatera
Utara Province

Muhammad Akram, Emia Pehulisa, Fadilla 1 Syalwa Rezeqi2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UNIMED
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UNIMED
Email: Akramsyahrawi@gmail.com

Abstrak

Spesies dan tipe morfologi talus pada lichen yang terdapat di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit
Barisan Berastagi Sumatera Utara sangat beragam. Hal itu dilatabelakangi oleh faktor geografis,
topografi, dan lingkungan seperti kadar pencemaran udara yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan lichen. Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui beragam tipe talus pada lichen yang
terdapat di TAHURA bukit barisan Berastagi Sumatera Utara sebagai indikator pencemaran udara.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi (Eksploratif) yang dilakukan di satu
stasiun yaitu kawasan vegetasi pinus dan akasia. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif
disajikan dalam tabel dan gambar. Hasil penelitian ditemukan tipe morfologi talus pada satu stasiun yaitu
tipe talus fruticose, foliose dan crustose. Crustose adalah tipe talus yang umum di jumpai pada berbagai
spesies lichen yang ditemukan.

Kata Kunci : Talus, Lichen, Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan Berastagi

Abstract

The species and morphological types of thallus in lichens found in the Bukit Hutan Raya (TAHURA) Bukit
Barisan Berastagi North Sumatra are very diverse. It is based on geographical, topographic, and
environmental factors such as the level of air pollution which greatly affects the growth of lichens. This
study aims to determine the various types of talus in lichens found in TAHURA, the hills of Berastagi
North Sumatra as an indicator of air pollution. The data collection method used is the survey method
(Explorative) which is carried out in one station, namely the area of pine and acacia vegetation. Data
from the research results were analyzed descriptively presented in tables and figures. The results of the
study found the morphological type of talus in one station, namely the type of talus fruticose, foliose and
crustose. Crustose is a type of talus commonly found in various species of lichen found.

Keywords: Talus, Lichen, TAHURA Bukit Barisan Berastagi Forest Park

PENDAHULUAN merupakan hutan lindung berupa hutan alam


pegunungan yang ditetapkan sejak jaman
Tahura Bukit Barisan adalah unit Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan
pengelolaan yang berintikan kawasan hutan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan
lindung dan kawasan konservasi dengan luas Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung.
seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar Bagian lain kawasan Tahura inii terdiri dari

1
Cagar Alam (CA)/ Taman Wisata (TW) dan memiliki bentuk yang berbeda lichen,
Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat termasuk di dalam nya adalah jamur,
Selatan, TW air panas (Lau debuk-debuk) dan khususnya jamur piala. Sekitar 98 % fungi
Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit (Dinas lichen adalah jamur piala atau Ascomycetes.
Kehutanan, 2011). Sekitar setengah hingga seluruh keluarga
Lichen adalah organisme serupa Ascomycetes membentuk lichen. Pembentukan
tumbuhan yang menutupi sekitar 8 % lichen ini merupakan strategi ekologi, atau cara
permukaan bumi. Lichen seringkali dijumpai pengambilan nutrisi diantara fungi – fungi yang
pada pohon, bebatuan dan tanah. Lichen juga tidak memiliki hubungan (Muzzayinah, 2005).
terkadang menempel pada berkas properti Lichen dapat dijumpai secara luas di
buatan manusia seperti beton, besi tua mobil dataran rendah hingga ke dataran tinggi dari
yang sudah tidak digunakan pemiliknya, bangku kutub utara hingga ke daerah tropis. Tumbuhan
– bangku taman bahkan di batu nisan pekuburan ini dapat tumbuh di berbagai permukaan tanah,
(Beaching & Hill, 2007) benda, daun, batu, material bekas, besi tua, kulit
Lichen adalah organisme yang kayu, pohon, di pinggir sungai maupun di tepi
sebenarnya berasal dari dua organisme yang pantai. Tubuh lichen dinamakan dengan thallus,
berbeda yang saling bersimbiosis. Organisme ini sangat penting untuk identifikasi. Pada
tersebut yaitu fungi dan satu lagi adalah umumnya lichen yang menempel pada pohon
organisme fotosintetik, yaitu alga atau berwarna hijau keabu–abuan, kuning, hijau
cyanobacteria. Jamur merupakan organisme biru, oranye, kuning cerah, coklat, dan bahkan
yang menyediakan struktur dan massa, hitam (Beaching & Hill, 2007).
perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik
bertanggung jawab atas ketersediaan
karbohidrat. Mereka secara bersama – sama
mampu saling bersinergi sehingga mampu
bertahan dan menempati habitat yang sangat
luas di muka bumi
(Anonimus, 2012).
Lichen merupakan suatu organisme
tunggal, yang berasosiasi simbiotik dengan
organisme lain. Organisme simbion tersebut Gambar 1. Lichen foliose (A) Parmelia
andalah antara fungi dengan alga atau psysodes, tumbuh pada semak. Diameter lobus
cyanobacteria. Fungi membutuhkan karbon berukuran sekitar 1 cm, berwarna keabuan
sebagai sumber nutrisi, ini disediakan oleh hingga kehitaman; (B) Peltigera polydactyla,
simbionnya yaitu alga yang berfotosintesis. tumbuh di tanah. Lobus semi tegak dengan
Simbiosis yang dilakukan oleh lichen adalah diameter sekitar 1 – 2 cm, memiliki badan buah
simbiosis mutualisme, karena baik fungi (ascocarpus) di bagian ujungnya. Thallus
maupun alga tau yang diistilahkan dengan berwarna keabuan yang tampak kering, tapi akan
rekanan fotosintetiknya, yang disebut menjadi agak kehijauan ketika terkena percikan
photobiont sama – sama diuntungkan. Lichen air.
protobion adalah alga hijau atau cyanobacteria
Sumber:http://www.archive.bio.ed.ac.uk/jdeacon/
yang menyediakan gula sederhana ke rekanan
micr obes/lichen.html
fungi. Sebanyak 90 % lichen berasosiasi
dengan protobion alga hijau. Sekitar 100 Lichen yang umumnya ditemukan
spesies protobion telah diketahui, yang paling terbagi menjadi beberapa tipe yaitu berbentuk
biasa dari empat kelompok utama. Fungi lichen foliose, fruticose dan crustose serta squamulose
terspesialisasi pada protobion tertentu (Deacon). Lichen foliose memiliki karakteristik
(Muzzayinah, 2005). daunnya seperti lobus. Dapat melebur dengan
Ciri – ciri fungi yang membentuk lichen lainnya, menutupi substrat yang mereka
lichen yaitu :1) kebanyakan tidak berhubungan tinggali.Lichen crustose, thallus berbentuk mirip

2
kulit yang keras. Lichen Fruticose berciri lapisan tipis yang dinamakan hypothallus yang
tumbuh seperti semak. Lichen Squamulose berfungsi sebagai pelindung (Yurnaliza, 2002).
memiliki thallus yang tipis mendatar pada kulit Adanya jalinan hifa jamur yang teratur
pohon, atau batu (Muzzayinah, 2002). dan dilapisan permukaan terdapat kelompok
Lichen crustose adalah salah satu alga bersel satu yang terdapat di sela-sela
lichen yang berbentuk kerak mirip kulit yang jalinan hifa. Secara garis besar susunan
keras biasanya menempel pada pepohonan. anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga
Lichen crustose banyak ditemukan diwilayah lapisan, antara lain: 1) Lapisan Luar (korteks):
Indonesia. lichen crustose memiliki sifat lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang
morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap
pada batang pohon sehingga lichen crustose tumbuh; 2) Lapisan Gonidium : merupakan
tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak, lapisan yang mengandung ganggang dan
dari hal tersebut menunjukkan pada tipe thallus menghasilkan makanan dengan berfotosintesis
crustose dapat dengan mudah tumbuh. jumlah ; dan 3) Lapisan Empulur : lapisan yang
lichen dengan tipe thallus crustose lebih banyak tersusun atas sel- sel jamur yang tidak rapat
ditemukan dari pada lichen tipe thallus foliose, berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan
karena lichen tipe thallus crustose memiliki tempat terjadinya perkembangbiakan
ukuran signifikan, yaitu datar, tipis biasanya (Yurnaliza, 2002).
tanpa lobus yang berbeda seperti lapisan tipis
atau kerak yang menempel ketat, lichen tipe Lichen sebagai bioindikator pencemaran
thallus crustose nampak dilukis pada kulit atau udara
substrat yang keras (Jannah, 2007). Lichen sudah diketahui secara luas
sebagai salah satu bioindikator untuk
Anatomis lichen (morfologi dalam) pencemaran udara. Lichen adalah tumbuhan
Tubuh lichen yang disebut dengan epifit yang tinggal di permukaan batu, tanah
thallus berwarna mulai dari putih, keabuan, dan beberapa substrat lainnya. Lichen sangat
coklat bahkan hitam. Bagian tubuh lichen yang bergantung pada kondisi atmosfer dalam
memanjang disebut dengan hifa. Hifa perkembangannya. Polutan di udara yang
merupakan organ vegetatif dari thallus atau terlarut di atmosfer mampu merusak lichen.
miselium yang biasanya tidak di dapatkan pada Lichen sangat sensitif terhadap pencemaran
fungi yang bukan lichen. Pada jenis lichen udara (Kansri Boonpragob, 2003).
foliose, terdapat 4 bagian tubuh yang jelas Beberapa tumbuhan dapat
yaitu : 1) korteks atas, berupa jalinan yang pada memberikan respon yang kurang baik terhadap
yang disebut pseudoparenchyma dari hifa adanya pencemaran di udara misalnya lumut
jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan kerak. Lumut kerak dapat digunakan sebagai
material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal bioindikator adanya pencemaran udara karena
berguna untuk perlindungan; 2) daerah alga, mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di
merupakan lapisan yang berwarna biru hijau udara dan dari air hujan. Talus lumut kerak
yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini tidak memiliki kutikula sehingga mendukung
terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara lumut kerak dalam menyerap semua unsur
hifa – hifa tersebut terdapat sel – sel yang senyawa di udara termasuk SO2 yang akan
berwarna hijau yaitu berguna untuk diakumulasikan dalam talusnya (Hadiyati,
fotosintesis; 3) medulla, terdiri dari hifa yang Setyawati, & Mukarlina, 2013).
terjalin satu dengan lainnya yang membentuk Kemampuan tersebut yang menjadi
untaian pembuluh; dan 4) korteks bawah, dasar penggunaan lumut kerak untuk
lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat pemantauan pencemaran udara. Selanjutnya,
padat dan membentang secara vertikal terhadap lumut kerak adalah spesies indikator terbaik
permukaan thallus atau sejajar dengan kulit yang menyerap sejumlah besar kimia dari air
bagian luar. Korteks bawah berupa rhizines. hujan dan polusi udara (Yunita Hardini, 2010).
Beberapa lichenes ada yang tidak memiliki Adanya kemampuan ini menjadikan lumut
korteks bawah. Bagian tersebut digantikan oleh kerak sebagai bioindikator yang baik untuk

3
melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu November 2018 berlokasi di Taman Hutan
daerah yang tercemar atau sebaliknya Raya (TAHURA) Bukit Barisan Berastagi
Lumut kerak sangat berguna dalam Tanah Karo Provinsi Sumatera Utara.
menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam Penelitian dilakukan di satu stasiun (pos 1)
waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara dengan menentukan titik- titik yang dilalui
pada suatu daerah telah tercemar atau tidak, dengan garis melintang secara horizontal
dapat di lihat dari pertumbuhan lumut kerak dengan topografi yang landai.
yang menempel di pohonpohon atau batu. Suhu udara pada saat itu berkisar
Lumut kerak yang berada pada suatu daerah 27°C - 29°C dengan keadaan kelembapan yang
yang telah tercemar akan menunjukkan respon cukup. Penelitian ini dilakukan pada siang hari
pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan mulai pukul 11.00 – 13.00 WIB.
dengan lumut kerak yang tumbuh subur di
daerah yang tidak tercemar. Pertumbuhan dan Populasi dan Sampel Penelitian
kesuburan lumut kerak kurang baik bila Populasi penelitian ini adalah seluruh
daerahnya telah mengalami perubahan kondisi Lichen yang ditemukan di lokasi penelitian dan
lingkungan akibat pencemaran udara, yang sampel penelitian adalah spesies talus Lichen
secara langsung atau tidak langsung, dapat yang terdapat di lokasi dengan substrat pohon
menyebabkan beberapa hal yang dapat (corticolous), dan tanah(terricolous), serta
menghambat pertumbuhan atau keberadaan menempel pada batu (saxicolous) . Sampel
suatu jenis lumut kerak (Yunita Hardini, 2010). Lichen diambil secara objektif yaitu mengambil
spesies Lichen yang dapat mewakili dari
TUJUAN PENELITIAN masing-masing sampel.

Penelitian ini bertujuan untuk Teknik Pengumpulan Data


mengetahui beragam tipe talus pada lichen Pengumpulan data dilakukan dengan
yang terdapat di TAHURA bukit barisan menggunakan metode survey (explorasi) atau
Berastagi Sumatera Utara sebagai indikator observasi lapangan langsung pada kawasan
pencemaran udara. penelitian dengan vegetasi tanaman pinus
(Pinus merkusii) dan tanaman Akasia yang
berada ±100 meter dari jalan raya Medan-
BATASAN MASALAH
Berastagi. Data yang diambil berupa
Penelitian ini membatasi pada lichen dokumentasi talus lichen di masing-masing
yang berada di sekitar wilayah pos 1 (stasiun 1) lokasi (Garis Melintang) yang dijadikan lokasi
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Berastagi penelitian. Pengamatan talus lichen dilakukan
Provinsi Sumatera Utara. secara makroskopik dengan pengamatan
keragaman tipe morfologi talus . Data sampel
talus lichen diambil pada masing-masing tempat
MANFAAT
dengan metode explorasi dalam plot
Penelitian ini diharapkan mampu pengamatan yang diamati. Pengamatan dan
memberikan manfaat pengetahuan dan pengambilan gambar sampel dilakukan pada
pengalaman bagi penulis dan kontribusi Lichen yang terdapat di setiap substrat yaitu
terhadap civitas akademika, pemerhati serta pada batang pohon, batu dan tanah. Pada
peneliti di bidang lingkungan untuk penelitian tidak dilakukan pengambilan sample
menggunakan lichen sebagai bioindikator dengan tujuan kelestarian dan biodeversitas dan
pencemaran lingkungan khususnya pencemaran demi tujuan penelitian lainnya untuk identifikasi
udara. jenis dan tipe morfologi talus.

METODE PENELITIAN Teknik Analisis Data


. Teknik analisis data dilakukan dengan
Waktu dan Lokasi Penelitian metode deskriptif . Data berupa spesies dan tipe
Penelitian ini dilakukan pada bulan

4
morfologi talus disajikan dalam bentuk tabel plastik spesimen, sedangkan bahan yang
dan gambar. digunakan yakni lumut kerak (Lichens).

Parameter Penelitian HASIL PENELITIAN


Parameter yang digunakan pada
penelitian ini adalah paramater lingkungan Keanekaragaman Lichenes
beruba faktor abiotik (Intensitas cahaya, suhu Hasil penelitian yang dilakukan di
dan topografi serta kadar polusi udara) dan taman Hutan Raya Bukit Barisan Berastagi
parameter fisik beruba faktor biotik (letak talus Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa
Lichen) pada lokasi penelitian. ditemukannya 3 tipe morfologi talus pada lichen
di stasiun satu yaitu tipe crustose, fruticose, dan
Alat dan Bahan Penelitian foliose dengan jumlah spesies cukup beragam.
Alat yang digunakan selama Berdasarkan tipe substratnya, hanya ditemukan
pengamatan adalah alat tulis, kamera satu tipe yaitu substrat pohon (corticolous).
Handphone, penggaris, tali plastik, cutter, dan

Talus Jarak
Famil Tempat Tanaman
Spesies Tipe Warna Lokasi Dengan
i Tumbuh Inang
Tanah
Beragam
Parm ± 50-100
Usnea Abu- Corticolo Pinus
eliace Fruticose m dari 100 cm
filipendula abu us merkusii
ae jalan
raya
± 100 m
Parm
Parmotrema Putih dari Corticolo
eliace Foliose 5 cm -
sp krem jalan us
ae
raya
± 100 m
phlyct
Phlyctis Putih dari Beraga Corticolo Pinus
idacea Crustose
argena kelabu jalan m us merkusii
e
raya
± 100 m
Artho
Cryptothecia Putih dari Beraga Corticolo Pinus
niacea Crustose
striata pucat jalan m us merkusii
e
raya
Tabel 1. Keanekaragaman lichen di Stasiun 1 TAHURA bukit barisan Berastagi

Intensitas Intensitas
Stasiun Suhu Kelembapan Topografi
Cahaya kendaraan
Stasiun 27-28
Rendah Cukup Landai Sepi
1 °C
Tabel 2. Hasil Pengkuruan Paramater Lingkungan

Kondisi dan Karakter Habitat Lichen berlokasi ± 50-100 meter dari jalan raya Medan-
Faktor lingkungan yang diukur Berastagi dengan ketinggian 1400-1600 mdpl
meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, memiliki kondisi lingkungan yang cukup baik
Topogragi dan intensitas kendaraan. Pada dengan rataan kondisi lingkungan seperti tabel
stasiun satu TAHURA Bukit Barisan yang diatas. Intensitas kendaraan yang sepi dan

5
lebatnya pepohonan menambah kesejukan tinggi terhadap perubahan lingkungan yang
lingkungan habitat lichen. Hal ini sesuai dengan terjadi hal ini dikarenakan berdasarkan
pernyataan (Tjitrosoepomo : 1998), bahwa observasi diketahui bahwa stasiun satu letaknya
lichen tidak membutuhkan syarat-syarat hidup sangat berdekatan dengan jalan raya Medan-
yang tinggi dan tahan terhadap kondisi Berastagi sehingga di duga udara di daerah
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama, tersebut sudah terkontaminasi polutan asap
tahan terhadap panas terik. Jika cuaca panas kendaraan. Hal itu diduga juga menyebabkan
lichen akan berubah warna seperti kekeringan, sedikitnya temuan spesies lichen di stasiun 1
tetapi tidak mati. Jika disiram air maka akan taman Hutan Raya Berastagi.
hidup kembali. Pertumbuhan tallus sangat Spesies lichen yang ditemukan di
lambat, dalam satu tahun biasanya kurang dari lokasi penelitian juga hanya dari tipe tallus yang
1cm. Tubuh buah baru terbentuk setelah menempel pada substrat pohon ( corticolous)
mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun- baik pada batang pohon tanaman yang masih
tahun. hidup atau telah lapuk. Sedangkan pada substrat
tanah (terricolous) dan batu (saxicolous) tidak
PEMBAHASAN ditemukan.

Spesies Lichen yang Terdapat pada Taman Tipe Morfologi Talus Lichen
Hutan Raya Bukit Barisan Berastagi Dari hasil penelitian yang telah
Sumatera Utara dilakukan diperoleh 3 tipe morfologi talus yaitu
Hasil penelitian yang telah dilakukan crustose, foliose, , dan fruticose. Berbeda
di stasiun 1 Taman Hutan Raya Berastagi dengan ketiga tipe talus lainnya, jumlah spesies
Medan terdapat 4 spesies lichen teridentifikasi yang ditemukan yang memiliki tipe talus
dan beberapa spesies belum di identifikasi dan crustose lebih banyak daripada dari yang
diketahui jenjang taksanya. lainnya.. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Santesson (1939: 78) dan Nordin (2002: 15)
yaitu “Kebanyakan dari Lichen merupakan
crustose, foliose hanya dalam jumlah kecil, dan
fruticose hanya dalam beberapa takson saja”
Berdasarkan gambar 2 A, diketahui
Bahwa spesies Usnea filipendula memiliki talus
bertipe fruticose. Talus ini berupa semak dan
A B memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti
pita. Thalus tumbuh tegak dan menggantung
pada batu, daun-daunan atau cabang pohon.(Efri
Roziaty, 2016).
Berdasarkan gambar 2.B, diketahui
bahwa spesies lichen Parmotrema sp memiiki
tallus bertipe foliose. Tallus ini memiliki
struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-
lobus yang berbentuk lembaran-lembaran.
C D Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada
substratnya. Lumut kerak ini menempel pada
Gambar 2. Hasil pengmatan A.Tipe fruticose
batu, ranting dan rhizin. Rhizines ini juga
(Usnea filipendula); B. Tipe foliose
berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi
(Parmotrema sp); C. Tipe Crustose (Phlyctis
makanan ( Efri Roziaty, 2016).
argena); D. Tipe Crustose (Cryptothecia
Berdasarkan gambar 2.C da n D pada
striata).
spesies lichen Phlyctis argena dan Cryptothecia
striata memiliki tallus bertipe crustose. Tipe ini
Spesies yang ditemukan di daerah
memiliki ciri tallus yang berukuran kecil, dasar,
tersebut diduga memiliki toleransi yang cukup
tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu,

6
kulit pohon, atau tanah. Jenis ini susah untuk yang lebih lembab dapat mempengaruhi
dicabut tanpa merusak substratnya. Permukaan kestabilan pertumbuhan dan kesuburan lichen.
tallus biasanya terbagi menjadi areal-areal yang Kelembapan pada penelitian ini berkisar 71-
agak heksagonal yang disebut areole yang bisa 43% (Ratih U,2017).
dilihat dengan mata telanjang dengan melihat
morfologi fisiknya (Pratiwi, 2006). Lichen Sebagai Bioindikator
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
hanya ditemukan sedikit spesies pada stasiun
Ketiga jenis tipe tallus pada liken tersebut satu Taman Hutan Raya Berastagi yang diduga
merupakan sebagai indikator pencemaran udara. memiliki tolaransi yang cukup tinggi terhadap
Fruticose menjadi jenis lichen yang paling perubahan lingkungan abiotik. Hal itu terjadi
sensitif terhadap pencemaran udara kemudian karena lichen berpotensi menjadi indikator
foliose dan jenis crustose masih sedikit pencemaran udara.
mentoleransi pencemaran udara. Sehingga jika Secara morfologi thalus lichen tidak
suatu daerah tidak terdapat fruticose maka memiliki kutikula dan tidak memiliki klorofil
daerah tersebut dapat dikatakan memiliki udara karena lichen merupakan asosiasi antara alga
tercemar. Perubahan jenis lichen juga sesuai dan jamur atau jika ada pun jumlahnya sangat
dengan pencemaran yang terjadi di daerah rendah. Kondisi organisme seperti ini yaitu
tersebut. Kepekaan lichen berada dalam akumulasi klorofil rendah, tidak memiliki
berbagai radius dari sumber pencemar kutikula, mengabsorbsi air dan nutrien secara
(Pratiwi,2006). langsung dari udara dan dapat mengakumulasi
berbagai material tanpa seleksi serta bahan yang
Kondisi Lingkungan terakumulasi tidak akan terekskresi lagi (Efri
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Roziety, 2016).
lichen yang ada di stasiun 1 taman Hutan Raya Adanya kuantitasi jumlah polutan di
Berastagi hidup di lingkungan yang baik dengan udara menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
rataan kondisi lingkungan seperti pada tabel2. lumut kerak dan penurunan jumlah jenis
Lichen memiliki kisaran toleransi yang (Treshow & Anderson, 1989). Sehingga jika di
cukup luas, lichen dapat bertahan hidup dengan suatu wilayah dengan tingkat polutan tinggi atau
keadaan suhu yang sangat rendah dan dapat kualitas udara rendah maka keragaman lichen
bertahan diri dengan suhu yang tinggi. menjadi sangat rendah dan tidak bervariasi.
Keberadaan lichen akan kembali normal dengan Kandungan senyawa yang terdapat pada polutan
menyesuaikan lingkungannya. Lichen dapat khususnya yang terdapat pada zat – zat emisi
hidup pada iklim yang keras dimusim panas dan kendaraan (Efri Roziety, 2016).
dingin, suhu maksimum 31°C dan suhu
minimum rata-rata 22°C (Thani & Meri, 2011). SIMPULAN
Didapati pada penelitian di Kawasan
Hutan Sekipan didapat suhu udara berkisar 27- Kesimpulan penelitian adalah jumlah
28°C. Kelembapan merupakan konsentrasi uap lichen yang ditemukan cukup beragam (empat
air diudara untuk menggambarkan konsi spesies) dengan tipe tallus fruticose, foliose, dan
lingkungan basah keringnya pada suatu tempat. crustose. Tipe tallus crustose lebih mendominasi
Pada lokasi penelitian kondisi kelembapan pada dibanding tipe talus lainnya. Talus pada lichen
Kawasan taman Hutan Raya dalam keadaan yang ditemukan hanya satu tipe yaitu menempel
cukup lembap. Lichen dapat bertahan hidup pada substrat pohon (Corticolous ). Dan dapat
pada kekeringan dalam jangka waktu yang disimpulkan bahwa kualitas udara di lokasi
panjang, namun lichen dapat tumbuh optimum penelitian msih tergolong baik atau dengan kata
pada kondisi lingkungan yang lembab. Menutut lain udara di sekitar lokasi masih belum
(Noer, 2004) lichen sangat menyukai kondisi tercemar dan tingkat polutan rendah dengan
pada kelembapan 40-69%. Menurut (Thani & ditemukannya tipe talus fruticose pada lichen
Meri, 2011) lichen hidup pada berbagai usnea sp.
permukaan tanah, pohon, batu, dan dinding

7
DAFTAR PUSTAKA Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
Publikasi ilmiah.
Anonimous. (2012). The British Lichen Society
- Promoting the Study, Enjoyment Rindita. (2014). Analisis Populasi Liken Makro
and Conservation of Lichens. Epifitik Sebagai Bioindikator
London: The British Lichen Society . Kualitas Udara di Kota Bogor. Jawa
Barat. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Beaching, S. Q., & Hill, R. (2007). Guide to Institut Pertanian Bogor.
Twelve Common & Conspicuous
Lichens of Georgia’s Piedmont. Thani, A., & Meri, A. (2011). Studi of Same
Georgia: University of Georgia Lichen of Qatar. Atlas Journal Of
Atlanta (UGA). Biology, 41-46.

Deacon, J. (xxxx). The Microbial World : Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi


LIchens. UK: University of Tumbuhan . Yogyakarta: UGM Press.
Edinburgh Press.
Yurnaliza. (2002). Lichenes (Karkteristik,
Dinas kehutanan UPT Pengelolaan Tahura Klasifikasi, dan Kegunaan). Medan,
Bukit Barisan.2011. Studi Jasa Indonesia: USU Digital Library.
Lingkungan di Tahura Bukit Barisan.
Sumber Jaya Asri. Karo.

Efri Roziaty. 2016. Identifikasi Lumut Kerak


(Lichen) Di Area Kampus
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Proceeding Biology
Education Conference. Vol 13(1).
770-776.

Jannah, h. (2007). Eksplorasi Keberadaan


Lumut Kerak (Lichenes) Pada
Berbagai Jenis Tanaman Di
Sepanjang Jalan Langko Kota
Mataram . Jurnal Ilmiah Pendidikan
Biologi , 346-349.

Muzzayinah. (2002). Keanekaragaman


Tumbuhan Tak Berpembuluh.
Surakarta: UNS Press.

Muzzayinah. (2005). Keanekaragaman


Tumbuhan Tak Berpembuluh.
Surakarta: UNS Press.

Noer, L. S. (2004). Bioindikator Sebagai Alat


Untuk Menengarai Adanya
Pencemaran Udara. Bandung: Forum
Komunikasi Lingkungan III.

Ratih. (2017). Karakteristik Morfologi Lichen


Crustose Di Kawasan Hutan Sekipan
Desa Kalisoro Tawangmangu

Anda mungkin juga menyukai