Anda di halaman 1dari 20

Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan ganggang.

Lumut kerak hidup sebagai epifit pada pepohonan. Lumut ini juga tumbuh di atas tanah, terutama
daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Selain itu, lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas
batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang tinggi.
Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batuan yang
cadas sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis.
Lumut kerak adalah makhluk hidup yang tahan terhadap kekeringan dalam waktu yang lama. Pada
saat kekeringan dan tersengat matahari secara terus-menerus, lumut ini akan kering, tetapi tidak
mati. Pada saat turun hujan, lumut kerak tumbuh kembali. Ciri lain lumut ini adalah pertumbuhan
talusnya yang lambat. Dalam satu tahun, pertumbuhan talusnya kurang dari 1 cm.
Lumut kerak tersusun atas lumut dan ganggang. Ganggang yang bersimbiosis mutualisme dengan
lumut disebut dengan gonidium. Ada yang bersel satu dan ada yang berkoloni. Umumnya, gonidium
ini adalah ganggang biru (Cyanophyta), seperti Chroococcus dan Nostoc, tetapi ada juga yang
bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta), seperti Cystococcus dan Trentepohlia.
Dari simbiosis ini, jamur memperoleh makanan hasil fotosintesis ganggang karena ganggang bersifat
autotrof. Sementara itu, jamur yang heterotrof dapat menyediakan air, mineral, dan melakukan
pertukaran gas serta melindungi ganggang. Selain itu, lumut kerak ini juga dapat mengikat nitrogen
udara.
MAKALAH LICHENES (LUMUT KERAK)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lichen sebagai tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.
Jenis ini menjadi tumbuhan perintis pada daerah-daerah yang keras dan kering sehingga pada
akhirnya dapat mendukung pertumbuhan organisme lainnya. Saat ini Lichen telah banyak
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, beberapa jenis Asolichen telah dimanfaatkan dan
dapat pula dikonsumsi, oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai Lichen tersebut khusunya
pada pemanfaatan Lichen bagi kehidupan. Simbiosis mutualisme adalah hubungan antar
organisme yang saling menguntungkan. Jamur pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung
dan penyerap air serta mineral. Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi
menyediakan makan melalui fotosintesis. Lumut kerak adalah organisme hasil simbiosis
mutualisme. Jamur pada lumut kerak tidak dapat hidup sendiri di alam. Lumut kerak mampu
hidup subur pada suhu dan kelembaban yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya
tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui
dari 2500 species yang ada. Lumut adalah organisme komposit terdiri dari simbiosis
asosiasi dari jamur (mycobiont itu) dengan fotosintesis mitra (yang photobiont atau
phycobiont), biasanya baik ganggang hijau (umumnya Trebouxia sp) atau cyanobacterium
(umumnya Nostoc). Lumut terjadi di beberapa lingkungan yang paling ekstrim di Bumi-
tundra Arktik, padang pasir panas, pantai berbatu dan tumpukan terak beracun. Namun,
mereka juga berlimpah sebagai epifit pada daun dan cabang di hutan hujan dan hutan
subtropis, pada batu telanjang, termasuk dinding, batu nisan dan pada permukaan tanah yang
terbuka (misalnya Collema ) dinyatakan habitat mesic. Lumut yang luas dan dapat berumur
panjang. Namun, banyak spesies juga rentan terhadap gangguan lingkungan, dan mungkin
berguna untuk ilmuwan dalam menilai efek dari polusi udara, penipisan ozon, dan
kontaminasi logam. Lumut juga telah digunakan dalam pembuatan pewarna dan parfum, serta
obat-obatan tradisional. Tubuh (talus) dari lumut yang paling cukup berbeda dengan baik
jamur atau alga tumbuh secara terpisah, dan menyolok mungkin menyerupai tanaman
sederhana
Lichenes merupakan organisme yang sangat kuat untuk bertahan hidup, namun organisme ini
sangat sensitif terhadap polutan udara sulfur oksida (Jenifer et al, 1996).

1. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimana morfologi/ciri-ciri dan bagian-bagian dari Lichenes?


2. Bagaimanakah klasifikasi dari Lichenes?
3. Bagaimana perkembangbiakan Lichenes?
4. Apakah manfaat/peranan Lichenes?

1. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai berikut:
2. Untuk menyelesaikan tugas dalam matakuliah Botani Tingkat Rendah yang
ditugaskan oleh dosen pembimbing
3. Mengetahui dan memahami tentang Ciri dan peranan Lichenes sebagai
indikator pencemaran udara.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara
morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-
pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai
atau gunung-gunung yang tinggi.

Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah.
Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam
hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan
air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering
karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup
kembali.

Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi
pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari,
mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi
dengan tumbuhan, dll.

Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichenes ini sangat
berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang
bervariasi seperti putih, hijau keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.

Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis yang tepat. Para
ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau klasifikasi lichenes
dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichenes dimasukkan ke dalam
kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes
perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan tersendiri.

Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh lichenes
tidak akan membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-
zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah.

Dengan demikian, Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah suatu organisme
majemuk yang merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungus(sebagai mycobiont)
dengan mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia)
atau sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga morfologinya
pun berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing
komponen akan mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah. Organisme ini
sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian rupa, hingga dari segi
morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan
perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada
bagian pinggir batu-batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik. Pertumbuhan thalusnya
sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah
mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun. Algae yang ikut menyusun tubuh
Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berkoloni. Kebanyakan gonidium
adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang
juga ganggang hijau 9chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentepohlia. Kebanyakan
cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama
Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes
mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes. Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu
bersimbiosis dengan ganggang tertentru pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium
buatan dijimpai bamnyak kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan,
masing-masing dapat dipiara dengan mudah pada medium buatan. Pada umumnya Lichenes
pada medium buatan tidak memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup
sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan dalam keadaan
hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan susunan morfologi menurut
jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi, jika bertemu dengan jenis
ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain Lichenes. Jadi bentuk lichenes
bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang
menyusunnya.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis.
Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari
simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion,
yang seharusnya dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada
yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh
keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama
yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan
garam-garam kepada ganggang. Dapat juga hubungan antara ganggang dan jamur itu
dianggap sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu
pada permulaan saja, tetapi akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana
menyerupai hunbungan seorang majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup
bersama antara cendawan dan ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. . Mengenai hal
tersebut memang masih belum tercapai persesuaian paham. Pada penampang melintang talus
lichenes tampak hifa cendawan sering kali membalut sel-sel ganggang, bahkan ada yang
memasukkan haustorium ke dalam sel-sel ganggang. Ganggang tetap hidup, tetapi tidak dapat
membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang miselium cendawan hanya msuk
kedalam selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut bentuk ganggang menentukan
bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh lebih banyak bagian dalam takus
terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan lapisan teras(lapisan empulur).
Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel ganggang, bergerombol yang merupakan
lapisan yang dinamakan lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas mislelium cendawan lagi
yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat. Menurut habitusnya kita membedakan
Lichenes yang talusnya menyerupai lembaran-lembaran, dan seperti semak. Yang pertama
biasanya melekat dengan benang-benang menyerupai rizoid pada substratnya dengan seluruh
sisi bawah talus, sedang yang kedua mempunyai ujung talus yang bebas dalam udara.
Pembagian ini sama sekali tidak menunjukkan hubungan filogenetik antara anggota-anggota
yang tergolong di dalamnya. Kebanyakan Lichexnes berkembang biak vegetatif, karena bila
sebagian talus terpisah lalu tumbuh menjadi individu baru. Pada bebarapa jenis
Lichenes,pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredium, yaitu kelompok kecil sel-sel
ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu
badan yang dapat terlepas dari indukknya. Dengan robeknya dinding talus soredium tersebar
seperti debu yang ditiup angin. Benda-benda tersebut pada tempat lain dapat tumbuh menjadi
Lichenes baru. Seringkali soredium itu tetjadi dalam talus pada tempat-tempat yang
mempunyai batas yang jelas yang dinamakan soralum. Pada talus Lichenes, cendawan
akhirnya dapat membentuk tubuh buah yang menurut jenis cendawan dapat berupa apotesium
atau peritesium. Spora yang dilepaskan , di tempat yang baru jika menjumpai jenis ganggang
yang tepat, yang sama dengan jenis ganggang pada talus indukknya.Menurut habitusnya,
Lichen dibagi menjadi dua yaitu :

1. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran


2. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak

Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada
alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak, hanya pangkal talus saja
yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang seperti batang
Cormophyta.

a). Karakteristik Lichenes

1. Ciri-ciri umum

Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:


1. Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel
algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae tetap
hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
2. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput landersel-sel
algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
3. Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan
teras / empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan
gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai
plektenkim yang rapat.
4. Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekatF dengan
benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung
talus yang bebas dalam udara.
5. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir batuan, disebut
endolitik.
6. Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang
lama.Dapat menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika kemudian
turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali
7. Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
8. Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
9. Komponen cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentuk
lichenes jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.

Menurut cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Ascomychenes dan
Basidiolichenes. Lumut tidak memiliki akar dan tidak perlu air setiap saat seperti tumbuhan
tinggi besar, sehingga mereka dapat tumbuh di lokasi yang mustahil bagi kebanyakan
tanaman, seperti batu gundul, tanah atau pasir steril, dan berbagai struktur buatan seperti
dinding, atap dan monumen.

Banyak lumut juga tumbuh sebagai epifit (epi pada permukaan, phyte tanaman) pada
tanaman lain, terutama pada batang dan cabang-cabang pohon. Ketika tumbuh pada tanaman
lain, lumut tidak parasit , mereka tidak mengkonsumsi bagian dari tanaman atau racun itu.
Beberapa yang tinggal di tanah lumut, seperti anggota subgenus Cladina (lumut rusa),
bagaimanapun, menghasilkan bahan kimia yang larut ke dalam tanah dan menghambat
perkecambahan benih tanaman dan pertumbuhan tanaman muda.
Stabilitas dari mereka substrat merupakan faktor utama dari habitat lumut. Kebanyakan lumut
tumbuh di permukaan batu stabil atau kulit pohon tua, tetapi banyak orang lain tumbuh di
tanah dan pasir (gambar 2). Dalam kasus ini yang terakhir, lumut seringkali merupakan
bagian penting dari stabilisasi tanah, memang, dalam beberapa ekosistem gurun, vaskuler
(lebih tinggi) tanaman benih tidak bisa menjadi didirikan kecuali di tempat-tempat di mana
kerak lumut menstabilkan pasir dan membantu mempertahankan air.
Hutan Dengan Tanah Lichen-Cover Habitat Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah
dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichenes
sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim
kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya
berada dalam hidup laten dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang
telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali. Pertumbuhan talusnya sangat
lambat. Ukuran tubbuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm. badan buah yang baru
akan tumbuh setelah Lichen mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun.
Beberapa lumut memiliki aspek daun (lumut foliose), yang lain menutupi substrat seperti
kerak (lichen crustose), yang lain seperti genus Ramalina mengadopsi bentuk semak (lumut
fruticose), dan ada lumut gelatin seperti genus Collema. Pertumbuhan lumut kerak
memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai:

1. Foliose (bentuk daun)

Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak
pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat
dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah
mencapai 15-40 cm Crustose. Bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada batu, berbentuk
seperti coret-coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.

1. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dansering memiliki struktur tubuh buah
yang disebut podetia. Squamulose lumut pada Cladonia carneola
2. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar.
Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker.
3. Lumut Kerak Berfilamen

Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu, berwarna
jingga kekuningan atau hijau cerah. Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian
diamati di bawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang
teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela
jalinan hifa. Anatomi lumut kerak Struktur morfologi dalam (anatomi) diwakili oleh jenis
foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas
yaitu:

1. Lapisan Luar (korteks) Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat,
menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut
pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang
berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga,
merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini
terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu
Gleocapsa, Nostoc,Rivularia dan Chrorella.
2. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ
reproduksi. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang
menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang
berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada
bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa
pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada
bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk
suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
3. Lapisan Empulur Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok
lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang
susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk
menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid. Korteks bawah Lapisan ini
terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap
permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
4. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines) .Ada beberapa jenis lichenes
tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang
terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan melintang
Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada
bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur
yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia
dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang
megandung spora jamur. Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
5. Soredia

Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat
dilihat dengan mudah. Pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia yag diterbangkan
angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru.
Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan
diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya.
Soredia ini terdapat di dalam soralum.

1. Isidia

Isdia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara
0,5 3 m kulit luar. Diamaternya 0,01 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung
dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas
permukaan luarnya. Sebanyak 25 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai
isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.

1. Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahlus lichenes yang sering dihasilkan
di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis
foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar
dibedakan dengan isidia.
2. Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman
yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian
dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan
Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
3. Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran
serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan
bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
4. Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di
sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara
tumbuh saja.
5. Cyphellae dan Pseudocyphellae

Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan
hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae dan mempunyai ukuran yang lebih kecil
dari cyphellae yaitu sekittar 1 m terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia,
Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau
pertukaran udara.

1. Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga
yangg berbeda dari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul
ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang
berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus
seperti Peltigera, Lecanora,Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.
Struktur sel Di dalam sel lichenes terdapat sel-sel alga yang berperan dalam
pembentukan makanan karena dapat melakukan fotosintesis. Untuk bagian-bagian
lainnya sama seperti pada jamur karena lichenes merupakan penyusun utama tubuh
lichenes. Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini
merupakan tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana.
Reproduksinya dapat melalui aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara
aseksula umunya dilakukan oleh tipe Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan
mudah melakukan fragmentasi. Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat
musim kering atau saat talus pada Lichen mengalami kekeringan dan memulai
pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen yang berkembang biak dengan
cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi
individu baru.
2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel
ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini
sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas
yang jelas yaitu sorala.
3. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes
baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi
yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi
sexual fusion dan pembelahan meiosis. Perkembangbiakan lumut kerak dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif.
4. Reproduksi Vegetatif

Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa
angin atau air dan tumbuh di tempat lain. Lichenes yang berkembang biak dengan cara
vegetatif yaitu sebagai berikut :

1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu
baru.
2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang
sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk
dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika
Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang
kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion
dan pembelahan meiosis.
4. Reproduksi Genetatif

Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan
jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga
yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan
induknya, melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.

1. Reproduksi generative

Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel-sel alga. Fragmentasi
adalah terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru. Untuk reproduksi, lumut
memiliki isidia, soredia, dan mengalami fragmentasi sederhana. Struktur ini juga terdiri dari
hifa jamur melilit cyanobacteria. (Eichorn, Evert, dan Raven, 2005) Sedangkan struktur
reproduksi semua terdiri dari komponen yang sama (Mycobiont dan Photobiont) mereka
masing-masing unik dengan cara lain. Isidia adalah pertumbuhan yang kecil di bagian luar
lumut tersebut. Soredia adalah propagul tepung yang dilepaskan dari atas talus. Dalam rangka
untuk membentuk lumut, maka propagul soredia harus berisi baik photobiont dan mycobiont
tersebut.

B. MORFOLOGI THALLUS

1) Morfologi Luar

Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga
dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang
berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.

Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa.

Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada
jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus.
Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas empat bentuk :

1. Crustose

Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke
permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya.

Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau

Pleopsidium

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang
berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak
memiliki struktur berlapis, disebut leprose.

2. Foliose

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini
relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti
daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi

sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia
dll.

3. Fruticose

Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus
tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawah.

Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia

4. Squamulose

Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya
berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia.

2). Morfologi dalam (Anatomi)

Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat
bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu. Korteks atas, berupa jalinan yang padat
disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang
berupa gelatin.Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.

1. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks
atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat
sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk
tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
2. Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah
yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan
biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi
tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian
ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara
dua pembuluh.
3. Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit
bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines).

Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh
lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada
bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan
coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang mengandung spora
jamur.

3). Struktur Vegetatif

Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari

Soredia

Soredia merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi
benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini
terdapat di dalam soralum.

2. Isidia

Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar.
Diamaternya 0,01 ? 0,03 m? dan tingginya antara 0,5 ? 3 m?. Berdasarkan kemampuannya
bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas
permukaan luarnya. Sebanyak 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia.
Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.

3. Lobula

Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di
sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose,
Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan
isidia.

4. Rhizines

Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang
muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada
dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.

5. Tomentum

Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari
rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti
pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.

6. Cilia

berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi
kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.

7. Cyphellae dan Pseudocyphellae

Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan
hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari
cyphellae dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan
Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.

8. Cephalodia.

Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri darialga-alga yangg
berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc
jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru
kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora,
Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.

C. KLASIFIKASI LICHENES

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi
serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan
Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke
dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari
Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok
yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.

Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum
adalah sebagai beriktu :

1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya

i. Ascolichens.

Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang


dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah
berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.

Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae
dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah
Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah
Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.

ii. Basidiolichenes

Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili :
Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa
filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.

2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus

i. Homoimerus

Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan
bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema

ii. Heteromerous

Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan
terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia

3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya

i. Crustose atau Crustaceous.

Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti
Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit
berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.

ii. Fruticose atau filamentous

Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada
bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris
atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti
telinga tipis yaitu Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria.
Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.

Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978)

adalah sebagai berikut :

Klas : Ascolichens

Ordo : Lecanorales
Famili :Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae,
Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae,
Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae,
Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.

Ordo : Sphariales

Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae

Ordo : Caliciales

Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae

Ordo : Myrangiales

Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae

Ordo : Pleosporales

Famili : Arthopyreniaceae

Ordo : Hysteriales

Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae

Klas : Basidiolichens

Famili :Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.

Klas : Lichens Imperfect

Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.

D. PERKEMBANGBIAKAN LICHENES

Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu :

1. Secara Vegetatif

i. Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari
induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang
dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang
lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru.
Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk
peningkatan jumlah individu.
ii. Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion.
Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.

iii. Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi
benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan
robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh
lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

2. Secara Aseksual

Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung
kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu
ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut
pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah
kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur
dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu
hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes
yang baru.

3. Secara Seksual

Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi
yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun
tubuh lichenes.

E. PERANAN EKONOMI LICHENES

Lichenes memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :

1. Lichenes sebagai bahan makanan

Thallus dari lichenes belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena lichenes
memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam
fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam
soda.Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian.
Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichenes sebagai sumber
karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana
Umbilicaria dari jenis foliose lichenes digoreng atau dimakan mentah. Lichenes juga dimakan
oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa
karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai sumber makanan pada musim dingin,
yang paling banyak dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska
memakan lichenes dari jenis Lobaria linita.

2. Lichenes sebagai obat-obatan


Pada abad pertengahan lichenes banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria pulmonaria
digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria dapat membentuk
lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat
liver. Sampai sekarang penggunaan lichenes sebagai obat-obatan masih ada.

Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat luka dan
terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea)
saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea
juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di
kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua selain Australia.

Banyak jenis lichenes telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari
semua spesies lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichenes
terus berkembang terutama di Jepang.

3. Lichenes sebagai antibiotik

Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang
ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil.
Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari
penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh
melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichenes
yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.

4. Lichenes yang berbahaya

Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan alergi pada kulit
dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan menimbulkan rasa
gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya
menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropah sebagai racun untuk
serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadangdicampur dengan bisa ular)
untuk membuat panah beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville
memakai Letharia sebagai teh obat.

1. Kegunaan lain dari lichen

Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak. Beberapa
diantaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan sebagai bahan
pembungkus mummi dan campuran buat pipa cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia
audina yang mengandung asam lecanoric.

Ekstrak lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan tekstil.
Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichenes dalam air, dan sebagian jenis lain
diekstrak dengan cara fermentasi lichenes dalam amonia. Parmelia sulcata digunakan untuk
pewarna wol di Amerika Utara.

Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di Utara California. Spesies ini di
diproduksi secara komersial di Eropa dan dikirim ke Prancis untuk industri parfum.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai lichenes ini dapat disimpulkan bahwa :

1. 1. lichenes adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis
antara alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi, reproduksi dan klsifikasi yang
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tersendiri.
2. 2. Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa. Sebagai tumbuhan
perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan tidak memerlukan
syarat hidup yang tinggi.
3. 3. Tumbuhan lichenes tidak akan terbentuk tanpa adanya simbiosis antara alga dan
jamur yang sesuai. Tumbuhan ini juga menghasilkan senyawa-senyawa metabolit
yang tidak dihasilkan oleh alga dan jamur yang hidup terpisah.
4. 4. Selain keunikan struktur, fisiologi maupun reproduksinya, lichenes juga memiliki
kegunaan ekonomi yang tidak kalah pentingnya. Sampai sekarang para ahli masih
terus meneliti tumbuhan ini dan ada yang mengusulkan agar lichenes dimasukkan ke
dalam golongan tersendiri dan terpisah dari jamur dan alga.

1. Saran

Harapan makalah ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami botani tingkat rendah
lebih dalam lagi terutama mengenai Lichenes (lumut kerak).
Ektomikoriza

Ektomikoriza menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel ujung akar. Akibat
serangannya, terlihat jalinan miselia berwarna putih pada bagian rambut-rambut akar, dikenal
sebagai hartig net. Serangan ini dapat menyebabkan perubahan morfologi akar. Akar-akar
memendek, membengkak, bercabang dikotom, dan dapat membentuk pigmen. Infektivitas
tergantung isolat dan kultivar tumbuhan inang. Tumbuhan inangnya biasanya tumbuhan
tahunan atau pohon. Beberapa di antaranya merupakan komoditi kehutanan dan pertanian
seperti sengon, jati, serta beberapa tanaman buah seperti mangga, rambutan, dan jeruk. Selain
itu pohon-pohon anggota Betulaceae, Fagaceae, dan Pinaceae juga menjadi inangnya. Pada
umumnya ektomikoriza termasuk dalam Basidiomycota.

Endomikoriza

Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung akar (root
tip). Hifa masuk ke dalam sel atau mengisi ruang-ruang antarsel. Jenis mikoriza ini banyak
ditemukan pada tumbuhan semusim yang merupakan komoditi pertanian penting, seperti
kacang-kacangan, padi, jagung, beberapa jenis sayuran dan tanaman hias. Infeksi ini tidak
menyebabkan perubahan morfologi akar, tetapi mengubah penampilan sel dan jaringan akar.
Berdasarkan tipe infeksinya, dikenal tiga kelompok endomikoriza: ericaceous (Ericales
dengan sejumlah Ascomycota), orchidaceous (Orchidaceae dengan sekelompok
Basidiomycota), dan vesikular arbuskular (sejumlah tumbuhan berpembuluh dengan
Endogonales, membentuk struktur vesikula (gelembung) dan arbuskula dalam korteks akar)
disingkat MVA.

Mikoriza adalah kelompok fungi (jamur) yang bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi
(tumbuhan berpembuluh, Tracheophyta), khususnya pada sistem perakaran. Terdapat juga
fungi yang bersimbiosis dengan fungi lainnya, tetapi sebutan mikoriza biasanya adalah untuk
mereka yang menginfeksi akar.
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya,
beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa
jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza di
akarnya. Sebagai misalnya, semaian pinus biasanya gagal tumbuh setelah pemindahan
apabila tidak terbentuk jaringan mikoriza di sekitar akarnya. Hanya sedikit kelompok
tumbuhan yang tidak menjadi simbion, seperti dari Brassicaceae, Commelinaceae, Juncaceae,
Proteaceae, Capparaceae, Cyperaceae, Polygonaceae, Resedaceae, Urticaceae, dan
Caryophyllales.

Mikoriza dapat diinokulasi secara buatan. Namun demikian, inokulasi mikoriza komersial
memerlukan bantuan mikoriza lokal, misalnya dengan menambahkan tanah dari tempat asal
tumbuhan.

Mikoriza yang umum ditemukan adalah mikoriza vesikula arbuskula. Mikoriza Vesikula
Arbusklua (MVA) adalah suatu simbiosis yang ditemukan antara cendawan (Zygomycetes)
dan akar, dan merupakan salah satu tipe beberapa tipe mikoriza yang dikenal. Beberapa jenis
mikoriza yang telah ditemukan adalah ectomycoorhizae (ECM), vesikular-arbuskular
mycoorhizae (VAM/endomikoriza), ectendomycoorhizae, Ericoid mycoorhizae, Orchid
mycoorhizae, dan Arbutoid mycoorhizae (didasarkan pada struktur mikoriza).

Lebih dari 200.000 spesies Angiospermae, terdiri dari cabang-cabang hifa yang berada pada
bagian dalam sel akar tanaman inang atau lebih dari 90% dari 300.000 spesies yang
berasosiasi dengan MVA pada tanah-tanah alami. MVA merupakan jamur yang bersimbiosis
dengan akar tanaman. Jamur ini membentuk vesikel dan arbuskula di dalam korteks tanaman.
Karena 80% cendawan ini membentuk struktur vesikula dan arbuskula, maka cendawan ini
disebut dengan cendawan mikoriza vesikulaarbuskula. Vesikel merupakan ujung hifa
berbentuk bulat, berfungsi sebagai organ penyimpanan, sedangkan arbuskula merupakan hifa
yang struktur dan fungsinya sama dengan houstoria dan terletak di dalam sel tanaman. MVA
termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, ordo Glomales dan genus Gigaspora, Scultellospora,
Acaulospora, Entrophospora, Glomus, dan Sclerocystis. Terdapat sekitar 150 jenis (spesies)
spora cendawan MVA yang telah dideskripsi. MVA tergolong dalam kelompok khusus dari
populasi mikoriza yang sangat banyak mengkolonisasi rhizosfer, yaitu di dalam akar,
permukaan akar, dan di daerah sekitar akar. Hifa eksternal yang berhubungan dengan tanah
dan struktur infeksi seperti arbuskula di dalam akar menjamin adanya perluasan penyerapan
unsur-unsur hara dari tanah dan peningkatan transfer hara (khususnya P) ke tumbuhan,
sedangkan cendawan memperoleh C organik dari tumbuhan inangnya (Marschner, 1995).

Anda mungkin juga menyukai