Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA & PROTISTA

“LYCHENOPHYTA (LUMUT KERAK)”

Oleh :
Kelompok 1

Khoirunnajah (A1C420011) → BAB III


Ricky Pranata G. (A1C420045) → BAB II
Anisa Dwi Karnita (A1C420069) → BAB V
Nabela Alifa Pramani (A1C420070) → BAB IV
Graceelia Bernadetta L. (A1C420073)→ BAB I

KELAS : REGULER C/R-003

Dosen Pengampu :
Dra. Harlis, M. Si
Raissa Mataniari, S.Pd., M.Ed.
Fitri Astriawati, S.Pd., M.Pd,

PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga
secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan yang hamper sama. Lumut
ini hidup secara epifit pada pohon, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub
utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan
ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah
(Panjaitan dkk, 2013: 24).
Lichenes memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-
batuan serta dalam proses terjadinya tanah. lichenes sangat tahan terhadap
kekeringan. Jenis lichenes yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut
sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada
dalam hidup laten/dormancy, jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang
telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali. Pertumbuhan
talusnya sangat lambat. Ukuran tubuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm,
badan buah yang baru akan tumbuh setelah lichenes mengadakan pertumbuhan
vegetatif selama bertahun-tahun (Yurnaliza, 2002: 2).
Tumbuhan lichenes bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian
pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi
dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang
hidup pada batuan dapat menjadi kering karena paparan sinar matahari, tetapi
tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali. lichenes
menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi
pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol paparan
sinar matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan
mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dan lain lain (Roosheroe dkk, 2006: 11).
Jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichenes ini sangat berguna
bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang
bervariasi seperti putih, hijau keabu-abuan, kuning, orange, coklat, merah dan
hitam. Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis
yang tepat. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan
atau klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa
lichenes dimasukkan kedalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi
kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari fungi atau
menjadi golongan tersendiri (Sudrajat,dkk, 2002: 5).
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara fungi dan algae, hingga dari segi
morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. lichenes memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Pada Penampang melintang talus lichenes, kelihatan hifa cendawan
membalut sel-sel algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke
dalam sel-sel alga. Alga tetap hidup tetapi tidak dapat membiak dengan
sel-sel lembaganya sendiri.
2. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput
landir sel-sel alga, sehingga bentuk alga menentukan bentuk lichenes
nya.
3. Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan
merupakan lapisan teras/empulus. Dalam lapisan ini sel-sel alga
bergerombol membentuk lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas
miselium cendawan yang teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
4. Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekat
dengan benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung
semak.menyerupai ujung talus yang bebas dalam udara.
5. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang
ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk
pada pinggir batuan, disebut endolitik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengenal spesies yang
repesentatif dari Lichenophyta.
BAB II
LANDASAN TEORI

Lichenophyta, yang juga dikenal sebagai jamur lumut atau lichen,


merupakan kelompok organisme bersimbiosis yang terdiri dari fungi dan alga atau
cyanobacteria. Simbiosis ini menghasilkan karakteristik yang unik dan menarik dari
Lichenophyta, termasuk bentuk, warna, dan komposisi kimiawi yang berbeda.
Berikut ini adalah landasan teori mengenai karakteristik Lichenophyta (Roziaty,
2016: 46). Terdapat berbagai jenis Lichenophyta dengan karakteristik yang
berbeda-beda, namun secara umum, Lichenophyta dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu foliose, crustose, dan fruticose (Marianingsih dkk, 2017: 19-21).

1. Foliose

Lichenophyta foliose memiliki bentuk yang menyerupai daun dan terdiri dari
lobus atau lembaran yang saling melekat. Talus foliose biasanya lebih tebal dan
lebih lentur daripada talus crustose. Spesies foliose dapat ditemukan di lingkungan
yang lembab seperti hutan, sungai, atau tepi laut. Adapun jenisnya sebagai berikut:

a. Parmotrema perlatum: Lichenophyta foliose yang umum ditemukan di


hutan dan tumbuh di atas batu atau kayu. Memiliki warna hijau keabu-
abuan dengan lobus yang saling berbentuk seperti daun.
b. Pseudocyphellaria crocata: Lichenophyta foliose yang ditemukan di
daerah tropis dan sub-tropis. Thallusnya berwarna oranye hingga
kemerahan, dan terdiri dari lobus-lobus yang saling melekat.
2. Crustose

Lichenophyta crustose memiliki bentuk yang menempel erat pada substrat dan
sering kali sangat sulit untuk diangkat. Thallus crustose dapat terlihat seperti kulit
atau kerak dan menempel kuat pada substrat. Spesies crustose dapat ditemukan di
lingkungan yang kering atau gersang seperti di gurun atau pada batu-batu. Adapun
jenisnya sebagai berikut:

a. Buellia frigida: Lichenophyta crustose yang tumbuh pada batu dan tanah
yang berada di daerah yang dingin seperti tundra atau gunung bersalju.
Thallusnya berwarna abu-abu hingga hitam dengan tepi yang terkadang
berlekuk.
b. Rhizocarpon geographicum: Lichenophyta crustose yang tumbuh di batu
dan terdapat di seluruh dunia. Thallusnya berwarna abu-abu kekuningan
hingga hijau dengan tepi yang merah kecoklatan
3. Fruticose

Lichenophyta fruticose memiliki bentuk yang menyerupai rambut atau semak


kecil. Thallus fruticose biasanya terdiri dari benang-benang yang bercabang dan
dapat tumbuh hingga beberapa sentimeter atau bahkan meter. Spesies fruticose
dapat ditemukan di lingkungan yang beragam, seperti di hutan, tepi sungai, atau
padang rumput. Adapun jenisnya sebagai berikut:

a. Cladonia rangiferina: Lichenophyta fruticose yang tumbuh di daerah


tundra dan taiga di utara, dan sering kali digunakan sebagai makanan rusa.
Thallusnya berwarna hijau keabu-abuan dengan tangkai yang terlihat
seperti tanduk.
b. Usnea florida: Lichenophyta fruticose yang tumbuh di pepohonan dan
batang kayu. Thallusnya berwarna hijau kekuningan hingga keabu-abuan,
dan terlihat seperti rambut yang memanjang dari permukaan substrat

Setiap jenis Lichenophyta memiliki karakteristik yang unik dan menarik,


serta perannya dalam lingkungan yang berbeda-beda. Pemahaman tentang jenis-
jenis Lichenophyta dapat membantu dalam identifikasi dan penelitian lebih lanjut
mengenai organisme yang penting ini. Lichenophyta memiliki bentuk yang
beragam, dari bentuk yang menyerupai daun, kerak, kulit, atau rambut. Struktur
lichen terdiri dari dua komponen utama, yaitu talus dan thallus. Talus adalah bagian
yang tidak berbentuk, biasanya terdiri dari hifa (benang jamur) yang bercabang dan
mempunyai dinding sel. Thallus adalah bagian yang terlihat dan terdiri dari jaringan
alga atau cyanobacteria yang disebut fotobion. Lichenophyta mengandung berbagai
jenis pigmen yang dapat memberikan warna yang berbeda pada talus. Kandungan
pigmen pada lichen tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Pigmen dapat
digunakan untuk mengidentifikasi spesies lichen dan dapat digunakan sebagai
sumber zat warna alami (Mathews et al., 2016: 8).
Lichenophyta memiliki dua jenis reproduksi yaitu vegetatif dan generatif.
Reproduksi vegetatif dilakukan melalui fragmentasi talus atau melalui
pembentukan tunas baru dari talus. Reproduksi generatif terjadi melalui
pembentukan spora jamur yang disebarkan oleh angin. Spora akan menyebar ke
tempat yang cocok dan akan tumbuh menjadi talus baru (Muvidha, 2020: 14).

Lichenophyta mengandung senyawa kimia yang berbeda-beda tergantung


pada jenisnya. Senyawa kimia yang ditemukan dalam Lichenophyta dapat
digunakan untuk keperluan farmasi dan industri. Beberapa senyawa kimia yang
terdapat dalam Lichenophyta adalah asam usnat, asam sekonderat, pigmen
karotenoid, dan alkohol. Lichenophyta memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi dan tersebar luas di seluruh dunia. Lichenophyta dapat ditemukan di berbagai
habitat, seperti di dinding batu, di tanah, di atas pohon, dan di tepi sungai.
Keanekaragaman hayati Lichenophyta juga terkait dengan kualitas lingkungan dan
pola iklim (Mafaza dkk, 2019: 14-15).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Taksonomi Monera dan Protista ini dilakukan pada hari Senin,
22 Maret 2023 untuk peremajaan pada pukul 09.30-selesai sp. Praktikum
dilaksanakan secara gabungan antara dua kelas yaitu R-002 dan R-003, pengamatan
dilakukan berkelompok yang dilakukan di area danau Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu:
3.2.1 Alat 3.2.2 Bahan
1. Lup 1. Sampel lichen yang diamati
2. Kamera Handphone
3. Alat tulis

3.3 Prosedur Kerja


Lup atau kamera
Handphone

Disiapkan Lup atau kamera Handphone terlebih dahulu.

Dipilih pohon yang menjadi tempat pengamatan sampel


lichen, kemudian cari tahu apa nama pohon tersebut

Diidentifikasi jenis-jenis lichen yang ada pada pohon,


lalu diamati morfologi dari lichenmenggunakan
lup/kamera handphone.

Dicatat dan digambar sampel lichen yang telah


didapatkan, lalu diberi keterangan pada gambar

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
No. Gambar Deskripsi
1. Keterangan:
1
1. Apothecium
Lichen foliose merupakan lichen
yang thalusnya menyerupai dau,
pipih, dan sebagian dari thalusnya
menyentuh substrat. Bagian yang
menyerupai lembaran daun di bagian

Parmelia plumbea pinggir dinamakan lobus (leafy like).


Seringkali menempel pada pohon di
hutan tropis.
2. Keterangan:
1 1. Apothecium
Lichen crustose merupakan lichen
dengan tubuh yang menempel erat
pada substrat dan tidak akan bisa
dipindahkan tanpa
menghancurkannya karena

Lecanora thysanophara menempel sangat lengket. Bagian


permukaan atas mengandung sedikit
air, dan terekspos, sehingga
memungkinkan lichen jenis ini
menempel pada kulit pohon dan batu.
3. Keterangan:
1. Podetia
1 Lichen fruticose merupakan lichen
dengan thalus memiliki lobus
berambut (hairy like), menyemak
(shrubby), lobus dapat berbentuk
pipih atau silinder.

Pseudevernia cladonia
4. Keterangan:
a. Apotesia
Talus squamulose, yaitu bentuk talus
yang menyerupai daun dengan
ukuran < 1 cm, bagian pangkalnya
crustose (melekat pada substrat) dan
bagian ujungnya bebas, tidak
Cladonia decorticata memiliki korteks bawah sehingga
pada permukaan bawah talus tampak
helaian-helaian hifa.

4.2 Pembahasan
Praktikum Taksonomi Monera dan Protista dengan judul Lychenophyta
(Lumut Kerak) ini dilaksanakan pada hari Senin, 20 Maret 2023 pada pukul 07.30
– 9.10, dimana dilakukan di Danau Universitas Jambi. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengenal spesies yang refresentatif dari Lychenophyta. Adapun
praktikum ini dilakukan dengan cara mengamati lychenophyta (lumut kerak) pada
pohon menggunakan lup untuk melihat morfologi lichen tersebut, lalu dilakukan
identifikasi lumut apa saja yang didapat pada satu pohon tersebut.
Lichen atau sering disebut lumut kerak, yaitu organisme gabungan dari alga
dan jamur yang memiliki ciri-ciri spesifik jika dibandingkan dengan tumbuhan dan
hewan. Menurut Andrea, dkk (2018: 7-8) lichen adalah hasil simbiosis antara alga
dengan jamur membentuk individu yang unik. Alga penyusun tubuh lichen adalah
alga biru (Cyanobacteria) atau alga hijau (Chlorophyta) dan jamur dari golongan
Ascomycetes atau Basidiomycetes. Tubuh lichen ini dinamakan thallus yang secara
vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini ada yang
berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna
kuning, orange, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Lichen hidup
epifit pada pepohonan, bebatuan, tempat yang lembab dan tanah. Ini sejalan dengan
menurut Roziaty (2016: 57) bahwa berdasarkan habitatnya, lichen dibedakan
menjadi tiga kategori: 1) Saxicolous, merupakan lichen yang hidup di batu/cadas
pada suhu dingin. Contoh: Acarospora ceruina, A. fuscata, Aspicillia corcota; 2)
Corticulous, merupakan lichen yang hidup di pohon yang berperan sebagai epifit,
kebanyakan di daerah tropis dan subtropis dengan kelembaban yang tinggi. Contoh:
Usnea articulata, U. ceranita, U. hirta dan Artaria radiata; dan 3) Terriculous,
merupakan lichen yang hidup pada tanah. Contoh: Cladonia ciliata, C. squamosa,
C. uncialis, Peltigera canina, P. didactila, dan Leptogium britanicum.
Menurut Roziaty (2016: 58) klasifikasi morfologi lichen dibagi menjadi: 1)
Thalus Crustose lichen - Lumut kerak yang memiliki thallus yang berukuran
kecil,datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau tanah.
Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Permukaan thalus
biasanyaterbagi menjadi areal – areal yang agak heksagonal yang disebut areole.
Contoh: Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau pleopsidium; 2)
Thalus Foliose lichen - Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus. Lichen in relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Lumut
kerak ini melekat pada batu, ranting dengan rhizin. Rhizines ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh: Xantoria, Physicia, Peltigera,
Parmelia; 3) Fruticose lichen. Thalusnya berupa semak dan memiliki banyak
cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada
batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contoh: Usnea, Ramalina dan Cladonia; dan
4) Squamulose lichen. Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetial.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada pohon sengon (Albizia
chinensis), ditemukan pada pohon tersebut terdapat tipe talus foliose, talus crustose,
dan talus fructicose. Pada tipe thalus foliose, ditemukan Parmelia plumbea dimana
termasuk kedalam family Parmeliaceae. Ini sejalan dengan penelitian Muslim dan
Hasairin (2018: 148) bahwa Parmelia plumbea termasuk kedalam family
Parmeliaceae. Tipe talusnya termasuk foliose dengan warna hijau keabuan. Bentuk
talus membulat dan tepian talusnya berwarna putih. Terdapat bulatan kecil
berwarna putih pada bagaian tengah talus. Pada tipe crustose ditemukan Lecanora
thysanophara dimana menurut penelitian Muslim & Hasairin (2018: 148) Lecanora
thysanophara termasuk kedalam famili lecanoraceae. Tipe talusnya Crostose.
Warna talusnya kehijau-hijauan. Pada tipe fruticose ditemukan Pseudfernia
kladonia dimana menurut Hutasuhut, dkk (2021: 49) Pseudevernia cladonia
(Tuck.) W. L. Club. merupakan jenis lichen yang memiliki talus bertipe fruticose,
berwarna hijau muda dengan bentuk morfologi tubuh bertumpuk. Permukaan talus
tidak bertepung, bentuk talus halus dan ujung talus bercabang-cabang. Panjang
koloninya 7 cm. Jenis lichen ini termasuk ke dalam famili Parmeliaceae. Pada tipe
squamulose ditemukan Clanodia decorticate dimana menurut Susilawati (2017: 16)
talus squamulose, yaitu bentuk talus yang menyerupai daun dengan ukuran < 1 cm,
bagian pangkalnya crustose (melekat pada substrat) dan bagian ujungnya bebas,
tidak memiliki korteks bawah sehingga pada permukaan bawah talus tampak
helaian-helaian hifa serta pada Clanodia decorticate permukaan podetianya penuh
ditempeli talus squamulose dan ujungnya tanpa mangkok kecil.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini adalah Lichenes


(lumut kerak) merupakan kelompok organisme bersimbiosis yang terdiri dari fungi
dan alga atau cyanobacteria. Lichens ini dapat hidup menempel pada poho ataupun
bebatuan. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa lichen ini merupakan organisme
yang merupakan gabungan jamur dan alga. Tubuh lichen ini dinamakan thallus
yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. secara umum,
Lichen dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu foliose, crustose, fruticose dan
squamulose. Dalam praktikum yang kami lakukan yaitu mengamati lichen pada
pohon sengon (Albizia chinensis), dan hanya mendapatkan tiga jenis lichen saja
yaitu foliose, crustose dan fruticose.

5.2. Saran

Adapun saran dalam praktikum ini adalah memastikan pohon apa yang
hendak diamati lichennya dan juga memastikan bahwa pohon tersebut mempunyai
lichen yang menempel padanya. Jika kesusahan mengamati lichen dapat dibantu
dengan loop. Lakukan pengamatan dengan teliti dan juga hati-hati agar tidak salah
dalam mengidentifikasi jenis-jenis lichen. Lakukan diskusi dengan anggota
kelompok agar memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai jenis-jenis
lichen.
DAFTAR PUSTKA

Andrea, E. S., R. Zuhri, & L. Marlina. (2018). “Identifikasi Jenis Lichen di


Kawasan Objek Wisata Teluk Wang Sakti”. Biocolony: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Biosains, volume 1(2): 7-14.

Hutasuhut, M. A., H. Febriani, & S. Devi. (2021). “Identifikasi dan Karakteristik


Habitat Jenis Lumut Kerak di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh
Kabupaten Dairi Sumatera Utara”. Jurnal Biolokus: Jurnal Penelitian
Pendidikan Biologi dan Biologi, volume 4(1): 43-54.

Mafaza, H., M. Murningsih, & J. Jumari (2019). “Keanekaragaman Jenis Lichen di


Kota Semarang”. Life Science, volume 8(1): 10-16.

Marianingsih, P., E. Amelia, & N. Nurhayati. (2017). “Keanekaragaman Liken


Pulau Tunda Banten sebagai Konten Pembelajaran Keanekaragaman
Hayati Berbasis Potensi Lokal”. Biodidaktika: Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya, volume 12(1): 17-22.

Mathews, I., D. M Thappa, N. Singh., & D. Gochhait. (2016). “Lichen Planus


Pigmentosus: a Short Review”. Pigment International, volume 3(1): 5-10.

Muslim & A. Hasairin. (2018). “Eksplorasi Lichenes pada Tegakan Pohon di Area
Taman Margasatwa (Medan Zoo) Simalingkar Medan Sumatera Utara”.
Jurnal Biosains, volume 4(3): 145-153.

Muvidha, A. (2020). Lichen di Jawa Timur. Tulung Agung: Akademia Pustaka.

Panjaitan, D. M., Fitmawati, & A. Martina. (2013). “Keanekaragaman Lichenes


Sebagai Bioindikator Pencemaran udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau”.
Artikel Ilmiah. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, hal 24.

Roosheroe, I. G., W. Sjamsuridzal, & A. Oetari. (2006). Mikologi Dasar Dan


Terapan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Roziaty, E. (2016). “Lichen: Karakteristik Anatomis dan Reproduksi
Vegetatifnya”. Jurnal Pena Sains, Volume 3(1): 44-53.

Roziaty, E. (2016). “Kajian Lichen: Morfologi, Habitat, dan Bioindikator Kualitas


Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor”. Bioeksperimen,
volume 2(1): 54-66.

Sudrajat, W., T. R. Setyawati, & Mukarlina. (2013). “Keanekaragaman Lichen


Corticolous pada Tiga Jalur Hijau Di Kabupaten Kubu Raya”. Protobiont,
volume 2(2): 75-79.

Susilawati, P. R. (2017). “Fruticose dan Foliose Lichen di Bukit Bibi, Taman


Nasional Gunung Merapi”. Jurnal Penelitian, volume 21(1): 12-21.

Yurnaliza. “Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan Lichenes”. Jurnal Digitized


USU Digital Library, hal 1-12.
PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM

1. Apakah lichen dapat berperan dalam menyuburkan tumbuhan?


Jawaban :
Iya, karena Lichenes memainkan peran penting dalam menyuburkan tanah.
Lichenes dapat tumbuh pada daerah berbatu dan memecah batuan, menghasilkan
senyawa organik dan mineral yang dapat membantu pembentukan tanah yang
subur.
2. Bagaimana peran dari lichen dalam proses pembentukan tanah?
Jawaban :
Lichenes adalah sebagai vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat gersang
karena berperan dalam proses pembentukan tanah dengan cara melepaskan
fragmen talus yang sangat halus dan melepaskan zat kimia yang dapat
melapukkan permukaan batuan pembentuk tanah.
3. Bagaimana cara lichen berkembang biak?
Jawaban :
Reproduksi lichen terdiri dari aseksual dan seksual. Aseksual melalui
pembentukan soredia, isidia dan lobules sedangkan yang seksual adalah dengan
pembentukan spora askus (menyerupai Fungi Ascomycota dan Basidiomycota).
4. Jelaskan struktur tubuh lichen!
Jawaban :
Lichen terdiri dari korteks atas, lapisan alga, medulla dan juga korteks bawah.
1. Korteks atas disebut juga sebagai lapisan hifa jamur. Lapisan ini tidak
mempunyai ruang antar sel dan diisi oleh gelatin.
2. Lapisan alga merupakan lapisan yang berada id bawah korteks. Lapisan
alga tersusun atas lapisan gonodial.
3. Medulla tersusun atas jalinan hifa. Lapisan ini digunakan sebagai
penghubung dan berperan dalam memberi kekuatan antara lapisan atas dan
juga lapisan bawah.
4. Korteks bawah berbentuk seperti rizoid.
LAMPIRAN
No Gambar Deskripsi
1. Pohon yang kami amati sebagai
tempat melekatnya liche adalah
pada pohon sengon (Albizia
chinensis)

2. Salah satu lichen yang ditemukan


adalah jenis foliose

3. Salah satu lichen yang ditemukan


adalah jenis frukticose

4. Salah satu lichen yang ditemukan


adalah jenis crustose
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai