Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae

dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan

morfologi yang berbeda dengan spesies lain pada komponen-komponennya. Dua jenis

organisme ini hidup saling berhubungan, alga menyediakan energi melalui proses

fotosintesis dan jamur menyediakan tempat perlindungan bagi alga. Lichen sekilas setipe

dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan

suatu bentuk life form yang unik atau khas (Roziaty, 2016, p. 55).

Liken, atau disebut juga lumut kerak, adalah organisme yang berasal dari hasil

simbiosis mutualistik dua organisme berbeda, yaitu fungi dan alga. Alga berperan sebagai

penyedia karbohidrat karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis sedangkan

fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan, sekaligus berperan sebagai

penyedia struktur dan massa serta perlindungan. Keberadaan liken di alam sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga liken dapat berperan sebagai bioindikator

lingkungan (Marianingsing, 2017, p. 17).

5
BAB 2

LANDASARAN TEORITIS

2.1 Deskripsi Umum Lichen (Lumut Kerak)

Lichen (lumut kerak) merupakan organisme majemuk yang merupakan gabungan

antara alga dan cendawan (jamur). Lichen adalah simbiosis antara ganggang dengan

jamur, ganggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal

dari Ascomycotina atau Basidiomycotina. Lichen tergolong tumbuhan pionir/vegetasi

perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim. Kerja sama ini

mengakibatkan struktur morfologi pun berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada

beberapa kasus bahkan masing-masing komponen akan mengalami kesulitan hidup

apabila ditumbuhkan terpisah.

Lumut kerak sangat peka terhadap kualitas udara. Oleh karena itu, lumut kerak

dapat digunakan sebagai penunjuk adanya polusi udara. Di kota-kota besar atau kawasan

industri tingkat polusi udaranya sabgat tinggi. Ditempat-tempat ini sedikit sekali lumut

kerak yang dapat tumbuh. Semakin jauh dari sumber polusi, keragaman lumut kerak

semakin bertambah dan spesies-spesies yang ditemukan akan berubah. Ditempat dengan

mutu udara baik, biasanya tumbuh lumut kerak yang berbentuk mirip pohon. Lumut kerak

menyebar sangat luas di muka bumi dan mampu menghuni tempat-tempat ekstrem,

seperti tundra, permukaan batu di pegunungan maupun pantai, atau tumpukan sampah

beracun. Oleh karenanya, lumut kerak dapat digunakan sebagai pengukur tingkat polusi.

Beberapa lumut kerak digunakan sebagai pewarna, bahan parfum, serta bahan

pengobatan.

6
Dalam periode yang lama para ahli botani berpikir lichen adalah tanaman otonom.

Baru (kurang lebih) 100 tahun lalu diketahui bahwa lichen trerdiri dari dua jenis

organisme. Namun demikian secara morfologi menunjukkan 1 bentuk yang dikenal

sebagai spesies. Dalam kode nomeklatur botani internasional, lichen termasuk dalam

golongan jamur (mikobionnya). Diperkirakan ada 13.500 spesies lichen.

Menurut Yurnaliza (2002) dalam Roziaty (2016), tubuh lichen yang disebut dengan

thallus berwarna mulai dari putih, keabuan, coklat bahkan hitam. Bagian tubuh lichen

yang memanjang disebut dengan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau

miselium yang biasanya tidak didapatkan pada fungi yang bukan lichen. Pada jenis lichen

foliose, terdapat 4 bagian tubuh yang jelas yaitu 1) korteks atas, berupa jalinan yang

disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material

yang berupa gelatin. Bagian ini tebal berguna untuk perlindungan; 2) daerah alga,

merupakan lapisan yang berwarna biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian

ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa tersebut terdapat sel-sel yang

berwarna hijau yaitu berguna untuk fotosintesis; 3) medulla, terdiri dari hifa yang terjalin

satu dengan lainnya yang membentuk untaian pembuluh; dan 4) korteks bawah, lapisan

ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap

permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah berupa rhizines.

Beberapa lichen ada yang tidak memiliki korteks bawah. Bagian tersebut digantikan oleh

lapisan tipis yang dinamakan hypothallus yang berfungsi sebagai pelindung.

2.2. Morfologi dan Klasifikasi Lichen (Lumut Kerak)

2.2.1 Morfologi

7
2. 2. 1. 1 Morfologi Luar

Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai

kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu

kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah

dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang secara selluler

dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang

biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada

bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas

empat bentuk :

a. Crustose

Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu

melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk

mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh: Graphis scipta,

Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh

buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh

terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen

yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut

leprose.

b. Foliose

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus.

Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar,

lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan

8
atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan

rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.

Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.

c. Fruticose

Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti

pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau

cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah.

Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.

d. Squamulose

Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang

biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh

buah yang disebut podetia.

2. 1. 1. 2. Morfologi Dalam (Anatomi)

Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini

mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:

 Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa

jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian

ini tebal dan berguna untuk perlindungan.

 Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah

korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa

itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella.

9
Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ

reproduksi.

 Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian

tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala

arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih

dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis

pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu

untaian hubungan antara dua pembuluh.

 Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan

membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan

kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada

beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini

digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya

sebagai proteksi.

2.2.2. Klasifikasi

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga

dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950),

Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan

diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam

ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes

dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.

10
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara

umum adalah sebagai beriktu :

A. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya:

1. Kelas Ascolichens.

 Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah

yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan

Verrucaria.

 Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk

tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea

dan Parmelia.

Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:

Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari

Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-

lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.

2. Kelas Basidiolichenes

Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes

yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan

Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak

berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

3. Lichen Imperfect Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus,

Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.

B. Berdasarkan alga yang menyusun thalus:

1. Homoimerus

11
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi

dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe,

Collema.

2. Heteromerous

Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur

menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin

Chlorophyceae. Contoh: Parmelia

C. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya:

1. Crustose atau Crustaceous.

Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon.

Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka

terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.

2. Fruticose atau filamentous

Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian

menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang

pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang

menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina.

Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia

adalah tipe antara kedua bentuk itu.

Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978) adalah

sebagai berikut :

Kelas : Ascolichens

Ordo : Lecanorales

12
Famili : Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae,

Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae,

Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae,

Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.

Ordo : Sphariales

Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae

Ordo : Caliciales Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae

Ordo : Myrangiales

Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae

Ordo : Pleosporales

Famili : Arthopyreniaceae

Ordo : Hysteriales

Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae

Kelas : Basidiolichens

Famili : Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.

Kelas : Lichens Imperfect

Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.

2.3. Habitat dan Manfaat Tumbuhan Lichen

2.3.1. Habitat Lichen

Lichen dapat hidup pada habitat yang sangat ekstrem, misalnya pada lahan bekas

aliran lahar gunung berapi, di gurun, di hutan bekas terbakar, batu-batuan, menempel

pada pohon-pohon, bahkan di daerah kutub yang bersuhu sangat dingin.

13
Beberapa lichen dapat menghasilkan zat kimia dan zat asam yang dapat

melapukkan batu-batuan hingga menjadi tanah.Oleh karena itu, lichen merupakan

organisme perintis. Lichen memungkinkan tumbuhan lain, seperti lumut dan paku,

tumbuh di lahan baru. Lichen mengawali terjadinya suksesi, yaitu proses perubahan

struktur jenis organisme yang hidup di dalam suatu komunitas.

Beberapa jenis lichen sangat peka terhadap polusi udara, misalnya Usnea sp.

(lumut janggut). Lumut ini dapat digunakan sebagai indikator polusi udara di suatu

daerah. Bila di suatu daerah masih ditemukan lichen yang hidup, berarti udara di daerah

tersebut belum terpolusi.

Lichenes (liken) dikenal dengan lumut kerak karena bentuknya menyerupai kerak yang

menempel (epifit) di pohon-pohon, tebing, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub

utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi (Hasanuddin dan

Mulyadi, 2018).

Hubungan simbiosis memungkinkan bagi lichen untuk hidup di berbagai

tempat/habitat dan kondisi cuaca di seluruh dunia bahkan di lingkungan yang ekstrim. Di

wilayah yang kodisi lingkungan seragam masing-masing substrat cenderung lichen yang

tumbuh juga relatif seragam. Mereka tumbuh di lingkungan dengan kondisi iklim yang

berbeda dan dengan substrat yang berbeda. Mereka mampu dengan cepat menyerap dan

menyiapkan air dari banyak sumber maka memungkinkan bagi lichen untuk hidup di

lingkungan yang “keras” seperti gurun dan kutub dan terpapar pada suatu permukaan

yang datar, dinding, atap, dahan/ranting pohon dan material buatan manusia lainnya

seperti gelas, logam, dan lain sebagainya. Lichen ini merupakan vegetasi perintis bagi

14
habitat terestrial dari kutub utara hingga di banyak gurun (Bhat, Dudani, & Subhash,

2011).

2. 3. 2. Manfaat Lichen

1. Lichen sebagai Bahan Makanan

Thallus dari lichen belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena

lichen memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-

gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebih

dahulu dengan merebusnya dalam soda. Pada saat makanan sulit didapat, orang-

orang menggunakan lichen sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya

dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose

lichen digoreng atau dimakan mentah.

Lichen juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput,

serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichen

sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah

Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichen dari jenis

Lobaria linita.

2. Lichen sebagai Bioindikator

Salah satu organisme tanaman yang berfungsi sebagai indikator biologi

pencemaran udara adalah lichen. Lumut kerak sangat berguna dalam

menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu yang lama. Untuk melihat

apakah udara pada suatu daerah telah tercemar atau tidak, dapat di lihat dari

pertumbuhan lumut kerak yang menempel di pohon-pohon atau batu. Lumut

kerak yang berada pada suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan

15
respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan lumut kerak yang

tumbuh subur di daerah yang tidak tercemar. Pertumbuhan dan kesuburan lumut

kerak kurang baik bila daerahnya telah mengalami perubahan kondisi lingkungan

akibat pencemaran udara yang secara langsung atau tidak langsung dapat

menyebabkan beberapa hal yang dapat menghambat pertumbuhan atau

keberadaan suatu jenis lumut kerak (Hardini, 2010).

3. Lichen sebagai Antibiotik

Lichen sebagai antibiotik secara tradisional telah lama dilakukan, sehingga

menarik perhatian para ilmuwan. Sifat antibiotik ini meliputi antibakteri,

antijamur, dan antivirus. Kemampuan lichen sebagai antibiotik ditentukan oleh

senyawa asam yang terdapat di dalamnya. Asam usnat adalah antibiotik spektrum

luas dan merupakan kandungan yang paling umum diketahui dari lichen. Selain

asam usnat masih banyak lagi jenis asam dalam lichen yang memiliki aktivitas

antibiotik terutama sebagai antibakteri. Ekstrak aseton, dietil eter dan etanol dari

lichen Cetraria aculeata dan bahan aktif penyusunnya berupa asam

protolikesterinat menunjukkan hasil yang lebih luas baik pada bakteri gram

negatif seperti Escherichia coli, Aeromonas hydrophila, Proteus vulgaris,

Pseudomonas aeruginosa maupun gram positif Staphylococcus aureus,

Streptococcus faecalis, Bacillus cereus, B. subtilis, dan Listeria monocytogenes.

4. Lichen sebagai Bahan Obat-Obatan

Pada abad pertengahan lichen banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria

pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria

dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichen juga digunakan

16
sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan lichen sebagai

obat-obatan masih ada.

Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat

luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam

ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran,

dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina,

pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan

lain benua selain Australia. Banyak jenis lichen telah digunakan sebagai obat-

obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichen memiliki sifat

antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichen terus berkembang terutama di

Jepang.

2.4 Reproduksi Lichen

Lichen mampu bereproduksi sebagai unit simbiosis (satu kesatuan organisme)

secara vegetatif, dengan fragmentasi induk lichen dan pembentukan soredia. Fragmentasi

terjadi bila ada pemutusan dan pemisahan sebagian tubuh induk, kemudian bagian tubuh

tersebut tumbuh menjadi lichen baru. Sementara soredia merupakan kumpulan hifa yang

mengandung sel ganggang di dalamnya. Soredia terdapat di permukaan lichen dan terlihat

berwarna putih seperti tepung. Bila soredia ini jatuh di tempat yang cocok, maka akan

tumbuh menjadi lichen baru.

Reproduksi lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan fungi. Reproduksi

lichen terjadi dalam dua cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi

ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan soredia atau isidia (bagian

yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau benda buatan lainnya. Beberapa lichen

17
menghasilkan tubuh jamur yang disebut denganapotheca atau peritheca, badan ini yang

melaksanakan reproduksi seksual (Bhat, Dudani, & Chandran, 2011).

2.4.1. Reproduksi secara vegetatif (aseksual)

1. Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh

yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu

baru.Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.Pada

beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke

batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif

dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah

individu.

2. Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing

mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya

sesuai.

3. Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan

diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari

induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang

tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki

karakteristik yang sama dengan induknya.

18
2.4.2. Reproduksi secara generatif (seksual)

Perkembangbiakan seksual pada lichen ini harus dengan unsur jamur yang

terdapat pada tubuh lichen. Bila kelompok jamur mengalami pertumbuhan hal tersebut

juga akan diikuti dengan perkembangan seksual lichen. Reproduksi secara aseksual

(vegetative) merupakan pembiakan yang terjadi tanpa melalui perkawinan,

perkembangbiakan secara vegetative dapat berlangsung dengan cara fragmentasi

(potongan hifa/miselium), membelah diri (ini terjadi pada jamur uniseluler), spora

kembara (terjadi pada jamur lender, dengan cara bertunas (terjadi pada jamur (kelompok

khamir) dan kandiospora (ujung hifa tertentu yang membagi-bagi diri membentuk bulat-

bulat telur yang biasanya disebut kondia) (Hasanuddin, 2019).

19
17

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Oktober 2019 dari pukul 10.00 s.d.

15.00 WIB, bertempat di kawasan wisata air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala,

Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar. Peta lokasi penelitian kawasan wisata air

terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar.

3.2 Metode Sampling

Pengumpulan data dilakukan dengan cara eksploratif dengan teknik purposive

sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek berdasarkan karakteristik tertentu yang

dinilain memiliki keterkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik dari populasi yang akan

diteliti. Karakteristik ini sudah diketahui oleh peneliti, sehingga hanya perlu

menghubungkan unit sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 3.1 berikut:

Nama Alat Jumlah Fungsi

Untuk membantu pengambilan


Cutter 2
sampel.
18

Sebagai perlengkapan untuk

Alat tulis 1 Set melakukan pencatatan selama

penelitian.

Penggaris 1 Untuk mengukur sampel.

Plastik Sampel 1 Ons Untuk menyimpan sampel.

Kamera Untuk mengambil gambar dan


2
handphone dokumentasi kegiatan penelitian.

3.4 Analisis Data

Data penelitian dianalisis secara kuantitatif. yaitu dengan mencantumkan famili

dan nama ilmiah yang disajikan dalam bentuk gambar yang dipotret dengan handphone

serta mendeskripsikan masing-masing spesies yang diperoleh berdasarkan ciri-ciri

morfologinya.
19

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Morfologi thallus berbentuk Crustose:

1. Pertusaria lactea

Gambar 1. Pertusaria lactea Gambar 1. Pembanding Pertusaria


lactea

Pertusaria lacteal adalah spesies lumut berkerak kutil dalam keluarga

Pertusariaceae. Lumut ini berwarna putih sampai krem atau abu-abu pucat. Bentang

lebar hingga 15 cm, agak tebal, sedikit rugose, lipit dan rimosa, terisoloasi dan

sedikit verrucose.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Ascomycota
20

Kelas : Lecanoromycetes

Ordo : Pertusariales

Familia : Pertusariacea

Genus : Pertusaria

Spesies : Pertusaria lactea

2. Phlyctis argena

Gambar 2. Phlyctis argena Gambar 1. Pembanding Phlyctis argena

Thalus abu-abu keputihan, tipis, kasar. Soredia menyebar granular,

apothecia langka, tenggelam dalam thallus.97 Hifa membentuk batasan marginal

dan lebar sekitar 1- 4 cm, apothecia tenggelam, terdapat pada kulit pohon

belimbing (Averrhoa carambola). Thallus berbentuk crustose.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Ascomycota
21

Kelas : Lecanoromycetes

Ordo : Lecanorales

Famili : Phlyctidaceae

Genus : Phlyctis

Spesies : Phlyctis argena


3. Aspicilia calcarea

Gambar 4. Aspicilia calcarea Gambar 4. Pembanding Aspicilia


calcarea

Aspicilia calcarea merupakan lichen dengan morfologi thallus berbentuk

crustose, berwarna putih dan memiliki apothecia (tubuh buah) berwarna hitam. Jenis

ini hanya ditemukan pada bebatuan (saxicolous), Pola pertumbuhannya melingkar

seperti yang terlihat pada gambar 4.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Thallophyta
22

Class : Ascolichenes

Ordo : Lecanorales

Familia : Hymeneliaceae

Genus : Aspicilia

Spesies : Aspicilia calcarea

5. Pertusaria hemisphaerica

Gambar 4. Pertusaria hemisphaerica Gambar 4. Pembanding Pertusaria

hemisphaerica

Pertusaria hemisphaerica merupakan jenis lichen yang memiliki morfologi

thallus berbentuk crustose. Jenis ini memiliki thallus yang sedikit tebal dan

berwarna putih kekuningan.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae
23

Divisi : Thallophyta

Class : Ascolichenes

Ordo : Pertusariales

Family : Pertusariaceae

Genus : Pertusaria

Spesies : Pertusaria hemisphaerica

Morfologi thallus berbentuk Foliose:

1. Dirinaria picta

Gambar 1. Dirinaria picta Gambar 1. Pembanding Dirinaria picta

Dirinaria sp. merupakan jenis Lichen yang memiliki morfologi thallus

berbentuk foliose dan berwarna hijau keputihan. Jenis ini memiliki apothecia yang

berwarna putih kehijauan dan terdapat pada bagian tengah thallus. Jenis ini

ditemukan pada permukaan kulit pohon dan bebatuan.

Klasifikasi
24

Kingdom : Plantae

Divisi : Thallophyta

Kelas : Ascolichenes

Ordo : Lecanorales

Famili : Physciaceae

Genus : Dirinaria

Spesies : Dirinaria picta.

Pembahasan

Pada praktikum ini kami menemukan 5 spesies Lichen yang mana 4 di antaranya

adalah tipe thallus krustose dan 1 di antaranya adalah tipe thallus foliose. Menurut Sudjino

(2009), Lichenes merupakan tumbuhan yang sering disebut sebagai lumut kerak, karena

tumbuhan ini merupakan simbiosis antara fungi dan alga. Alga berperan sebagai penyedia

karbohidrat karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis sedangkan fungi

mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan sekaligus berperan sebagai penyedia

struktur dan massa serta perlindungan. Lichenes mempunyai banyak manfaat bagi

kehidupan, salah satunya adalah sebagai indikator pencemaran udara. Zat-zat berbahaya

seperti logam berat, flourida, pestisida, radioaktif, dan zat berbahaya lainnya dapat

mempengaruhi pertumbuhan koloni lichenes.

Menurut Pandey dan Trivendi (1977) dalam Pratiwi (2008), habitat lichen dapat

dibagi menjadi tiga katagori, yaitu: 1) Saxicolous adalah jenis lichen yang hidup di batu.

Menempel pada substrat yang padat dan di daerah dingin. 2) Corticolous adalah jenis
25

lichen yang hidup pada kulit pohon. Jenis ini sangat terbatas pada daerah tropis dan

subtropics, dan sebagian besar kondisi lingkungannya lembab. 3) Terricolous adalah jenis

lichen terrestrial, yang hidup pada permukaan tanah.

Susilawati (2013) menyatakan bahwa Corticolous lichen merupakan jenis lichen

yang ditemukan hidup sebagai epifit pada substrat kulit batang. Corticolous lichen

merupakan komponen penting ekosistem hutan sebagai organisme autotrof penyumbang

biomassa dalam ekosistem tersebut serta peka terhadap perubahan lingkungan akibat

pencemaran udara dari perubahan iklim. Keberadaan jenis lichen sangat tergantung pada

pohon inangnya karena beberapa jenis lichen memilih jenis pohon tertentu sebagai

inangnya.

Secara umum tipe talus lumut kerak yang ditemukan adalah Crustose. Sifat dari

lumut kerak Crustose diantaranya adalah menempel erat pada substrat, talus berwarna

hijau muda sampai hijau keabuan dan soredia tersebar di permukaan talus. Amin (2012)

menyatakan bahwa tipe talus Crustose merupakan tipe talus yang paling resisten

dibandingkan dengan tipe talus lainnya. Hal itu karena lumut kerak dengan tipe Crustose

terlindung dari potensi kehilangan air dengan bertahan pada substratnya, karena memiliki

sifat melekat erat pada substratnya sehingga tetap bisa hidup pada lokasi yang terpapar

polusi. Damar (2011) menyatakan bahwa fruticosa merupakan lumut kerak yang paling

sensitif terhadap pencemaran udara dan merupakan jenis lumut kerak yang akan pertama

kali hilang ketika terpapar pada udara tercemar. Sedangkan tipe crustuse merupakan lumut

kerak yang paling resisten terhadap pencemaran udara. Karena tidak ditemukan species
26

dengan tipe morfologi fruticosa, maka dapat dikatakan bahwa udara dan lingkungan di

kawasan wisata Brayeun sudah tercemar.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tipe morfologi

thallus yang paling banyak ditemukan di kawasan wisata wisata air terjun Seuhom, Desa

Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar adalah tipe morfologi

thallus crustace.

5.2 Saran

Lichenes merupakan tumbuhan rendah yang sangat berperan penting dalam

mengidentifikasi pencemaran udara di suatu daerah, sehingga ke depan disarankan adanya

penelitian lebih lanjut tentang lichens yang ada di kawasan wisata wisata air terjun

Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar atau

daerah lainnya.
27

Daftar Pustaka

Bhat, S. P., Dudani, S. N., & Chandran, M. S. 2011. Lichens: General Characteristics.
Bangalore, India: Indian Institute of Science.

Damar, Susilaradeya. 2011. Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara.


Jurnal Ilmu Lingkungan. 1:1, 9-14.
Hasanuddin. 2019. Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Marianingsih, Pipit, dkk. 2017. Keanekaragaman Liken Pulau Tunda Banten sebagai
Konten Pembelajaran Keanekaragaman Hayati Berbasis Potensi Lokal.
Biodidaktika. 12:1, 17-22.

Pratiwi. 2008. Keanekaragaman Lichen sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kota


Pekan Baru Provinsi Riau. Bioma. 1:2, 1-17.

Roziaty, Efri. (2016). Kajian Lichen: Morfologi, Habitat, dan Bioindikator Kualitas Udara
Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Jurnal Bioeksperimen, 2:1, 55-66.

Roziaty, Efri. 2016. Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) Di Area Kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Proceeding Biology Education Conference.
13:1, 44-53.

Susilawati, Puspita Ratna. 2013. Keanekaragaman Corticolous Lichen dan Preferensi


Inangnya dengan Erythrina lithosperma Miq., di Bukit Bibi, Taman Nasional
Gunung Merapi. Jurnal MIPA Biologi Universitas Gadjah Mada. 3:1, 127-136.

Anda mungkin juga menyukai