PENDAHULUAN
hayati,
pestisida
mikroba,
senyawa-senyawa
kimia
yang
BAB II
ISI
2.1. Aplikasi Interaksi Populasi Terhadap Pengendalian Biologis
Setiap populasi organisme yang menempati wilayah tertentu dan saling
berinteraksi di sebut dengan komunitas. Setiap organisme dalam suatu komunitas
membentuk hubungan interaksi saling bergantung antara organisme yang satu
dengan yang lain. Semua itu bertujuan untuk melakukan persaingan dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sebagai pengendali biologis. Interaksi antar
populasi pada kajian ekologi tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pengendali
biologis contohnya yaitu alelopati sedangkan dalam kajian ekologi hewan terdapat
interaksi kompetisi, predasi dan simbiosis.
Kita mengenal adanya hubungan makan dan di makan yang terjadi pada
organisme dalam konsep interaksi. Hubungan tersebut dikenal dengan istilah
predasi. Selain hubungan tersebut, terdapat hubungan yang bukan merupakan
hubungan makan memakan, yaitu persaingan atau kompetisi dan hidup bersama
atau simbiosis. Hubungan simbiosis mencakup
gulma bayam duri dan jejarongan. Dalam penelitian ini, Aidil Amar menguji coba
hasil perasan gulma, alang-alang, teki, dan rumput grinting melalui 2 perlakuan,
yaitu kontrol dan
setelah 21 hari gulma bayam duri dan jejarongan mengalami tingkat keracunan
tanaman. Serta perlakuan yang menggunakan konsentrasi tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata.
Beberapa contoh dari tanaman yang dapat melakukan alelopati adalah:
Jenis tanaman
Dampak
Mimba
(Azadirachta Menghambat tanaman yang tumbuh
indica) dan
eukaliptus
Mangga
Dapat mencegah
fungi Verticillium penyebab penyakit
Brokoli
Foto
Lantana atau
Saliara
Golongan
Leucaena,
contohnya
lamtoro
mengurangi
hasil
panen
(Tetelay, 2003)
2.1.2. Kompetisi
Kompetisi merupakan terjadinya persaingan antar populasi karena
adanya lebih dari satu macam organisme yang membutuhkan bahan yang sama
dari lingkungan. Sesuai dengan hukum rimba yang kuatlah yang menang dalam
kompetisi
populasi
yang
kuat
akan
memenangkan
persaingan
dalam
memperebutkan syarat untuk hidup, sedangkan yang lemah akan ditekan, dan ini
cenderung membuat populasinya menjadi lebih kecil dan memungkinkan pula
punah dengan sendirinya bila tidak mampu bersaing. Persaingan di antara dua
atau lebih populasi terhadap sumber daya alam akan menimbulkan efek yang
merugikan kedua belah pihak. Bahkan salah satu spesies yang bersaing dapat
tersingkir akibat persaingan. Persaingan ini semakin keras ketika sumber daya
alam yang diperebutkan persediaannya semakin terbatas (Kastono, 2005).
Agar suatu populasi dapat melanjutkan kehidupan, ada beberapa yang
menjadi faktor mempengaruhi kelangsungan hidup suatu populasi, diantaranya
adalah keaktifan memperebutkan ruang tempat hidup, keaktifan memperebutkan
makanan, keaktifan memperebutkan unsur hara, keaktifan memperebutkan agen
penyerbukan (Indriyanto, 2006)
Persaingan antarpopulasi dapat berakibat pada ekosistem jangka pendek
maupun jangka panjang. Persaingan jangka pendek menyebabkan perubahan
ekologi, misalnya apabila singa atau kelompok predator lainnya kalah dalam
persaingan dan akhirnya punah maka kelompok mangsa seperti kerbau, rusa dan
lainnya akan mengalami peningkatan populasi, dan hal ini tentu saja
mengakibatkan perubahan pada alam. Persaingan jangka panjang menyebabkan
terjadinya evolusi. Contohnya evolusi dari kehidupan di laut ke darat. Sel yang
berkembang di laut, menurunkan jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan
berkembang biak di dalam air. Karena adanya kompetisi, organisme itu ada yang
mencoba hidup ke darat. Setelah hidup di darat terjadi kompetisi dalam
memperebutkan makanan dan tempat hidup. Beberapa populasi berusaha kembali
ke air. Dalam upaya kembali ke air itu ada yang behasil, ada pula yang tidak
berhasil. Contohnya yang berhasil adalah lumba-lumba, paus, yang sepenuhnya
hidup di air. Sedangkan yang tidak berhasil misalkan buaya (Kastono, 2005).
Penelitian Rivo Manopo (2013) menunjukkan bahwa kompetisi antara
walang sangit dan kepik hitam dalam menyerang bulir tanaman padi, walang
sangit lebih tinggi populasinya daripada kepik hitam, dikarenakan rumpun
tanaman padi sudah terlebih dahulu diserang oleh walang sangit sehingga tidak
diserang lagi oleh hama kepik hitam. Sesuai dengan teori yang dijelaskan Sembel
(1989), bahwa dua jenis spesies yang hidup dalam suatu areal yang sama dan
mengambil sumber makanan dan hidup dalam suatu tempat yang sama biasanya
tidak akan dapat hidup bersama dalam jangka waktu yang lama. Hal ini
disebabkan oleh adanya kompetisi akan makanan dan tempat sehingga terjadi
pergeseran oleh satu populasi yang mempunyai kemampuan bertahan atau
berkompetisi yang lebih kuat dari yang lain sehingga akhirnya populasi yang
lemah akan tergeser atau hilang.
2.2. Predator dan Herbivor
Parasitoid
Parasit
Asal
Dari jenis
serangga
Daya Bunuh
Fase Menyerang
Contoh
Apanteles
sp.,
Apanimerus, Nyamuk
Culex
sp.,
Scelionidae, Tetrastichus sp.
Anopheles sp., Cacing
pita (Taenia solium)
yang
sama
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
jenis
inang,
urutan
piperis (Penggerek
batang
lada)
dan Xanthopimpla sp. pada Erionata trax (Ulat penggulung daun pisang).
Gambar 2.
: Apanteles artonae;
: Anastatus dasyni
: Xanthopimpla sp
(Sumber: Gomez et.al, 2014, Trisawa et.al, 2007 dan Octriana, 2010)
Parasitoid gregarious yaitu bila beberapa ekor parasitoid dapat
berkembang secara normal menjadi dewasa dalam satu individu inang (parasitoid
berasal dari jenis yang sama). Parasitoid jenis ini sering disebut parasitoid
polyembrionik karena dari satu telur menetas banyak larva parasitoid.
(5) Parasitoid Berdasarkan Posisi Dalam Menyerang
Berdasarkan posisi dalam menyerang, parasitoid dibedakan menjadi
ektoparasitoid dan endoparasitoid. Ektoparasitoid yaitu parasitoid yang seluruh
daur hidupnya ada di luar tubuh inang dengan cara menempel pada tubuh inang
(lihat Gambar 2.1a), setelah menetas lalu mengisap cairan tubuh inang. Contoh:
Campsomeris agilie (2. b), merupakan lebah parasitoid yang menyerang uret.
Lebah masuk ke dalam tanah, uret yang dijumpai lalu disengat dan diracuni (tidak
sampai mati). Telurnya lalu diletakkan di luar tubuh uret dan setelah menetas
menghisap cairan tubuh uret.
kombinasi misalnya parasit telur-larva atau larva pupa. Parasitoid telur adalah
parasitoid yang menyerang telur inangnya (lihat Gambar 2.3). Umumnya berstatus
sebagai endoparasitoid, walaupun ada yang ekto-parasitoid, terutama pada telur
yang diletakkan secara berkelompok. Terdiri atas beberapa familia, yaitu Familia
Encyrtidae , Braconidae dan Familia Trichogrammatidae. Familia Encyrtidae
merupakan parasitoid yang menyerang telur dari beberapa jenis serangga dan
kutu. Parasitoid dari familia Trichogrammatidae yaitu Trichogramma sp.,
parasitoid pada Heliothis sp. dan Artona sp. Parasitoid dari familia Braconidae
melakukan perkawinan pada sore hari. Serangga betina biasanya tingal dibawah
permukaan daun dimana inangnya berada sedangkan serangga jantan aktif
bergerak mencari parasitoid betina.
parasitoid
menetas
dan
larva
inang
menjadi
imago
(dewasa).
memnon) dan Opius sp. pada lalat buah (Dacus sp.). Sementara itu, parasitoid
yang menyerang inang ketika fase dewasa, tidak banyak dilaporkan, namun ada
beberapa contoh berikut ini. Contoh : Aphytis chrysomphali, Aspidiotus
destructor, Comperiella unifasciata, dan Aspidiotus regidus.
B
C
Gambar 2.5. A: Tipe Telur Parasitoid; B: Parasitoid sedang meletakkan telur pada
inangnya; dan C: posisi telur parasitoid pada inang berupa larva (Sumber: Doutt,
1964)
Stadia larva parasitoid terdiri atas larva instar 1, larva planidium, larva
triungulin serta larva instar pertengahan dan akhir. Larva instar I berbentuk seperti
tempayak. Larva planidium merupakan larva instar I yg mempunyai setae yang
panjang dan terdapat pada toraks atau caudal dan membantu larva bergerak
menuju inang setelah menetas dari telur. Larva triungulin merupakan larva instar I
yang mempunyai tungkai beruas yang membantu untuk bergerak menuju inang
setelah menetas dari telur. Larva instar pertengahan dan akhir yaitu larva yang
pada tahap ini terjadi perubahan bentuk sangat berbeda dengan larva instar 1.
C
D
Gambar 2.6. Stadia Larva Parasitoid. A : larva instar 1; B: fase larva planidium; c:
fase larva triungulin; dan D : fase larva yang sudah matang (Sumber: Doutt, 1964)
Stadia pra-pupa parasitoid merupakan fase yang menunjukan larva instar
akhir mulai berhenti makan terutama untuk berpupa sedangkan stadia pupa
merupakan stadia yang kebanyakan larva parasitoid berpupa di dalam cocon, atau
puparium inangnya atau di dalam liang atau terowongan yg dibuat inangnya.
Aspidiotus
destructor
Sign
(Homoptera:
Diaspidae)
Plutella
xylostella
(Lep:
Yponomeutidae)
menggunakan
Gambar. Trichogramma spp sebagai parasitoid pada Chilo spp, Tryporyza nivella
(Juniawan, 2013)
DAFTAR RUJUKAN
Amar, Aidil. 2015. Potensi Alelopati Cairan Perasan Gulma Sebagai Herbisida
Hayati Untuk Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Kedelai. Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. (Online)
(http://www.alelopati, diakses pada tanggal 18 November 2016)
Basukriadi, A. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Departemen Proteksi Tanaman IPB. Basisdata Hama dan Penyakit Tanaman.
(Online). www.opete.info (diakses pada tanggal 20 November 2016)
Doutt, R. L. 1964. Biological characteristics of entomophagous adults. p. 145
167. In Biological Controlof Insect Pests and Weeds (Paul DeBach,
editor). Chapman and Hall Ltd., London. 844 pp.
Gomez, I.C., Saaksjarv, I.E., Broad, G.R., Puhakka, L., Castillo, C., Pena, C. &
Padua, D.G. 2014. The Neotropical Species of Xanthopimpla Saussure
(Hymenoptera: Ichneumonidae: Pimplinae). Zootaxa, 3774(1): 057-073.
Juniawan. 2013. Mengenal Parasitoid. Artikel Pertanian. (Online).
http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/mengenalparasitoid. Diakses pada tanggal 20 November 2016
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta:Bumi Aksara
Kastono. 2005. Pengantar Ekologi. UGM: Yogyakarta.
Kimball, John W. 1983. Biologi. Jakarta: Erlangga
Mahrub, E, 1987. Pengenalan Musuh Alami Hama Tanaman, Lab. Ilmu
Pengendalian Hayati, Faperta UGM, Yogyakarta
Manopo, Rivo. 2013. Padat Populasi Dan Intensitas Serangan Hama Walang
Sangit (Leptocorisa Acuta Thunb.) Pada Tanaman Padi Sawah Di
Kabupaten Minahasa Tenggara. Fakultas Pertanian,Universitas Sam
Ratulangi Unsrat Mando. Online, (http://www.portalgaruda.com, diakses
tanggal 18 November 2016).
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
UI Press: Jakarta.