Anda di halaman 1dari 33

Evolusi Imunologi dan Komparatif

Dian Hanif Muslimah (1810305053)


Rio Perdana (1810305080)
Salwaa Fauziyyah (1810305002)
Materi
01 Evolusi Imunologi

02 Imunologi Tumbuhan

03 Imunologi Invertebrata

04 Imunologi Vertebrata
Evolusi
Imunologi
Keberadaan organisme baik tumbuhan maupun hewan dan manusia selalu dihadapkan dengan
bahaya yang mengancam dari dunia luar, yang mungkin hanya dapat dipertahankan untuk berbagai
tujuan sebagai berikut ini:

Kompetisi Melindungi
Melindungi diri
kerusakan organ dan
untuk hidup dari asimilasi
membantu perbaikan

Melindungi diri dari


Regulasi
invasi bakteri dan
integritas
parasit
Place Your Picture Here And Send To Back

Evolusi-Filogenetik imunitas terdiri atas 3 tahap


utama, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap quasiimmunorecognition, merupakan ciri
invertebrata dan vertebrata yang dapat ditemukan
khas pada coleenterater (enidarian), tunicate dan
mamalia dalam arti luas sebagai inkompatibilitas
alogeneik.

2. Tahap imunitas seluler premordial yang terjadi


melalui sel primodial (misalnya invertebrata yang
berkembang) sebagai inkompatibilitas alograft.
Imunitas spesifik dengan komponen memori untuk
waktu pendek dapar ditemukan pada tahapan ini.

3. Tahap imunitas humoral dan humoral terintegrasi


yang ditemukan hanya pada vertebrata seperti ikan,
amfibi, reptil, burung dan mamalia.
Your Picture Here

Meskipun tidak terlihat pada gambar, ikan dengan


tulang rawan dan ikan pari memiliki Gut
associated lymphoid tissue (GALT), timus dan
limpa. Reptil juga memiliki GALT, timus dan limpa
dan juga kelenjar limfoid yang berperan dalam
reaksi imun. Tempat dan sifat kelenjar limfoid
primer pada reptil masih sedang dalam penelitian.
Imunologi
Tumbuhan
Imunologi tumbuhan terdiri atas
Systemic Acquired Resistence
(SAR) akibat infeksi lokal oleh
patogen yang menimbulkan
cedera dan kematian sel. SAR
meliputi spektrum bakteri yang
laus, virus dan jamur. Berbagai
gen SAR menyandi berbagai
protein mikrobisidal, yang dapat
diinduksi bahan kimia endogen
seperti asam salisilat, yang
berkaitan dengan katalase untuk
meningkatkan H2O2 yang
merupakan pertahanan.
Fitoimunitas
Fitoimunitas meliputi fenomena serup imunitas, baik aktif maupun pasif. Bahan
tumbuhan yang aktif dalam fitoimunitas terdiri antara lain atas fitonisida dan
fitoaleksin. Fotonisida adalah bahan yng diproduksi tumbuhan yang mengalami
trauma atau nontrauma yang merupakan salah satu faktor aktif dalam imunitas
tumbuhan. Fitonisida menunjukan efek bakterisidal, fungsidal dan parasidal.
Sedangkan fitoaleksin adalah bahan tumbuhan yang aktif dalam fitoimunitas.

Tanaman resisten terhadap banyak penyakit yang Resistensi tumbuhan terhadap penyakit tertentu ditentukan
disebabkan bahan seperti antibiotik yang ada dalam berbagai bahan yang berperan dalam fitoimunitas. Varietas
jaringannya. Hal itu diturunkan dan merupakan inhibitor tumbuhan berbeda dalam jumlah antibiotik yang dikandung
konstitusional yang ada dalam tumbuhan. Contoh reaksi dalan jaringannya dan intensitas generasinya terhadap
pertahanan tumbuhan yang berhubungan dengan infeksi.
pembentukan dan konhersi bahan antibiotik adalah reaksi
terhadap cedera dan reaksi nekrotik.
Fitohemaglutinin
PHA adalah lektin yang dapat mengikat karbohidrat pada
permukaan mikroba yang dapat mengaktifkan sel T. Oleh
karena itu PHA dapat memacu aktivitas poliklonal sel T atau
aglutinitas. PHA sering digunakan dalam studi aktivitas sel T.
Dalam laboratorium PHA digunakan untuk menentukan
fungsi sel T pada penderita atau untuk menginduksi mitosis
sel T dalam mengumpulkan data kariotipik. Ekstrak kacang
merah mengandung PHA dengan sifat poten. PHA adalah
mitigen poliklonal yang pertama kali diketahui.
Imunologi
Invertebrata
Metchnikoff membagi imunologi monolitik menjadi selular dan humoral. Minat
teori dalam imunitas nonspesifik diperoleh dari data-data invertebrate. Pada
taraf molecular, sinyal akhir timbul bila respon imun terjadi tanpa intervensi sel
T dan B yang dogmatik.
Ada sejumlah alasan untuk menganalisa imunitas non spesifik pada invertebrata

a. Lebih banyak hal yang dapat dipelajari dari


invertebrata mengenai ekspansi evolusi imunitas
yang telah melindungi jutaan metazoa.
b. Oleh karena produk humoral asal organisme
tersebut biasanya merupakan bahan anti bacterial
poten, mekanisme imunitas alamiah akan lebih
banyak dipahami tidak hanya pada invertebrata
namun juga yang menguntungkan sebagai sumber
makanan dan obat.
Invertebrata memiliki berbagai mekanisme untuk mengenal dan memberikan respon terhadap
bahan non self meskipun tidak memiliki sistem imun limfoid, baik komponen selular maupun
humoral lirik respon imun internal invertebrata terdiri atas fagositosis, enkapsulasi dan
pembentukan nodul.

Sel-sel invertebrate memiliki reseptor namun sifatnya belum banyak diketahui seperti halnya
reseptor pada vertebrata yang berupa antibody pada sel B dan reseptor sel T. Molekul
permukaan sel-sel kompeten imun invertebrate tidak banyak jumlahnya dan tidak mampu
memberikan respon terhadap berbagai jenis antigen.

Reseptor imunosit invertebrate dapat berhubungan dengan agglutinin umum dan lektin dalam
cairan rongga badan. Cairan rongga badan dengan sel-sel didalamnya merupakan jenis darah
vertebrata yang membawa sel-sel imun tertentu. Invertebrata dibagi menjadi dua golongan,
dengan dan tanpa rongga badan. Keulosit invertebrate diduga merupakan prekusor evolusi
dari semua limunosit vertebrata.
Prokariosit-Bakteri
Berbagai bahan antimicrobial yang diproduksi dan dilepas bakteri
keluar sel menunjukkan efek spesifik. Contohnya antibiotik yang
disintesis secara enzimatik, antibiotik peptide yang dimodifikasi,
protein seperti bakterisin, eksotoksin dan enzim bakteriolitik. Galur
yang memproduksi antibiotic dapat melindungi diri dari produknya
sendiri dengan membentuk protein imun. Kolisin dan bakteriofag
Bersama bahan lain memudahkan berbagai galur untuk
berkompetisi. Mekanisme imunitas sangat spesifik dan tergantung
dari interaksi protein-protein, protein-DNA, atau RNA-DNA.
Spons
Spons merupakan invertebrate paling primitif. Spons laut
dapat membedakan self dari nonself dan dapat menolak
koloni parabiosed fingers yang berbeda dalam 7-9 hari.
Glikoprotein sel spons yang spesies spesifik dapat
digunakan dalam identifikasi self dan mencegah
pembentukan koloni hibrid. Koloni spons non-identik
akan menjadi nekrotik ditempat kontak. Kontak kedua
akan lebih cepat ditolak.
Cacing
Terdapat 4 Jenis sel yang ditemukan pada rongga badan
cacing tanah dan semuanya fagositik. Beberapa sel berperan
dalam penolakan allograft., sedangkan lainnya
memproduksi bahan bacterial. Keulosit merupakan leukosit
fagositik yang bersirkulasi atau menetap yang berpartisipasi
dalam pertahanan invertebrate nyang memiliki rongga
badan melalui fagositosis dan enkapsulasi.
Serangga
Imunitas serangga pada virus lrido terdiri atas resppon
selular seperti fagositosis, enkapsulasi, pembentukan
nodul atau koagulasi. Atasin, sekropin lisozim
danoksidase fenol ditemukan pada beberapa spesies.
Enkapsilasi merupakan reaksi leukosit terhadap bahan
asing yang tidak dapat dimakan karena ukurannya yang
besar. Beberapa lapisan leukosit yang menjadi datar
membentuk dinding pada sekitar benda asing dan
mengisolasinya pada jaringan.
Imunologi
Vertebrata
Berbeda dari sisten imun
invertebrata yang sangat sederhana,
sistem imun hewan vertebrata
sudah sangat berkembang.
Perbedaan signifikan tersebut
bahkan terlihat antara invertebrata
dengan vertebrata yang memiliki
mekanisme imun paling sederhana.
Mekanisme imun pada umumnya
masih berupa fagositosis bakteri
atau penggunaan enzim dalam
sekresi.
IMUNOLOGI 01 Ikan
VERTEBRATA Jaringan limfoid primer dan sekunder ikan ditemukan
dalam timus, ginjal dan limpa. Sel sistem imun juga
ditemukan pada permukaan kulit dan membran
mukosa. Ikan memiliki sel sejenis sel T dan B.
Monosit, makrofag dan granulosit yang berperan
dalam respon inflamasi ditemukan juga pada ikan.
Selain itu adapula IFN-α, IL-1, IL-2, CSD, TGF-β,
dan TNF namun tidak ada sel mast. Dewasa ini sudah
ada vaksin yang dapat melindungi ikan dari inveksi
bakteri dan virus. IgW adalah isotipe Ig pada ikan hiu.
Perbedaan Imunologi Ikan
Siklostoma (ikan tanpa Ikan Bertulang Rawan Ikan Bertulang
rahang)
Hagfish (California) yang tidak Ikan bertulang rawan seperti ikan Ikan bertulang memiliki sel T dan
memiliki limfosit sejati, sel T adaptif hiu memiliki timus, respon antibodi B dengan fungsi yang berbeda,
dan respon sel B. Spesies ini tidak anamnestik (sekunder), dan sel sel NK dan sitokinin seperti IL-2
memiliki timus, limpa eritropoetik plasma yang membentuk antibodi dan IFN. Molekul MHC yang
atau sel serupa limpa dalam (IgM). ditemukan pada ikan Zebra.
sirkulasi. Lamprey mempunyai
timus primitif, limpa limfopoetik,
famili limfodit dan gama globulin.
Siklostoma merupakan vertebrata
paling primitif yang masih hidup
yang memiliki agregat sel limfoid di
faring dan lokasi lain.
IMUNOLOGI 02 Reptil
VERTEBRATA Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi struktur dan
fungsi organ berbagai reptil termasuk pada mekanisme
imunnya. Timus berkembang baik dengan molekul
permukaan prekursor reseptor sel T, IgG, dan IgM.
Limpa merupakan organ limfoid perifer terpenting.
GALT berkembang baik pada kadal dan ular. Reptil
tidak memiliki tonsil. Reptil juga memiliki molekul
MHC dan memproduksi sedikitnya 2 jenis Ig yang
berupa IgM.
IMUNOLOGI 03 Burung dan Ayam
VERTEBRATA Burung dan ayam memproduksi sel B pada organ
yang disebut Bursa Fabricus yang terletak di saluran
verna dekat kloaka. Ditemukan IgM, IgG dan IgA.
Timus terdiri atas 6-7 lobus. Meskipun kalkun, bebek,
dan burung dara telah diteliti, ayam domestik dapat
dijadikan sebagai spesies yang mewakili golonan
burung dan ayam. Sistem imun aves rentan terhadap
leukosis aves, penyakit Marck dan IBD dan telah
ditemukan vaksinnya.
IMUNOLOGI 03 Mamalia
VERTEBRATA Mamalia membentuk IgD, IgG dan subkelasnya di
samping Ig lainnya dan menunjukkan MHC yang
berbeda. Diversitas sudah lebih berkembang. Antibodi
pada sel B reseptor sel T dan spektrum sel (MHC),
semuanya berkembang dari leluhur yang sama. Ada
kesamaan antara sistem imun manusia dengan tikus,
sehingga tikus transgenik banyak digunakan dalam
penelitian. Tikus sendiri memiliki imunitas alami yang
kuat. Mamalia lain seperti ikan paus dan hamster hanya
memiliki sedikit MHC.
Kelinci
Imunitas kelinci hampir sama dengan manusia. Bedanya hanya
variasinya yang berbentuk minor. GALT pada kelinci terdiri atas
apendiks, plak peyer dan nosul limfatik difus, Kelinci memiliki
limpa dan timus yang berkembang baik. Umfopoiesis terjadi di
sumsum tulang belakang dan sel matang menempati jaringan-
jaringan dan organ. Sitokin yang telah diidentifikasi adalah MIF,
faktor kemotaktik, MSF, IL-1, IL-2 dan TNF-α, Sel T, Sel B,
mikrofag, sel polimorfo nuklear, IgG, IgE, IgA, regio MHC-I dan
MHC-II telah banyak digambarkan.
Anjing
Anjing memiliki mekanisme resistensi untuk mencegah
penyakit. Kulit, membran mukosa, dan Ig sama dengan
manusia. Namun, imunitas selulernya berbeda dengan
manusia. MHC pada anjing dikenal sebagai DLA yang
terbagi menjadi DLA-I dan DLA-II. Sel NK, sel K, sel Ts
telah diketahui. Juga ditemukan beberapa penyakit
defisiensi imun herediter yang dapat berhubungan dengan
defisiensi vitamin, mineral, Lupus Eritematosus Sistemik,
dan MHC DLA-A7.
Kucing
Jaringan limfoid perifer dan timus pada kucing sama
dengan mamalia lain. Namun pada kucing ditemukan
populasi makrofag intravaskular pulmoner yang membuat
kucing rentan terhadap renjatan septik atas peran TNF asal
makrofag. Sekitar 40-45% limfosit darah perifer adalah
sel B, sedangkan 32-41% adalah sel T. Drai sel darah
perifer, 20% adalah sel null yang dianggap sebagai sel
NK. Aktivitas sel Th dan Ts, IL-1, IL-2, IL-6 dan IgA
telah diketahui. Pada kucing, IgE dan IgD belum
diidentifikasi secara formal.
Kucing memiliki semua komponen utama komplemen yang
kadarnya sama dengan mamalia lain. Organ sasaran utama
anafilaksis pada kucing adalah paru yang ditumbulkan oleh
pelepasan serotonin dari sel mast sebagai mediator utama.
Deramtis akibat gigitan kutu adalah penyakit alergi kulit yang
paling sering terjadi pada kucing. Golongan darah kucing
diketahui A dan B. Di Amerika Serikat, 99% kucing berdarah A
dan 1% B.

Penyakit autoimun spontan seperti anemia hemolitik,


hipertiroidisme, purpura trombositopenia, pemfigus vulgaris,
pemfigus foliaseus, miastenia gravis. LES dan AR dapat
ditemukan pada kucing. Defideinsi imun jarang terjadi.
Imunodefiseinsi sekunder dapat disebabkan oleh FIV yang
merupakan virus lenti yang menurunkan CD4 yang menyerupai
AIDS dan berakih serupa dengan AIDS.
Kuda
Timus dan sumsum tulang merupakan sumber pembentukan sel T dan B.
Perkembangan sel B terjadi di plak peyer yang merupakan struktur tunggal
di ileum terminal. Ig terdiri atas IgG1, IgG2, IgM, IgA (serum dan sekretori)
dan IgE. Kolostrum mengandung kadar IgG1 yang sangat tinggi dan sedikit
IgA. IgA dalam susu berasal dari plasma. Anak kuda yang dilahirkan tidak
membawa Ig dari induknya dan dilahirkan denga agamaglobulinema.
Namun IgG dalam junlah besar asal induknya banyak ditemukan pada air
susu sebelum kuda dilahirkan. Tglobulin adalah protein serum yang
diperoleh setelah hipermunisasi yang merupakan subtipe IgG.
Babi
Memiliki 4 jenis plak Peyer dan papila tonsil kecil yang
mengeluarkan limfosit dari kelenjar limfoid langsung ke sirkulasi
darah. Babi memiliki IgG, IgA, IgE, IgM dan leukosit perifer
seperti pada manusia. Babi juga memiliki sel NK,
mengekspresikan molekul adhesi berupa E selektin,
memproduksi sitokin (IL-2, IL-4, IL5, IL-10, 1L-12, GM-CSF,
dan G-CSF) dan faktor kemotaktik.
Kambing / Domba
Terdapat gen molekul MHC-I dan MHC-II, imunoglobin dan
sitokin. IgG serum lebih tinggi dibanding dengan manusia. Tiga
subset sel T utama adalah CD4+ dan CD8+ yang mengekspresikan
abTR bersama Th3 dan molekul adhesi lainnya.
Primata selain Manusia
Imunitas primata selain manusia merupakan model terbaik untuk banyak
penelitian penyakit manusia berdasarkan sistem imunnya yang sama dengan
manusia. Subset limfosit sama dengan yang ada pada manusia. Selain itu,
terdapat kesamaan dalam MHC dan gen TCR. Berbagai studi menunjukkan
adanya pertanda seluler dan molekuler dari populasi limfosit, subset dan
reseptornya, gen protein MHC-I dan MHC-II, imunoglobin dan sitokin. Plak
Peyer pada ileum merupakan organ limfoid primer untuk limfpoiesis sel B.
Kadar IgG dalam serum lebih tinggi pada domba dibanding manusia. Tiga
subset sel T utama adalah sel CD4+, CD8+, dan sel T3.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai